Abstrak
Masa pubertas merupakan tanda penting dalam hidup remaja yang ditandai dengan munculnya perubahan
perubahan dalam diri mereka terutama dalam hal seksualitas. (Santrock, 2007: 83). Di sinilah peran guru
BK selama berada di sekolah untuk memberikan pengarahan kepada para remaja, yaitu dengan melayani
konseling di sekolah. Pada kenyataannya di SMP Kanisius St. Yoris Semarang, para siswa jarang untuk
melakukan konseling tentang kesehatan reproduksi. Berdasarkan isu ini, penelitian ini ingin mengetahui
faktor – faktor yang memengaruhi konseling kepada guru BK tentang kesehatan reproduksi pada remaja,
seperti minat dan persepsi. Penelitian ini menggunakan skala minat konseling kepada guru BK dan
kuesioner yang berisikan permasalahan yang dihadapi para siswa terkait masa pubertas, intensitas datang
dan alasan untuk konseling diungkap dalam kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah statsitika nonparametrik karena data yang disajikan dalam bentuk deskriptif. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa faktor – faktor yang memengaruhi konseling kepada guru BK tentang
kesehatan reproduksi pada remaja adalah: minat mereka untuk konseling kepada guru BK, para remaja
mempunyai persepsi positif terhadap guru BK, rasa keingintahuan dari para remaja tentang hal tersebut,
kebutuhan akan pemahaman kesehatan reproduksi untuk masa depan mereka, para remaja ingin menambah
ilmu tentang permasalahan kesehatan reproduksi, para remaja mempunyai masalah kesehatan reproduksi.
Kata Kunci: para remaja, konseling, guru BK, kesehatanreproduksi.
Abstract
Puberty is an important marks in adolescence life with marked by change in their life, especially about
sexuality. (Santrock, 2007:83). Here is the role of counseling teachers during their time in school to give
guidance for teenagers by gave them counseling at school. In fact, St. Kanisius Yoris Junior High School
students rarely do a counseling about reproductive health. Based on that issue, this study wants to know
the factor that influence counseling to guidance and counseling teacher about reproductive health in
adolescents, like interest and perception. This study uses a counseling interest scale to guidance and
counseling teacher and qusetionaire contain the problems faced by students related to puberty, the intensity
of coming along and the reasons for counseling revealed in the questionaire. The data analysis technique
used in this study is nonparametric statistic because the data is presented in descriptive form. The result of
this study show that the factors that influence counseling to guidance and counseling teacher about
reproductive health in adolescents is: their interest to counseling with guidance and counseling teacher,
adolescents have a positive perception of counseling teacher, their curiosity about it, the need of
understanding about reproductive health in their future, adolescent want to add knowledge about
reproductive health issues, adolescents have reproductive health problems..
Keywords:adolescents, counseling, guidance and counseling teacher, reproduction health.
Manusia hidup di dunia ini pasti ada tahap-tahap berlangsung pesat, yang melibatkan perubahan hormonal
perkembangan yang harus dilalui, tak terkecuali masa dan tubuh, yang terutama berlangsung di masa remaja
remaja. Masa remaja merupakan sebuah masa transisi awal. Pada masa remaja mulai muncul beberapa
dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa ini perubahan dalam diri mereka terutama dalam hal
dimulai pada usia antara 10 sampai 13 tahun dan berakhir seksualitas (Santrock, 2007a:83).
pada usia antara 18 sampai 22 tahun (Santrock, Di sinilah peran orang tua dan orang dewasa
2007a:20). lainnya, yaitu guru Bimbingan dan Konseling (BK) untuk
Pada usia sekitar 11 tahun yang bisa dikatakan mendekatkan diri kepada remaja. Sekolah menjadi rumah
sebagai masa remaja awal adalah remaja awal yang kedua bagi para siswa tanpa ada pengawasan dari orang
mengalami masa pubertas. Masa pubertas merupakan tua secara langsung. Justru celah terjadi kasus-kasus
awal penting yang menandai masa remaja. Pubertas seksualitas terjadi di sekolah. Para guru, khususnya guru
adalah sebuah periode di mana kematangan fisik
Prosiding Seminar Nasional & Call Paper 16 Atanasius Emillio Gary Waluyohadi
Psikologi Pendidikan 2019
Fakultas Pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Konseling Kepada Guru Bk
BK sangat berperan sebagai orang tua mereka di tentang seksualitas kepada teman, non personal, dan
sekolah. sekolahmenurut guru yang bekerja di sekolah negeri,
Tugas sebagai guru BK ialah konseling kepada berbasis agama, dan nasional.
siswa. Pengertian konseling menurut Luddin (2010:16) Berdasarkan penelitian ini, guru yang bekerja di
ialah hubungan antara seorang konselor yang terlatih sekolah berbasis agama katolik memiliki pendapat bahwa
dengan seorang klien yang bertujuan untuk membantu para remaja menyukai mencari informasi kepada teman
klien memahami ruang hidupnya, serta mempelajari dengan persentase 21 % , non personal (seperti majalah,
untuk membuat keputusan sendiri melalui pilihan – koran, dan internet) 12 %, dan ke sekolah dengan
pilihan yang bermakna dan yang berasaskan informasi persentase 16 %. Teman menjadi tempat yang paling
dan melalui penyelesaian masalah – masalah yang disukai untuk mencari informasi.
berbentuk emosi atau masalah pribadi. Adi (2013:10) Menurut penelitian Winarno (2007:171), Para
memaparkan bahwa konseling adalah bantuan secara remaja menempatkan guru sebagai sumber informasi
profesional yang diberikan oleh konselor kepada klien keempat setelah majalah dan orang dewasa. Teman
secara tatap muka empat maka yang dilaksanakan adalah sumber informasi pertama para remaja baik laki-
interaksi secara langsung dalam rangka memperoleh laki maupun perempuan terkaitan dengan seksualitas. Hal
pemahaman diri yang lebih baik, kemampuan mengontrol ini membuktikan bahwa guru tidak berada di posisi
diri, dan mengarahkan diri untuk dimanfaatkan olehnya utama ketika ingin mengetahui berkaitan dengan
dalam rangka pemecahan masalah dan memperbaiki seksualitas. Dari penelitian ini diketahui bahwa guru
tingkah lakunya pada masa yang akan datang. belum memiliki peran penting untuk memberikan
Peneliti bertemu dengan guru BK SMP Kanisius masukan bagi para siswa mengenai cara menjaga
St. Yoris yang berbasis agama Katolik di kota Semarang. tubuhnya.
Guru tersebut menyampaikan siswa yang konseling ke Tugas dari seorang guru BK tidak hanya
guru BK berkaitan dengan masalah membolos, tidak konseling, akan tetapi membuat sebuah layanan klasikal.
masuk sekolah tanpa ada keterangan, nilai tidak Salah satu layanan klasikal yang diberikan kepada guru
memenuhi standar, seragam yang tidak rapi, dan BK berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Kesehatan
permasalahan keluarga. Kemudian, hal-hal yang reproduksi adalah suatu kondisi fisik, sosial, dan mental
berkaitan dengan kesehatan reproduksi, guru BK yang sehat berkaitan dengan fungsi dan sistem
menjelaskan bahwa jarang sekali yang datang untuk reproduksi. Para siswa kurang paham dalam menjaga
konseling. Siswa khususnya perempuan hanya datang kesehatan reproduksi sehingga muncul beberapa risiko.
untuk menanyakan tentang kemungkinan keterlambatan Jenis risiko kesehatan reproduksi yang harus dihadapi
menstruasi bisa menyebabkan kanker. Siswi-siswi para remaja antara lain kehamilan dini, aborsi, penyakit
mengetahui hal tersebut dari teman-temannya. Kalau menular seksual, kekerasan seksual, serta masalah
seorang siswi meminta pembalut, maka guru BK akan keterbatasan akses terhadap informasi dan pelayanan
menanyakan terkait dengan menstruasinya. kesehatan (Respati, 2012:3)
Kebanyakan dari siswa – siswi malu untuk datang Pada masa pubertas, muncul permasalahan
sendiri ketika mau konseling yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang dialami seorang remaja.
kesehatan reproduksi. Guru tersebut mengatakan apabila Menurut penelitian Winarno (2007:56) ada beberapa
siswa tidak berminat konseling tentang kesehatan permasalahan yang muncul dari remaja laki – laki
reproduksi, maka dampaknya adalah pengetahuan siswa – maupun perempuan. Permasalahan secara fisik yang
siswi akan kurang tentang kesehatan reproduksi dan dialami oleh laki – laki yaitu masturbasi, pertumbuhan
melakukan hal – hal yang tidak benar sesuai situasi dan jakun, suara yang berubah, dan mulai muncul rambut di
kondisi. Siswi – siswi di SMP berbasis agama Katolik ini sekitar kemaluan. Kemudian, permasalahan yang dialami
apabila memasuki masa menstrausi dan memakai oleh perempuan pada saat masa pubertas adalah
pembalut, biasanya bekas pembalut dibuang di lubang menstruasi, pertumbuhan payudara, muncul rambut di
kloset kamar mandi. Kemudian, ada siswa yang bertanya sekitar kemaluan dan perubahan bentuk tubuh.
tentang masturbasi dan mereka memahami kalau sperma Kesiapan para remaja untuk melakukan hubungan
harus dikeluarkan setiap hari. Apabila siswa tidak seksual sudah mulai ketika memasuki masa pubertas.
konseling kepada guru BK tentang kesehatan reproduksi Ketika dalam melakukan hubungan seksual yang tidak
bisa menimbulkan permasalahan yaitu pengetahuan yang sehat, maka bisa terjadi adanya penyakit – penyakit
salah. menular yang ditularkan melalui hubungan seks dengan
Data wawancara ini didukung dengan adanya pasangan yang mengandung kuman penyakit itu. Infeksi
penelitian Winarno (2007:178). Penelitian ini bisa terjadi sebagai akibat dari hubungan seksual yang
mengungkap para remaja mencari sumber informasi
Prosiding Seminar Nasional & Call Paper Atanasius Emillio Gary Waluyohadi
Psikologi Pendidikan 2019 17
Fakultas Pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Konseling Kepada Guru Bk
disebut seks oral atau seks anal (Hardinge dan Shryock, attitude toward the activity) , yaitu perasaan suka atau
2003:429). tidak suka, setuju atau tidak setuju dengan aktivitas,
Dilihat dari sisi pengetahuan, Winarno (2007:61) umumnya terhadap sikap positif atau menyukai aktivitas.
melakukan sebuah penelitian bagi para siswa – siswi (2) Kesadaran spesifik untuk menyukai aktivitas (specific
mengenai pengetahuan yang berkaitan dengan 13 isu – preference for or liking the activity), yaitu memutuskan
isu seksualitas termasuk pengetahuan umum tentang untuk menyukai suatu aktivitas atau objek. (3) Merasa
seksualitas manusia (seperti proses reproduksi laki – laki senang dengan aktivitas (enjoyment of the activity), yaitu
dan perempuan, penularan virus HIV, dan kondom) dan individu merasa senang dengan segala hal yang
mitos tentang seksualitas (seperti rambut kemaluan dan berhubungan dengan aktivitas yang diminatinya. (4)
dorongan seksual, bentuk tubuh dan perawan). Dari hasil Aktivitas tersebut mempunyai arti atau penting bagi
penelitian tersebut ditemukan bahwa para remaja pada individu (personal importance or significance of the
umumnya memiliki pengetahuan yang sedikit mengenai activity to the individual). (5) Adanya minat intrinsik
seksualitas. Ada lebih dari 50% siswa – siswi dalam isi aktivitas (intrinsic interest in the content of the
mengatakan bahwa penularan virus HIV terjadi pada saat activity), yaitu emosi yang menyenangkan yang berpusat
mencium pasangannya. Kemudian, lebih dari 50% juga pada aktivitas itu sendiri. (6) Berpartisipasi dalam
percaya bahwa jika seseorang tidak memenuhi dorongan aktivitas (reported choice of or participation in the
seksualnya maka akan menjadi gila, bulu – bulu yang ada activity), yaitu individu memilih atau berpartisipasi dalam
di tubuh menunjukkan tingginya dorongan seksualnya, aktivitas.
ukuran dari organ seksual menjamin kepuasan dalam Minat merupakan salah satu faktor yang
melakukan hubungan seksual, dan bentuk tubuh memengatuhi seseorang berperilaku untuk konseling
menunjukkan seorang perempuan itu perawan atau tidak. kepada guru BK. Minat tersebut akan muncul dari diri
Dalam penjelasan di atas, peneliti melihat bahwa sendiri, bukan sebuah paksaan dari orang lain. Seorang
siswa jarang untuk melakukan konseling ke guru BK siswa apabila berminat pada suatu hal, maka akan
tentang kesehatan reproduksi dikarenakan guru BK juga menjalani dengan senang. Hal ini bisa disamakan dengan
mempunyai tugas – tugas yang harus dikerjakan. Para kondisi bahwa seorang siswa yang berminat akan
siswa perlu mendapatkan informasi mendalam dan konseling dengan guru Bimbingan dan Konseling, pasti
memahami tentang kesehatan reproduksi karena mereka akan datang dengan sendiri tanpa harus ada pemaksaan
harus bisa menjaga dirinya sendiri bukan orang lain. dari guru kelas maupun dipanggil langsung oleh guru BK
Informasi tersebut bisa melalui guru BK dengan cara nya. Tidak menutup kemungkinan juga bahwa, guru BK
terbuka, nyaman, dan adanya kesadaran untuk datang juga berperan aktif dalam kasus-kasus yang biasanya
melakukan konseling ke guru BK. terjadi pada para siswa tentang seksualitas khususnya
Adapun faktor – faktor yang memengaruhi siswa – dalam kesehatan reproduksi.
siswi datang untuk konseling kepada guru BK yang akan Faktor – faktor yang memengaruhi perilaku yang
dibahas secara teori tentang perilaku. Menurut kedua adalah persepsi. Persepsi adalah suatu proses
Notoatmodjo (2003:132) faktor – faktor yang memegang otomatis yang terjadi dengan sangat cepat dan kadang
peranan di dalam pembentukan perilaku dapat dibedakan tidak kita sadari, di mana kita dapat mengenali stimulus
menjadi dua yakni faktor intern dan ekstern. Faktor intern yang kita terima. Robbin mendefinisikan persepsi sebagai
berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan proses di mana seseorang mengorganisasikan dan
lain – lain. Faktor ekstern meliputi objek, orang, menginterpretasikan sensasi yang dirasakan dengan
kelompok, dan hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran tujuan untuk memberi makna terhadap lingkungannya
dalam mewujudkan bentuk perilakunya. (Notoatmodjo, 2005:98).
Notoatmodjo mengatakan bahwa salah satu faktor Ketika para siswa memiliki persepsi negatif
yang berasal dari diri sendiri (intern) adalah minat. kepada guru BK kemungkinan tidak akan datang untuk
Whitherington (1999:135) mengatakan bahwa minat konseling karena memandang guru BK secara negatif.
adalah kesadaran seseorang, suatu soal atau suatu situasi Persepsi negatif bisa berupa suka marah – marah, sering
mengandung sangkut paut dengan dirinya. Bila orang memukul, dll. Kemudian para siswa yang datang untuk
melihat sesuatu yang menguntungkan maka ia akan konseling mempunyai persepsi yang positif karena sudah
merasa berminat dan kemudian hal itu akan memiliki rasa nyaman ke guru BK tersebut.
mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang Penjelasan mengenai faktor – faktor yang
minatpun berkurang. memengaruhi sebuah perilaku untuk konseling kepada
Aspek – aspek minat juga dijelaskan oleh Pintrich guru BK belum menjelaskan secara khusus apabila
dan Schunk (dalam Ardi & Aryani, 2011:155) sebagai seorang remaja mempunyai masalah kesehatan
berikut (1) Sikap umum terhadap aktivitas (general reproduksi. Kemudian, peneliti memiliki sebuah
Prosiding Seminar Nasional & Call Paper Atanasius Emillio Gary Waluyohadi
Psikologi Pendidikan 2019 18
Fakultas Pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Konseling Kepada Guru Bk
pertanyaan yaitu sebenarnya faktor – faktor apa yang menstruasi. Kemudian, permasalahan pengetahuan yang
memengaruhi remaja melakukan konseling kepada guru dialami adalah ketidatahuan cara penularan
BK mengenai kesehatan reproduksi? HIV/AIDS/penyakit menular seksual, takut terkena
kanker servik / kanker rahim, ketidaktahuan penyebab
METODE kanker, tidak mengetahui efek terlambat menstruasi, dan
Metode penelitian ini menggunakan kuantitatif ingin mengetahui cara berpacaran yang sehat.
dengan studi deskriptif. Penelitian deskriptif melakukan Kedua, peneliti menyebarkan kuesioner yang
analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu terdiri dari 2 bagian, ada yang bagian umum dan khusus.
menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik Bagian umum ini berisikan tentang sifat dan sikap guru
sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan BK, frekuensi bertemu dengan guru BK, kepada siapa
disimpulkan. (dalam Azwar, 2012:6). biasanya bercerita tentang kesehatan reproduksi,
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan penyebab subyek datang ke guru BK. Kemudian, bagian
dalam penelitian ini adalah siswa – siswi kelas VII dan khususnya merupakan kelanjutan dari penelitian tahap
kelas VIII di SMP Kanisius St. Yoris kota Semarang pertama.
sebanyak 269 siswa. Terdapat tiga metode pengumpulan Hasil dari kuesioner pertama tentang permasalahan
data yang dipakai dalam penelitian ini. Pertama, peneliti kesehatan yang dialami oleh siswa – siswi tersebut
memberikan kuesioner permasalahan kesehatan menjadi acuan dalam pembuatan kuesioner tahap kedua.
reproduksi berupa pernyataan – pernyataan mengenai Di samping kolom terdapat pertanyaan sebagai berikut
permasalahan yang dihadapi oleh siswa – siswi SMP “Apakah pernah konseling dengan guru BK terkait
berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Penyebaran dengan masalah tersebut?” Kemudian, ada 2 pilihan
kuesioner pertama ini kepada 77 siswa yang terbagi jawaban yaitu Pernah dan Tidak Pernah. Jika siswa
dalam 43 siswa laki – laki dan 34 siswa perempuan. tersebut melingkari “pernah”, maka siswa perlu
Penentuan permasalahan ini berdasarkan jumlah jawaban menjelaskan mengapa siswa tersebut datang konseling ke
subyek penelitian dari masing – masing pernyataan guru BK. Jika siswa tersebut menjawab “tidak pernah”,
permasalahan kesehatan reproduksi. maka siswa perlu menjelaskan mengapa siswa tersebut
Hasil penyebaran kuesioner pertama akan muncul tidak datang konseling ke guru BK. Di bawah kolom
permasalahan kesehatan rerpoduksi siswa. Permasalahan terdapat pertanyaan lagi, yaitu “Apakah kamu punya
kesehatan reproduksi bagi siswa yang berjenis kelamin permasalahan kesehatan reproduksi selain yang sudah
laki – laki terbagi menjadi 3 bagian permasalahan. disebutkan pada kolom diatas?”. Jika ada, maka siswa –
Permasalahan biologis yang dialami adalah belum mimpi siswi tersebut menuliskan permasalahan yang dihadapi
basah, ada jerawat di muka, otot mulai membesar, suara dan melanjutkan pertanyaan selanjutnya yang sama
yang berubah, pertumbuhan jakun, dan rambut kemaluan seperti di kolom atas.
belum tumbuh. Permasalahan sosial yang dialami oleh Ketiga, peneliti menggunakan skala minat
siswa laki – laki adalahpenampilan fisik yang belum konseling kepada guru BK yang disusun dengan
sesuai harapan, misalnya bau badan, bau mulut, dll.; menggunakan 6 aspek minat dari Pintrich dan Schunk
mulai timbul perasaan jatuh cinta, dan malu (dalam Ardi & Aryani, 2011:155) sesuai yang dijelaskan
mengungkapkan perasaan kepada perempuan yang dalam pendahuluan. Dalam skala minat konseling kepada
disukai. Kemudian, permasalahan pengetahuan yang guru BK terbagi dalam kategori favourable dan
dialami adalah ketidaktahuan cara penularan unfavourable. Skala ini terdiri dari 24 item yang terbagi
HIV/AIDS/penyakit menular seksual, ketidaktahuan dalam 12 item favourable dan 12 item unfavourable.
penyebab kanker, tidak mengetahui frekuensi keluarnya Setiap pernyataan akan diberikan 4 pilihan jawaban, yaitu
sperma, tidak tahu bagaimana cara melampiaskan ketika sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan
dorongan seksual muncul, dan ingin mengetahui cara sangat tidak sesuai (STS).
berpacaran yang sehat. Peneliti menguji reliabilitas dengan menggunakan
Permasalahan kesehatan reproduksi bagi siswa rumus Koefisien Alpha – Crobanch. Berdasarkan hasil
berjenis kelamin perempuan yang terbagi menjadi 3 Correlated Item Total Correlation, dari 24 item skala
bagian permasalahan. Permasalahan biologis yang diperoleh 23 item valid dan 1 item gugur dengan taraf
dialami oleh siswa perempuan adalah menstruasi, pinggul signifikan 0,05. Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas
mulai membesar, ada jerawat di muka, keputihan terlalu diperoleh angka sebesar 0,890. Hal ini berarti skala minat
banyak. Permasalahan sosial yang muncul diantaranya konseling kepada guru BK bisa digunakan sebagai alat
penampilan fisik yang belum sesuai harapan, mulai ukur penelitian yang konsisten.
timbul perasaan jatuh cinta, malu mengungkapkan Subyek penelitian kedua terkait penyebaran
perasaan kepada laki – laki, dan emosi tidak stabil saat kuesioner kedua dan skala minat konseling sebanyak 118
Prosiding Seminar Nasional & Call Paper Atanasius Emillio Gary Waluyohadi
Psikologi Pendidikan 2019 19
Fakultas Pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Konseling Kepada Guru Bk
siswa – siswi, yang terbagi dalam 64 siswa laki – laki dan Frekuensi datang ke guru BK selama 3 bulan terakhir
54 siswi perempuan. Seharusnya peneliti membagi 192 Dalam 3 bulan terakhir ini, para siswa datang ke
angket penelitian, namun pada kenyataannya 74 angket guru BK dengan frekuensi kedatangan sebagai berikut,
diantaranya tidak dijawab secara benar dan lengkap. Tabel 2
Metode analisis data deskriptif bertujuan untuk Frekuensi siswa datang ke guru BK
memberikan deskripsi mengenai subyek penelitian Frekuensi datang Jumlah siswa Persentase
berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari 0 107 90.7 %
kelompok subyek yang diteliti dan tidak dimaksudkan 1 6 5.1 %
untuk pengujian hipotesis. Kemudian, penyajian hasil 12 3 2.5 %
analisis deskriptif biasanya berupa frekuensi dan 28 2 1.7 %
persentase, tabulasi silang, serta berbagai bentuk grafik Total 118 100.0 %
dan chart pada data yang bersifat kategorikal, serta berupa
statistik – statistik kelompok pada data yang bukan Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan
kategorikal. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan frekuensi datang ke guru BK selama 3 bulan terakhir
penyajian frekuensi dan persentase. Penyajian ini diperoleh bahwa terdapat 107 siswa (90,7%) menjawab 0
memberikan gambaran mengenai distribusi subyek kali, 6 siswa (5,1%) menjawab 1 kali, 3 siswa (2,5%)
menurut kategori – kategori nilai variabel. menjawab 12 kali, dan 2 siswa (1,7%) menjawab 28 kali.
Hal ini menunjukkan bahwa 107 siswa tidak pernah
HASIL DAN PEMBAHASAN datang ke guru BK dalam waktu 3 bulan terakhir ini.
Dalam penelitian mengenai faktor – faktor yang
memengaruhi konseling kepada guru BK tentang Tema cerita kepada guru BK
kesehatan reproduksi memiliki hasil yang akan diberikan Para siswa biasanya menemui guru BK untuk
berupa tabel persentase atau grafik. Berikut ini hasil bercerita tentang sesuatu hal yang menjadi permasalahan.
penelitian yang dilakukan kepada siswa – siswi SMP Berikut ini adalah tema ceritanya :
Kanisius St. Yoris Semarang. Tabel 3
Tema cerita kepada guru BK
Persepsi terhadap guru BK Jawaban Jumlah Persentase
Berikut ini adalah persepsi dari para siswa Tidak pernah cerita 92 78.0 %
terhadap guru BK yang digolongkan menjadi 3 yaitu
Cerita tentang 13 11.0 %
positif, negatif, dan netral: masalah diri sendiri
Tabel 1
Cerita tentang 8 6.8 %
Persepsi siswa terhadap guru BK
pengalaman diri
Persepsi Jumlah siswa Persentase sendiri
Negatif 24 20.3 % Cerita tentang 5 4.2 %
Positif 81 68.6 % gurunya, dinasehati,
Netral 13 11.0 % alasan membolos,
Total 118 100.0 % dimarahi
Total 118 100.0 %
Berdasarkan hasil penelitian tentang persepsi Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan tema
terhadap guru BK, maka dapat dilihat bahwa 81 siswa cerita kepada guru BK dapat dilihat dari tabel diatas
(68,6%) memiliki persepsi positif, 24 siswa (20,3%) bahwa 92 siswa (78%) menjawab tidak pernah cerita
mempunyai persepsi negatif terhadap guru BK, dan 13 kepada guru BK. Sedangkan 13 siswa (11%) bercerita
siswa (11%) menjawab netral. Persepsi positif yang tentang masalah dirinya sendiri, 8 siswa (6,8%) bercerita
diberikan siswa adalah baik, tegas, disiplin, sering tentang pengalamannya sendiri, 2 siswa (1,7%) bercerita
menolong, lucu, selalu memperhatikan muridnya, sering tentang gurunya di sekolah. Kemudian, 1 siswa
menasehati, dan sopan. Kemudian, persepsi negatifnya menjawab dinasehati, 1 siswa menjawab alasan
seperti ini galak, kalau memarahi orang yang salah membolos dan 1 siswa lagi menjawab dimarahi.
menggunakan tangannya untuk memukul, pemarah,
keras, suka memberi hukuman, dan sewenang-wenang. Penyebab datang ke guru BK
Adapula yang persepsinya netral dengan menjawab biasa Setiap siswa datang ke guru BK pasti ada
saja, kadang baik kadang galak, dan tidak pernah datang penyebabnya. Berikut ini penyebab para siswa datang ke
ke guru BK. guru BK :
Tabel 4
Prosiding Seminar Nasional & Call Paper Atanasius Emillio Gary Waluyohadi
Psikologi Pendidikan 2019 20
Fakultas Pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Konseling Kepada Guru Bk
Prosiding Seminar Nasional & Call Paper Atanasius Emillio Gary Waluyohadi
Psikologi Pendidikan 2019 21
Fakultas Pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Konseling Kepada Guru Bk
tidak tepat pernah bertemu pernah bertemu dengan guru BK, malu, tidak pernah
waktu dengan guru BK, datang ke guru BK, privasi untuk menceritakan
malu, privasi, menstruasi. Alasan lainnya yang dialami oleh siswa
belum pernah adalah tidak penting, tidak pernah cerita ke guru BK /
mengalaminya, guru lain, hal wajar terjadi, tidak punya masalah, dan
tidak penting, belum ada pelajaran BK. Kemudian, ada 1 siswa yang
dll. menjawab pernah konseling kepada guru BK terkait
Ingin tahu 1 1.9 % masalah menstruasi tidak tepat waktu dengan alasan yaitu
Total 54 100 % ada rasa ingin tahu mengenai hal tersebut.Terdapat 2
Tidak pernah 52 96.2 % siswa yang menjawab pernah konseling kepada guru BK
bertemu dengan tentang menstruasi terlalu banyak dengan alasansupaya
guru BK, malas, mendapatkan ilmu dan ingin tahu mengenai menstruasi
privasi, malu, terlalu banyak.
belum pernah Alasan diberikan oleh para siswa tidak pernah
Menstruasi
mengalaminya, konselingtentang pinggul mulai membesar dan keputihan
terlalu
dll. terlalu banyak adalah tidak pernah bertemu dengan guru
banyak
Agar 1 1.9 % BK, malas, malu bercerita tentang pinggul mulai
mendapatkan membesar, belum pernah mengalami keputihan terlalu
ilmu banyak.Alasan lainnya siswa tidak pernah konseling
Ingin tahu 1 1.9 % adalah lebih baik cerita ke orang tua, jarang bertemu /
Total 54 100 % tidak pernah cerita ke guru BK, tidak penting, belum ada
Tidak pernah 54 100 % pelajarannya.
bertemu dengan Alasan yang diberikan siswa tidak pernah
guru BK, malas, konseling tentang permasalahan ada jerawat di muka
Pinggul malu, privasi, hal adalah malas, tidak pernah bertemu dengan guru BK,,
mulai wajar terjadi, menganggap hal ini wajar terjadi dan malu untuk
membesar belum pernah konseling tentang adanya jerawat di muka. Kemudian, ada
mengalaminya, 2 siswa yang menjawab pernah konseling ke guru BK
dll dengan alasan supaya mendapatkan ilmu dan siswa
Total 54 100 % merasa mengalami masalah tersebut.
Malu, malas, 54 100 %
belum pernah Konseling siswa kepada guru BK mengenai
Keputihan mengalaminya, permasalahan kesehatan reproduksi perempuan
tidak pernah berkaitan dengan sosial
terlalu
bertemu dengan Permasalahan yang dialami oleh siswa perempuan
banyak
guru BK, privasi mengenai kesehatan reproduksi khususnya berkaitan
dll.
dengan sosial adalah penampilan belum sesuai harapan,
Total 54 100%
mulai timbul jatuh cinta, malu mengungkapkan perasaan
Malas, tidak 52 96.2 %
pernah bertemu laki – laki yang disukai, dan emosi tidak stabil saat
dengan guru BK, menstruasi berlangsung. Para siswa perempuan tidak
hal yang wajar pernah konseling tentang masalah emosi tidak stabil saat
terjadi, malu, menstruasi berlangsung. Dalam permasalahan yang lain, s
Ada jerawat privasi, dll. ada siswa yang konseling dan tidak pernah konseling.
di muka Agar 1 1.9 % Berikut ini alasan konseling kepada guru BK tentang
mendapatkan permasalahan kesehatan reproduksi.
ilmu
Timbul masalah 1 1.9 % Tabel 8
tersebut Alasan tidak pernah atau pernah konseling terkait
Total 54 100 % permasalahan kesehatan reproduksi perempuan berkaitan
NB : tulisan cetak miring artinya alasan siswa pernah konseling
dengan sosial
Masalah Alasan Jumlah Persen
Alasaan diberikan oleh para siswa tidak pernah
siswa
konseling mengenai menstruasi adalah malas, tidak
Malas, malu, 53 98.1 %
Prosiding Seminar Nasional & Call Paper Atanasius Emillio Gary Waluyohadi
Psikologi Pendidikan 2019 22
Fakultas Pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Konseling Kepada Guru Bk
Penampilan tidak pernah BK untuk cerita tentang penampilan fisik yang belum
fisik belum bertemu sesuai harapan.Kemudian, satu siswa yang menjawab
sesuai harapan dengan guru pernah konseling ke guru BK terkait masalah ini dengan
BK, privasi, alasan ingin mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya.
belum pernah Alasaan yang diberikan oleh para siswa tidak
mengalaminya,
pernah konseling mulai timbul jatuh cinta yaitu malas,
sudah bisa
malu untuk konseling tentang perasaan jatuh cintanya,
mengatasi, dll.
Ingin tahu 1 1.9 % tidak pernah bertemu dengan guru BK. Adapun 5 siswa
Total 54 100 % menjawab pernah datang ke guru BK dengan alasan ingin
Malas, malu, 49 90.5 % tahu, mulai jatuh cinta, tidak sengaja cerita, dan agar tahu
tidak pernah bagaimana cara melupakan seseorang.
bertemu Jawaban yang diberikan oleh para siswa tidak
dengan guru pernah konselingtentang mengungkapkan perasaan
BK, privasi, dll kepada laki – laki adalah malu, malas, tidak pernah
Ingin tahu 2 3.7 % bertemu dengan guru BK, dan privasi. Ada 3 siswa
Mulai jatuh 1 1.9 % lainnya pernah konseling dengan guru BK dengan alasan
Mulai timbul cinta ingin mengetahui cara mengungkapkan perasaan, takut
ditolak oleh laki – laki, dan ingin protes bahwa
jautuh cinta Tidak sengaja 1 1.9 %
sebenarnya laki – laki terlebih dahulu yang
cerita
mengungkapkan bukan perempuan.
Agar tahu 1 1.9 %
Alasan yang diberikan oleh siswa tidak konseling
bagaimana
tentang emosi tidak stabil saat menstruasi berlangsung
cara
adalah malas, malu untuk konseling tentang masalah
melupakan tersebut, tidak pernah bertemu dengan guru BK. Alasan
seseorang lainnya juga diberikan seperti privasi, belum pernah
Total 54 100 % mengalaminya, hal yang wajar terjadi, dan lain – lain.
Malu, malas, 51 94.3 %
tidak pernah Konseling siswa kepada guru BK mengenai
bertemu permasalahan kesehatan reproduksi perempuan
dengan guru berkaitan dengan pengetahuan
BK, privasi, Permasalahan yang dialami oleh siswa perempuan
Malu belum mengenai kesehatan reproduksi khususnya berkaitan
mengungkapkan mengalaminya, dengan pengetahuan ketidatahuan cara penularan
perasaan kepada HIV/AIDS/penyakit menular seksual, takut terkena
dll.
laki – laki yang
Ingin protes 1 1.9 % kanker servik / kanker rahim, ketidaktahuan penyebab
disukai.
tentang hal kanker, tidak mengetahui efek terlambat menstruasi, dan
tersebut ingin mengetahui cara berpacaran yang sehat. Dalam
Ingin tahu 1 1.9 % penelitian ini, ditemukan bahwa para siswa tidak pernah
Takut ditolak 1 1.9 % konseling kepada guru BK tentang ketakutan terkena
Total 54 100 % kanker servik / rahim dan permasalahan yang lain masih
Malas, malu, 54 100 % ada siswa yang konseling. Berikut ini alasan tidak pernah
tidak pernah atau pernah konseling kepada guru BK mengenai
bertemu permasalahan kesehatan reproduksi yang terkait dengan
Emosi tidak dengan guru pengetahuan.
stabil saat BK, privasi,
menstruasi belum pernah
Tabel 9
berlangsung mengalaminya,
hal wajar Alasan tidak pernah atau pernah konseling terkait
terjadi, dll. permasalahan kesehatan reproduksi perempuan berkaitan
Total 54 100 % dengan pengetahuan
NB : tulisan cetak miring artinya alasan siswa pernah konseling Masalah Alasan Jumlah Persen
siswa
Jawaban yang diberikan para siswa tidak pernah Malas, malu, 54 100 %
konselingpenampilan fisik tidak sesuai harapan adalah tidak pernah
Ketakutan
malas, malu, jawaban tidak pernah bertemu dengan guru bertemu
Prosiding Seminar Nasional & Call Paper Atanasius Emillio Gary Waluyohadi
Psikologi Pendidikan 2019 23
Fakultas Pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Konseling Kepada Guru Bk
Prosiding Seminar Nasional & Call Paper Atanasius Emillio Gary Waluyohadi
Psikologi Pendidikan 2019 24
Fakultas Pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Konseling Kepada Guru Bk
Prosiding Seminar Nasional & Call Paper Atanasius Emillio Gary Waluyohadi
Psikologi Pendidikan 2019 25
Fakultas Pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Konseling Kepada Guru Bk
Malu, malas, 63 98.4 % Alasan tidak pernah atau pernah konseling terkait
Penampilan belum ada permasalahan kesehatan reproduksi laki - laki berkaitan
fisik yang pelajaran BK, dengan pengetahuan
belum sesuai tidak apa-apa, Masalah Alasan Jumlah Persen
harapan, tidak penting,
siswa
misalnya bau jarang bertemu
Malu, malas, 62 96.8%
badan, bau guru BK, dll.
tidak tahu hal
mulut, dll Ingin tahu 1 1.6 %
Ketidaktahuan tersebut, belum
Total 64 100 %
cara penularan ada pelajaran
Malu, malas, 61 95.3 %
HIV/AIDS BK, dll.
belum timbul Ingin tahu 2 3.2 %
Mulai timbul jatuh cinta, dll. Total 64 100 %
perasaan jatuh Sedang jatuh 2 3.1 % Malu, malas, 64 100 %
cinta cinta
Ketidaktahuan tidak tahu hal
Ingin tahu 1 1.6 %
penyakit tsb, sudah tahu,
Total 64 100 %
menular seksial dll.
Malu, malas, 60 93.7 %
Total 64 100 %
belum timbul
Malu Malas, tidak 62 96.8%
jatuh cinta, dll.
mengungkapkan tahu hal tsb,
Sedang jatuh 1 1.6 %
perasaan kepada cinta Penyebab sudah tahu, dll.
perempuan Malu 1 1.6 % kanker yang Orang tua 1 1.6 %
yang disukai mengungkapkan menyerang terkena kanker
perasaan sistem Tidak tahu 1 1.6 %
Total 64 100 % reproduksi tentang hal
NB : tulisan cetak miring artinya alasan siswa pernah konseling tersebut
Total 64 100 %
Alasan yang diberikan siswa tidak pernah Tidak Malu, malas, 64 100 %
mengetahui tidak tahu hal
konseling terkait permasalahan kesehatan reproduksi ini
frekuensi tsb, dll.
adalah malas, malu dan tidak pernah bertemu dengan
keluarnya Total 64 100 %
guru BK. Alasan lainnya yang dijawab oleh para siswa sperma
adalah belum ada pelajaran BK, tidak apa-apa, tidak Malu, malas,
mempunyai masalah fisik, tidak penting, belum ada tidak pernah
perasaan jatuh cinta dan lain – lain. Tidak tahu
bertemu guru
Kemudian, ada siswa yang pernah ke guru BK bagaimana cara
BK, tidak
untuk konseling tentang permasalahan adalah adanya rasa melampiaskan
mengalaminya,
ingin tahu mengenai penampilan yang belum sesuai ketika dorongan
dll.
harapan.Dua siswamemiliki alasan konseling dengan seksual muncul,
Belum 1 1.6 %
permasalahan jatuh cinta dan malu mengungkapkan mengalaminya
perasaan kepada perempuan adalah mereka merasa
Total 64 100 %
sedang jatuh cinta, ingin tahu tentang jatuh cinta, dan
Malas, malu, 59 92.2%
malu mengungkapkan perasaan kepada perempuan. Ingin sudah tahu hal
. mengetahui cara
tsb, dll.
Konseling siswa kepada guru BK mengenai berpacaran yang
Ingin tahu 5 7.8 %
permasalahan kesehatan reproduksi laki - laki berkaitan sehat.
Total 64 100 %
dengan pengetahuan
NB : tulisan cetak miring artinya alasan siswa pernah konseling
Permasalahan pengetahuan yang dialami oleh
siswa laki – laki, diantaranya ketidaktahuan cara
Alasan yang diberikan oleh para siswa tidak
penularan HIV/AIDS/penyakit menular seksual,
pernah konseling terkait permasalahan kesehatan
ketidaktahuan penyebab kanker, tidak mengetahui
reproduksi laki-laki dalam hal pengetahuan adalah malas,
frekuensi keluarnya sperma, tidak tahu bagaimana cara
malu, tidak tahu hal tersebut, sudah tahu, tidak pernah
melampiaskan ketika dorongan seksual muncul, dan ingin
bertemu guru BK, dan lain – lainnya. Alasan yang lain
mengetahui cara berpacaran yang sehat.
para siswa mau konseling kepada guru BK terkait
permasalahan ketidaktahuan HIV/AIDS/Penyakit
Tabel 12
Prosiding Seminar Nasional & Call Paper Atanasius Emillio Gary Waluyohadi
Psikologi Pendidikan 2019 26
Fakultas Pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Konseling Kepada Guru Bk
menular seksual adalah ingin tahu tentang cara penularan berpacaran yang
HIV / AIDS. Alasan diberikan oleh para siswa konseling sehat, menstruasi
adalah belum memahami tentang hal tersebut, orang terlalu banyak, ada
tuanya ada yang terkena kanker, belum pernah jerawat di muka. (3
masalah)
mengalaminya, dan ingin tahu bagaimana cara
63 Sedang 115 Mulai timbul jatuh
berpacaran yang sehat. cinta, malu
Dari hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan mengungkapkan
bahwa para siswa tidak pernah konseling ke guru BK perasaan kepada
terkait dengan permasalahan kesehatan reproduksi laki – laki yang
dikarenakan malu, malas, tidak pernah bertemu dengan disukai,
guru BK, privasi, sudah tahu tentang kesehatan, hal yang ketidaktahuan cara
penularan HIV /
wajar terjadi, belum pernah mengalaminya, dan tidak AIDS, dan
tahu tentang hal tersebut. Kemudian, ada beberapa siswa keingintahuan cara
yang konseling ke guru BK terkait dengan permasalahan berpacaran yang
kesehatan reproduksi dikarenakan ada rasa ingin tahu, sehat. (4 masalah)
supaya siswa mendapatkan ilmu, penting untuk masa 63 Sedang 111 Ketidaktahuan cara
depan, dan memang timbul masalah tersebut. penularan HIV /
Dalam hasil temuan ini, peneliti juga menunjukkan AIDS dan
ketidaktahuan
faktor – faktor lain yang memengaruhi konseling kepada penyebab kanker. (2
guru BK tentang kesehatan reproduksi, yaitu minat masalah)
konseling dan persepsi terhadap guru BK.Pertama, 61 Sedang 142 Ketidaktahuan cara
peneliti memperlihatkan data dari masing – masing penularan HIV /
subyek yang pernah konseling dan dikaitkan dengan AIDS,
minat konseling sesuai permasalahan reproduksi yang ketidaktahuan
penyebab kanker,
dihadapinya. Berikut ini merupakan tabel skor minat
keingintahuan cara
konseling ke guru BK para siswa perempuan yang pernah berpacaran yang
melakukan konseling tentang permasalahan kesehatan sehat, ketidaktahuan
reproduksi. efek terlambat
Tabel 13 menstruasi dan
Skor minat konselingpara siswi yang pernah melakukan ketidaktahuan akan
konseling tentang permasalahan kesehatan reproduksi penyakit menular
seksual. (5 masalah)
Skor Keterangan No. Permasalahan
60 Sedang 30 Mulai timbul jatuh
Minat Subyek yang menjadi cinta, keingintahuan
bahan konseling cara berpacaran
84 Tinggi 137 Mulai timbul jatuh yang sehat dan
cinta, malu penampilan fisik
mengungkapkan yang belum sesuai
perasaan kepada harapan. (3
laki – laki, masalah)
ketidaktahuan cara 49 Sedang 72 Keingintahuan cara
penularan berpacaran yang
HIV/AIDS, sehat. (1 masalah)
ketidaktahuan 46 Sedang 81 Mulai timbul jatuh
penyebab kanker cinta, malu
menyerang sistem mengungkapkan
reproduksi, perasaan kepada
keingintahuan laki – laki yang
berpacaran yang disukai dan
sehat, menstruasi keingintahuan cara
tidak tepat waktu / berpacaran yang
terlalu banyak, dan sehat. (3 masalah)
jerawat di muka. (7 NB = Rendah : 23–45 ; Sedang : 46–68 ; Tinggi : 69 - 92
masalah)
72 Tinggi 107 Mulai timbul jatuh Siswi dengan nomor subyek 137, 107, dan 182
cinta. (1 masalah)
memiliki minat yang tinggi dalam konseling dengan guru
71 Tinggi 182 Keingintahuan cara
Prosiding Seminar Nasional & Call Paper Atanasius Emillio Gary Waluyohadi
Psikologi Pendidikan 2019 27
Fakultas Pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Konseling Kepada Guru Bk
Prosiding Seminar Nasional & Call Paper Atanasius Emillio Gary Waluyohadi
Psikologi Pendidikan 2019 28
Fakultas Pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Konseling Kepada Guru Bk
Prosiding Seminar Nasional & Call Paper Atanasius Emillio Gary Waluyohadi
Psikologi Pendidikan 2019 29
Fakultas Pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Konseling Kepada Guru Bk
konseling beserta alasannya, hal ini menjadi pendukung tentang hal tersebut, silakan konsultasi kepada guru
dalam pencarian faktor – faktor tersebut. Jawaban yang BK supaya mendapatkan informasi dengan tepat.
diberikan para siswa yang pernah datang untuk konseling
kepada guru BK terkait kesehatan reproduksi adalah ingin Bagi guru Bimbingan dan Konseling
mengetahui sesuatu, agar mendapat ilmu, timbul masalah a. Berikanlah para siswa SMP materi – materi yang
tersebut, dan penting untuk masa depan. berkaitan dengan seksualitas, khususnya kesehatan
reproduksi. Hal ini dimaksudnya agar para siswa
memahami dan mengerti dahulu sebagai bekal untuk
PENUTUP masa depannya. Pada masa remaja, para siswa
Simpulan mengalami hal – hal terkait dengan seksualitas
Penelitian deskriptif ini untuk meneliti faktor – karena telah memasuki masa pubertas.
faktor yang memengaruhi konseling kepada guru BK Guru Bimbingan dan Konseling terkadang menjadi
tentang kesehatan reproduksi pada siswa SMP St. Yoris seseorang yang paling ditakuti di sekolah karena ketika
Semarang dengan subyek populasi yang terdiri dari siswa para siswa dipanggil guru BK pasti ada masalah.
– siswi kelas VII dan kelas VIII. Pada awalnya, melihat Seharusnya guru BK menjadi sahabat bagi para siswa,
permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh para siswa – sehingga tidak ada pemikiran seperti itu dan melakukan
siswi dengan mengambil sampel kelas VII A dan kelas konseling ke guru BK..
VIII A. Kesimpulan permasalahan kesehatan ini akan
dipakai dalam penelitian selanjutnya. Kemudian,
penelitian selanjutnya mengukur minat konseling kepada DAFTAR PUSTAKA
guru BK dan kuesioner tentang alasan para siswa untuk
konseling. Adi, K.J. 2013. Esensial Konseling : Pendekatan Trait
Penelitian ini untuk melihat faktor – faktor apa and Factor dan Client Centered. Yogyakarta :
saja yang memengaruhi melakukan konseling terkait Garudhawaca.
kesehatan reproduksi. Salah satu faktor yang Ardi, M., & Aryani, L. 2011. Hubungan antara persepsi
memengaruhi suatu perilaku adalah minat. Minat ini akan terhadap organisasi dengan minat berorganisasi
diukur menggunakan skala minat konseling kepada guru pada mahasiswa fakultas psikologi UIN
SUSKA. Jurnal Psikologi penerbit Fakultas
BK dan pernah atau tidak pernah datang beserta alasan
Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
untuk konseling yang diungkap dalam kuesioner. Maka Kasim Riau No. 2 Vol. 7 (153 – 163).
dalam penelitian disimpulkan bahwa, faktor – faktor yang
memengaruhi konseling kepada guru BK tentang Azwar, S. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Penerbit
pustaka pelajar.
kesehatan reproduksi pada para remaja adalah :
a. Adanya minat untuk konseling kepada guru BK. Hardinge, M. G. dan Shryock, H. 2003. Kiat Keluarga
b. Para siswa mempunyai persepsi positif terhadap guru Sehat: Mencapai Hidup Prima dan Bugar Jilid
3. Penerjemah P.A. Siboro. Bandung : Indonesia
BK.
Publishing House.
c. Adanya rasa keingintahuan dari para remaja tentang
hal tersebut Luddin, A.B.M. 2010. Dasar – Dasar Konseling :
d. Hal – hal berkaitan dengan kesehatan reproduksi Tinjauan Teori dan Praktik.Bandung :
Ciptapustaka Media Perintis.
dirasa penting untuk masa depan.
e. Para remaja ingin menambah ilmu tentang Notoatmodjo, S. 2003. Promosi Kesehatan Teori dan
permasalahan kesehatan reproduksi. Aplikasi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Para remaja mempunyai masalah kesehatan Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan dan Perilaku
reproduksi. Kesehatan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Prabowo, S., & Fatmasari, F. X. I. 2008. Minat mengikuti
Saran Latihan Kebugaran Ditinjau dari Kepercayaan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti Diri dan Persepsi Terhadap Kesehatan. Jurnal
ingin memberikan saran kepada beberapa pihak, Psikodimensia Fakultas Psikologi Unika
diantaranya : Soegijapranata Semarang Vol. 7 No. 1 (94 –
103)
Bagi para siswa SMP
a. Para siswa seharusnya menyadari bahwa apakah ada Respati, W.S., 2012. Problematika Remaja Akibat
masalah dalam dirinya terkait dengan kesehatan Kurangnya Informasi Kesehatan Reproduksi.
Dalam Artikel Universitas Esa Unggul, 05
reproduksi. Jika ada masalah atau ingin mengetahui
September 2012. Jakarta : Fakultas Psikologi
Universitas Esa Unggul.
Prosiding Seminar Nasional & Call Paper Atanasius Emillio Gary Waluyohadi
Psikologi Pendidikan 2019 30
Fakultas Pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Konseling Kepada Guru Bk
Prosiding Seminar Nasional & Call Paper Atanasius Emillio Gary Waluyohadi
Psikologi Pendidikan 2019 31
Fakultas Pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019