Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. KONSEP KEBUTUHAN

1. DEFENISI KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Cairan adalah larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut.Elektrolit adalah zat
kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologi
dan lingkungan.( Tarwoto dan Wartonah, 2006 )
Kekurangan cairan dan elektrolit adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau beresiko mengalami penurunan cairan intravaskuler, interstitial dan
atau intraseluler.
Kelebihan cairan dan elektrolit adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau beresiko mengalami peningkatan cairan intravaskuler, interstitial dan
atau intraseluler.
Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit adalah keadaan dimana seorang
individu mengalami atau beresiko mengalami peningkatan, penurunan atau cepatnya
pertukaran dari satu ke lainnya dari intravaskuler, interstitial dan atau intraseluler.

2. FISIOLOGI SISTEM
Cairan dan Elektrolit masuk melalui makanan, minuman dan cairan
intravena(IV) dan di distribusikan ke seluruh tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya. Jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh di bagi menjadi dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler
dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial
dan cairan transeluler. cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem
vaskuler.Cairan interstitial adalah cairan yang terletak di antara sel. Sedangkan cairan
transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan intraokuler dan sekresi saluran
cerna.
Intravaskuler 5% berat badan, interstitial 15% berat badan dan transseluler
40% berat badan.Cairan intravaskuler dan interstitrial bersama-sama disebut extrasel
(ECF) . ECF adalah cairan tubuh dengan laju tinggi dikeluarkan melalui urine kg/hari
serta keringat dan uap panas (700/m²/hari).

 Distribusi Cairan
1. Cairan Ekstra Sel (CES)

CES terdiri dari cairan interstitial dn cairan intravaskuler. Cairan interstitial mengisi
ruangan yang berada di antara sebagian besar sel tubuh dan menyusun sejumlah besar
lingkungan cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh merupakan cairan interstitial.
Sedangkan cairan intravaskuler terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang berisi atau
mengandung air dan tidak berwarna, dan daerah yang mengandung suspensi leukosit,
eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun 5% berat tubuh.

2. Cairan Intra Sel (CIS)

Cairan intrasel adalah cairan di dalam membran sel yang berisi substansi terlarut atau
solute yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk metabolisme.
Cairan intra sel membentuk 40% berat tubuh.

 Distribusi Elektrolit

Elektrolit terdiri dari : – kation bermuatan positif ( Na+ , K+, Mg+, Ca+)

– anion bermuatan negatif ( Cl–, HCO3– )

Nilai normal elektrolit pada orang dewasa

 Natrium : 135 – 145 mem/L


 Kalium : 3,5 – 5,0 mem/L
 Clorida : 9,5 – 5,5 mem/L
 Magnesium : 1,5 – 2,5 mem/L
 Fosfat : 1,5 – 2,6 mem/L
 Pengaturan Cairan dan Elektrolit

Difusi adalah perpindahan cairan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah


melalui membran sel yang permeable terhadap substansi materi baik padat maupun
partikel zat terlarut.

Filtrasi adalah suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat terlarut secara
bersamaan sebagai respon terhadap adanya cairan yang mempunyai perbedaan
tekanan.

Osmosis adalah perpindahan cairan melalui membrane selaktif permeable dari area
yang konsentrasi rendah ke area dengan konsentrasi tinggi.

Transpor aktif adalah perpindahan cairan menggunakan ATP yang melawan gradien
konsentrasi dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.

3. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

1. Usia, Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ

sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.

2. Temperature, Temperature ayng tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan

melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.

3. Diet, tubuh akan memecah cadangan makanan yang tersimpan di dalamnya

sehingga dalam tubuh terjadi pergerakan cairan dari interstisial ke interseluler, yang

dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.

4. Stress, Stress dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit

melalui proses peningkatan produksi ADH, karena proses ini dapat meningkatkan

metabolism sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat

menimbulkan retensi sodium dan air.

5. Sakit, Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk

memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan kebutuhan

cairan yang cukup.


Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan system dalam tubuh, seperti

ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan

cairan.

4. Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Cairan Dan Elektroli

1. Hipomelemi atau dehidrasi

Kekurangan cairan eksternal terjadi karena asupan cairan dan kelebihan pengeluaran

cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh dengan mengosongkan cairan

vaskuler.

Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan

cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan muntah. Ada

tiga macam kekurangan volume cairan eksternal, yaitu:

a. Dehidrasi isotonic, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan elektrolit

secara seimbang.

b. Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air daripada

elektrolit

c. Dehidrasi hipitonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit daripada

air

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan menyebabkan volume ekstrasel

berkurang (hipovolume) dan perubahan hematokrit. Pada keadaan dini, tidak terjadi

perpindahan cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika

terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, kadar urea, nitrogen dan

kreatinin meningkat dan menyebabkan perpindahan cairan intrasel ke pembuluh

darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan

tidak delalu cepat diketahui. Kelebihan asupan pelarut seperti protein dan

klorida/natrium akan menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebihan


serta berkeringat dalam waktu lama dan terus-menerus. Hal ini dapat terjadi pada

pasien yang mengalami gangguan hipotalamus, kelenjar gondok, ginjal diare, muntah

secara terus-menerus, pemasangan drainase dan lain-lain.

2. Hipervolume atau Overhidrasi

Terdapat 2 manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu hipervolume

(peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial).

Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastic dan hanya terdapat

diantara jaringan.

Pitting edema merupakan edema yang berada pada darah perifer atau akan berbentuk

cekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini disebabkan oleh

perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan. Cairan dalam jaringan yang edema

tidak digerakkan ke permukaan lain dengan jari. Nonpitting edema tidak

menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma

yang menyebabkan membekunya cairan pada permukaan jaringan. Kelebihan cairan

vascular meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan

interstisial.

Edema anasarka adalah edema yang terdapat di seluruh tubuh. Peningkatan tekanan

hidrostatik yang sangat besar menekan sejumlah cairan hingga ke membrane kapiler

paru sehingga menyebabkan edema paru dan dapat mengakibatkan kematian.

Manifestasi edema paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk dan adanya suara

napas ronnchi basah. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung sehingga

dapat mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru dan

perpindahan cairan ke jaringan paru. Perawat harus melakukan observasi secara

cermat bila memberikan cairan intravena pada pasien yang mempunyai masalah

jantung, sebab kelebihan cairan pada kapiler paru terutama pada anak/bayi dan orang
tua dapat membahayakan. Pada anak, paru dan kapasitas vaskularnya kecil sehingga

tidak mampu menampung cairan dalam jumlah besar. Pada pasien tua, elastisitas

pembuluh darah menurun dan hanya mampu menampung sedikit cairan. Kelebihan

cairan ekstrasel dihubungkan dengan gagal jantung, sirosis hati dan kelainan ginjal.

Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering ditimbulkan adalah edema perifer (pitting

edema), asites, kelopak mata membengkak, suara napas ronchi basah, penambahan

berat badan secara tidak normal/sangat cepat dan nilai hematokrit pada umumnya

normal, akan tetapi menurun bila kelebihan cairan bersifat akut.

Masalah Kebutuhan Elektrolit

3. Hiiponatremia

Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang

ditandai dengan adanya kadar natrium dalam plasma sebanyak < 135 mEq/lt, rasa

haus berlebihan, denyut nadi yang cepat, hipotensi konvulsi dan membrane mukosa

kering. Hiponatremia disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh secara berlebihan,

misalya ketika tubuh mengalami diare yang berkepanjangan.

Hipernatremia. Merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi,

ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguri/anuria, turgor kulit buruk dan

permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan,

konvulsi, suhu badan naik serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/lt.

Kondisi ini dapat disebabkan karena dehidrasi, diare, pemasukan air yang berlebihan

sementara asupan garam sedikit.

4. Hipokalemia

Merupakankondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai

dengan adanya kram otot dankram perut, kejang, bingung,kadar kalsium dalam

plasma kurang dari 4,3 mEq/lt dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat
disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok serta kehilangan sejumlah

kalsium karena sekresi intestinal.

5. Hipokalsemia

Merupakankondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai

dengan adanya kram otot dankram perut, kejang, bingung,kadar kalsium dalam

plasma kurang dari 4,3 mEq/lt dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat

disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok serta kehilangan sejumlah

kalsium karena sekresi intestinal.

6. Hiperkalsemia

Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium darah yang dapat terjadi pada

pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara

berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal,

mual-mual, koma dan kadar kalsium dalam plasma mencapai lebih dari 4,3 mEq/lt.

7. Hipomagnesia

Merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam darah, ditandai dengan

adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disoriensi

dan konvulasi. Kadar magnesium dalam darah mencapai kurang dari 1,3 mEq/lt.

8. Hipermagnesia

Merupakan kondisi berlebihnya kadar magnesium dalam darah, ditandai dengan

adanya koma, gangguan pernapasan dan kadar magnesium mencapai lebih dari 2,5

mEq/lt.
B. RENCANA ASUHAN KEPERAWTAN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT.

1. Pengkajian
KELUHAN UTAMA
Orang tua pasien mengatakan bahawa BAB anaknya cair
RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah 4 hari BAB cair dengan lendir 8-9x/hari yang
disertai mual muntah 2x.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Orang tua pasien mengatakan bahwa anakny tidak pernah mengalmi penyakit seperti
yang diderita oleh anaknya sekarang dan anaknya belum pernah di opname.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Orang tua dan keluarga pasien mengatakan bahwa tidak ada satupun dari keluarga
mereka yang mengalami penyakit seperti yang diderita oleh pasien sekarang.
2. Pemeriksaan Fisik
DS :
- klien mengatakan diare 2 hari
- klien mengatakan BAB klien encer dengan frekuensi 4 – 5 x / hari
- klien mengatakan feses berbau dab berwarna khas feses
- klien mengatakan sebelumnya mengkonsumsi makanan pedas
- klien mengatakan badannya panas

DO :
- Keluhan utama Lemah
- Suhu : 37,5 º C - TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 78 x / menit - RR : 20 x /menit
- Konsistensi feses cair
- Mukosa bibir kering
- Suara perut hipertimpani
Diagnosa Keperawatan

1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif : diare
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya
intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan

NURSING CARE PLAN

TUJUAN KEPERAWATAN
Dx. KEPERAWATAN
NO RENCANA TINDAKAN
(NANDA)
( NOC )
( NIC )
Tgl : Jam :

Kekurangan volume cairan Keseimbangan elektrolit dan Manajemen cairan


berhubungan dengan asam basa adekuat Monitor warna, jumlah dan
:Kehilangan volume cairan Kekurangan cairan teratasi frekuensi kehilangan cairan 24
aktif : diare, muntah, luka Status hidrasi adekuat jam
bakar Setelah dilakukan asuhan Observasi kehilangan cairan
Asupan cairan yang tidak keperawatan selama ……x 24 yang tinggi
adekuat : gangguan membran jam :Urine output (0,5- Diare, drainase luka,
1
mukosa mulut 1cc/kgBB/24 jam) diaforesis ( banyak keringat),
Kegagalan dalam mekanisme Tidak ada tanda-tanda dehidrasi : pengisapan, nasogastrik,
pengaturan : Diabetes insipidus BB tidak turun, elastisitas dan perdarahan, IWL )
turgor kulit baik, membran mukosa Monitor status hidrasi
Data Subyektif
lembab, mata / UUB tidak cekung) kelembaban membran

Klien mengatakan : mukosa, nadi, suhu, respirasi


Pengisian kapiler detik
dan tekanan darah.
• Haus Tidak terjadi perubahan status
Timbang dan pantau kemajuan
mental
BB
• Kelemahan Elektrolit serum dalam batas normal
Kolaborasi pemberian cairan
Frekuensi, dan irama nafas dalam
• Muntah………………. intravena, pemasangan NGT,
rentang normal
douwer cateter dan
• Penurunan jumlah urine TTV dalam batas normal;
pemeriksaan elektrolit

Data Obyektif – Suhu: 36,3-37,4 oC,


Manajemen elektrolit dan
Penurunan turgor kulit – Nadi: Bayi: 140/menit asam basa

Membran mukosa mulut /kulit Anak 2th: 120/menit Monitor hasil laborat :
kering Hb,Hct, Trombosit BUN,
Anak 4th: 100/menit
Albumin, Protein total dan BJ
Nadi meningkat …x/mn
urine
Anak 10-14th: 85- 90/menit.
TD menurun …..mmHg
Kolaborasi pemeriksaan
Laki2 dewasa: 60-70/menit
elektrolit : Na,Cl, Ca, K dan
Volume tekanan nadi menurun
Premp. dewasa: 70-85/men Mg.
Peningkatan suhu tubuh:.. ◦C
– Tekanan Darah (RR): Manajemen Hipovolumia
Penurunan pengisian
Umur > 10th: 90/60 mmHg Identifikasi faktor yang
kapiler……..
berkontribusi terhadap
Umur 10-30 th: 110/75 mmHg
Penurunan urine output 1,0-1,5 bertambah buruknya dehidrasi
cc/kg BB /24 jam : demam, stres, obat-
Umur 30-40 th: 125/85 mmHg
obatan(diuresis)
Perubahan status mental
Umur 40-60 th: 140/90 mmHg
Kaji adanya vertigo dan
Peningkatan Hematokrit
Umur > 60 th: 150/90 mmHg hipotensi postural

Penurunan BB yang tiba-


– Respirasi: Monitor tingkat kesadaran,
tiba…… %
keadaan umum dan status
Bayi:30-50/m,Balita:30- 40/mnt hemodinamik.
Mata, UUB cekung
Anak:22/m,Dewasa: 10-18/mnt Monitor respon klien terhadap
penambahan cairan

Atur posisi klien


trendelenburg bila
diindikasikan/bila hipotensi

Kolaborasi dalam pemberian


produk darah/cairan IV sesuai
program

Diare berhubungan dengan Eliminasi defekasi efektif Manajeman diare (diarrhea

: management)

Faktor Psikologi Keseimbangan elektrolit dan


Identifikasi faktor penyebab

Tingkat stress dan cemas tinggi asam-basa diare (obat, makanan, bakteri
dll.)
Fisiologi Keseimbangan cairan
Monitor pengeluaran feses
• Proses Infeksi Hidrasi adekuat (frekuensi, konsisitensi,
bentuk, warna)
• Inflamasi Setelah dilakukan asuhan kepe
rawatan selama……. x 24 jam : Monitor peristaltik / bising
2 • Iritasi
usus
Feses berbentuk, Bab sehari 1-3
• Parasit kali Anjurkan pada pasien /

• Malabsorbsi keluarga untuk


Tidak terdapat darah dan lendir
mengistirahatkan lambung
pada fese
Situasional sesuai kondisi

Nyeri /kram abdomen hilang


Keracunan makanan Ambil specimen feses untuk

• Perut tidak kembung pemeriksaan kultur dan


• Penyalahgunaan laksatif
sensitifitas
• Bising usus dalam batas
• Radiasi
normal (5-35 x/menit) • Informasikan pada klien

• Efek samping obat & keluarga tentang


• Nilai elektrolit dan asam basa kemungkinan makanan atau
• Kontaminasi dalam rentang normal obat yang dapat menyebabkan
diare
• Alergi • Status hidrasi baik : membran
mukosa lembab, tidak ada • Ajarkan pada klien &
Data Subyektif
peningkatan suhu, turgor kulit baik, keluarga tentang: penyebab

Klien mengatakan : haluaran urine dalam batas normal diare, cara menanggulangan,
penggunaan obat diare serta
• BAB cair > dari 3 kali diet yang dianjurkan
dalam sehari
• Anjurkan pada klien dan
• Nyeri perut, kram keluarga untuk mencatat
warna, volume, frekuensi dan
Data Obyektif
konsistensi feses

• BAB cair
• Berikan diet secara

• Bising usus hiperaktif bertahap sesuai program

• Perubahan warna faeses • Kolaborasi pemberian


makanan dengan tim medis
&ahli gizi

Manajemen Cairan &


elektrolit

• Tingkatkan intake cairan

• Monitor KU, TTV,


respon Klien terhadap terapi
yang diberikan

• Monitor status hidrasi:


kelembaban membran
mukosa, turgor kulit, kekuatan
denyut nadi

• Monitor intake & output


yang akurat dalam 24 jam

3 Perbahan nutrisi : kurang Manajemen nutrisi


Status nutrisi :makanan dan
dari kebutuhan tubuh
cairan adekuat • Kaji kemampuan klien
berhubungan dengan :
untuk memenuhi kebutuhan
• Pemberian ASI/PASI
Tidak mampu dalam nutrisi
• Memasukkan makanan adekuat • Informasikan kepada
klien / keluarga faktor yang
• Mencerna makanan • BB seimbang
dapat menimbulkan mual dan
muntah
• Mengabsorbsi makanan Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ……x 24
• Lakukan / tawarkan oral
karena faktor biologi, psikologi
jam :
higiene sebelum makan
• Hilangnya nafsu makan
• Intake nutrisi/ASI/PASI
• Ajarkan pada klien /
adekuat
• Mual, muntah keluarga tentang pentingnya
kebutuhan nutrisi/ASI/PASI
Data Subyektif
• Tidak terjadi kram perut

• Informasikan kepada
Klien mengatakan : • Nafsu makan meningkat
klien untuk menghindari

• Mudah merasa kenyang • Tidak ada luka, inflamasi pada mengunyah makanan pada

sesaat setelah mengunyah rongga mulut bagian mulut yang sakit / luka

makanan
• Bising usus dalam batas • Monitor asupan nutrisi,

• Intake makan kurang dari normal 5-35 x /mnt dan intake -output cairan

kebutuhan yg dianjurkan
• Berat badan meningkat • Kolaborasi dengan medis

• Perubahan sensasi rasa dan ahli gizi untuk :


• Klien mandiri dan mampu

• Tidak mampu mengunyah mengidentifikasi kebutuhan nutrisi □Program therapi,diet,


makanan
• Data Lab ……………… pemeriksaan laborat

• Kram perut
• ………………………….. □Pemasangan NGT

• Nyeri abdomen patologi


□Pemberian nutrisi

• Tidak ada nafsu makan


parenteral
Data Obyektif
Dukungan kenaikan BB
• Konjungtiva dan membran
• Monitor BB klien sesuai
mukosa pucat
• Luka, inflamasi pada indikasi
rongga mulut(sariawan)
• Sediakan makanan sesuai
• Tonus otot buruk dengan kesukaan klien &
program diit
• Diare
• Bantu klien dalam makan
• Suara usus hiperaktif
dan libatkan keluarga dalam
……x /m
pemberian makanan

• Penurunan BB
………………

• Data Lab:
………………………

Evaluasi

1. Tidak terjadi kekurangan volume cairan


2. Gangguan integritas kulit tidak terjadi
3. Infeksi tidak terjadi
4. Perubahan nutrisi dapat teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta. EGC

Ngastiyah.1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta. EGC.

Potter. 2006. Fundamental Keperawatan ( Konsep, Proses, dan Praktik). Jakarta. EGC.

Wilkinson, Judith M. 2002. Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai