Anda di halaman 1dari 5

PIDATO B.J.

HABIBIE
“ SAAT KEMATIAN ITU KIAN DEKAT “
Ketika BJ Habibie berpidato di Kairo, beliau berpesan “saya diberikan kenikmatan oleh Allah
SWT Ilmu Teknomogi sehingga saya bisa membuat pesawat terbang, tapi sekarang saya tahu bahwa
Ilmu Agama itu lebih bermanfaat untuk umat islam.” Kalau saya disuruh memilih antara keduanya maka
saya akan memilih Ilmu Agama”

Sepi penghuni……
Istri sudah meninggal….
Tangan menggigil karena lemah….
Penyakit menggerogoti sejak lama….
Duduk tak enak, berjalan pun tak nyaman….
Untunglah seorang kerabat yang jauh mau tinggal bersama menemani beserta seorang pembantu.

3 anak, semuanya sukses….


Berpendidikan tinggi sampai keluar negeri….
Ada yang sekarang berkarir di luar negeri….
Ada yang bekerja di Perusahaan asing dengan posisi tinggi….
Dan ada pula yang jadi pengusaha…
Soal ekonomi, saya angkat dua jempol….
Semuanya kaya raya….

Namun….
Saat tua seperti ini dia “merasa Hampa”…
Ada pilu mendesak di sudut hatinya….

Tidur tak nyaman….


Dia berjalan memandangi foto-foto masa lalunya ketika masih perkasa dan energik yang penuh
kenangan.

Di rumah yang besar dia merasa kesepian, tiada suara anak, cucu, hanya detak jam dinding yang
berbunyi teratur….

Punggungnya terasa sakit, sesekali air liurnya keluar dari mulutnya….


Dari sudut mata ada air yang menetes….
Rindu dikunjungi anak-anaknya
Tapi semua anaknya sibuk dan tinggal jauh di kota atau Negara lain…
Ingin pergi ke tempat ibadah namun badan tak mampu berjalan…
Sudah terlanjur melemah….

Begitu lama waktu ini bergerak,


Tatapannya hampa, jiwanya kososng, hanya gelisah yang menyeruak….
Sepanjang waktu….

Laki-laki renta itu, barangkali adalah saya…


Atau barangkali adalah anda yang membaca tulisan ini suatu saat nanti hanya menunggu sesuatu yang
tak pasti….
Yang pasti hanyalah “KEMATIAN”
Rumah besar tak mampu lagi menyenangkan hatinya….
Anak sukses tak mampu lagi menyejukkan rumah mewahnya ber AC….
Cucu-cucu yang hanya seperti orang asing bila datang….
Asset-asset produktif yang terus menghasilkan, entah untuk siapa?

Kira-kira jika malaikat “ datang menjemput”, akan seperti apakah kematian nya nanti….

Siapa yang akan memandikan?


Dimana akan dikuburkan?
Sempatkah anak kesayangan dan menjadi kebanggaannya dating mengurus jenazah dan menguburkan?

Apa amal yang akan dibawah ke akhirat nanti?


Rumah akan ditinggal, asset juga akan ditinggal pula….
Anak-anak entah apakah akan ingat berdoa untuk kita Atau tidak???
Sedang ibadah mereka sendiri saja belum tentu dikerjakan???
Apa lagi jika anak tak sempat dididik sesuai tuntunan agama ???
Ilmu agama hanya sebagai sisipan saja….

Kalau lah sempat menyumbang yang cukup berarti di tempat ibadah, rumah yatim, panti asuhan atau ke
tempat-tempat di jalan Allah yang lainnya…

Kalau lah sempat dahulu membeli sayur dan melebihkan uang pada nenek tua yang selalu datang…

Kalau lah sempat, memberikan sandal untuk disumbangkan ke tempat ibadah agar dipakai oleh orang
yang memerlukan….

Kalau lah sempat, membelikan buat tetangga, kenalan, kerabat dan handal taulan…

Kalau lah kita tidak kikir kepada sesama, mungkin itu semua akanmenjadi amal penolong nya….

Kalau lah dahulu anak disiapkan menjadi “ orang yang sholeh “, dan ilmu Agama nya lebih diutamakan…
Ibadah sedekahnya di bimbing/ diajarkan dan diperhatikan, maka mungkin senantiasa akan “Terbangun
Malam “, menetaskan air mata mendoakan orang tuanya.

“KALAULAH SEMPAT”
Mengapa kalau sempat ?
Mengapa itu semua tidak dijadikan perhatian utama kita?
Sungguh kita tidak adil pada diri sendiri
Kenapa kita tidak lebih serius menyiapkan bekal-bekal untuk menghadapnya dan mempertanggung
jawabkan kepadanya.
Jangan terbuai dengan kehidupan dunia yang bias melalaikan….
Kita boleh saja giat berusaha di dunia….
Tapi jadikan itu untuk bekal kita pada perjalanan panjang dan kekal di akhir hidup kita,
Seorang penyair berkata,
Ibu adalah Madrasah jika kamu menyiapkannya
Maka dia menyiapkan generasi berkarakter baik

Penyair lain berkata ,


Apabila para ibu tumbuh dalam ketidaktahuan
Maka anak-anak akan menyusu kebodohan dan keterbelakangan

Ibu adalah sekolah pertama sementara pendidikan merupakan tanggung jawab bapak.
Sebagai penanggung jawab keluarga maka termasuk kewajiban bapak memilih sekolah pertama
yang baik bagi anaknya.

Melihat betapa besar pengaruh sekolah pertama ini bagi anak maka islam menganjurkan
memilih sekolah pertama yang baik dan menganjurkan bahkan melarang memilih sekolah yang
tidak baik.

Ketika Nabi SAW menyodorkan empat perkara yang menjadi alasan seorang wanita dinikahi
maka beliau menganjurkan memilih wanita dengan kriteria ke empat yaitu pemilik agama.

Ibu adalah sekolah pertama maka dia dituntut memiliki kemampuan-kemampuan dasar agar
mampu memerankan fungsinya secara positif dan berarti kepada anaknya.
Diantara kemampuan-kemampuan tersebut adalah :
1. Kemampuan dasar agama khususnya yang berkaitan dengan ibadah-ibadah praktis
sehari-hari seperti wudhu, adab buang hajat, doa sehari-hari dan sebagainya.
2. Kemampuan dasar Calistung (membaca, menulis dan berhitung) disertai pengetahuan
tentang metode pengajarannya kepada anak.
3. Kemampuan dasar bermain yang edukatif karena dunia anak adalah dunia bermain dan
tidak semua permainan memiliki nilai positif, disini ibu yang memilah.
4. Pengetahuan dasar-dasar akhlak yang baik dan metode penamaannya pada anak.
5. Pengetahuan dasar tumbuh kembang anak dan factor penunjangnya. Hal ini untuk
mengoptimalkan pertumbuhan anak sehingga dia menjadi anak yang sehat karena
kesehatan fisik menunjang perkembangan sisi-sisi anak yang lain.

ibu sebagai sekolah pertama dengan nilai-nilai positifnya tidak terwujud dengan baik tanpa
kesediaan dari ibu itu sendiri, dimana ibu menomorduakan urusan anak dengan lebih
mementingkan urusannya yang lain. Indikasi dari hal ini tercium manakala ibu lebih cenderung
bersibuk diri diluar rumah dan menyerahkan anaknya kepada orang lain, pembantu atau nenek.
Alasan karir atau pekerjaan adalah factor pemicu utama, padahal jika para ibu mau jujur dalam
membandingkan maka dia akan melihat bahwa keuntungan yang diperoleh dari karirnya lebih
rendah dibanding dengan kerugian akibat dia meninggalkan anaknya bersama orang lain.
Bagaimanapun ibu tidak tergantikan, tidak boleh nenek lebih-lebih pembantu.

Dari sini maka agama islam menyerukan kepada wanita muslimah agar tidak meninggalkan pos
yang sangat membutuhkannya dengan tetap dirumah.

Anda mungkin juga menyukai