Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

URAIAN TANAMAN
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : lillopsida
Orde : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Subfamily : Alpinioideae
Bangsa : Alpiniae
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia Galanga
BAB III
METODE KERJA

A. ALAT DAN BAHAN


a. ALAT
 Pisau
 Toples
 Baki
b. BAHAN
 Lengkuas
 Alkohol
B. Langkah kerja
1. Ambil lengkuas atau Alpinia GaLanga sebanyak 1Kg (satu Kilogram)
2. Cuci dengan air yang mengalir atau air yang bersih
3. Lengkuas atau Alpinia Galangan di Rajang dan di keringkan diruangan
terbuka yang tidak terkena cahaya matahari
4. Tiriskan kulit lengkuas atau Alpinia Galanga
5. Tiriskan kecil-kecil Alpinia Galanga
6. Kemudian, letakkan ditempat (baki) terbuka yan tidak terkena cahaya
matahari
7. Diamkan selama 1 minggu
8. Alpinia galangal yang telah kering akan disebut Simplisia
9. Simplisia yang telah kering akan dimasukkan kedalam toples kaca dan
rendam dengan alcohol
10. Tutup toples dengan rapat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Lengkuas atau laos merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai


bahan baku untuk bumbu masakan namun tak jarang oleh masyarakat digunakan
sebagai obat. Obat dalam praktikum ini dilakukan pengekstrakan terhadap rimpang
lengkuas untuk dilakukan uji pendahuluan dan uji KLT untuk mengetahui apa saja
kandungan senyawa yang ada didalamnya.
Proses pembuatan ekstrak dalam percobaan ini dimulai dari proses pembuataan
simplisia dimana rimpang lengkuas yang telah terkumpul di lakukan sortasi basah. Dalam
sortasi basah ini dihilangkan akar-akar yang masih terikut dan juga tanah-tanah yang
ada. Dilanjutkan dengan pencucian bahan baku dengan memperhatikan sela-sela atau
ruas-ruas yang ada pada rimpang karena banyak tanah-tanah yang melengket pada
bagian ini. Semua bagian diperhatikan secara saksama dimana dilakukan penyikatan
pada rimpang agar lebih bersih hasilnya. Setelah bersih ditiriskan untuk mengurangi
kadar airnya kemudian dilanjutkan dengan perajangan rimpang menjadi ukuran yang
lebih kecil namun jangan terlalu tipis sebab dapat membuat kandungan minyak atsirinya
banyak hilang. Rimpang yang sudah dirajang kemudian di keringkan sampai kadar airnya
kurang dari 10%. Naman pengeringan tidak boleh terkena matahari langsung sebab
dapat menghilangkan kandungan minyak atsirinya dan zat-zat lainnya yang dapat rusak.
Pengeringan dilakukan dengan diletakkan pada ruangan terbuka yang terlindung dari
cahaya matahari.
Simplisia yang telah kering kemudian dibuat ekstrak dengan metode maserasi.
Simplisia dimasukkan kedalam toples sampai terendam sempurna dengan pelarut n-
heksan pada meserasi pertama dan alkohol 70% pada maserasi kedua. Disini digunakan
dua pelarut untuk melihat perbedaan antara hasil yang didapat pada maserasi
menggunakan n-Heksan dengan alkohol 70%. Dimana hasil dari meserasi menggunakan
alkohol 70% lebih banyak dari pada yang menggunakan n-heksan. Ini disebakan karena
kemungkinan besar senyawa yang dapat terlarut pada pelarut polar lebih banyak dari
pada yang kurang polar seperti n-heksan.
Tabel Pengamatan Uji Pendahuluan

No Uji Hasil

1 Alkaloid

Mayer (+) ↓ putih

Wagner (+) ↓ coklat

Dragendrof (-) jingga

2 Flavanoid (+) jingga

3 Saponin (-) ≠ ada busa

4 Steroid (+) merah

5 Tanin (-) coklat


Ekstrak yang didapatkan dilakukan uji pendahuluan namun disini ekstrak yang
dilakukan uji pendahuluan hanya yang menggunakan pelarut alkohol 70% sebab yang
menggunakan pelarut n-heksan terlalu sedikit ditakutkan tidak akan cukup.
Pada uji pendahuluan dilakukan uji alkaloid, flavonoid, tanin, steroid dan saponin.
Hasil dari uji alkaloid dengan tiga pereaksi menghasilkan data yang berbeda dimana pada
uji menggunakan pereaksi mayer hasilnya positif karena yang terbentuk endapan putih.
Pada pereaksi wager hasilnya positif karna terdapat endapan coklat sedangkan pada
pereaksi dragondroff hasilnya negatif karena yang didapat larutan berwarna jingga bukan
coklat sampai kuning. Jadi dari hasil ini bisa dikatakan bahwa rimpang lengkuas
mengandung alkaloid.
Pada pengujian flavonoid hasilnya positif karena berwarna jingga berarti sampel
lengkuas ini mengandung flavonoid.
Pada uji saponin setelah dilakukan pengocokan tidak terdapat busa jadi dari hasil
ini dapat dikatan bahwa rimpang lengkuas tidak memiliki kandungan saponin didalamnya.
Jika mengandung saponin harus terbentuk busa yang dapat bertahan selama 10 menit
sedangkan pada pengujian ini tidak terbentuk busa yang menunjukkan hasil positif.
Pada pengujian steroid didapatkan hasil berwarna merah yang menunjukan hasil
yang positif. Sedangkan pada pengujian tanin hasilnya larutannya berwarna coklat berati
hasilnya negatif dimana harusnya terbentuk warna kehijauan.
Uji KLT

Gambar pada UV 254 Gambar pada UV 365

Pada praktikum ini juga dilakukan uji kelarutan sampel ekstrak lengkuas didalam
beberapa pelarut seperti n-heksan, etil asetat, n-butanol, kloroform dan air. Dimana hasil
yang menunjukan kelarutan paling tinggi sampai paling rendah berturut-turut yaitu n-
butanol, etil asetat, air, kloroform dan n-heksan.
Dari hasil uji kelarutan diatas diambil n-butanol sebagai pelarut ekstrak untuk
selanjutnya disentrifuge dan hasilnya dilakukan pengujian KLT. Pada pengujian dengan
KLT ini digunakan pembanding ekstrak rimpang lengkuas dengan pelarut alkohol 70%.
Lempeng kemudian diamati dibawah lampu UV 254nm dan 365nm. Pada lampu UV
254nm yang berfluorosensi adalah lempengnya sedangkan pada 365nm yang
berfuorosensi nodanya. Hasil dari pengujian ini kedua hasilnya terdapat penampakan
beberapa warna noda namun berekor. Sehingga tidak bisa dilakukan perhitungan Rf dari
sampel dan pembandingnya. Nilai Rf yang ideal berkisar antara 0,2-0,8.
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang dapat
diolah menjadi berbagai macam obat.Sejak ribuan tahun yang lalu, penggunaan obat-
obatan tradisional telah banyak dipraktikan dan menjadi budaya di Indonesia dalam
bentuk ramuan jamu-jamuan. Obat-obatan tradisional tersebut tidak hanya digunakan
dalam fase pengobatan saja, melainkan juga digunakan dalam fase preventif, promotif,
dan rehabilitasi. Obat-obatan tersebut banyak digunakan karena keberadaannya yang
mudah didapat, ekonomis, dan memiliki efek samping relatif rendah serta adanya
kandungan yang berbeda dengan efek saling mendukung secara sinergis.
Namun. Selain keuntungan yang dimilikinya, bahan alam juga memiliki beberapa
kelemahan seperti :efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum standar, belum
dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme serta adanya
potensi toksisitas olah toksik endogen yang terkandung di dalamnya.
Salah satu keanekaragaman hayati yang memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai obat tradisional adalah lengkuas (Alpinia galanga). Rimpang lengkuas sering
digunakan sebagai obat tradisional yang bermanfaat untuk mengobati penyakit seperti :
diare, disentri, panu, kudis, bercak-bercak kulit dan tahi lalat, menghilangkan bau mulut,
dan sebagainya.
Khasiat obat umumnya disebabkan oleh kandungan metabolit sekundernya,
salah satu diantaranya adalah minyak atsiri. Lengkuas selain mengandung minyak atsiri
juga mengandung golongan senyawa flavonoid, fenol, dan terpenoid. Sedangkan minyak
atsiri dalam lengkuas, mengandung senyawa eugenol, sineol, dan metil sinamat.
Asetoksi kavekol asetat dan asetoksi eugenol asetat yang terdapat dalam rimpang
lengkuas dapat menghambat enzim xanthin oksidase sehingga bersifat antitumor dan
antiradang (Adrian, peyne. 2000)
Pada percobaan ini dilakukan Identifikasi pada ekstrak rimpang lengkuas untuk
mengetahui dan membuktikan kandungan senyawa yang terdapat dalam ekstrak
lengkuas apakah sesuai dengan yang terdapat dalam literatur.

I.2. Tujuan Percobaan


Adapun tujuan percobaan ini adalah mengetahui kandungan senyawa kimia yang
terdapat dalam senyawa ekstrak rimpang lengkuas.
I.3. Manfaat percobaan
Manfaat dari percobaan ini adalah mengetahui kandungan senyawa kimia yang
terdapat dalam senyawa ekstrak rimpang lengkuas.

Anda mungkin juga menyukai