PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Rumusan Masalah
Melihat latar belakang dan permasalahan di atas, maka diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa itu Pelabuhan Jayapura?
2. Bagaimana Pelabuhan Jayapura secara umum?
3. Bagaimana Pengembangan Pelabuhan Jayapura?
4. Bagaimana Pelabuhan Jayapura menuju pelabuhan world class?
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
penumpukan dan gudang serta prasarana dan sarana angkutan barang
dengan cara pengemasan khusus dan berfungsi sebagai pelabuhan umum.
Selain itu pebuhan juga melaksanakan tugas dan peranan sebagai berikut :
1. Pemerintahan
1) pelaksana fungsi keselamatan pelayaran;
2) pelaksana fungsi Bea dan Cukai;
3) pelaksana fungsi imigrasi;
4) pelaksana fungsi karantina;
5) pelaksana fungsi keamanan dan ketertiban;
4
2. Pengusahaan Jasa Kepelabuhanan:
1) Usaha pokok yang meliputi pelayanan kapal, barang dan penumpang;
2) Usaha penunjang yang meliputi persewaan gudang, lahan dan lain-lain.
5
2) berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan angkutan peti
kemas.
3) melayani angkutan peti kemas sebesan 1.500.000 TEU's/tahun atau
angkutan lain yang setara.
4) berada dekat dengan jalur pelayaran internasional + 500 mil dan jalur
pelayaran nasional ± 50 mil.
5) kedalaman minimal pelabuhan - 9 m LWS.
6) memiliki dermaga peti kemas minimal panjang 250 m',2 crane dan
lapangan penumpukan kontener seluas 10 Ha.
7) jarak dengan pelabuhan internasional lainnya 200 - 500 mil.
3. Pelabuhan nasional yang merupakan pelabuhan utama tersier :
1) berperan sebagai pengumpan anqkutan peti kemas nasional.
2) berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum
nasional.
3) berperan melayani angkutan peti kemas nasional di seluruh Indonesia.
4) berada dekat dengan jalur pelayaran nasional + 50 mil.
5) kedalaman minimal pelabuhan –9 m LWS.
6) memiliki dermaga multipurpose minimal panjang 150 m', mobile crane
atau skipgear kapasitas 50 ton.
7) jarak dengan pelabuhan nasional lainnya 50 - 100 mil.
4. Pelabuhan regional yang merupakan pelabuhan pengumpan primer :
1) berperan sebagai pengumpan pelabuhan hub internasional, pelabuhan
internasional pelabuhan nasional.
2) berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang dari/ke
pelabuhan utarna dan pelabuhan pengumpan.
3) berperan melayani angkutan taut antar Kabupaten/Kota dalam
propinsi.
4) berada dekat dengan jalur pelayaran antar pulau ± 25 mil.
5) kedalaman minimal pelabuhan -4 m LWS.
6) memiliki dermaga minimal panjang 70 m.
7) jarak dengan pelabuhan regional lainnya 20 - 50 mil.
6
5. Pelabuhan lokal yang merupakan pelabuhan pengumpan sekunder :
1) berperan sebagai pengumpan pelabuhan hub internasional, pelabuhan
internasional, pelabuhan nasional dan pelabuhan regional.
2) berperan sebagai tempat pelayanan p enumpang di daerah terpencil,
terisolasi, perbatasan, daerah perbatasan yang hanya didukung oleh
mode transportasi laut.
3) berperan sebagai tempat pelayanan moda transportasi laut untuk
mendukung kehidupan masyarakat dan berfungsi sebagai tempat
multifungsi selain sebagai terminal untuk penumpang juga untuk
melayani bongkar muat kebutuhan hidup masyarakat disekitamya.
4) berada pada lokasi yang tidak dilalui jalur transportasi laut reguler
kecuali keperintisan.
5) kedalaman minimal pelabuhan -1,5 m LWS.
6) memiliki fasilitas tambat.
7) jarak dengan pelabuhan lokal lainnya 5 - 20 mil.
7
d. tidak menangani pelayanan barang-barang berbahaya dan beracun
(B3).
e. melayani kegiatan pelayanan lintas Kabupaten/Kota dalam satu
Propinsi.
3) Pelabuhan khusus lokal :
a. bobot kapal kurang dari 1000 DWT.
b. panjang dermaga kurang clan 50 M' dengan konstruksi kayu.
c. kedalaman di depan dermaga kurang clan - 4 M LWS.
d. tidak menangani pelayanan barang berbahaya dan beracun (B3) dan
melayani kegiatan pelayanan lintas Kota dalam satu Kabupaten/Kota.
8
pelabuhan ini. Akibat keterlambatan penanganan kargo, banyak kapal
menghindari Tanjung Priok. Untuk keperluan ekspor impor, kapal-kapal asing
memilih untuk berlabuh di Singapura dan Malaysia. Bank Dunia pun mencatat,
system dan efisiensi pelabuhan di Indonesia sangat buruk. Kondisi ini jelas
memperburuk daya saing harga barang Indonesia. Akibatnya, potensi devisa pun
menguap ke Negara – Negara lain yang bertetanggga dengan Indonesia.
Masalah lain yang kerap muncul dalam hal pengelolaan pelabuhan di
Indonesia adalah lamanya waktu kepngerusan kepabeanan di Indonesia. Hal ini
menyebabkan rendahnya minat para investor yang sebagian besar aktivitasnya
berhubungan dengan pelabuhan untuk masuk ke Indonesia. Mereka enggan untuk
berurusan dengan birokrasi Indonesia yang sangat berbelit – belit. Alas an lainnya
ialah karena mereka sadar, dengan birokrasi yang semakin berbelit – belit, hal itu
akan mempengaruhi stabilitas dari produk mereka. Karena mereka mau tidak mau
mereka pasti akan memperhitungkan biaya – biaya birokrasi Indonesia kedalam
produk mereka, yang sudah pasti merupakan sebuah pemborosan dan tidak
menambah nilai apa – apa kepada produk yang mereka jual.
Selain itu masalah mengenai buruknya fasilitas – fasilitas yang tersedia di
pelabuhan – pelabuhan Indonesia juga merupakan permasalahan umum yang
sampai sekarang belum ada penyelesaiannya.
Fasilitas – fasilitas pelabuhan di Indonesia banyak yang sudah tua dan
juga kurang berfungsi dengan baik karena tidak di maintain dengan baik. Hal ini
tentu saja sangat mempengaruhi operasional dan citra pelabuhan di Indonesia.
Jika dibandingkan dengan Negara tetangga terdekat kita, Malaysia,
Indonesia jauh tertinggal dalam hal ketersediaan pelabuhan fasilitas pelabuhan
yang memadai.
Salah fasilitas pelabuhan Indonesia yang kurang memadai adalah
kedalaman pelabuhan atau deep see port yang ada di Indonesia. Sebagian besar
pelabuhan di Indonesia tidak bisa menjaga tingkat kedalaman lautnya sampai 14
meter atau lebih sehingga tidak dapat memenuhi kriteria deep sea port. Akibatnya,
pelabuhan-pelabuhan di Indonesia hanya menjadi pengumpan bagi pelabuhan
milik beberapa negara tetangga.
9
Masalah – masalah diatas menyebabkan pengelolaan pelabuhan menjadi
tidak efektif. Hal ini berujung pada lamanya waktu tunggu bagi kapal – kapal
untuk bersandar di pelabuhan – pelabuhan yang ada di Indonesia.
Pemerintah saat ini dituntut untuk segera memperbaiki masalah ini.
Karena pelabuhan mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam
pergerakan dan pertumbuhan perekonomian suatu negara.
2.3. Strategi Peningkatan Kinerja Pelabuhan di Indonesia
Untuk meningkatkan kinerja dari pelabuhan, pemerintah perlu untuk
sesegera mungkin mengambil langkah nyata dalam hal penyelesaian masalah –
masalah yang dihadapi oleh pelabuhan Indonesia.
Ada beberapa cara yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk
menyelesaikan permasalahan ini. Namun sebelumnya kita harus menentukan
terlebih dahulu prioritas pengembangan peabuhan yang ada sekarang ini. Dari
semua masalah yang telah disebutkan diatas, masalah yang paling penting untuk
diselesaikan terlebih dahulu adalah perbaikan fasilitas yang ada pada pelabuhan.
Langkah pertama ialah merevitalisasi pelabuhan – pelabuhan utama di Indonesia.
Sedikitnya, pemerintah harus serius mengembangkan 10 pelabuhan utama seperti
Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Mas, Tanjung Perak, Bitung, Pontianak,
Pangkalan Bun, Panjang, dan beberapa pelabuhan yang memiliki posisi strategis.
Dengan kedalaman kolam hanya sekitar 13,5 meter, Pelabuhan Tanjung Priok
hanya mampu disandari kapal-kapal kecil-menengah. Kapal-kapal itu umumnya
merupakan kapal feeder dari pelabuhan di Singapura, Malaysia, dan Hong Kong.
Selama ini, 80-90% kegiatan ekspor-impor Indonesia harus melalui pelabuhan di
negara lain.
Dengan perbaikan fasilitas – fasilitas pada 10 pelabuhan utama tersebut,
diharapkan potensi ekonomi dari pelabuhan Indonesia tidak “menguap” ke Negara
– Negara tetangga lainnya.
Tentu hal ini perlu didukung dengan modal yang besar. Untuk
mengembangkan pelabuhan Tanjung Priok, sebagai pengelola, PT Pelabuhan
Indonesia (Pelindo) II mengaku membutuhkan investasi sekitar Rp 22 triliun.
Dana sebesar itu dibutuhkan untuk memperlebar terminal yang akan dilakukan
dalam tiga tahap. Namun nilai investasi itu terbilang kecil dibanding manfaat yang
10
bakal diperoleh ke depan. Angka ini jauh lebih kecil ketimbang defisit neraca
pembayaran Indonesia dari sektor pelayaran yang mencapai US$ 13 miliar per
tahun.
Dalam hal perbaikan fasilitas pelabuhan, dal hal ini kolam pelabuhan, para
pengusaha pelayaran mengusulkan kepada pemerintah agar memperdalam kolam
pelabuhan di Indonesia hingga 16 meter. Dengan demikian, pelabuhan ini mampu
menampung kapal-kapal bermuatan 6.000 TEUs. Dengan adanya perbaikan kolam
pelabuhan tersebut, para pengusaha yakin jika pengelola pelabuhan dapat
meningkatkan produktivitas bongkar muat menjadi 20-25 boks container per jam
per crane.
Jika perbaikan (kolam pelabuhan) dapat dilaksankan merata setidaknya
pada 10 pelabuhan utama di Indonesia, dapat dipastikan produktivitas pelabuhan
Indonesia juga akan meningkat.
Masalah lain yang perlu untuk ditangani secara serius adalah lamanya
kepengurusan kepabeanan di pelabuhan – pelabuhan di Indonesia.
Indonesia memang identik dengan birokrasinya yang berbelit – belit, yang
membuka peluang untuk praktek – praktek yang tidak etis seperti korupsi.
Hal – hal ini sungguh telah mengurangi nilai tambah bagi pelabuhan –
pelabuhan di Indonesia. Dengan adanya hal ini, para pengusaha (terutama investor
asing) lebih memilih untuk menjadikan pelabuhan di Indonesia sebagai tempat
untuk kapal – kapal feeder mereka. Mereka lebih memilih untuk menempatkan
kapal utamanya di pelabuhan – pelabuhan di negara – negara seperti Singapura
dan Malysia karena kepengurusan administrasi disana jauh lebih efisien dan
efektif. Sudah saatnya Indonesia memanfaatkan potensi ekonomi yang seharusnya
menjadi miliknya tersebut.
Langkah yang perlu diambil untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah
dengan merubah system administrasi pada pelabuhan di Indonesia. Pelabuhan –
pelabuhan di Indonesia memiliki kinerja yang lambat dari segi administrasi karena
terlalu banyak berkas – berkas dan juga birokrat yang harus dilewati sebelum
sistem dijalankan.
Permasalahan ini dapat diatasi dengan melengkapi pelabuhan – pelabuhan
di Indonesia dengan sistem informasi yang memadai. Kemudian perlu dilakukan
11
evaluasi terhadap proporsionalitas dari managamen di pelabuhan. Jika kita ingin
mempercepat jalannya suatu sistem, salah satu caranya ialah menyederhanakan
proses dari sitem tersebut tanpa mengesampingkan esensinya. Oleh karena itu
praktek – praktek birokratif harus segera dihilangkan guna meningkatkan kinerja
pelabuhan dari segi pengelolaan waktu. Tetapi hal yang paling penting untuk
diperhatikan adalah pengembangan sumber daya manusia di pelabuhan –
pelabuhan di Indonesia. Hal ini penting karena, jangan sampai perampingan
angkatan kerja pada pelabuhan justru menurunkan tingkat produktivitas dari
pelabuhan itu sendiri. Maka dari itu diperlukan tenaga – tenaga kerja yang
terampil, dalam jumlah yang pas, untuk melaksanakan fungsi dan tugas dari
pengelolaan pelabuhan. Tentu saja pengembangan keterampilan dalam hal
penggunaan teknologi berbasis informasi dan juga yang sifatnya teknikal
merupakan prioritas. Karena hal inilah yang mampu mendorong produktivitas.
Namun masalah pelabuhan di Indonesia adalah suatu hal yang kompleks.
Diperlukan kesungguhan dari tiap – tiap stakeholders yang ada untuk
memperbaiki kinerja pelabuhan. Selain itu diperlukan pengukuran yang presisi
terhadap tiap strategi yang di terapkan. Agar modal yang besar yang digunakan
untuk membangun pelabuhan dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Permerintah tentu saja memegang peran penting untuk hal ini. Pemerintah
harus berperan sebagai penyelia yang secara berkala memantau penerapan dari
semua strategi yang telah disepakati dan diterapkan. Karena pada umumnya
meskipun telah dirumuskan dengan sangat baik, tiap strategi yang ada menjadi
kacau saat diimplementasikan. Hal ini tentu saja karena kurangnya koordinasi.
Diharapkan pemerintah dapat menjalankan peran ini dengan baik, bukan malah
semakin memperburuknya.
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
Pelabuhan Jayapura berada di Provinsi Papua, termasuk Pelabuhan Kelas
Dua dalam wilayah kerja Pelabuhan Indonesia IV, terletak antara 02°32°30° LS
dan 140°42°30° BT. Posisi Pelabuhan Jayapura cukup strategis, karena
berhadapan dengan Samudera Pasific disebelah utara. Daerah-daerah yang
berpotensi sebagai hinterland Pelabuhan Jayapura.
HYDRO OCEANOGRAPHY
1. ALUR PELAYARAN
a. Panjang Alur Pelayaran : ± 1,62 Mil
b. Lebar Minimum : ± 500 Meter
c. Kedalaman Maximum : 27 Meter
d. Luas Kolam : 688 Ha
e. Kedalaman Kolam Minimum : 11 Meter
f. Kedalaman Kolam Maximum : 65Meter
g. Kedalaman di Dermaga : ± 11 Meter
2. STATUS PEMANDUAN : Wajib Pandu
3. AREA LEGO JANGKAR : 02º 32,25´ LS / 140º 43,35´ BT
4. PASANG SURUT
a. High Water Spring (HWS) : 1,50 M LWS
b. Low Water Spring : 1,00 M LWS
14
5. KECEPATAN ARUS
Batas normal kurang dari 1 Knot ( 1,5 m / detik )
6. KECEPATAN ANGIN
a. Kecepatan Angin diatas 3,7 knot antara bulan Sept. dan Desember
b. Tingkat kecepatan angin umumnya terjadi pada musim hujan.
7. GELOMBANG
a. Tinggi gelombang maksimum sekitar 1 meter.
b. Pelabuhan Jayapura terlindungi secara alamiah oleh pulau-pulau
disekitarnya dan Teluk Yos Sudarso.
8. TEMPERATUR
Temperatur rata-rata : 29 º C
15
3.2 Pelabuhan Jayapura Secara Umum
16
ekspor langsung (direct call) ke beberapa negara tujuan ekspor pada awal 2016
melalui pelabuhan Makasar kemudian direct call dilanjutkan ke pelabuhan Sorong
di Papua Barat dan pelabuhan Jayapura di Papua.
Ekspor dan impor langsung dari dan ke Papua akan mampu meningkatkan
indeks perekonomian diwilayah tanah Papua dan secara otomatis akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua. Pengembangan pelabuhan ini
sudah sejalan dengan program pembangunan Tol Laut yang dicanangkan Presiden
Joko Widodo.
17
Papua akan mampu meningkatkan indeks ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
Papua.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pelabuhan Jayapura merupakan pintu gerbang keluar masuknya barang
dagangan dan komoditi ekonomi ke Papua dan keluar Papua. Jadi, bisa dikatakan
pelabuhan ini merupakan jaringan urat nadi perekonomian di Jayapura.
Pelaksanaan direct call adalah bentuk sinergi antara Pelindo IV dengan
Pemerintah Provinsi Papua yang telah membuka jalan dengan merintis pengapalan
ekspor langsung (direct call) ke beberapa negara tujuan ekspor pada awal 2016
melalui pelabuhan Makasar kemudian direct call dilanjutkan ke pelabuhan Sorong
di Papua Barat dan pelabuhan Jayapura di Papua.
Dengan direct call ini, ekspor langsung dari Papua akan merangsang
pengusaha dan masyarakat untuk menumbuh kembangkan usaha makro maupun
mikro yang berorientasi ekspor. Melalui ekspor dan impor langsung dari dan ke
Papua akan mampu meningkatkan indeks ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
Papua.
4.2. Saran
Jadi pada dasarnya Indonesia telah memiliki jaringan perhubungan yang
cukup baik bila terurus dengan baik. Akan tetapi karena pertumbuhan penduduk,
keterbatasan anggaran untuk pengurusan, serta mobilitas satuan-satuan ekonomi
yang lebih cepat, tepat, selamat, maka sektor perhubungan masih dianggap sektor
yang harus terus dibenahi karena memegang peranan strategis bagi pertumbuhan
ekonomi. Untuk itu pemerintah diharapkan memberi prioritas penting pada sektor
perhubungan khususnya perhubungan laut.
19
DAFTAR PUSTAKA
20