Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN FITOKIMIA I

“IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DARI EKSTRAK


RIMPANG LENGKUAS”

OLEH
NAMA : AHMAD MASRI

ANDI NUR PATIANJALA

JUNITA

RAHMAYANI FUTRI

TIARA BATURANTE

VIVI ELVIRA

KELOMPOK : II

KELAS : STIFA C

ASISTEN : RENY SYAHRUNI, S.Farm., M.Sc

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman
hayati yang dapat diolah menjadi berbagai macam obat.Sejak ribuan
tahun yang lalu, penggunaan obat-obatan tradisional telah banyak
dipraktikan dan menjadi budaya di Indonesia dalam bentuk ramuan
jamu-jamuan. Obat-obatan tradisional tersebut tidak hanya digunakan
dalam fase pengobatan saja, melainkan juga digunakan dalam fase
preventif, promotif, dan rehabilitasi. Obat-obatan tersebut banyak
digunakan karena keberadaannya yang mudah didapat, ekonomis,
dan memiliki efek samping relatif rendah serta adanya kandungan
yang berbeda dengan efek saling mendukung secara sinergis.
Namun. Selain keuntungan yang dimilikinya, bahan alam juga
memiliki beberapa kelemahan seperti :efek farmakologisnya yang
lemah, bahan baku belum standar, belum dilakukan uji klinik dan
mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme serta adanya potensi
toksisitas olah toksik endogen yang terkandung di dalamnya.
Salah satu keanekaragaman hayati yang memiliki potensi
untuk dikembangkan sebagai obat tradisional adalah lengkuas
(Alpinia galanga). Rimpang lengkuas sering digunakan sebagai obat
tradisional yang bermanfaat untuk mengobati penyakit seperti : diare,
disentri, panu, kudis, bercak-bercak kulit dan tahi lalat, menghilangkan
bau mulut, dan sebagainya. Khasiat obat umumnya disebabkan oleh
kandungan metabolit sekundernya, salah satu diantaranya adalah
minyak atsiri.
Lengkuas selain mengandung minyak atsiri juga
mengandung golongan senyawa flavonoid, fenol, dan terpenoid.
Sedangkan minyak atsiri dalam lengkuas, mengandung senyawa
eugenol, sineol, dan metil sinamat. Asetoksi kavekol asetat dan
asetoksi eugenol asetat yang terdapat dalam rimpang lengkuas dapat
menghambat enzim xanthin oksidase sehingga bersifat antitumor dan
antiradang (Adrian, peyne. 2000)
Pada percobaan ini dilakukan Identifikasi pada ekstrak
rimpang lengkuas untuk mengetahui dan membuktikan kandungan
senyawa yang terdapat dalam ekstrak lengkuas apakah sesuai
dengan yang terdapat dalam literatur.
I.2. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini adalah mengetahui kandungan
senyawa kimia yang terdapat dalam senyawa ekstrak rimpang
lengkuas dengan melakukan uji pendahuluan, dan uji KLT.
I.3. Manfaat percobaan
Manfaat dari percobaan ini adalah mengetahui kandungan
senyawa kimia yang terdapat dalam senyawa ekstrak rimpang
lengkuas.
BAB II
TINJAUAN PUSTKA
II.1. Uraian Tanaman
 Klasifikasi (Depkes RI,1995).
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia galanga

 Sinonim
Untuk nama lokal dari Lengkuas sendiri sangat banyak
sesuai dengan daerahnya masing-masing. Di Indonesia lengkuas
mempunyai nama lokal Lengkuas (Indonesia); Laos (Jawa), Laja
(Sunda). Kalau di luar negeri nama lokalnya Greater galingale
(Inggris) (Depkes RI,1995).
 Morfologi
Akar
Akar besar dan tebal, berdaging, berbentuk silindris,
diameter sekitar 2-4 cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar
berwarna coklat agak kemerahan atau kuning kehijauan
pucat,mempunyai sisik-sisik berwarna putih atau kemerahan, keras
mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih. Daging
rimpang yang sudah tua berserat kasar. Apabila dikeringkan,
rimpang berubah menjadi agak kehijauan, dan seratnya menjadi
keras dan liat (Depkes RI,1995).
Batang
Batangnya tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang
bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau agak keputih-
putihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua
(Depkes RI,1995).
Daun
Daun tunggal berwarna hijau, bertangkai pendek tersusun
berseling.Daun disebelah bawah dan atas biasanya lebih kecil
daripada yang di tengah.Bentuk daun lanset memanjang dan
ujungnya runcing, pangkal tumpul dengan tepi daun rata.
Pertulangan daun menyirip, panjang daun sekitar 20- 60 cm, dan
lebarnya 4 - 15 cm. Pelepah daun kira-kira 15 - 30 cm, beralur dan
berwarna hijau (Depkes RI,1995).
Bunga
Merupakan bunga majemuk berbentuk lonceng, berbau
harum, berwarna putih kehijauan atau putih kekuningan. Ukuran
perbungaan lebih kurang 10-30 cm x 5-7 cm. Jumlah bunga di
bagian bawah tandan lebih banyak dari pada di bagian atas,
panjang bibir bunga 2,5 cm, berwarna putih dengan garis miring
warna merah muda pada tiap sisi. Mahkota bunga yang masih
kuncup, pada bagian ujungnya berwarna putih, sedangkan
pangkalnya berwarna hijau (Depkes RI,1995).
Buah
Buahnya berupanya buah buni, berbentuk bulat, keras.
ketika muda berwarna hijau-kuning, setelah tua berubah menjadi
hitam kecoklatan, berdiameter ± 1 cm. Ada juga yang buahnya
berwarna merah (Depkes RI,1995).
 Khasiat
1. Memberikan rasa nyaman di perut
Makan lengkuas dapat membantu mengurangi
ketidaknyamanan di perut yang disebabkan oleh peradangan atau
penyakit lain. Sehingga dapat dipergunakan untuk membantu
mengurangi, muntah, mabuk perjalanan serta dapat mengurangi
gejala diare.Selain itu, di Cina lengkuas digunakan sebagai obat
cegukan, dimana penggunaannya di kombinasikan dengan manfaat
ginseng (Sudarsono, Gunawan, 2002).
2. Menurunkan deman
Lengkuas mengandung analgesik dan antipiretik yang dapat
membantu mengurangi rasa sakit seperti demam, serta dapat
mengurangi infeksi akibat bakteri dan jamur.Selain itu, batang
bawah dari galangal ini, telah menunjukkan efek penghambatan in
vitro pada banyak bakteri patogen seperti anthrax bacillus, hemolitik
streptokokus dan berbagai strain staphylococcus (Sudarsono,
Gunawan, 2002).
3. Mengurangi gangguan pernafasan
Lengkuas dapat digunakan sebagai pengobatan infeksi
saluran pernapasan bagian atas seperti bronkitis kronis dan
batuk.(Sudarsono, Gunawan, 2002).
4. Menjaga kesehatan mulut
Ekstrak akar lengkuas dapat digunakan sebagai obat kumur
sehingga dapat mengurangi sariawan, radang gusi dan radang
lainnya di mulut dan tenggorokan dan dapat digunakan untuk
menghilangkan bau mulut (halitosis) (Sudarsono, Gunawan, 2002).
5. Mengurangi resiko kanker
Sebuah studi yang dilakukan para peneliti dari Inggris
menunjukkan bahwa lengkuas mengandung manfaat flavonoid
galangin.Galangin terbukti memiliki anti-oksidatif untuk menangkal
radikal bebas.Zat ini dapat memodulasi enzim kegiatan dan
menekan genotoxicity bahan kimia.Selain itu, lengkuas juga memiliki
kandungan minyak atsiri.Para peneliti telah menunjukkan minyak
atsiri ini bisa meningkatkan permeasi kulit dari fluorouracil
(Sudarsono, Gunawan, 2002).
6. Menurunkan lipid
Kandungan flavonoid utama yang ada di lengkuas seperti
galangin, quercetin dan kaempferol bisa menghambat lemak asam
(Sudarsono, Gunawan, 2002).
7. Dapat menurunkan resiko rematik
Di negara-negara Timur Tengah, lengkuas digunakan
sebagai bahan ramuan untuk mengobati reumatik dan arthritis
(Sudarsono, Gunawan, 2002).

II.2. Senyawa Tanaman


Lengkuas selain mengandung minyak atsiri juga mengandung
golongan senyawa flvonoid, fenol, dan terpenoid. Berdasarkan
penelitian yang sudah dilakukan minyak atsiri pada rimpang lengkuas
mengandung senyawa eugenol, sineol, dan metil sinamat (Parwata,
2008)
.II.2. Metode Ekstraksi
Kandungan kimia dari suatu tanaman atau simplisia nabati
yang berkasiat obat umumnya mempunyai sifat kepolaran yang
berbeda-beda, sehingga perlu dipisahkan secara selektif menjadi
kelompok-kelompok tertentu. Salah satu contohnya adalah alkaloid
yang banyak terdapat pada tanaman berbunga. Secara kimia
alkaloid merupakan basa organik yang mengandung satu atau lebih
atom nitrogen di dalam satu cincin. Alkaloid didalam tanaman berada
dalam bentuk garam dari asam-asam organik lemah. Alkaloid bebas
dapat larut dalam pelarut organik seperti kloroform, sedangkan
garam-garam organik larut dalam larutan air (Depkes RI, 2000).
Prinsip dasar ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar
dalam pelarut polar dan senyawa non-polar dalam pelarut non-polar.
Serbuk simplisia diekstraksi berturut-turut dengan pelarut yang
berbeda polaritasnya. Proses ekstraksi merupakan penarikan zat
pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan
menggunakan pelarut yang dipilih dengan zat yang diinginkan larut
(Voight, 1994).
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut : (Depkes RI, 2000)
1. Cara dingin
a. Maserasi
b. Perkolasi
2. Cara panas
a. Refluks
b. Soxhlet
c. Digesti
d. Infus
e. Dekok
f. Uap air
3. Cara ekstraksi lainnya
a. Ekstraksi berkesinambungan
b. Ekstraksi superkritikal karbondioksida
c. Ekstraksi ultrasonik
d. Ekstraksi energi listrik
e. Ekstraksi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan
pelarut organik yang digunakan pada suhu ruangan. Proses ini
sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena
dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan
dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam dan di
luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma
akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan
sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang digunakan.
Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan
efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa
bahan alam pelarut tersebut. (Voight, 1994).
Maserasi rnerupakan salah satu metode ekstraksi yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk bahan dalam larutan
penyari. Metode ini digunakan untuk menyari zat aktif yang mudah
larut dalam cairan penyari, tidak mengembang dalam pelarut, serta
tidak mengandung benzoin. Keuntungan dari metode ini adalah
peralatannya mudah ditemukan dan pengerjaannya sederhana.
Kerugian dari metode maserasi antara lain waktu yang diperlukan
untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang
digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan
yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin dan lilin (Depkes RI,
2000).
Pembuatan ekstrak dengan metode maserasi mengikuti
syarat yaitu bahan dihaluskan dengan cara dipotong-potong atau
dibuat serbuk, kemudian disatukan dengan bahan pengekstraksi
(Voight, 1994). Waktu lamanya maserasi berbeda-beda, masing-
masing farmakope mencantumkan 4-10 hari, menurut pengataman 5
hari sudah memadai (Voight, 1994). Metode ini tidak menggunakan
pemanasan, sehingga zat aktif yang terkandung dalam bahan tidak
rusak. Selama maserasi bahan disimpan di tempat yang terlindungi
dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi perubahan warna
(Voight, 1994).
A. Ekstraksi Cair-Cair
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih
dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses
ini digunakan secara teknis dalam skala besar misalnya untuk
memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap,
produk-produk minyak bumi, logam dan garam-garam. Proses ini
pun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan
ekstrak hasil ekstraksi padat cair (Depkes RI, 2000).
Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan
campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan
(misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena
kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti
ekstraksi padat-cair,ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas
sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan
ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu
sesempurna mungkin. Pada saat pencampuran terjadi
perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang
pertarna (media pembawa) dan masuk kedalam pelarut kedua
(media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi
dan pelarut tidak.saling melarut (atau hanya dalam daerah yang
sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti
performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar
terjadi bidang kontak yang seluas mungkin diantara kedua cairan
tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-
tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk).
Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena
akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi
atau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak
perlut erlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai
gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti
bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera
disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan
yang telah terdistribusi menjad itetes-tetes harus menyatu
kembali menjadi sebuah fase homogen dan berdasarkan
perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari
cairan yang lain. Kecepatan Pembentukan fase homogen ikut
menentukan output sebuah ekstraktor cair-cair. Kuantitas
pemisahan persatuan waktu dalam hal ini semakin besar jika
permukaan lapisan antar fasa di dalam alat semakin luas. Sama
haInya seperti pada ekstraksi padat-cair, alat ekstraksi tak
kontinu dan kontinu yang akan dibahas berikut ini seringkali
merupakan bagian dari suatu instalasi lengkap. Instalasi tersebut
biasanya terdiri atas ekstraktor yang sebenarnya (dengan zone-
zone pencampuran dan pemisahan) dan sebuah peralatan yang
dihubungkan di belakangnya (misalnya alat penguap, kolom
rektifikasi) untuk mengisolasi ekstrak atau memekatkan larutan
ekstrak dan mengambil kembali pelarut (Depkes RI, 2000).
B. Ekstraksi Padat-cair
- Ekstraksi Padat – Cair tak kontinyu
Dalam hal yang paling sederhana bahan ekstraksi padat
dicampur beberapa kalidengan pelarut segar di dalam sebuah
tangki pengaduk. Larutan ekstrak yang terbentuk setiap kali
dipisahkan dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat) atau
penyaringan(dalam sebuag alat yang dihubungkan dengan
ekstraktor). Prosesini tidak begitu ekonomis,digunakan misalnya
di tempat yang tidak tersedia ekstraktor khusus atau bahan
ekstraksi tersedia dalam bentuk serbuk sangat halus,sehingga
karena bahaya penyumbatan, ekstraktor lain tidak mungkin
digunakan. Ekstraktor yang sebenarnya adalah tangki-tangki
dengan pelat ayak yang dipasang di dalamnya. Pada alat ini
bahan ekstraksi diletakkan diatas pelatayak horisontal. Dengan
bantuan suatu distributor, pelarut dialirkan dari atas kebawah.
Dengan perkakas pengaduk (di atas pelat ayak) yang dapat
dinaik turunkan, pencampuran seringkali dapat disempurnakan,
atau rafinat dapat dikeluarkan dari tangki setelah berakhirnya
ekstraksi (Depkes RI, 2000).
- Ekstraksi Padat-Cair Kontinyu
Cara kedua ekstraktor ini serupa dengan ekstraktor-
ekstraktor yang dipasang seri,tetapi pengisian, pengumpanan
pelarut dan juga pengosongan berlangsung secaraotomatik
penuh dan terjadi dalamsebuah alat yang sama. Oleh
Pengumpanankarena itu dapat diperolehoutput yang lebih besar
dengan jumlah kerepotan yanglebih sedikit.Tetapi karena biaya
untuk peralatannya besar,ekstraktor semacamitukebanyakan
hanya digunakan untuk bahan ekstraksi yang
tersediadalamkuantitas besar (misalnya biji-bijian minyak,
tumbuhan). Dari beraneka ragam konstruksi alat ini, berikut akan
di bahas ekstraktor keranjang (bucket-wheelextractor) dan
ekstraktor sabuk (beltextractor) (Depkes RI, 2000).

II.4. Metode Fraksinasi


Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu
dari campuran (padat, cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam
beberapa jumlah kecil (fraksi) komposisi perubahan menurut
kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini didasarkan pada bobot
dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling dasar
sedang fraksi yang lebih ringan akan berada diatas. Fraksinasi
bertingkat biasanya menggunakan pelarut organik seperti eter, aseton,
benzena, etanol, diklorometana, atau campuran pelarut tersebut.Asam
lemak, asam resin, lilin, tanin, dan zat warna adalah bahan yang
penting dan dapat diekstraksi dengan pelarut organik (Adijuwana dan
Nur 1989).
Pelarut-pelarut untuk Kromatografi Kertas

Pemisahan Pelarut Perbandingan

Fenol/air Larutan jenuh

n-butanol/as.cuka/air 4:1:5
Asam-asam amino
n-butanol/as.cuka/air 12 : 3 : 5

n-bu OH/piridin/air 1:1:1

etil asetat/piridin/air 2:1:2

Karbohidrat (gula) etil asetat/n-PrOH/air 6: 1 : 3

etil asetat/as.cuka/air 3:1:3

Asam-asam lemak n-butanol/1,5 M NH3 Larutan jenuh

Fe, Cl, Br, J


Piridin/air 90 : 10
(Garam-garam Na)

Hg, Pb, Cd, Cu, Bi


n-butanol/3M HCl Larutan jenuh
(klorida-klorida)
BAB III

METODE KERJA

III.1. Alat danBahan

III.1.1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan adalah chamber,
lampu UV 254 nm dan 366 nm, pipa kapiler, pipet tetes, plat
tetes, sentrifuge dan tabung sentrifuge, tabung reaksi dan
toples.
III.1.2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah asam
klorida, asam sulfat, aquadest, ,etanol 70%, eter, etil asetat,
FeCl3, kloroform, lempeng KLT, NaCl, n-butanol, n-heksan,
reagen Libermann Bouchardort, reagen Dragendroff, reagen
Mayer, reagen Wagner, rimpang lengkuas (ekstrak lengkuas),
serbuk Mg.
III.2. Cara Kerja
1. Pengambilan Sampel
Sampel rimpang lengkuas (Alpinia galanga) diambil dari pasar
daya, Makassar, Sulawesi Selatan.
2. Pengolahan Sampel
Rimpang lengkuas yang dibeli dari pasar kemudian, dicuci
dengan air mengalir, ditiriskan. Rimpang lengkuas kemudian
dirajang dan dikeringkan diruangan terbuka yang tidak terkena
cahaya matahari.
3. Proses Ekstraksi
a. Ekstraksi sampel secara maserasi dengan n-heksan
Dua ratus limapuluh gram (250 gram) simplisia kering
rimpang lengkuas dimaserasi menggunakan n-heksan selama
3 hari. Simplisia kering dimasukkan kedalam toples kemudian
ditambahkan n-Heksan sampai semua simplisia terendam
sempurna ± 2cm diatas permukaan simplisia. Ditutup dan
dibiarkan terlindung dari cahaya. Setelah tiga hari simplisia
dipisahkan dari pelarutnya. Ekstrak n-heksan kemudian
didapatkan lalu diangin-anginkan hingga terbentuk ekstrak
kental sedangkan simplisianya setelah n-heksan menguap
sempurna dilanjutkan dengan pelarut etanol 70%.
b. Ekstraksi sampel secara maserasi dengan alkohol 70%
Dua ratus limapuluh gram (250 gram) simplisia rimpang
lengkuas dari meserasi pertama dimaserasi kembali
menggunakan alkohol 70% selama 3 hari. Simplisia kering
dimasukkan kedalam toples kemudian ditambahkan alkohol
70% sampai semua simplisia terendam sempurna ± 2cm
diatas permukaan simplisia. Ditutup dan dibiarkan terlindung
dari cahaya. Setelah tiga hari simplisia dipisahkan dari
pelarutnya. Ekstrak alkohol 70% kemudian didapatkan lalu
diangin-anginkan hingga terbentuk ekstrak kental.
4. Identikasi senyawa metabolit sekunder
A. Alkaloid
Ditimbang ekstrak sebanyak 1 gram lalu dilarutkan
dengan etanol. Sesudah itu ditambahkan HCl 2 N sebanyak
3 tetes. Lalu dipanaskan sesudah itu disaring. Lalu
ditambahkan NaCl. Larutan dibagi ke dalam tiga tabung
reaksi. Masing-masing tabung reaksi dimasukkan pereaksi
Mayer, pereaksi Dragendroff dan pereaksi Wagner. Pereaksi
Mayer akan menghasilkan endapan putih, pereaksi
Dragendroff menghasilkan endapan jingga dan pereaksi
Wagner menghasilkan endapan coklat.
B. Steroid
Ekstrak secukupnya dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan etanol lalu ditambahkan eter.
Lapisan atas (eter) diambil dan ditambahkan pereaksi
Libermann Bouchardort. Jika mengandung terpenoid maka
berwarna merah, orange atau kuning. Jika mengandung
steroid maka berwarna hijau atau biru.
C. Flavanoid
Ekstrak secukupnya dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan dilarutkan dengan etanol lalu ditambahkan serbuk
Mg secukupnya. Lalu ditambahkan dengan asam klorida
pekat 2-3 tetes. Jika mengandung flavonoid maka akan
berwarna merah ungu atau merah. Flavon berwarna merah
pucat atau merah tua, dan flavonon berwarna orange muda.
D. Saponin
Ekstak secukupnya dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahakan air hangat 5 ml lalu dikocok hingga
berbusa. Positif saponin jika busa bertahan ± 10 menit dan
keinggian ± 10 cm.
E. Tanin
Ekstrak secukupnya dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan air hangat lalu dikocok. Kemudian
ditambahkan natrium klorida 2-3 tetes. Kemudian disaring
Filtrat ditambahkan dengan besi (III) klorida. Jika
mengandung katekol maka akan berwarna hijau biru dan jika
menganung pirogalol maka berwarna biru hitam.
5. Partisi
Ekstrak sebanyak 2 gram dimasukkan kedalam
erlenmeyer. Kemudian dilarutkan dengan n-butanol 10 ml.
Disentrifuge selama 10 menit untuk memisahkan antara ekstrak
yang larut n-butanol dan yang tidak larut dalam n-Butanol.
Dipisahkan ekstrak yang larut n-butanol dan ekstrak yang tidak
larut n-Butanol, kemudian larutan diuapkan sampai kering.
6. Uji KLT
Lempeng disiapkan dengan cara lempeng berukuran 7 cm
dan lebar 2 cm lalu dengan tanda batas atas 1 cm dan batas
bawah 1,5 cm. Selanjutnya diaktifkan dalam oven pada suhu
105˚C selama 15 menit.
Eluen dijenuhkan dengan memasukkan kertas saring
dalam chamber berisi eluen etil asetat : etanol. Kejenuhan eluen
ditandai dengan basahnya seluruh permukaan kertas saring.
Ekstrak dan fraksi ditotolkan pada lempeng silika yang
telah diaktifkan pada oven suhu 105˚C selama 15 menit.
Lempeng dielusi dalam eluen kemudian diamati dibwah lampu
UV 254 nm dan 366 nm. Noda yang tampak dihitung nilai Rfnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Lengkuas atau laos merupakan tanaman yang banyak


dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk bumbu masakan namun tak
jarang oleh masyarakat digunakan sebagai obat. Obat dalam praktikum ini
dilakukan pengekstrakan terhadap rimpang lengkuas untuk dilakukan uji
pendahuluan dan uji KLT untuk mengetahui apa saja kandungan senyawa
yang ada didalamnya.
Proses pembuatan ekstrak dalam percobaan ini dimulai dari proses
pembuataan simplisia dimana rimpang lengkuas yang telah terkumpul di
lakukan sortasi basah. Dalam sortasi basah ini dihilangkan akar-akar yang
masih terikut dan juga tanah-tanah yang ada. Dilanjutkan dengan
pencucian bahan baku dengan memperhatikan sela-sela atau ruas-ruas
yang ada pada rimpang karena banyak tanah-tanah yang melengket pada
bagian ini. Semua bagian diperhatikan secara saksama dimana dilakukan
penyikatan pada rimpang agar lebih bersih hasilnya. Setelah bersih
ditiriskan untuk mengurangi kadar airnya kemudian dilanjutkan dengan
perajangan rimpang menjadi ukuran yang lebih kecil namun jangan terlalu
tipis sebab dapat membuat kandungan minyak atsirinya banyak hilang.
Rimpang yang sudah dirajang kemudian di keringkan sampai kadar airnya
kurang dari 10%. Naman pengeringan tidak boleh terkena matahari
langsung sebab dapat menghilangkan kandungan minyak atsirinya dan
zat-zat lainnya yang dapat rusak. Pengeringan dilakukan dengan
diletakkan pada ruangan terbuka yang terlindung dari cahaya matahari.
Simplisia yang telah kering kemudian dibuat ekstrak dengan
metode maserasi. Simplisia dimasukkan kedalam toples sampai terendam
sempurna dengan pelarut n-heksan pada meserasi pertama dan alkohol
70% pada maserasi kedua. Disini digunakan dua pelarut untuk melihat
perbedaan antara hasil yang didapat pada maserasi menggunakan n-
Heksan dengan alkohol 70%. Dimana hasil dari meserasi menggunakan
alkohol 70% lebih banyak dari pada yang menggunakan n-heksan. Ini
disebakan karena kemungkinan besar senyawa yang dapat terlarut pada
pelarut polar lebih banyak dari pada yang kurang polar seperti n-heksan.
Tabel Pengamatan Uji Pendahuluan

No Uji Hasil

1 Alkaloid

Mayer (+) ↓ putih

Wagner (+) ↓ coklat

Dragendrof (-) jingga

2 Flavanoid (+) jingga

3 Saponin (-) ≠ ada busa

4 Steroid (+) merah

5 Tanin (-) coklat


Ekstrak yang didapatkan dilakukan uji pendahuluan namun disini
ekstrak yang dilakukan uji pendahuluan hanya yang menggunakan pelarut
alkohol 70% sebab yang menggunakan pelarut n-heksan terlalu sedikit
ditakutkan tidak akan cukup.
Pada uji pendahuluan dilakukan uji alkaloid, flavonoid, tanin, steroid
dan saponin. Hasil dari uji alkaloid dengan tiga pereaksi menghasilkan
data yang berbeda dimana pada uji menggunakan pereaksi mayer
hasilnya positif karena yang terbentuk endapan putih. Pada pereaksi
wager hasilnya positif karna terdapat endapan coklat sedangkan pada
pereaksi dragondroff hasilnya negatif karena yang didapat larutan
berwarna jingga bukan coklat sampai kuning. Jadi dari hasil ini bisa
dikatakan bahwa rimpang lengkuas mengandung alkaloid.
Pada pengujian flavonoid hasilnya positif karena berwarna jingga
berarti sampel lengkuas ini mengandung flavonoid.
Pada uji saponin setelah dilakukan pengocokan tidak terdapat busa
jadi dari hasil ini dapat dikatan bahwa rimpang lengkuas tidak memiliki
kandungan saponin didalamnya. Jika mengandung saponin harus
terbentuk busa yang dapat bertahan selama 10 menit sedangkan pada
pengujian ini tidak terbentuk busa yang menunjukkan hasil positif.
Pada pengujian steroid didapatkan hasil berwarna merah yang
menunjukan hasil yang positif. Sedangkan pada pengujian tanin hasilnya
larutannya berwarna coklat berati hasilnya negatif dimana harusnya
terbentuk warna kehijauan.
Uji KLT

Gambar pada UV 254 Gambar pada UV 365

Pada praktikum ini juga dilakukan uji kelarutan sampel ekstrak


lengkuas didalam beberapa pelarut seperti n-heksan, etil asetat, n-
butanol, kloroform dan air. Dimana hasil yang menunjukan kelarutan
paling tinggi sampai paling rendah berturut-turut yaitu n-butanol, etil
asetat, air, kloroform dan n-heksan.
Dari hasil uji kelarutan diatas diambil n-butanol sebagai pelarut
ekstrak untuk selanjutnya disentrifuge dan hasilnya dilakukan pengujian
KLT. Pada pengujian dengan KLT ini digunakan pembanding ekstrak
rimpang lengkuas dengan pelarut alkohol 70%. Lempeng kemudian
diamati dibawah lampu UV 254nm dan 365nm. Pada lampu UV 254nm
yang berfluorosensi adalah lempengnya sedangkan pada 365nm yang
berfuorosensi nodanya. Hasil dari pengujian ini kedua hasilnya terdapat
penampakan beberapa warna noda namun berekor. Sehingga tidak bisa
dilakukan perhitungan Rf dari sampel dan pembandingnya. Nilai Rf yang
ideal berkisar antara 0,2-0,8.
BAB V
PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa :
1. Pada uji pendahualuan rimpang lengkuas mengandung alkaloid,
flavonoid dan steroid
2. Pada pengujian KLT hasilnya berekor.
VI.2. Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disarankan
sebaiknya asisten yang mengawas ditambah dan harus lebih sabar
membimbing pada saat praktikum dan pemeriksaan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Adijuwana, Nur M.A. 1989. Teknik Spektroskopi dalam Analisis Biologi.
Bogor: Pusat Antar Universitas IPB.
Adrian, peyne, 2000. “Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber
Bahan Obat”. Pusat Penelitian. Universitas Negeri Andalas.
Cahyono, Bambang. 2010. SuksesBudi Daya. Yogyakarta: LilyPublisher.
Depkes. 1995. Materia Medika Jilid II, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Sudarsono, Gunawan dkk. 2002. Tumbuhan Obat II. Universitas Gadjah
Mada ; Yogyakarta
Voight. R. 1994. “Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V”. UGM :
Yogyakarta
Depkes RI. 2000. “ Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat”.
Direktorat Jendrel POM : Jakarta
Parwata, IM. Oka Adi dan P. Fanny Sastra Dewi. 2008. “Isolasi dan Uji
Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas (Alpinia
galanga L.)”. Universitas Udayana : Bukit Jimbaran
Setyowati dkk. 2014. “Skrining Fitokimia dan Identifikasi Komponen Utama
Ekstrak Metanol kulit durian (Durio zibethinus Murr.) Varietas
Petruk”. Universitas Sebelas Maret : Surakarta

Anda mungkin juga menyukai