DI INDONESIA
MEIDA YULIANI
Meida Yuliani
H54120008
ABSTRAK
Wakaf merupakan salah satu instrumen dalam ekonomi Islam yang sangat
potensial dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indonesia dengan
mayoritas penduduk muslim dan wilayah luas menyimpan potensi wakaf yang
sangat besar. Namun, potensi tersebut belum dikelola dan dimanfaatkan secara
optimal ke arah yang produktif. Penelitian ini menganalisis prioritas masalah,
solusi, dan strategi untuk meningkatkan pengelolaan wakaf di Indonesia supaya
lebih produktif. Data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analytic Network Process
(ANP). Hasil penelitian menunjukan bahwa prioritas masalah internal yaitu
rendahnya kompetensi nazhir dan kurangnya profesionalisme nazhir. Adapun
prioritas masalah eksternal yaitu kurangnya pemahaman wakif dan regulasi yang
kurang mendukung. Prioritas solusi internal yaitu peningkatan kompetensi nazhir
serta pembinaan dan pendampingan nazhir. Adapun prioritas solusi eksternal
yaitu optimalisasi fungsi dan peran Badan Wakaf Indonesia (BWI) serta revisi
regulasi yang kurang mendukung. Prioritas strategi yang dapat dilakukan yaitu
sosialisasi dan edukasi wakaf secara komprehensif kepada semua elemen.
ABSTRACT
Waqf is one of the instruments in the Islamic economy that is very potential
in improving people's welfare. Indonesia with a large majority of the Muslim
population and its vast area has a huge potential for waqf. But, the potential has
not been managed and utilized optimally in a productive direction. This research
analyzes the priority of problems, solutions, and strategies to improve the
management of waqf in Indonesia to be more productive. The data used are
primary and secondary data. Methods used in this research is Analytical Network
Process (ANP). The result of research shows that the priority of internal problem
is the low of nazhir competence and the lack of nazhir professionalism. The
priority of external problems is lack of wakif understanding and less supportive
regulation. The priority of internal solutions is the improvement of nazhir
competence as well as coaching and mentoring of nazhir. The priority of external
solutions is the optimization of functions and the role of BWI and the regulatory
revisions are less supportive. Priority of strategy that can be done is socialization
and education waqf comprehensively to all elements.
MEIDA YULIANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta‟ala atas
segala karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Strategi Optimalisasi Pengelolaan Wakaf di Indonesia. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen
Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Maret sampai Mei 2017.
Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada orang tua penulis
yaitu Bapak Mujaeni dan Ibu Murhatiah, serta seluruh keluarga besar atas segala
doa, dukungan dan semangat yang telah diberikan. Selanjutnya, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr Ir Sri Mulatsih, M Sc, Agr dan Khalifah Muhamad Ali, S Hut, M Si selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan,
saran, waktu dan motivasi sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr rer nat Jaenal Effendi, S Ag, MA dan Salahuddin El Ayyubi, Lc, MA
sebagai dosen penguji utama dan dosen penguji komisi pendidikan yang telah
memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
3. Para dosen, staff, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang
telah memberikan ilmu dan bantuan penulis.
4. Para pakar dan praktisi yang telah bersedia untuk menjadi responden.
5. Teman-teman satu bimbingan yang telah memberikan kritik, saran dan
motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman satu perjuangan Ekonomi Syariah 49 dan 50, Ursa Mayor PAI,
ISC Al Hurriyyah, Kaskus, Annaba, Cahaya Surga, Wisma Tanjung, dan adik-
adik lingkaran cinta yang selalu memberikan motivasi dan doanya.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini,
mohon maaf tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Meida Yuliani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Definisi Wakaf 4
Sejarah dan Perkembangan Wakaf 5
Dasar Hukum Wakaf 5
Rukun dan Syarat Wakaf 6
Macam-Macam Wakaf 7
Nazhir Wakaf 7
Syarat Nazhir 8
Kompetensi dan Profesionalisme Nazhir 8
Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf 9
Praktik Wakaf di Beberapa Negara 10
Manajemen Strategi 11
Penelitian Terdahulu 12
Kerangka Pemikiran 13
METODE PENELITIAN 14
Lokasi dan Waktu Penelitian 14
Jenis dan Sumber Data 14
Metode Pengolahan dan Analisis Data 14
HASIL DAN PEMBAHASAN 17
Data Responden 17
Gambaran Umum Pengelolaan Wakaf di Indonesia 18
Model Analytic Network Process (ANP) 18
Masalah 20
Masalah Internal 20
Masalah Eksternal 23
Solusi 27
Solusi Internal 27
Solusi Eksternal 30
Strategi 32
SIMPULAN DAN SARAN 34
Simpulan 34
Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN 38
RIWAYAT HIDUP 54
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner Penelitian 38
2 Hasil Olah Data Superdecision 46
3 Hasil Rater Agreement 48
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wakaf merupakan salah satu instrumen dalam ekonomi Islam yang sangat
potensial dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain memiliki fungsi
sebagai sarana ibadah kepada Allah, wakaf juga mempunyai fungsi sosial. Ia
dapat memberikan maslahah yang sangat besar bagi umat, jika dapat dikelola
secara optimal dan produktif.
Sepanjang sejarah Islam, wakaf telah berperan sangat penting dalam
pengembangan kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi dan kebudayaan masyarakat
serta telah banyak memfasilitasi para sarjana dan mahasiswa dengan sarana dan
prasarana yang memadai untuk melakukan riset dan menyelesaikan studi mereka.
Cukup banyak program yang didanai dari hasil wakaf seperti penulisan buku,
penerjemahan, dan kegiatan-kegiatan ilmiah dalam berbagai bidang termasuk
kesehatan. Wakaf tidak hanya mendukung pengembangan ilmu pengetahuan,
tetapi juga menyediakan berbagai fasilitas yang diperlukan mahasiswa maupun
masyarakat (Hasanah 2010).
Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim dan wilayah yang luas,
menyimpan potensi wakaf yang sangat besar. Namun, potensi tersebut belum
dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Kementerian Agama RI tahun 2017, Indonesia memiliki aset tanah wakaf seluas
47 643.03 Ha yang tersebar di 317 135 lokasi dengan total wakaf yang sudah
bersertifikat sebanyak 64.91%. Penggunaan tanah wakaf tersebut sebagian besar
masih berupa wakaf langsung (konsumtif), sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar 1 yang menunjukkan penggunaan tanah wakaf didominasi untuk
pembangunan masjid sebesar 45.05% dan musholla sebesar 28.50% (SIWAK
2017).
Sosial lainnya
Pesantren 8.32%
3.03%
Musholla
Sekolah
28.50%
10.44%
Makam
4.66%
Masjid
45.05%
Hal ini didukung dengan penelitian Pusat Bahasa dan Budaya UIN Jakarta
tahun 2006 yang dilakukan terhadap 500 responden nazhir (pengelola wakaf) di
Indonesia. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa harta wakaf yang bersifat diam
sebesar 77%, dan yang dikelola produktif hanya sebesar 33% (Najib dan al-
Makassary 2006).
Potensi yang dijelaskan di atas belum termasuk potensi wakaf benda
bergerak seperti wakaf uang. Menurut Nasution dan Hasanah (2005), potensi
wakaf uang di Indonesia mencapai 3 triliun per tahun dengan perkiraan jumlah
umat muslim yang dermawan sebesar 10 juta jiwa dan rata-rata penghasilan per
bulan sebesar Rp 500 000 hingga Rp 10 000 000 seperti terlihat pada Tabel 1.
Dana ini akan terus bertambah jika diserahkan kepada pengelola yang profesional
dan diinvestasikan di sektor yang produktif, ia akan menjadi sumber dana yang
luar biasa besar bagi umat Islam.
Wakaf yang ada di Indonesia dikelola oleh nazhir yang dibagi menjadi tiga
kategori yaitu nazhir perorangan, nazhir organisasi, dan nazhir badan hukum.
Menurut Aziz (2014), peran nazhir dalam pengelolaan wakaf menjadi faktor yang
sangat penting bagi berkembang atau tidaknya suatu wakaf. Nazhir adalah orang
3
yang paling bertanggung jawab terhadap harta wakaf yang dipegangnya, baik
terhadap harta wakaf itu sendiri maupun terhadap hasil dan upaya-upaya
pengembangannya. Setiap kegiatan nazhir terhadap harta wakaf harus dalam
pertimbangan kesinambungan harta wakaf untuk mengalirkan manfaatnya bagi
kepentingan mauquf „alaih atau penerima wakaf.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini kita bisa mendapatkan manfaat di antaranya sebagai
berikut :
1. Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana pemahaman ilmiah serta
pembelajaran dalam memahami kenyataan yang terjadi di lapangan dan
mengaitkan dengan teori-teori yang sudah dipelajari.
2. Bagi akademisi, dapat menambah wawasan dan bahan kajian lebih lanjut dari
segi teoritis dan praktis, serta referensi studi lebih lanjut.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
terkait dengan wakaf sehingga dapat membantu dalam mengatasi permasalahan
sosial ekonomi.
4. Bagi penentu kebijakan dan pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan dan penetapan kebijakan dalam upaya optimalisasi pengelolaan
wakaf secara produktif.
Ruang Lingkup
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Wakaf
٢٩ :ﱁﱂﱃﱄﱅﱆﱇﱈﱉﱊﱋﱌﱍﱎﱏﱐﱑ آل عمران
ﱭﱮﱯﱰﱱﱲﱳﱴﱵﱶﱷﱸﱹﱺﱻﱼﱽﱾ
“Dari Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah saw bersabda : “Apabila anak Adam
(manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara :
shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan orang
tuanya” (HR. Muslim).
Macam-Macam Wakaf
Nazhir Wakaf
Syarat Nazhir
Manajemen Strategi
Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran
Rekomendasi
METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner
terhadap para pakar dan praktisi yang memahami bidang wakaf. Data sekunder
diperoleh dari dokumen, literatur, dan jurnal ilmiah yang relevan dengan
penelitian.
Tahapan Penelitian
Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam metode ANP, seperti
terlihat pada Gambar 3.
1. Konstruksi Model
Konstruksi model ANP disusun berdasarkan literature review secara teori
maupun empiris dan memberikan pertanyaan pada pakar dan praktisi wakaf serta
16
2. Kuantifikasi Model
Tahap kuantifikasi model menggunakan pertanyaan dalam kuesioner ANP
berupa pairwise comparison (pembandingan pasangan) antar elemen dalam
cluster untuk mengetahui mana di antara keduanya yang lebih besar pengaruhnya
(lebih dominan) dan seberapa besar perbedaannya melalui skala numerik 1-9
seperti pada Tabel 3.
a. Geometric Mean
Untuk mengetahui hasil penilaian individu dari para responden dan
menentukan hasil pendapat pada satu kelompok dilakukan penilaian dengan
menghitung geometric mean (Saaty dan Vargas 2006). Pertanyaan berupa
perbandingan (pairwise comparison) dari responden akan dikombinasikan
sehingga membentuk suatu konsensus. Geometric mean merupakan jenis
penghitungan rata-rata yang menunjukan tendensi atau nilai tertentu dimana
memiliki formula sebagai berikut :
∏ √
b. Rater Agreement
Rater agreement adalah ukuran yang menunjukan tingkat kesesuaian
(persetujuan) para responden (R1-Rn) terhadap suatu masalah dalam satu cluster.
Adapun alat yang digunakan untuk mengukur rater agreement adalah Kendall‟s
Coefficient of Concordance (W;0 < W≤ 1). W=1 menunjukan kesesuaian yang
sempurna (Ascarya 2010). Untuk menghitung Kendall’s (W), yang pertama
adalah dengan memberikan ranking pada setiap jawaban kemudian
menjumlahkannya.
17
∑
Nilai rata-rata dari total ranking adalah:
Data Responden
Responden dalam penelitian ini berjumlah tujuh orang yang merupakan para
expert dalam bidang wakaf, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.
Optimalisasi
Pengelolaan Wakaf
di Indonesia
Strategi
1. Sinergi dan kolaborasi antar lembaga/
instansi terkait
2. Sosialisasi dan edukasi secara komprehensif
ke semua elemen
3. Optimalisasi sumber daya yang sudah ada
Masalah
Eksternal 0.25
GMk
Internal 0.75
Masalah Internal
Masalah internal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masalah yang
berasal dari dalam aspek pengelola (nazhir). Masalah internal terbagi menjadi
lima yaitu rendahnya kompetensi nazhir, kurangnya profesionalisme nazhir,
mayoritas nazhir perorangan, kurangnya pemahaman nazhir tentang wakaf, dan
profesi sebagai nazhir yang tidak begitu menarik. Berdasarkan hasil pengolahan
data, tingkat prioritas masalah internal ini dapat dilihat pada Gambar 6. Prioritas
pertama yaitu rendahnya kompetensi nazhir dengan geometric mean sebesar 0.33.
Prioritas kedua yaitu kurangnya profesionalisme nazhir dengan geometric mean
sebesar 0.24. Prioritas ketiga yaitu kurangnya pemahaman nazhir tentang wakaf
dengan geometric mean sebesar 0.18. Prioritas keempat yaitu mayoritas nazhir
perorangan dengan geometric mean sebesar 0.16. Prioritas kelima yaitu profesi
sebagai nazhir tidak begitu menarik dengan geometric mean sebesar 0.09. Hasil
perhitungan rater agreement menghasilkan nilai Kendall‟s Coefficient of
Concordance atau W sebesar 0.67, yang menunjukkan bahwa tingkat kesepakatan
para pakar (responden) cukup tinggi.
21
kompetensi nazhir dalam mengelola wakaf merupakan salah satu masalah yang
menjadi prioritas dalam pengelolaan wakaf.
“... dalam wakaf si wakif punya hak di awal ikrar wakaf untuk menunjuk nazhir.
Dari dulu sampai sekarang, soal trust itu penting artinya wakif harus percaya
pada nazhir. Biasanya yang dipercaya oleh wakif itu ahli agama atau tokoh
setempat. Konsekuensinya nazhir bukanlah seorang profesional yang seharusnya,
bukan juga orang yang berkompeten, karena pemilihannya hanya dari modal
kepercayaan saja. Yang kita inginkan adalah percaya boleh, tapi kepercayaan itu
untuk orang-orang yang profesional. Hal ini perlu diberikan sosialisasi untuk apa
wakaf itu sebenarnya, karena cara berpikir wakaf produktif itu belum ada pada
wakif ...”
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2016) yang
menunjukkan bahwa profesionalitas nazhir merupakan faktor yang paling
memengaruhi pengelolaan wakaf produktif dari aspek sumber daya manusia.
Masalah Eksternal
Masalah eksternal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masalah yang
berasal dari luar aspek pengelola (nazhir) yang menyebabkan pengelolaan wakaf
24
di Indonesia belum optimal. Masalah ini terbagi menjadi lima yaitu penunjukkan
nazhir oleh wakif, kurangnya pemahaman wakif, kurangnya peran dan dukungan
pemerintah, regulasi yang kurang mendukung, dan minimnya biaya operasional.
Berdasarkan hasil pengolahan data, prioritas masalah eksternal yang utama yaitu
kurangnya pemahaman wakif dengan nilai geometric mean sebesar 0.25. Prioritas
kedua yaitu regulasi yang kurang mendukung dengan geometric mean sebesar
0.247. Prioritas ketiga yaitu kurangnya peran dan dukungan pemerintah dengan
geometric mean sebesar 0.209. Prioritas keempat yaitu penunjukkan nazhir oleh
wakif dengan geometric mean sebesar 0.183. Prioritas kelima yaitu minimnya
biaya operasional dengan geometric mean sebesar 0.111. Gambar 7 menunjukkan
tingkat prioritas dari masalah eksternal tersebut. Hasil perhitungan rater
agreement menghasilkan nilai Kendall‟s Coefficient of Concordance atau W
sebesar 0.37, yang menunjukkan bahwa tingkat kesepakatan para pakar
(responden) cukup beragam atau bervariatif.
nazhir untuk kepentingan mauquf „alaih (penerima wakaf). Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Huda et al. (2014) yang menunjukkan bahwa
kurangnya pemahaman wakif merupakan salah satu masalah dalam pengelolaan
wakaf.
Solusi
Eksternal 0.33
GMk
Internal 0.67
Solusi Internal
Solusi internal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah solusi yang dapat
diberikan untuk mengatasi masalah internal. Solusi ini terbagi menjadi lima yaitu
peningkatan kompetensi nazhir, pembinaan dan pendampingan nazhir,
konsolidasi antar nazhir, transformasi nazhir menjadi lembaga, dan meningkatkan
insentif nazhir. Berdasarkan hasil pengolahan data, tingkat prioritas solusi internal
ini dapat dilihat pada Gambar 9. Prioritas pertama yaitu peningkatan kompetensi
nazhir dengan nilai geometric mean sebesar 0.36. Prioritas kedua yaitu pembinaan
dan pendampingan nazhir dengan nilai geometric mean sebesar 0.26. Prioritas
ketiga yaitu transformasi nazhir menjadi lembaga dengan nilai geometric mean
sebesar 0.18. Prioritas keempat yaitu konsolidasi antar nazhir dengan geometric
mean sebesar 0.11. Prioritas kelima yaitu meningkatkan insentif nazhir dengan
nilai geometric mean sebesar 0.10. Hasil perhitungan rater agreement
menghasilkan nilai Kendall‟s Coefficient of Concordance atau W sebesar 0.76
yang menunjukkan bahwa tingkat kesepakatan para pakar (responden) cukup
tinggi.
28
tercantum dalam pasal 11 UU No.41 Tahun 2004 tentang wakaf. Kendala atau
hambatan yang dihadapi dalam pembinaan dikarenakan beberapa faktor, yakni
faktor penegak hukum tidak mendata dengan baik nazhir wakaf sehingga ketika
ada pembinaan banyak nazhir yang tidak diikutsertakan.
Solusi Eksternal
Solusi eksternal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah solusi yang
dapat diberikan untuk mengatasi masalah eksternal. Solusi ini terbagi menjadi
lima yaitu perbaikan sistem rekrutmen nazhir, sosialisasi dan edukasi kepada
wakif/calon wakif, optimalisasi fungsi dan peran BWI, revisi regulasi yang kurang
mendukung, dan meningkatkan biaya operasional. Berdasarkan hasil pengolahan
data, tingkat prioritas solusi eksternal ini dapat dilihat pada Gambar 10. Prioritas
pertama yaitu optimalisasi fungsi dan peran BWI dengan nilai geometric mean
sebesar 0.27. Prioritas kedua yaitu revisi regulasi yang kurang mendukung dengan
nilai geometric mean sebesar 0.24. Prioritas ketiga yaitu sosialisasi dan edukasi
kepada wakif/calon wakif dengan nilai geometric mean sebesar 0.22. Prioritas
keempat yaitu perbaikan sistem rekrutmen nazhir dengan nilai geometric mean
sebesar 0.17. Prioritas kelima yaitu meningkatkan biaya operasional dengan nilai
geometric mean sebesar 0.10. Perhitungan rater agreement menghasilkan nilai
Kendall‟s Coefficient of Concordance atau W sebesar 0.72, yang menunjukkan
bahwa tingkat kesepakatan para pakar (responden) cukup tinggi.
Menurut salah satu responden, fungsi dan peran BWI sangat penting dalam
hal pembinaan dan pelatihan yang intensif bagi nazhir. Ketika pembinaan dapat
dilakukan dengan baik dan efektif maka kompetensi nazhir akan meningkat,
sehingga pengelolaan wakaf dapat dilakukan lebih optimal dan produktif.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2016) yang
menunjukkan bahwa peran BWI Kabupaten Bogor merupakan prioritas utama
dari aspek lembaga yang memengaruhi pengelolaan wakaf produktif di Kabupaten
Bogor. Peran BWI ini sangat memengaruhi kualitas nazhir sebagai pengelola
wakaf, karena sesuai dengan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
BWI memiliki tugas dalam pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan
mengembangkan wakaf.
Strategi
Strategi yang dirumuskan berdasarkan masalah dan solusi yang ada untuk
meningkatkan pengelolaan wakaf di Indonesia agar lebih produktif terbagi
menjadi tiga yaitu sinergi dan kolaborasi antar lembaga atau instansi terkait,
sosialisasi dan edukasi wakaf secara komprehensif kepada semua elemen, serta
optimalisasi sumber daya yang sudah ada. Hasil pengolahan data menunjukkan
bahwa prioritas utama strategi adalah melakukan sosialisasi dan edukasi wakaf
secara komprehensif kepada semua elemen dengan nilai geometric mean sebesar
0.5, sedangkan prioritas kedua terbagi menjadi dua aspek karena nilai geometric
mean yang sama yaitu optimalisasi sumber daya yang sudah ada dan melakukan
sinergi serta kolaborasi antar lembaga/instansi terkait dengan nilai geometric
mean sebesar 0.25. Perhitungan rater agreement menghasilkan nilai Kendall‟s
Coefficient of Concordance atau W sebesar 0.55 yang menunjukkan bahwa
tingkat kesepakatan para pakar (responden) cukup tinggi. Tingkat prioritas strategi
ini dapat dilihat pada Gambar 11.
33
Simpulan
Saran
4. Sosialisasi dan edukasi wakaf harus dilakukan kepada semua elemen secara
komprehensif karena masih banyak pihak dari nazhir, wakif, pemerintah,
maupun masyarakat umum yang belum memahami wakaf dengan benar.
Sosialisasi ini memerlukan kerja sama dan dukungan dari pemerintah, para
ulama, akademisi, dan praktisi di bidang wakaf. Sosialisasi tersebut bisa
dilakukan dengan kampanye menggunakan media cetak, media elektronik, atau
media sosial. Selain itu, bisa juga dengan mengadakan seminar wakaf,
mengangkat tema wakaf pada khutbah jumat dan acara atau kajian keislaman
lainnya.
5. Perlu adanya optimalisasi sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia
maupun sumber daya lahan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mendata
terlebih dahulu seluruh aset wakaf dan juga data nazhir secara akurat. Selain
itu, aset wakaf yang sudah tidak memberikan manfaat dapat dioptimalkan
kembali dengan melakukan pertukaran harta wakaf (istibdal) kepada aset
wakaf yang dapat memberikan maslahat yang lebih besar.
6. Perlu adanya sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak atau instansi yang
terkait dengan wakaf seperti BWI, Kementerian Agama, Lembaga Zakat, MUI,
BPN dan Lembaga Keuangan Syariah, sehingga langkah-langkah dalam
pengembangan wakaf dapat berjalan baik dan hasilnya dapat dirasakan untuk
kesejahteraan umat.
7. Penelitian ini menunjukkan bahwa prioritas strategi yang utama adalah dengan
melakukan sosialisasi dan edukasi wakaf. Oleh karena itu, perlu adanya
penelitian lebih lanjut untuk mencari strategi yang tepat dan efektif dalam
melakukan sosialisasi dan edukasi wakaf kepada semua elemen masyarakat
agar perkembangan wakaf di Indonesia lebih baik.
36
DAFTAR PUSTAKA
KUESIONER ANP
Berilah nilai yang sesuai dengan besarnya pengaruh setiap aspek masalah! Isi
secara berurutan mulai dari yang paling berpengaruh hingga yang paling tidak
berpengaruh. Mohon menilai menggunakan angka yang variatif dengan nilai 1-9
skala ANP .
Bagian I Masalah
Masalah Nilai
Internal
Eksternal
Bagian II Solusi
Solusi Nilai
Internal
Eksternal
Masalah Internal
Rendahnya Kurangnya Kurangnya Profesi sebagai
Hubungan Mayoritas nazhir
kompetensi profesionalisme pemahaman nazhir nazhir tidak begitu
perorangan
nazhir nazhir tentang wakaf menarik
Peningkatan
kompetensi nazhir
Pembinaan dan
pendampingan
Solusi Internal
nazhir
Konsolidasi antar
nazhir
Transformasi nazhir
menjadi lembaga
Meningkatkan
insentif nazhir
42
Masalah Eksternal
Kurangya Kurangnya peran dan Regulasi
Hubungan Penunjukkan Minimnya biaya
pemahaman dukungan kurang
nazhir oleh wakif operasional
wakif pemerintah mendukung
Sosialisasi dan
edukasi kepada
wakif/calon wakif
Perbaikan sistem
Solusi Eksternal
rekrutmen nazhir
Optimalisasi fungsi
dan peran BWI
Revisi regulasi
yang kurang
mendukung
Meningkatkan
biaya operasional
43
Solusi Internal
Peningkatan Transformasi Pembinaan dan
Hubungan Konsolidasi Meningkatkan
kompetensi nazhir menjadi pendampingan
antar nazhir insentif nazhir
nazhir lembaga nazhir
Rendahnya
kompetensi nazhir
Kurangnya
profesionalisme
nazhir
Masalah Internal
Mayoritas nazhir
perorangan
Kurangnya
pemahaman nazhir
tentang wakaf
Profesi sebagai
nazhir tidak begitu
menarik
44
Solusi Eksternal
Sosialisasi dan Revisi regulasi
Hubungan Perbaikan sistem Optimalisasi fungsi Meningkatkan
edukasi kepada yang kurang
rekrutmen nazhir dan peran BWI biaya operasional
wakif/calon wakif mendukung
Kurangnya
pemahaman wakif
Penunjukkan
nazhir oleh wakif
Masalah Eksternal
Kurangnya peran
dan dukungan
pemerintah
Regulasi kurang
mendukung
Minimnya biaya
operasional
45
Bagian V Strategi
Strategi Nilai
MASALAH R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 GMk
1.Masalah internal 0.800 0.750 0.750 0.750 0.667 0.750 0.667 0.750
2.Masalah eksternal 0.200 0.250 0.250 0.250 0.333 0.250 0.333 0.250
SOLUSI R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 GMk
1.Solusi internal 0.750 0.800 0.667 0.750 0.333 0.750 0.667 0.667
2.Solusi eksternal 0.250 0.200 0.333 0.250 0.667 0.250 0.333 0.333
47
STRATEGI R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 GMk
1.Sinergi dan kolaborasi antar lembaga/instansi terkait 0.540 0.163 0.163 0.163 0.297 0.297 0.163 0.250
2.Sosialiasi dan edukasi secara komprehensif ke semua elemen 0.297 0.540 0.540 0.540 0.540 0.540 0.540 0.500
3.Optimalisasi sumber daya yang sudah ada 0.163 0.297 0.297 0.297 0.163 0.163 0.297 0.250
48
TRANSPOSE
3.Kurangnya
1.Kurangnya 4.Regulasi 5.Minimnya
MASALAH 2.Penunjukkan peran dan
pemahaman kurang biaya
EKSTERNAL nazhir oleh wakif dukungan
wakif mendukung operasional
pemerintah
R1 0.284 0.141 0.269 0.224 0.083
R2 0.218 0.230 0.183 0.248 0.121
R3 0.236 0.087 0.265 0.325 0.087
R4 0.162 0.178 0.149 0.268 0.243
R5 0.348 0.182 0.172 0.218 0.078
R6 0.239 0.207 0.260 0.225 0.068
R7 0.294 0.191 0.210 0.183 0.121
RANKING
R1 1 4 2 3 5
R2 3 2 4 1 5
R3 3 5 2 1 4
R4 4 3 5 1 2
R5 1 3 4 2 5
R6 2 4 1 3 5
R7 1 3 2 4 5
Total 15 24 20 15 31
U 21 MAXs 490
S 182 W 0.37143
50
TRANSPOSE
4.Kurangnya
1.Rendahnya 2.Kurangnya 3.Mayoritas 5.Profesi sebagai
MASALAH pemahaman
kompetensi profesionalisme nazhir nazhir tidak
INTERNAL nazhir tentang
nazhir nazhir perorangan begitu menarik
wakaf
R1 0.359 0.245 0.173 0.141 0.082
R2 0.361 0.223 0.108 0.161 0.147
R3 0.399 0.250 0.086 0.151 0.113
R4 0.237 0.280 0.186 0.139 0.158
R5 0.373 0.285 0.149 0.129 0.064
R6 0.246 0.195 0.148 0.348 0.064
R7 0.326 0.187 0.235 0.162 0.089
RANKING
R1 1 2 3 4 5
R2 1 2 5 3 4
R3 1 2 5 3 4
R4 2 1 3 5 4
R5 1 2 3 4 5
R6 2 3 4 1 5
R7 1 3 2 4 5
Total 9 15 25 24 32
U 21 MAXs 490
S 326 W 0.66531
51
TRANSPOSE
TRANSPOSE
TRANSPOSE
RIWAYAT HIDUP