Anda di halaman 1dari 26

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Jln. Lapangan Banteng Timur 2-4 Jakarta 10710 Telp. 3456714 Fax. 3456817

LAPORAN PERJALANAN DINAS


Nomor : __________________

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan


Kepada Yth. :
Wilayah selaku Ketua Tim Pelaksana KPPIP
Dari : Tenaga Ahli Senior / Direktur Sektor Energi KPPIP
Tanggal : 16 Oktober 2018
Laporan Perjalanan Dinas dalam rangka World Bank dan IMF Annual
Perihal :
Meeting 2018 di Bali

Bersama ini dengan hormat disampaikan Laporan Perjalanan Dinas atas nama:
Tanggal
No Nama Jabatan Instansi
Penugasan
Triharyo Indrawan Tenaga Ahli Senior / Direktur 8 - 11 Oktober
1 KPPIP
Soesilo Sektor Energi KPPIP 2018

LAPORAN HASIL PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI

1. Maksud dan Tujuan Perjalanan Dinas


Perjalanan dinas dilakukan dalam upaya untuk menghadiri pertemuan World Bank dan IMF
Annual Meeting 2018 di Bali.

2. Waktu dan Tempat


Kegiatan berlangsung pada tanggal 8 - 11 Juli 2018 di Hotel Nusa Dua, Bali.
Hari/Tanggal Kegiatan Tempat
 Jakarta
Senin, 8 Oktober 2018  Perjalanan Jakarta - Bali
 Bali

1
Hari/Tanggal Kegiatan Tempat
 IMF: External Imbalances
 IMF: Dampak Korupsi pada
Perekonomian
 IMF: Kesenjangan Output dan
Pengalaman di Eropa
 Alternatif Pembiayaan
Infrastruktur
 Reformasi Politik dan Reformasi
Ekonomi
Selasa-Rabu, 9-10
 Memperkenalkan Analisa  Bali
Oktober 2018
“Growth at Risk”
 Youth at Work
 Pendapat LSM terkait Masa
Depan Renewable Energy
 Asia at the Forefront: Growth
Challenges for the Next Decade
and Beyond
 Disruptive Technology
 Kenapa Skema PPP Gagal?
 Pengentasan Kemiskinan
 How Can New Technologies
Disrupt Financial Access?
 Bali
 What is Fintech Sandboxes &
What Next?
Jumat
 Upaya Para Anak Muda dalam
Mengentaskan Kemiskinan
 Jakarta
 Climate Risk and Green
Financing
 Perjalanan Bali - Jakarta

3. Yang Hadir dan Yang Menerima Delegasi


Kunjungan kerja dilaksanakan oleh:
No Nama Jabatan Instansi

2
Triharyo Indrawan Tenaga Ahli Senior / Direktur Sektor
1 KPPIP
Soesilo Energi KPPIP

4. Ringkasan Hasil Kegiatan/Observasi Lapangan/Temuan


1. Latar Belakang
Kegiatan ini dilakukan untuk menghadiri serangkaian acara World Bank and IMF Annual
Meeting 2018..

2. Paparan IMF untuk External Imbalances (9 Oktober 2018)


Beberapa hal yang dibahas dalam diskusi:
Pada sebuah perusahaan ada yg namanya neraca keuangan. Mirip dengan itu, pada sebuah
negara ada yg namanya current account (CA) balances. Seperti orang, CA negara tidak boleh
sakit secara eksesif (excessive imbalance, khususnya excessive defisit). Ternyata penyakit
tersebut dapat menular kepada negara lainnya. Jadi tanggung jawab semua negara, utk
menjaga kesehatan neraca CA setiap negara, agar wabah penyakit tidak menyebar.

Seperti seorang dokter spesialis, IMF telah mengembangkan model utk mengukur apakah
sebuah negara sedang mengalami sakit parah (excessive imbalance). Perlu diingat bhw bila
sebuah negara bangkrut, masih ada IMF yang bisa meminjamkan uang. Tetapi bila IMF
bangkrut, tidak ada yang bisa menyelamatkan IMF. Mereka adalah penyelamat terakhir.

Model IMF menggunakan parameter hasil (outcome) dari sebuah negara seperti Income per
capita, growth, institutional quality, demographics, cadangan devisa dll. Itu merupakan hasil
atau output dari kebijakan sebuah negara. Sedangkan kebijakan negara yang menjadi masukan
antara lain kebijakan pinjaman, kebijakan jaminan kesehatan rakyat, fiscal balance (APBN) dan
juga pengendalian nilai tukar.

Sewaktu pembicara ditanya, "Bagaimana pendapat para pembicara, tentang kebijakan


Indonesia terkait nilai tukar?". Para pembicara tidak ada yg menjawab.

Liputan ketiga dari World Bank dan IMF Annual meeting 2018 di Bali - paparan IMF
tentang dampak Korupsi pada Perekonomian

IMF mengeluarkan index yang bernama News Flow Indices Corruption (NIC). Seperti tertulis
dari kata "News Flow", index IMF ini menggunakan seluruh berita dunia, untuk mengukur index
korupsi sebuah negara. Berita-berita tersebut berupa semua berita korupsi dari koran lokal,
koran internasional, baik online maupun cetak. Ini adalah generasi ketiga dalam mengukur

3
tingkat korupsi sebuah negara. Generasi pertama adalah melalui Corruption Perception Index
(CPI) seperti yang dilakukan Transparency International.

Generasi ketiga ini menggunakan teknologi pengolahan "Big Data". Sebagai contoh untuk tahun
2017, IMF mengolah berita korupsi dari seluruh dunia sebanyak 650 juta berita dan hasilnya
cukup mengaggumkan. Sebagai contoh NIC sangat align dgn index Control of Corruption dari
World Governance. Juga sangat align dgn Corruption Perception Index (CPI) yang dilakukan
Transparency International.

NIC Juga sejalan dengan Judicial independence index dan Global competitiveness index.
Semakin independent para Hakim sebuah negara, maka akan semakin baik NIC negara
tersebut. Demikian pula competitiveness sebuah negara, negara akan semakin competitive, bila
NIC membaik.

Beberapa hasil menarik dari analisa NIC adalah bhw pada saat krisis ekonomi sebuah negara,
bila NIC baik, maka negara tersebut lebih tahan terhadap krisis. Karena tingkat kepercayaan
rakyat pada negara tersebur sangat tinggi. Sehingga mampu untuk keluar dari krisis.

Data lain yang menarik adalah bahwa bila institusi anti korupsi, secara struktural diimplementasi
pada sebuah negara, dan transparansi pengelolaan pemerintah juga dikembangkan, maka data
menunjukkan bahwa NIC negara tersebut akan membaik.

Liputan keempat dari World Bank dan IMF Annual meeting 2018 di Bali - paparan IMF
tentang Kesenjangan Output dan pengalaman di Eropa

Output gap (Kesenjangan Output) adalah ukuran ekonomi dari perbedaan antara output aktual
dari perekonomian sebuah negara, jika dibandingkan dengan output potensialnya. Output
Potensial sebuah negara adalah jumlah maksimum barang dan jasa yang dapat dihasilkan oleh
ekonomi ketika negara tersebut sangat efisien — yaitu, pada kapasitas penuh. Seringkali,
output potensial disebut juga sebagai Kapasitas Produksi Ekonomi.

Sama seperti GDP yg dapat naik atau turun, Kesenjangan Output, dapat positif dan negatif.
Kesenjangan Output positif terjadi ketika output aktual lebih dari output kapasitas penuh. Ini
terjadi ketika permintaan (demand) sangat tinggi dan, untuk memenuhi permintaan itu, pabrik
dan para pekerja beroperasi jauh di atas kapasitas mereka yang paling efisien.

4
Sedangkan Kesenjangan output negatif terjadi ketika output aktual kurang dari apa yang
ekonomi sebuah negara, dapat hasilkan pada kapasitas penuh. Kesenjangan negatif berarti
bahwa ada kapasitas cadangan, atau ada kelonggaran dalam ekonomi, karena permintaan
yang lemah. Kondisi ini menunjukkan bahwa ekonomi berjalan pada tingkat yang tidak efisien
— entah terlalu banyak yang bekerja tidak efisien atau tidak menggunakan sumber daya
dengan tepat.

IMF menunjukkan bahwa negara2 di Eropa, bahwa semakin tinggi hutang negara tersebut,
maka Kesenjangan Outputnya menjadi lebih positif. Negara terkesan menjadi lebih bekerja
keras untuk semakin efisien, karena harus membayar hutang. Juga tampak bahwa ada
hubungan antara angka inflasi debgan Kesejangan Output. Semakin tinggi angka inflasi, maka
akan semakin positif Kesenjangan Output.

Liputan kelima - World Bank and IMF Annual meeting 2018 di Bali - Pemerintah Terus
Upayakan Alternatif Pembiayaan Infrastruktur

Pembiayaan merupakan salah satu tantangan utama dalam membangun infrastruktur. Karena
itu, menemukan skema dan sumber yang inovatif untuk melengkapi pembiayaan konservatif
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pun mutlak diperlukan.

“Kita perlu terus menggali paradigma baru dalam pendanaan infrastruktur. Maka forum yang
diinisiasi oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Forum Koordinasi
Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan (FKP3K) ini diharapkan dapat memberi
solusi pada kita,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat
memberikan sambutan kunci dalam acara Indonesia Investment Forum, sebagai rangkaian
acara International Monetary Fund – World Bank Group (IMF-WBG) 2018, Selasa (9/10), di
Nusa Dua Bali.

Hadir dalam kesempatan ini antara lain Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri BUMN Rini M
Soemarno, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono,
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) Indonesia Wimboh Santoso, serta perwakilan kementerian/lembaga terkait.

5
Menko Darmin lantas menceritakan perjalanan pembangunan infrastruktur Indonesia selama
masa pemerintahan Jokowi-JK. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015 - 2019 disusun dan salah satunya difokuskan pada akselerasi infrastruktur.

Dari tahun 2015 hingga tahun 2019, pemerintah menargetkan untuk membangun berbagai
macam infrastruktur seperti 1.800 km jalan tol, 2.159 km kereta api antar kota, 24 pelabuhan
baru, 15 bandara baru, serta 35.000 MW pembangkit listrik.

Kemudian lebih fokus lagi, pemerintah pun telah menetapkan Proyek Strategis Nasional (PSN)
yang saat ini terdiri dari 223 proyek dan 3 program, dengan perkiraan total nilai investasi
sebesar USD 307.4 Miliar. Data per Juni 2018 menunjukkan bahwa 32 proyek telah selesai dan
44 PSN sedang dalam operasi parsial. Selain itu, kemajuan program listrik 35GW juga
menunjukkan perkembangan, sebesar 2.278 MW sudah beroperasi.

Kata Darmin, dari perkiraan total nilai investasi sebesar USD 307.4 Miliar untuk PSN tersebut,
lebih dari 50% pendanaan diharapkan berasal dari sektor swasta.

“Salah satu fokus utama untuk menarik sektor swasta adalah dengan adanya skema Public
Private Partnership (PPP). Pemerintah terus mendukung dari aspek fiskal, regulasi, maupun
kelembagaan,” sambungnya.

Dari sisi fiskal, pemerintah telah menyiapkan dana dukungan tunai infrastruktur (Viability Gap
Fund), pembayaran secara berkala (Availability Payment), dan jaminan. Dari aspek regulasi,
pemerintah memiliki Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional untuk memandu
proses PPP dan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur tentang penggunaan aset negara
untuk proyek PPP.

Sementara soal kelembagaan, pemerintah telah membentuk Komite Percepatan Penyediaan


Infrastruktur Prioritas (KPPIP) untuk debottlenecking, PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI)
untuk mengeksekusi fasilitas pengembangan proyek, dan PT Penjaminan Infrastruktur
Indonesia (PT PII) untuk memberikan jaminan pemerintah.

“Pemerintah juga telah menerbitkan berbagai produk keuangan inovatif untuk infrastruktur.
Misalnya, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA), Reksa Dana Penyertaan
Terbatas (RDPT), dan Komodo Bond,” terang Darmin.

6
Pemerintah pun mendorong penerbitan instrumen pembiayaan infrastruktur alternatif lainnya,
seperti Dana Investasi Infrastruktur (DINFRA) dan Obligasi Pemerintah Daerah. Pemerintah
saat ini juga sedang mengembangkan peraturan untuk skema baru yaitu Skema Konsesi
Terbatas atau Limited Concession Scheme (LCS).

Selanjutnya, menurut Darmin, pemerintah juga telah mengeluarkan peraturan yang bertujuan
untuk meningkatkan kepercayaan bagi investor dengan menyediakan kemudahan dan berbagai
alternatif transaksi lindung nilai terhadap risiko nilai tukar rupiah. Beberapa contohnya adalah
Call Spread Options dan Domestic Non Deliverable Forward yang baru diperkenalkan.

“Terlepas dari inisiatif-inisiatif tersebut, pemerintah menyadari bahwa kerjasama dengan dunia
internasional juga masih diperlukan untuk terus mengembangkan skema pembiayaan
infrastruktur yang inovatif,” tegas Menko Perekonomian.

Buku Foto Infrastruktur

Darmin menjelaskan, KPPIP telah mendokumentasikan dan menerbitkan Buku Foto


Infrastruktur Indonesia. Buku Foto yang rencananya akan diluncurkan beberapa minggu ke
depan ini berjudul “Kemajuan Infrastruktur Nasional: Modal Transformasi Ekonomi dan
Kesatuan Bangsa”.

“Buku ini mencerminkan semua pencapaian dan semangat pemerintah dalam membangun
infrastruktur yang adil di seluruh Indonesia. Buku ini juga menunjukkan keragaman dan sinergi
dari sektor infrastruktur yang dibangun, mulai dari jalan, kereta api, pelabuhan, bandara,
bendungan, energi dan lainnya,” tutur Menko Perekonomian.

Di akhir sambutannya, Menko Darmin mengajak seluruh rakyat Indonesia memandang masa
depan Indonesia dengan optimistis. “Tentunya ada tantangan yang dihadapi oleh pemerintah
dalam membangun infrastruktur. Namun, saya yakin upaya yang dilakukan Pemerintah
Indonesia bersama para pemangku kepentingan akan dapat menjawab tantangan ini,”
pungkasnya.

[13:38, 10/9/2018] Pak Hengki: Liputan ke-enam dari World Bank and IMF Annual meeting
2018 di Bali - Reformasi politik atau reformasi ekonomi, mana yang prioritas?

7
IMF menyatakan bahwa analisa pada banyak negara, menunjukkan bahwa bila negara
melaksanakan reformasi ekonomi bersamaan dengan reformasi politik, umumnya menemui
kegagalan. Juga melakukan reformasi pada saat negara sedang krisis, juga dapat berakibat
fatal. Saat negara sedang tumbuh dan sedang tenang (tidak krisis), reformasi saatnya harus
dilakukan.

Pertanyaannya adalah Reformasi apa yang paling berdampak pada ke-ekonomian, dan juga
mudah mendapat dukungan publik (dukungan politik). Berikut ini adalah kajian IMF berdasarkan
banyak data negara berkembang seperti di Amerika Selatan, khususnya Brazil :

- Banking sector reform


Dampak ekonomi tinggi, dan dukungan politik utk reformasi ini juga tinggi

- Labor market reform


Dampak ekonomi tinggi, tetapi dukungan politik rendah

- Legal system reform


Dampak ekonomi sedang, dan dukungan politik sedang

- Product market reform


Dampak ekonomi rendah, tetapi dukungan politik tinggi

- Free market reform (Trade opennes)


Dampak ekonomi rendah dan dukungan politik sedang

Juga disampaikan oleh IMF, reformasi terhadap legal system dan juga reformasi terhadap labor
market, ternyata sangat sulit untuk melakukan legislasi di parlemen. Demikian ringkasan kajian
IMF.

Liputan ke-tujuh dari World Bank and IMF Annual meeting 2018 di Bali - memperkenalkan
analisa "Growth at Risk" ?

Pembicara jam 14:45 adalah seorang ahli ekonomi IMF dari Thailand yang bernama Phakawa
Jeasakul. Ia bercerita bahwa waktu kecil, keluarganya mengalami dampak parah akibat krisis

8
moneter di tahun 1997 - 1998. Dalam hidupnya, ia terus berupaya utk menemukan cara,
bagaimana memprediksi kemungkinan terjadinya krisis ekonomi pada sebuah negara. Ia ingin
mencegah terulangnya kejadian di Thailand, bisa terjadi pada negara lain.

Hasil risetnya adalah sebuah metoda analisa yang bernama "Growth at Risk". Inti dari riset ini
adalah, membuat analisa persentase probabilitas kemungkinan terjadinya krisis ekonomi pada
sebuah negara. Jadi mirip seperti ramalan cuaca. Bila persentase probabilitas hujan akan turun
adalah 90%, maka dapat hampir dipastikan bahwa hujan bakalan turun. Bila persentase ini
misalnya 5%, maka hujan kemungkinan besar tidak akan turun.

Seperti ramalan cuaca, model Growth at Risk ini jumlah variabelnya ada sekitar 40 parameter
dan hasil analisanya adalah persentase probabilitas kemungkinan terjadinya Growth at Risk
atau Krisis Ekonomi. Bila persentase ini tinggi, maka krisis ekonomi kemungkinan akan terjadi.
Bila persentasenya kecil, maka negara tersebut kemungkinannya kecil akan mengalami krisis.

Analisa ini sudah mulai diterapkan oleh IMF dalam tugasnya untuk melakukan country
surveillance. Sebagaimana diketahui, mandat IMF dari semua anggotanya adalah seperti
dokter spesialis yang menganalisa kondisi kesehatan perekonomian sebuah negara. Team IMF
berdiskusi langsung dengan para pengelola keuangan dan juga pimpinan bank sentral sebuah
negara, utk memprediksi kebijakan, khususnya yg dapat mengakibatkan "Growth at Risk".

Liputan kedelapan dari World Bank and IMF Annual meeting 2018 di Bali - Youth at work

Menurut International Labor Organization (ILO), dalam beberapa tahun terakhir ini, diperkirakan
terjadi tambahan sekitar 500 juta lapangan pekerjaan tambahan bagi anak muda. Tetapi
tambahan pekerjaan ini sangat beragam, misalnya kualitas pekerjaan, jenis pekerjaan (casual,
part time dll), dimana pekerjaannya (kota, pedesaan dll). Tetapi justru keinginan anak muda
untuk bekerja terkesan menurun. Analisa ILO, sekitar 45% anak muda saat ini, ingin
melanjutkan bersekolah, pada pendidikan yang lebih tinggi.

Kosovo adalah negara dengan pekerja muda terbesar di Eropa. Wakil dari Kosovo
menyampaikan bahwa peran negara sangat besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi
anak muda. Wakil dari Afrika Selatan juga sepakat bhw perlu adanya enabling policies dari
Pemerintah utk misalnya pemasaran produk, infrastruktur teknologi, kebijakan fiskal yg
mendukung para entrepreneurs muda dll.

9
Terkait teknologi, Zaki pemilik Bukalapak menyatakan bahwa teknologi adalah pemberi
kesempatan (opportunity) dan juga pemberi keadilan. Ia memulai bisnis di tempat kosnya.
Sekarang ia memiliki 2000 karyawan dan valuasi perusahaannya sdh diatas US $ 1 milyar.
Menurut Zaki semakin muda umur karyawannya, akan semakin baik utk belajar teknologi baru.
Karena kalau sudah tua, otak mereka terkesan sudah penuh (sulit belajar).

Wakil dari Afrika Selatan menyampaikan bahwa, sebagian besar kontinen Afrika tidak
mempunyai akses ke Internet. Ini merupakan masalah yang cukup berat dan hambatan utama
untuk pengembangan entrepreneurs muda disana.

Terkait pendidikan, wakil ILO menyatakan di Thailand ada sekitar 30% anak muda
berpendidikan tinggi, yang menganggur. Penyebabnya tidak adanya kemampuan soft skill,
creativity, skills mismatch dengan market. Wakil ILO juga menyampaikan bahwa 70% migran
dari Afrika ke Eropa, umurnya lebih muda dari 30 tahun.

Wakil dari Tunisia menyatakan bahwa migrasi lewat kapal dari Afrika ke Eropa, adalah sebuah
tragedi. Lebih dari teknologi, lebih dari pendidikan, para generasi muda perlu adanya "sense of
purpose". Sebagaimana para anak muda pada negara-negara di bagian utara Afrika, mereka
saat ini sudah kehilangan sense of purpose utk tinggal di negaranya dan memilih bermigrasi ke
Eropa. Para anak muda tersebut memilih mati di Laut Mediterranean dari pada tinggal di
negaranya. Sense of Purpose inilah yang perlu dicari oleh para generasi muda, dimanapun di
dunia.

Terkait Sense of Pupose, Zaki menambahkan bahwa karyawan Bukalapak yang sangat
menonjol adalah mereka yang banyak bertanya "why, why, why". Berfikir kritis agar dapat
berperan dalam memberikan nilai tambah kepada perusahaan, komunitas dan negara adalah
kuncinya

Liputan kesembilan dari World Bank and IMF Annual meeting 2018 di Bali - apa kata para
LSM utk masa depan Renewable Energy?

Pagi ini suasana di campus Nusa Dua sangat hectic dan banyak sekali antrian untuk
pemeriksaan security. Menurut info pak JK akan hadiri acara. Bila kemarin adalah paparan2

10
dari pihak IMF yang sifatnya banyak analytical study. Pagi ini adalah paparan2 dari pihak World
Bank.

Uniknya dari World Bank, mereka justru menampilkan paparan2 dari para Civil Society
Organization (CSO) atau dalam bahasa Indonesia adalah para Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM). Nampaknya World Bank ingin menampilkan para CSO ini. Sebagai contoh, pagi ini ada
3 (tiga) topik paparan dari para CSO secara paralel yaitu tentang pendanaan untuk masyarakat
kelas bawah, masa depan cara bekerja dan masa depan Energi terbarukan (Renewable
Energy) .

Tentu karena saya menyenangi bidang energy, maka saya memilih untuk mengikuti diskusi
panel tentang energi terbarukan. Tapi rupanya ruangannya relatif kosong. Jumlah panelis dan
para pendengar, hampir sama banyaknya. Para panelisnya antara lain dari E3G Third
Generation Environmentalism yg beroperasi di Asia tenggara, lalu Tearfund yang beroperasi di
India, dan Spectrumsdkn yang mengembangkan enwrgi terbarukan di Myanmar. Juga tentunya
pimpinan climate change di World Bank.

Para CSO ini dalam paparan2nya mempunyai misi yang sama yaitu menggeser (shift)
pembangkitan listrik dgn fossil fuel (batu bara, solar dan gas alam) ke renewable energy
(sebagian besar matahari - solar panel). Sebagai contoh E3G berhasil mendorong kebijakan
PM baru di Malaysia untuk membatalkan beberapa proyek pembangkit listrik dengan batu bara.

Organisasi Tearfund dan Spectrumsdkn berupaya untuk mendorong subsidi yang selama ini utk
pembangkitan listrik dengan fossil fuel ke pembangkitan listrik ke energi terbarukan. Organisasi
LSM ini juga mendorong untuk pembangunan off grid dan mini grid untuk masyarakat kelas
bawah. Sebagian besar menggunakan pendanaan dari World Bank dan para negara donor.

Pihak World Bank menyampaikan bahwa 28% dari seluruh pinjaman mereka di tahun 2016
adalah climate change related. Pada tahun 2018 meningkat menjadi 32 % atau $ 19,2 milyar
dengan setiap 2% kenaikan berarti sekitar tambahan $ 1,2 milyar. World Bank tidak akan danai
lagi pembangkit listrik batu bara.

Tujuan utama World Bank adalah menggeser fossil fuel ke Renewable Energy. World Bank
menyampaikan bahwa pendanaaan yang mereka telah berikan selama ini telah menghasilkan

11
18 GW renewable energy. Juga pendanaan sekitar $ 5 milyar telah dikeluarkan utk energy
access. Dari nilai tersebut $ 1. 4 milyar utk pengembangan off grid and mini grid

Off grid dan mini grid adalah sangat penting utk access energy dan merupakan fokus dari World
Bank. Untuk off grid dan mini grid investasi baterai juga harus bisa diupayakan utk bisa
semakin murah.

Liputan kesepuluh dari World Bank and IMF Annual meeting 2018 di Bali - Asia at the
forefront : growth challenges for the next decade and beyond

Panelis kali ini adalah Dirut ADB, Pimpinan Bank Sentral India, Professor ekonomi dari Peking
University dan Professor ekonomi dari Harvard University.

Pembahasan panelis adalah tentang perang dagang antara China dan Amerika. Professor dari
China menyampaikan bahwa 80% GDP China adalah dari konsumsi dalam negeri. Sehingga
perang dagang sampai hari ini, tidak terlalu berdampak di China. Memang ada dampaknya
pada curent account di China, yang sebelumnya surplus menjadi hampir balance.

Namun demikian, Supply chain produk dari dan ke China akan terkena dampak. Dampaknya
bisa positif, bila terjadi reroute produk dari China melalui negara lain. Kalau supply chain yang
selama ini memasok bahan baku ke China akan terkena efek negatif. Nilai tukar Yuan-lah yang
perlu diperhatikan sebagai dampak dari perang dagang ini.

Pimpinan Bank Sentral India menyampaikan bahwa India, saat ini sedang mengalami curent
account defisit. Namun secara struktur India bisa bertahan terhadap adanya perang dagang
antara China dan Amerika. Namun demikian, pergeseran dari paham globalisasi ke paham
nasionalisasi pada negara2 besar di dunia, akhirnya akan berdampak pada India karena curent
account defisitnya.

Dirut ADB menyampaikan bahwa perang dagang antara China dan Amerika masih relatif tidak
disruptive. China growth hanya turun 1%. Negara2 lainnya seperti Korsel, Jepang, India dan
lainnya masih relatif baik pertumbuhannya. Tetapi kalau peperangan ini terus meningkat
(eskalasi) maka akan terjadi kerusakan pada Supply Chain.

12
Menurut Professor dari Harvard, perang dagang ini karena adalah kebijakan Presiden Trump yg
musti dihentikan. Namun dari sisi yg berbeda, Dirut ADB menyampaikan bahwa China perlu
untuk introspeksi diri dan bukan hanya menyalahkan kebijakan Trump. Karena persepsi dunia
terhadap China memang terkesan China seperti ingin mendominasi dunia. Hal serupa terjadi
pada Jepang di tahun 1980-an.

Sebagai contoh bantuan pinjaman Belt and Road Initiative (BRI) oleh China utk connectivity,
tidak menggunakan OECD guidelines dalam memberikan pinjaman. Selain itu China
menggunakan marketnya yg sangat besar untuk mengakuisi teknologi dan menjadi negara
industri super power. Ini yg mungkin perlu disadari China.

Professor dari Havard menyarankan investasi BRI oleh China untuk meningkatkan produktivitas
dalam memajukan Asia, misalnya melalui pengembangan Smart grids, Fiber optics, Renewable
energy, Artificial intelligence dengan prinsip-prinsip stay open, interconnected, dan
enviromentally friendly. Professor dari Peking menyampaikan bahwa saat ini micro credit di
China sedang didorong pada investasi UKM dgn memanfaatkan teknologi digital. Sebagai
contoh, Sebuah perusahaan UKM dgn 2 orang karyawan, saat ini bisa melayani 5 juta
pelanggan berkat digitalisasi.

Dirut ADB menyampaikan bahwa Digital transformasi sedang terjadi di Asia. Inilah yang
merupakan salah satu resep untuk mencegah terjadinya Middle Income Trap seperti di Amerika
Selatan. China, Korea, Jepang, Taiwan, Singapore, sudah menunjukkan kesuksesan utk tidak
terjebak di trap tersebut dengan mengandalkan pengembangan industri jasa dan
mentransformasikannya ke digital.

Liputan kesebelas dari World Bank and IMF Annual meeting 2018 di Bali - Disruptive
technology

Teknologi disruptive berbasis digital bisa positive dan juga bisa negatif. Bisa juga menghasilkan
pemenang tetapi juga bisa menciptakan pecundang. Di Asia nampaknya berdampak positif.
Tetapi di Amerika secara umum terjadi efek negatif. Data di Amerika menunjukkan bahwa
banyak pecundang, seperti pekerja di kelas menengah yang tadinya bekerja, tiba2 menjadi
pengangguran akibat digital transformasi. Mengatasi dampak negatif Disruptive Technology
nampaknya belum ada solusi yg tepat.

World Bank menyampaikan bahwa MENA (Middle East to North Afrika dari Maroko ke Iran)
diperlukan pekerjaan sebanyak 350 juta lapangan pekerjaan. Bagaimana caranya dan
bagaimana pendanaaannya. Tapi satu hal yang tdk dapat dipungkiri, adalah penggunaan
teknologi digital. Sehingga negara2 di MENA perlu melakukan kebijakan untuk "enabling" bukan

13
hanya "do". Contoh di Tunisia adanya produk2 legislatif seperti untuk membantu "start up act"
companies.

Beberapa panelis menyampaikan bahwa untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran,


penggunaan disruptive technology seharusnya ditujukan untuk menghimpun data dan juga
pemanfaatannya. World Bank menyampaikan bahwa saat ini, dunia tidak memiliki 82% data
tentang masyarakat miskin dunia. Amerika punya cukup banyak data tentang masyarakat
miskin disana, tetapi datanya tidak terintegrasi dan juga tidak termanfaatkan secara optimum.
Ini merupakan tantangan dari adanya Disruptive technology.

Salah satu caranya adalah mengintegrasikan informasi yang tersimpan di Social media dan
juga data yg tersimpan pada beragam bisnis online, dengan data untuk penyusunan kebijakan
Pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. Tetapi menjembatani ini tidak mudah dan akan
mengalami banyak hambatan seperti masalah legal, privacy dll. Wakil World Bank dari MENA
menyampaikan bahwa cara2 tersebut bukan Utopia, tetapi sdh digunakan pada negara2 yg
hancur karena peperangan. Transaksi terpaksa dilakukan melalui e-payment dan masyarakat
terpaksa dihimpun keberadaannya melalui social media.

Liputan kedua belas dari World Bank and IMF Annual meeting 2018 di Bali - kenapa
skema Public Private Partnership (PPP) atau Skema KPBU gagal?

Pembicara kali ini adalah para pimpinan NGO (CSO) yang mengkaji Proyek PPP dari seluruh
dunia. Juga NGO PPP dari Philippines yang khusus membahas kegagalan Proyek MRT di
Manila dan juga seorang ahli dari IMF. Entah kenapa, ahli World Bank yang sering
mempromosikan PPP Projects tidak menjadi panelis.

Indonesia saat ini sedang mendorong skema baru untuk membangun infrastruktur dengan pola
skema investasi, yang bernama skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
Skema ini di dunia lebih dikenal dengan nama skema Public Private Partnership (PPP). Banyak
sekali proyek infrastruktur di Indonesia yang sekarang sudah berhasil dengan Skema PPP,
contohnya Proyek Palapa ring, yang menyediakan teknologi internet 4G untuk seluruh
masyarakat Indonesia, sampai ke pulau2 terluar

Skema ini dipilih oleh banyak negara2 di seluruh dunia, karena adanya keterbatasan pada
anggaran Pemerintah. Sementara itu, kebutuhan peningkatan sarana infrastruktur untuk
melayani masyarakat, sangat semakin diperlukan.

Siang ini, para Civil Society Organization (CSO) menyampaikan paparan tentang kegagalan
skema proyek dgn skema PPP, dan juga dampak2 buruknya bagi masyarakat pengguna. Salah
satu pembicara menunjukkan pengalaman kegagalan 10 proyek PPP di seluruh dunia yang

14
tidak ramah lingkungan, yang menjadi terlalu mahal, berdampak buruk karena kemahalannya
harus ditanggung masyarakat dll.

Contoh lain adalah pembicara dari Philipina yg menyampaikan pengalaman MRT di Manila
yang mengalami cost over run, juga pemerintah menjamin investment return (ini aneh) %,
dikuasai oleh beberapa Oligarchs Philipina dan akhirnya terpaksa harus dibeli Pemerintah
dengan biaya yg sangat mahal. Setelah MRT dibeli oleh Pemerintah, perawatannya menjadi
buruk, dan kemudian menjadi MRT yg sangat berbahaya bagi penumpang. Dari 20 jalur,
akhirnya hanya 8 jalur yg beroperasi dan antrian penumpang mengular sampai ke jalan.

Para pembicara dari CSO, secara kompak meminta untuk "Stop agressive promotion PPP
projects". Perhatikan dan pelajari semua resiko. Jangan sampai membebani masyarakat.

Pembicara dari IMF, menyampaikan bahwa IMF tdk mendorong skema PPP. Sebagai contoh
saat Negara Portugal mengalami krisis, IMF harus mem-bail out proyek2 PPP, yg tdk sukses
(tidak viable) contohnya jalan tol dari Kota Lisbon ke pantai, yang ternyata tdk terpakai secara
optimum (kosong). Intinya pihak IMF sangat berharap PPP scheme, digunakan untuk
membangun infrastruktur yang betul2 diperlukan masyarakat. Jangan hanya karena misalnya
pencitraan atau janji politik.

Dalam Q&A ditanya apakah ada skema lain utk percepatan pembangunan infrastruktur selain
PPP, bila anggaran Pemerintah terbatas. Jawaban panelis kuncinya adalah pengendalian
learning cost, jangan sampai learning cost terlalu membebani masyarakat. Panelis CSO
menyampaikan bahwa bukan untuk men-stop PPP Projects secara total, tetapi Stop agresive
promotion PPP Projects. Procure PPP Projects for the right reason. Gunakan resource yang
baik, sehingga semua resiko termitigasi dan pada akhirnya tdk membebani masyarakat.

Liputan ke-tiga belas dari World Bank and IMF Annual meeting 2018 di Bali -
Pengentasan Kemiskinan

Pagi ini saya mengikuti paparan IMF tentang upaya untuk pengentasan kemiskinan. Pertama
adalah klasifikasi orang miskin dan orang kaya, dari pendapatan mereka per hari :
- Miskin ekstrim < $1,9 (750 juta orang)
- Miskin moderat $ 1.9 to $ 3.2 (1,2 milyar orang)
- Kategori Vulnerable $ 3.2 to $ 5.5 (1,5 milyar)

15
- Kelompok menengah atas > $ 5.5
Dalam 13 tahun dari 2002 sd 2015, jumlah penduduk dunia yg miskin ekstrim dan miskin
moderat turun dari ratio 50% ke 20% secara total.

Pengurangan head count kemiskinan ini, disepakati oleh banyak pihak, disebabkan oleh karena
adanya Economic Growth pada banyak negara. Namun walaupun head count angka
kemiskinan dunia terus menurun, tetapi kesenjangan antara kaya dan miskin (inequality)
semakin meningkat. Ini artinya, yg kaya sangat cepat semakin kaya dan yang miskin hanya
marginal (hanya mampu keluar dari kemiskinan).

Lalu bagaimana caranya mengurangi (menghilangkan) inequality agar orang yang miskin
meningkat kekayaannya, secepat orang kaya meningkat kekayaannya?. Kenapa ada negara
yang bisa seperti itu. Ini pertanyaan menarik dari Team IMF.

Dari berbagai kajian, rupanya ada 3(tiga) kelompok kebijakan yg dapat mempengaruhi
inequality dengan berbagai parameter yaitu :
- kelompok return on capital
Human capital (pendidikan), technological know how dan infrastructure
- kelompok appropriation of return
Higher taxation (utk pemerataan), property rights, contract enforcement, labor capital conflicts
- kelompok access to finance
lower savings, poor financial intermediation and poor financial integration
Berdasarkan parameter diatas, dibuatlah system diagnostic oleh IMF untuk menganalisa
inequality pada sebuah negara.

Contoh hasil diagnostic menggunakan parameter diatas pada sebuah negara (tidak disebut
negaranya) :
Revenue mobilization (tingkatkan pendapatan)
- kurangi income tax (pph) exemption
- kurangi Value Added Tax PPN exemption
- formalize employment
- perkuat pajak real estate (property)
Expenditure Reforms (kurangi kebocoran)
- hilangkan universal subsidi energi
- perbesar dan gunakan targeted social benefits

16
- Tingkatkan Upah minimum regional (UMR) utk dibenchmark secara internasional

Menarik sekali mengikuti kiat IMF untuk mengentaskan kemiskinan dunia, melalui parameter
yang bisa dianalisa dan kemudian bisa diperbaiki kebijakannya oleh sebuah negara.

Liputan ke-empat belas dari World Bank and IMF Annual meeting 2018 di Bali - How Can
New Technologies Disrupt Financial Access?

Panelis siang ini antara lain dari perusahaan yg bernama B-cash dari Bangladesh. Perusahaan
ini membantu transaksi keuangan, puluhan juta golongan bawah di negeri tsb. Lalu ada
perusahaan Indonesia yang mengembangkan bisnis jual beli saham secara retail (bernilai
kecil). Ada juga perusahaan yang menggunakan artificial inteligence untuk membantu transaksi
investasi (saham, obligasi dll).

Panelis lain adalah dari Flutterwave. Sebuah perusahaan booming yang baru 3 (tiga) tahun
berdiri di Afrika. Perusahaan ini membuat platform utk bisa menerima berbagai pembayaran
yang sangat beragam di berbagai negara di Afrika. Sehingga perusahaan2 dunia seperti Uber,
Amazon dll cukup bekerja sama dgn Flutterwave, utk bisa masuk ke seluruh negara di Afrika.
Uber misalnya tidak harus mengembangkan aplikasi pembayaran dari negara ke negara.

Selsin itu ada juga panelis dari platform Alipay (dari Alibaba) di China yang memberikan
persetujuan kredit perbankan, hanya dalam 3 (tiga) meni, setelah permohonan, dan hanya 1
detik utk persetujuan. Nama Proyeknya adalah 310 Project. Angka 0 dibelakang adalah zero
human interface. Proyek ini ditujukan utk membantu UKM, yg hanya perlu pinjaman $ 10 sd $
20, dan juga perlu cepat prosesnya. Cara2 pinjaman melalui perbankan tradisional tidak
mungkin dilakukan.

Penerapan teknologi digital ini lebih dikenal juga dengan nama penggunaan Teknologi
Blockchain. Sebuah platform teknologi online payment, yang digunakan oleh para pekerja
Phillipine di Hongkong, misalnya untuk mengirimkan dana ke keluarganya di Phillipine. Dengan
teknologi ini, banyak perusahaan yang juga mengembangkan dan menjual software berbasis
Blockchain.

Stripe contohnya adalah perusahaan Amerika yg menjual software untuk online payment
transaction. Stripe menjual software, baik ke start up company, sampai perusahaan yg berskala

17
raksasa. Idea transaksi keuangan sekecil apapun, saat ini bisa dengan mudah di konversi ke
online payment.

Dari berbagai paparan para panelis, nampaknya teknologi Blockchain dan penggunaan
Datablock akan semakin menyebar dan sulit dibendung. Pemerintah, pengusaha, para
cendekia perlu untuk mempelajari dan memanfaatkan teknologi ini dimasa mendatang.

Liputan Kelima belas dari World Bank and IMF Annual meeting 2018 di Bali - Networking
untuk upaya energy efficiency di Indonesia?

Salah satu manfaat adanya konferensi tingkat dunia, adalah kemudahan untuk menemui para
pejabat, pimpinan organisasi dan Dirut perusahaan. Jam makan siang kali ini, saya gunakan
untuk sebuah misi khusus, yaitu meningkatkan upaya energi efisiensi di Indonesia.

Sebagai latar belakang, Pemerintah Indonesia selalu mendorong untuk pembangkitan listrik
seperti Program Fast Track (FTP) 10.000 MW di era Presiden SBY dan juga Program 35.000
MW pada era Presiden Jokowi. Tetapi yang terkadang luput dari liputan media, dan umumnya
tidak terlihat adalah upaya Pemerintah dalam melaksanakan Program penghematan energi
(energy efficiency). Rinciannya ada dalam Peraturan Presiden tentang Rencana Umum Energi
Nasional (RUEN).

Salah satu syarat yang digariskan dalam Perpres RUEN, adalah perlunya dikembangkan bisnis
penghematan energi, yang dilakukan oleh perusahaan yang diberi nama Energy Service
Company atau ESCO. Saat ini satu-satunya BUMN yg bergerak di bidang ini adalah PT Energy
Management Indonesia (EMI). Perusahaan ini 100% dimiliki oleh Pemerintah.

Saat makan siang tadi, saya secara khusus "berjualan" tentang PT EMI dengan bisnis ESCO-
nya kepada Asian Infracstructure Investment Bank (AIIB). Ini adalah Bank Multi-lateral (dimiliki
banyak negara), yang salah satu pemegang sahamnya adalah Indonesia. Saya sdh pelajari
rencana pendanaan AIIB dan visi mereka untuk energy efficiency dan juga membangun
resilient cities. Mengingat hampir semua dunia perbankan, selalu ingin untuk berupaya
mendanai proyek yang dapat mengurangi emisi karbon.

Dengan selembar brosur buatan PT EMI, saya coba jelaskan ke Direktur Jenderal Investasi
AIIB, sbg pemegang tanggung jawab tertinggi utk investasi di AIIB. Beliau langsung setuju dan

18
sangat siap mendukung untuk memberikan pendanaan murah. Dirjen AIIB langsung ingin
memulai untuk upaya energy eficiency di banyak BUMN seperti Pertamina, PLN, Semen,
Pupuk, PTPN, dan banyak lagi. Saya bilang akses terbaik adalah bermitra dengan PT EMI.
Mereka langsung tanya apa bisa segera bertemu.

Selain itu saya juga langsung cari dan berjualan ke pak Armand sebagai Direktur Utama PT
Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII). Beliau langsung bilang "sangat mau dan sangat
berminat". PT PII siap memberikan penjaminan pinjaman untuk BUMN yang 100% dimiliki
Pemerintah. Dengan jaminan tersebut, maka bunga pinjaman bisa seperti pinjaman yg dijamin
Pemerintah. Sewaktu saya mau jalan, pak Armand bilang lagu, "Kami berminat, tolong ya pak
Hengki*. Tentu aku jawab, "siapp!!".

Liputan Ke-enam belas dari World Bank and IMF Annual meeting 2018 di Bali - What is
Fintech Sandboxes & what next?

Ketika pemerintah bersaing untuk mendorong inovasi teknologi keuangan (fintech) secara
daring (online), konsep regulatory sandbox (kotak pasir) mulai berkembang di seluruh dunia.
Kotak pasir ini adalah mekanisme pengaturan yang dirancang untuk membawa produk inovatif,
seperti layanan pembayaran baru ke pasar lebih cepat, sambil memastikan perlindungan bagi
pelanggan yang memadai.

Beberapa pemerintah menerapkan regulatory sandbox (pengaturan kotak pasir), sebagai


bagian dari inisiatif inovasi yang lebih luas. Karena Pemerintah perlu untuk terus bersaing
dalam menciptakan lingkungan peraturan yang dapat menarik dan kondusif, bagi para inovator
fintech.

Dipelopori di Inggris pada tahun 2015, pendekatan kotak pasir inu, menyebar dengan cepat.
Kotak pasir kini berada di berbagai tahap pengembangan dan penerapan di negara-negara
termasuk Australia, AS, Hong Kong, Malaysia, Singapura, Swiss, Thailand, dan Uni Emirat
Arab.

Di Inggris kotak pasir Fintech, rupanya adalah sebuah upaya Pemerintah yg bertujuan untuk
menggabungkan kekuatan ratusan perusahan dalam menerapkan sebuah teknologi baru
dengan cepat. Upaya ini juga bagaimana mendorong inovasi baru, supaya lebih cepat diterima
oleh pasar secara aman.

19
Di Indonesia dilaporkan oleh pihak Bank Indonesia, bahwa negeri ini masih perlu banyak
belajar dari Inggris dan Singapore. Di Singapore, misalnya bila seorang ibu hamil terdeteksi
dengan bayi yang cacat, maka sistem informasi Rumah Sakit dan asuransi kesehatan, sudah
bisa langsung menyusun rencana perawatan, rencana biayanya dll, bila bayi tersebut lahir.
Inovasi seperti ini, memerlukan Regulatory Sandbox karena banyak sekali kaitannya.

Pesan para panelis (diluar Indonesia), dalam penerapan teknologi Fintech online, pihak
Pemerintah harus cepat belajar dan juga cepat membuat regulasi. Jangan sampai regulasi
selesai disusun, ternyata sudah terlambat dan sudah usang.

Liputan Ke-tujuh belas dari World Bank and IMF Annual meeting 2018 di Bali - Upaya
para anak muda dalam mengentaskan kemiskinan

Sore ini saya agak kagum mendengarkan paparan dari 3 (tiga) anak2 muda yg bernama Nikita,
Esha dan Lakshya. Mereka berumur 14 tahun sampai 15 tahun, sebagai para pimpinan proyek2
yg berbeda di India. Mereka adalah pembicara termuda dari semua pembicara di annual
meeting tahun ini. Cukup keren penuturan pengalaman dari mereka.

Nikita bercerita tentang usahanya untuk bekerja sama dengan para narapidana wanita. Nikita
berusaha sangat keras untuk membantu para narapidana, dalam membuat karya seni
(diajarkan oleh para guru volunteer yg digalang Nikita). Nikita lalu membantu mereka menjual
produk seni tersebut secara online.

Lakhsya bekerja dengan para anak2 putus sekolah. Ia mencoba berkomunikasi dengan para
anak2 putus sekolah tersebut, dan mencoba mencari solusi. Salah satu solusinya adalah
mengupayakan anak putus sekolah tersebut, untuk bisa magang melalui online. Esha bekerja
sama dengan para korban perkosaan, untuk memberikan mereka gender equality dan juga
kepercayaan diri melalui beragam pelatihan yang ia koordinasikan.

Para anak muda ini, secara sabar dan tekun melatih para mitranya dengan kemampuan
memakai komputer, menggunakan browser, memakai berbagai aplikasi komputer (Google
office), memakai online storage (Google Docs), menjalin hubungan dengan online market,
mengajarkan bahasa Inggris melalui Skype dan banyak lagi. Sehingga kelompok masyarakat
yang tadinya terpinggirkan ini, terciptalah kesetaraan dalam menciptakan peluang.

20
Ternyata para anak muda ini tergabung dalam organisasi NGO yg bernama 1M1B. Visi dari
organisasi ini adalah bercita-cita - 1 juta anak muda, menciptakan pekerjaan bagi 1 milyar
penduduk dunia. Ini adalah organisasi PBB yang didukung World Bank. Pimpinan 1M1B adalah
mantan executive Intel dan juga alumni dari University of Berkeley. Ia menceritakan bahwa para
anak muda ini bukan future leader tapi todays leader. Salah satu yang perlu dikagumi adalah
ketangguhan para anak muda ini dalam menghadapi banyak sekali kegagalan. Mereka harus
lebih tangguh dari mitra mereka, yaitu masyarakat yang terpinggirkan.

Liputan Ke-delapan belas dari World Bank and IMF Annual meeting 2018 di Bali - Climate
risk and Green Financing

Sesi terakhir sore ini diisi oleh para pimpinan Bank Sentral seperti Gubernur Bank Of England,
Banque de France, De Nederlandsche Bank, Bank Negara Malaysia, CFO World Bank. Ini
adalah termasuk panel yang sangat powerful.

Pembahasan pertama adalah tentang dampak dan resiko dari Climate change. Ini adalah resiko
akibat terjadinya kerusakan di dunia, karena extreme weather, yg meningkat dalam jumlah dan
nilai. Data menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan 3x lipat dalam jumlah dan dampak
nilai kerugiannya meningkat 5x lipat, dalam 10 tahun terakhir. Sektor keuangan yang paling
terkena dampaknya adalah sektor property insurance dan re-insurance.

Selain sektor asuransi, juga terjadi dampak pada Physical risk yaitu hilangnya nilai aset di
perbankan akibat adanya kerusakan tersebut. Sehingga saat ini sedang terjadi adanya
semacam transition risk, yaitu aset yg bergeser dari dari low risk menjadi aset dengan high risk,
akibat adanya climate change. Contohnya adalah aset yang berada di jalur kerusakan akibat
adanya typhoon atau banjir, menjadi aset yang dikategorikan sebagai high risk.

Dengan meningkatnya resiko akibat dampak dari climate change, maka para pimpinan central
bank di Eropa, tahun 2017 membentuk Network for Greening Financial System (NGFS). Salah
satu misi utamanya adalah mengembangkan cara untuk mengukur resiko yaitu :

1. Snapshot risk - resiko pada hari ini


3. Dynamic risk - resiko bila global warming terus memburuk

21
Selain mengelola resiko akibat climate change, NGFS juga berupaya untuk mengendalikan
pinjaman pendanaan dengan mengaitkannya ke upaya pencegahan Global Warming. Salah
satu cara yang digunakan para Central Bank adalah, para central bank akan menguji (stress
test) masing perusahaan penerima pinjaman, terhadap komitmen mereka dalam mencegah
global warming. Perusahaan yg tidak menunjukkan komitmen, tidak akan diberikan pinjaman.

Alternatif lain adalah mendorong pendanaan, misalnya Green Bond untuk mendanai proyek2
dan investasi yang ramah lingkungan. Tapi para pimpinan Bank Central secara kompak
menyampaikan, bahwa Perbankan bukanlah satu-satunya solusi untuk mengatasi Climate
Change.

LIPUTAN PENUTUP DARI WORLD BANK DAN IMF ANNUAL MEETING 2018 DI BALI

Mohon maaf sekali, malam ini saya harus kembali ke Jakarta karena besok harus memberikan
paparan. Terima kasih banyak kepada rekan2 yang telah berkenan membaca liputan saya
(yang sempat). Mudah-mudahan sharing saya tidak terlalu menjemukan. Jujur saja, saya
banyak belajar selama 3(tiga) hari di Bali.

Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan bahwa pengentasan kemiskinan masih merupakan
upaya utama dari World Bank dan IMF. Data menunjukkan bahwa seluruh negara di dunia telah
bahu membahu, untuk terus mengurangi kemiskinan. Data juga menunjukkan bahwa upaya ini
terlihat berhasil.

Seperti juga keberhasilan PBB mencegah Perang Dunia ketiga, maka World Bank dan IMF juga
relatif berhasil mencegah tragedi perekonomian dunia. Beragam perangkat telah dikembangkan
oleh kedua institusi ini, untuk mencegah tragedi ekonomi tersebut, yang tentunya dapat
mengakibatkan keterpurukan serta kemiskinan.

Dengan berkembangnya teknologi digital dan juga global warming, saat ini tercipta peluang dan
juga tantangan. Kuncinya adalah bagaimana para penduduk dunia mampu bersatu padu untuk
menghadapi tantangan tersebut, menjadi peluang yang dapat mensejahterakan rakyat. Sampai
jumpa.

22
Demikian laporan hasil perjalanan dinas dalam negeri disampaikan kepada Bapak Deputi
Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah selaku Ketua Tim
Pelaksana KPPIP. Atas perhatian dan arahan, diucapkan terima kasih.

Tenaga Ahli Senior / Direktur Sektor Energi KPPIP

Triharyo Indrawan Soesilo

23
Lampiran 1 – Contoh Presentasi Paparan Rapat Koordinasi Percepatan Pembangunan
Infrastruktur Ketenagalistrikan (PIK) Wilayah Papua dan Papua Barat (19-20 Juli 2018)

24
Lampiran 2 – Dokumentasi Rapat Koordinasi Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Ketenagalistrikan (PIK) Wilayah Papua dan Papua Barat (19-20 Juli 2018)

25
26

Anda mungkin juga menyukai