Anda di halaman 1dari 10

Cerita di Balik Kelahiran Bank Wakaf

Mikro
Reporter : Arie Dwi Budiawati
Selasa, 10 April 2018 17:43


26
SHARES

Kepala Departemen Pengawas Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ahmad Soekro Tratmono. (Foto: Otoritas
Jasa Keuangan)

Kepala Departemen Pengawas Perbankan Syariah OJK, Ahmad Soekro Tratmono, buka-
bukaan tentang bank wakaf mikro
Dream – Pelan namun pasti. Khasiat Bank Wakaf Mikro (BWM) mulai terasa. Dengan uang
pinjaman minimal Rp1 juta per nasabah, kehadiran BWM semakin ditunggu pengusaha kecil.
Memperpanjang napas bisnis mereka.

Jerat tengkulak yang mencekik pengusaha dengan bunga tinggi mulai dikikis. Berganti
dengan pinjaman yang hanya dibayar Rp20 ribu per minggu. Total 52 minggu uang itu harus
dikembalikan

Nama BWM memang menjadi perhatian sejak akhir tahun lalu. Berawal saat Presiden Joko
Widodo (Jokowi) meresmikan BWM KHAS Kempek di Cirebon. Berselang seminggu
kemudian, BWM Al Fithrah Wava Mandiri diresmikan di Surabaya.

Dan baru sebulan lalu, Jokowi kembali meresmikan BWM di Pesantren An Nawawi Tanara
di Serang, Banten. Gencar. Itulah mungkin yang terpikir saat mendengar BWM.

Bank Wakaf Mikro memang lembaga anyar keluaran pemerintah dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Statusnya sama sekali berbeda dengan Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) atau Badan Wakaf yang sudah ada.

BWM merupakan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) yang dikelola oleh masyarakat.
Dananya berasal dari donatur yang disalurkan oleh lembaga amil zakat(LAZ).

Dari catatan OJK, sejak 2017 sudah ada 20 BWM yang menjadi pilot project. Mereka
menyalurkan pembiayaan mikro antara Rp1 juta-Rp3 juta. Bukan pinjaman besar. Dengan
marjin ringan 3 persen per tahun, peminjam cukup mengangsuran minimal Rp20 ribu selama
52 minggu untuk pinjaman senilai Rp1 juta.

Hasilnya mulai terlihat. Sejak meluncur Oktober 2017, BWM sudah menyalurkan
pembiayaan sebanyak Rp3,63 miliar hingga 31 Maret 2017. Jumlah nasabah yang tadinya
ratusan kini berjumlah 3.873 nasabah.
Kepada Jurnalis Dream, Arie D Budiawati, Kepala Departemen Pengawas Perbankan
Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ahmad Soekro Tratmono, berbicara panjang lebar
tentang perjalanan lembaga keuangan mikro yang masih bayi ini.

2 dari 5 halaman

Kilas Balik Berdirinya BWM

Apa latar belakang OJK merintis Bank Wakaf Mikro (BWM)?

Memang OJK sangat concern, terutama dalam penindakan inklusi keuangan. Dari sisi
keuangan, OJK melihat ada ketimpangan di masyarakat, terutama masalah kemiskinan.
Pemerintah juga berusaha menurunkan tingkat kemiskinan dengan mencapai langkah dan
produk yang sangat bagus.

OJK melihat ada peran yang bisa dilakukan dengan membentuk sebuah lembaga keuangan
mikro bukan bank untuk menjembatani masyarakat yang non bankable menjadi bankable.
Kalau kita menjadi masyarakat yang bankable, artinya mudah menggapai akses keuangan.

Dari situ kita mengadakan survei ke lapangan, apa benar yang masyarakat di lapangan ada
ketimpangan? Ternyata betul bahwa masyarakat di kelas bawah sangat sulit mendapatkan
akses keuangan. Masyarakat kelas bawah sering mendapatkan akses dari rentenir yang
mengambil keuntungan sendiri sehingga masyarakat tidak akan pernah mempunyai
pemikiran untuk kesejahteraan dirinya sendiri.

Kapan sebetulnya BWM mulai serius dibahas?

Dari dua tahun yang lalu.

Ada kendala?

Tentunya kita tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa BWM adalah lembaga keuangan
mikro syariah. Waktu itu, apakah bisa yang namanya bank syariah dengan konsep ZIS (zakat,
infaq, dan shodaqoh)? Ternyata, setelah dianalisis dan di lapangan kami melakukan
penelitian, mengunjungi masyarakat, kemudian belajar tentang pola-pola lembaga mikro di
luar negeri, konsep wakaf di luar negeri. Akhirnya di awal tahun 2017 kami memiliki
keyakinan bahwa ini bentuknya tidak bank, tetapi sebuah lembaga mikro.

Kemudian ada Undang-Undang No. 1 Tahun 2013, yaitu Undang-Undang tentang Lembaga
Keuangan Mikro. Kemudian, kita garap lagi di internal. Dua hari revisi. Kemudian, akhirnya
mengerucutlah kepada lembaga keuangan mikro syariah (LKMS).

Kalau LKMS ini kan harus modal, kemudian juga sumber dana dari mana. Kaji lagi. Kalau
modalnya dari masyarakat, tentunya berbiaya. Targetnya memberikan pembiayaan kepada
masyarakat, marjinnya rendah. Kuncinya pendampingan. Kalau marjin rendah, harusnya ada
dana yang tidak berbiaya: donasi. Donasi itulah yang kita pilih.

Ada donatur yang mau?

Ternyata banyak. Kami memilih donatur yang ingin menyumbangkan kepada masyarakat
kecil , ingin menyumbangkan dananya seperti CSR. Donatur ini bisa lembaga, bisa
perorangan. Seperti yang kita lihat, lembaga-lembaga amil zakat, seperti Al Azhar Peduli
Umat, donaturnya kan banyak. CSR dari foundation-foundation kan besar-besar. Lha ini kita
ada nggak keinginan untuk bantu itu? Oh, ada, Pak. Terkumpulah donasi.

OJK tidak mengumpulkan donatur, tidak menerima dana donasi. Donasi itu diberikan,
disimpan di lembaga amil zakat (LAZ) nasional yang BSM (baca: Laznas BSM Umat).
Pertanyaannya, kenapa BSM? Ternyata, BSM memiliki LAZ yang nasional. (Sebenarnya),
banyak LAZ, tapi statusnya lokal. Kami mencari yang nasional. Kami mencari LAZ untuk
pendirian BWM yang berskala nasional.

Ketemulah. Kami mengundang LAZ-nya. Kami tanya, “ Siap nggak?”. Dia bilang, “ Iya,
siap, Pak”. Dia bilang akan menggandeng PINBUK untuk pendampingan.

Apa itu PINBUK?


Pusat inkubasi usaha kecil. Itu pengamanan di mikro syariah sehingga LAZ yang
mengadakan kerja sama dengan PINBUK dan koordinasi.

Seberapa besar potensinya?

Potensinya besar, berdasarkan data BPS (2017) jumlah penduduk miskin di Indonesia
sebanyak 26,6 juta jiwa atau sekitar 10,12 persen, sehingga bentuk pembiayaan ditingkat
mikro ini sangat sesuai.

Saat memulai 20 pilot project BWM, ada kendala?

Alhamdulillah, kendala itu ada. Tapi, itu merupakan suatu tantangan.

Apa saja tantangannya?

Tantangannya adalah perizinan dengan koperasi. Nah, pesantren ini, kan, tidak
pernah berhubungan dengan koperasi, kemudian, bagaimana caranya mendirikan sebuah
koperasi sehingga tim yang terdiri dari OJK, LAZNAS, dan Pinbuk sebagai pendamping
pesantren mendirikan koperasi.

Kemudian, mencari anggota. Anggotanya harus sekitar sini. Setelah dapat, dikumpulkan,
kemudian membuat anggaran dasar koperasi. Mana bisa pesantren membuat anggaran dasar
koperasi? Didampingi. Ini pendampingan sejak awal.

Bagaimana dengan kapabilitas SDM pengelola BWM?

Di awal tentunya ada kesulitan, namun dengan adanya pendampingan yang merupakan
karakteristik model pembiayaan ini kepada pengurus, hal tersebut dapat diatasi. Terlihat dari
cara pengelola yang semakin mahir dalam menjaring nasabah, melakukan pelatihan wajib
kelompok dan pertemuan mingguan semua sudah bisa dilakukan sendiri oleh pengurus.
Ketika diluncurkan, bagaimana respons masyarakat?

Responsnya sejauh ini masyarakat sangat antusias, sebagaimana telah disaksikan kemarin di
Purwokerto ketika berinteraksi dengan nasabah dan menunjukkan hasil usaha masing-masing,
nasabah sangat senang karena terbantu sekali usahanya.

3 dari 5 halaman

Siapa Nasabah, Pengelola, dan Donatur BWM

Siapa sasaran nasabah BWM?

BWM diharapkan dapat menyediakan akses pembiayaan bagi masyarakat yang belum dapat
terhubungkan dengan lembaga keuangan formal. Sasarannya masyarakat miskin yang telah
mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, sudah memiliki usaha produktif dan mau
meningkatkan taraf hidupnya. Khususnya, masyarakat produktif di sekitar pesantren.

Mengapa nasabahnya sekitar pesantren?

Alasannya, (BWM) didirikan di pesantren adalah untuk mensejahterakan masyarakat


pesantren. Tentunya akan bisa meluas ke sekitar lingkungan yang meluas. Tujuannya adalah
yang terdekat dengan pesantren dululah. Yang dekat dulu dibantu, masak yang jauh-jauh.

Secara garis besar, apa syarat menjadi nasabah, donatur, dan pengelola BWM?

Seluruh masyarakat Indonesia yang memiliki kelebihan dana serta memiliki concern terhadap
pemberdayaan masyarakat dan pengentasan ketimpangan bisa menjadi donatur. Kemudian,
masyarakat miskin yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, memiliki usaha
produktif atau keinginan untuk bekerja dan mempunyai komitmen program pemberdayaan ini
dapat menjadi nasabah BWM. Pengelola BWM harus memiliki integritas tinggi dan memiliki
pengetahuan keuangan serta sudah melalui proses pelatihan pengurus.

Apakah ada syarat agar sebuah pesantren bisa mendirikan koperasi untuk LKMS?
Syaratnya, koperasi berbentuk koperasi jasa dan modal minimal Rp100 juta. Punya calon
pengurus, kantor, dan calon nasabah minimal 200. Sudah.

Kalau syarat untuk menjadi nasabah, bagaimana?

Mengapa harus kelompok? Kami, kan, tidak semata-mata memberikan pembiayaan, tetapi
juga mendampingi masyarakat untuk bisa hidup sejahtera dengan mengetahui cara
pengelolaan keuangan sehingga harus berkelompok untuk bisa memitigasi risiko. Jangan
sampai uang yang diterima dari BWM digunakan untuk yang lain sehingga kelompok BWM
itu bisa saling mengingatkan. Inilah mengapa harus kelompok.

Tapi, kelompok bukan hanya dibentuk kelompok, tapi juga pertemuan tiap minggu untuk
menjaga solidaritas dan menjaga apakah berhasil. Kalau tidak berhasil, apa masalahnya,
kemudian dibantu.

Mengapa harus ada pelatihan untuk nasabah BWM?

Pelatihan, kan, wajib untuk melihat pertumbuhan calon nasabah akan berusaha, pertumbuhan
calon nasabah mampu mengelola keuangan. Ada juga malas-malasan, tidak kami beri. Ada
juga nasabah yang tidak memiliki usaha, hanya ikut-ikut dan tidak punya usaha “ saya mau
uang Rp1 juta”, tidak kami beri.

4 dari 5 halaman

Pinjaman Murah Bunga Rendah

Kenapa BWM bisa beri pinjaman Rp1 juta dengan marjin 3 persen per tahun?

(Dana) Rp1 juta itu adalah jumlah yang menurut penelitian survei, cukup untuk membiayai
pembiayaan kecil. Kalau banyak, takutnya kelebihan dia pegang uang, tidak digunakan untuk
usaha. Istilahnya, itu overfinancing.
Kalau 3 persen sangat meringankan. Jelas. Kalau di BMT (Baitul Maal Wat Tanwil) saja 20
persen per tahun. Di BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) itu 15-20 persen per tahun.
Ya, kan? Walaupun lebih kecil daripada rentenir.

Kalau rentenir, bunganya berapa?

Waduh, waktu itu, ada yang bilang pinjam Rp1 juta, terima Rp800 ribu, dan dikembalikan
Rp1,2 juta selama sebulan. Jadi, di sinilah kita menyediakan pembiayaan kecil dengan marjin
yang rendah. Kalau marjin rendah, tentunya masyarakat ada kelebihan uang untuk menabung.

Sampai saat ini seberapa besar dampak BWM??

Jelas dong. Kalau biasa menyediakan angsuran ke rentenir sehari Rp100 ribu, dia sekarang
seminggu Rp20 ribu. Masyarakat senang untuk bisa membiayai anak sekolah, membelikan
buku, membelikan baju. Terus, sekarang kalau sebulan, mau nambah usaha.

Akankah BWM bersaing dengan BPRS dan BMT?

Saya rasa tidak ada masalah. Pasarnya jelas. BWM menyasar masyarakat kelas bawah.
Banyak masyarakat yang memerlukan.

Kini hadir fintech yang menyalurkan pinjaman tanpa agunan, ancaman?

Insya Allah tidak ada persaingan karena targetnya BWM adalah masyarakat miskin produktif
dengan pembiayan yang sangat kecil yakni maksimal Rp3 juta per nasabah dan fokus pada
masyarakat sekitar pesantren.

Bisa jelaskan soal kewajiban BWM menyimpan Rp3 miliar dalam bentuk deposito
syariah?
Konsep dari BWM ini adalah memberikan pembiayaan dengan margin bagi hasil yang rendah
yakni 3 persen, sehingga diperlukan tambahan dana untuk menutupi biaya operasional yang
diperoleh dari bagi hasil deposito syariah tersebut.

Ada target berapa penyaluran pembiayaan dan jumlah nasabah?

Sebanyak banyaknya.

5 dari 5 halaman

Goal Besar OJK

Adakah cerita menarik selama BWM berjalan?

Program BWM dengan nasabah ditingkat bawah ini ternyata mendapat respon positif dari
Pak Presiden sehingga beliau ingin berdialong langsung dengan mereka. Beberapa waktu
lalu, nasabah BWM diundang ke istana untuk silahturahmi dengan presiden.

Ini merupakan pengalaman yang berkesan bagi para nasabah karena tidak pernah menduga
mereka yang berasal dari desa, yang sebagian bahkan ada yang belum pernah ke Jakarta,
dapat berjumpa berdialog langsung mengenai usahanya dan pengalamannya dengan Pak
Presiden di Istana.

Ada dampak dirasakan OJK?

Dampaknya inklusi keuangan meningkat, nasabah sangat merasakan manfaatnya. Contoh


saja, sebelumnya seorang ibu penjual gorengan awalnya hanya menjual satu jenis gorengan
saja, dengan pembiayaan dari BWM, gorengannya sekarang lebih variatif menjadi lima jenis.
Dari sini kita bisa melihat manfaat akses dana dari BWM dalam peningkatan usaha
nasabahnya.
Apa goal besar OJK dari kehadiran BWM?

Sasaran utamanya adalah inklusi keuangan dengan fokus pemberdayaan masyarakat yang
kemudian akan berdampak positif pada peningkatan masyarakat produktif dan pengetasan
kemiskinan serta ketimpangan di Indonesia.

Bagaimana dengan potensi di luar Jawa?

Potensinya besar, tentunya OJK memerhatikan pemerataan dan melihat bahwa di luar Jawa
potensial juga untuk didirikan BWM.

Kalau sekiranya ada kelompok agama lain yang ingin membuat LKMS seperti BWM,
bagaimana sikap OJK?

Pada prinsipnya bisa dilakukan di kelompok agama manapun.

(Sah)

Anda mungkin juga menyukai