Anda di halaman 1dari 6

KESEHATAN IBU DAN ANAK

A. Pengertian Kesehatan Ibu dan Anak


Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi
dan anak balita serta anak prasekolah.
Pemberdayaan masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi
masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi
situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan. Sistem
kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh, dan untuk
masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/komunikasi (telepon
genggam,telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantauan,
dan informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada
masyarakat, pemuka masyarakat, serta menambah keterampilan para dukun bayi
serta pembinaan kesehatan akan dilakukan di taman kanak-kanak.
Menurut Zulfili (1986:9), peranan ibu terhadap anak adalah sebagai
pembimbing kehidupan di dunia ini. Ibu sangat berperan dalam kehidupan buah
hatinya di saat anaknya masih bayi hingga dewasa, bahkan sampai anak yang sudah
dilepas tanggung jawabnya atau menikah dengan orang lain seorang ibu tetap
berperan dalam kehidupan anaknya.

B. Prinsip dan Tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak


Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien.Tujuan umum
program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya
untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya
derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang
merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat
guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga,
Posyandu dan sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan
Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
meneteki, bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya

C. Kegiatan Dalam Program Kesehatan Ibu dan Anak


Ada beberapa kegiatan dalam program kesehatan ibu dan anak, diantaranya :
1. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita, dan
anak prasekolah.
2. Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
3. Pemantauan tumbuh kembang balita.
4. Imunisasi Tetanus Toxoid dua kali pada ibu hamil serta BCG, DPT tiga kali, Polio
tiga kali, dan campak satu kali pada bayi.
5. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program
KIA.
6. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita, dan anak prasekolah untuk macam-
macam penyakit ringan.
7. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan
serta bayi-bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30
hari).
8. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi
serta kader-kader kesehatan

 Sebelum Kehamilan
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum kehamilan, antara lain:
1. Pemeriksaan Penyakit Dan Virus
Pemeriksaan virus rubella, sitomeglovirus, herpes, varicella zoster, virus
hepatitis dan virus HIV untuk menghindari diturunkan penyakit akibat virus-
virus tersebut kepada janin.
2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan golongan darah dan rhesus/Rh darah (unsur yang
mempengaruhi antibodi yang terkandung di dalam sel darah merah) pada
pasangan suami isteri dilakukan untuk mengantisipasi perbedaan golongan
darah dan rhesus antara darah ibu dan bayinya.
3. Pemeriksaan Faktor Genetika
Inti dari pemeriksaan genetika ini adalah untuk mengetahui penyakit dan
cacat bawaan yang mungkin akan dialami bayi akibat secara genetis dari
salah satu atau kedua orangtuanya.
4. Persiapan Keuangan
Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan termasuk biayanya. Biaya
kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami dan isteri.
5. Persiapan Mental
Kondisi kejiwaan bisa sangat mempengaruhi kandungan, oleh karena itu
orang tua harus mempersiapkan diri secara mental untuk menghadapi proses
ini. Selama sembilan bulan masa kehamilan, biasanya terjadi perubahan-
perubahan psikologis tidak hanya pada ibu tetapi juga pada ayah calon bayi.
(Depkes, 2009)

 Perawatan selama kehamilan


Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal dalam penerapannya terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan. (Depkes, 2009)

 Perawatan selama proses persalinan


Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal- hal sebagai
berikut :
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
4. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
5. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.

 Perawatan esensial dan ekstra pada bayi baru lahir


Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus
sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di
fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.

D. Sistem Kesiagaan di Bidang Kesehatan Ibu dan Anak


Sistem kesiagaan di bidang kesehatan ibu dan anak, terdiri atas 5, yaitu :
1. Sistem pencatatan-pemantauan
2. Sistem transportasi-komunikasi
3. Sistem pendanaan
4. Sistem pendonor darah
5. Sistem informasi KB
Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses
memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga
merupakan proses fasilitasi yang terkait dengan upaya perubahan perilaku, yaitu:
1. Upaya mobilisasi social untuk menyiagakan masyarakat saat situasi gawat
darurat, khususnya untuk mambantu ibu hamil saat bersalin.
2. Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka
kematian maternal.
3. Upaya untuk menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat dalam
menolong perempuan saat hamil dan persalinan.
4. Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu oleh
tenaga kesehatan profesional.
5. Merupakan proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu
mengatasi masalah mereka sendiri.
6. Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah kesehatan maternal.
7. Upaya untuk melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders) dalam
mengatasi masalah kesehatan.

E. Peranan dan Tugas Tenaga Kesehatan Masyarakat Terhadap Kesehatan


Ibu dan Anak
Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan memberdayakan
masyarakat, mampu melibatkan kerja sama lintas sektoral, mampu mengelola sistem
pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor,
pembinaan dan teladan hidup sehat.
Dalam upaya kesehatan program yang diperlukan adalah program kesehatan
yang lebih “efektif” yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model
pembinaan kesehatan (Health Development Model) sebagai paradigma
pembangunan kesehatan yang diharapkan mampu menjawab tantangan sekaligus
memenuhi program upaya kesehatan.Model ini menekankan pada upaya kesehatan
dan mempunyai ciri-ciri, antara lain :
1. Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25
tahun mendatang
2. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada
3. Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventif-
protektif dengan pendekatan pro-aktif
4. Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit
5. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi
kesehatannya secara penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit
(85%) agar lebih tahan terhadap penyakit.
6. Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan juga
melindungi masyarakat dari pencemaran.
7. Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta
perlindungan masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui
perubahan perilaku)
8. Penggerakan peran serta masyarakat.
9. Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan bekerja
secara sehat.
10. Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.
11. Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada kepentingan
kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat umum).
12. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.

F. Masalah Pada Ibu


1. Aborsi
Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa hidup di luar
kandungan. Abortus merupakan gejala yang sejak zaman dahulu kala dikenal
pada seluruh lapisan masyarakat di seluruh dunia. Bila seorang wanita menjadi
hamil tidak diinginkannya maka ia akan melakukan segala macam usaha untuk
menggugurkan kandungannya. Tindakan aborsi dapat menyebabkan seorang
wanita merasa bersalah, depresi, rasa kehilangan, pendarahan, rusaknya rahim,
kanker, dan kematian. (Asmarawati, 2010)
2. Anemia
Ibu hamil aterm cenderung menderita ADB karena pada masa tersebut janin
menimbun cadangan besi untuk dirinya dalam rangka persediaan segera setelah
lahir (Sinsin, 2008). Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran
oksigen dan zat makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi
fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang menurun dapat mengakibatkan gangguan
tumbuh kembang janin. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan
tumbuh kembang janin, abortus, partus lama, sepsis puerperalis, kematian ibu
dan janin (Cunningham et al., 2005).
3. Tertular IMS
Infeksi menular seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat menular
dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut The Centers
for Disease Control and Prevention (CDC) terdapat sekitar 20 juta kasus baru IMS
dilaporkan per-tahun. Pada wanita hamil terjadi perubahan anatomi, penurunan
reaksi imunologis dan perubahan flora serviko-vaginal. Perubahan fisiologis pada
wanita hamil akan berdampak pada perjalanan dan manifestasi klinis IMS.
Beberapa infeksi menular seksual tersering adalah sifilis, gonore, chlamydia
trachomatis, vaginosis bakterial, trikomoniasis, kondiloma, dan
kandidiasis.(Agustini, dkk, 2013)
4. Komplikasi Obstetri
Komplikasi persalinan merupakan komplikasi yang terjadi pada saat
persalinan, dapat berupa perdarahan postpartum, retensio plasenta, dan ruptura
uteri. Setiap ibu hamil menghadapi risiko beban fisik, mental, dan bahaya
komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas dengan risiko kematian, kecacatan,
ketidakpuasan, dan ketidaknyamanan. Berbagai omplikasi obstetric tersebut
terjadi mendadak dan tidak terduga sebelumnya dan tida dapat dihindari. (Huda,
2007)

G. Masalah Pada Bayi


1. Asfiksia
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak
Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir. Asfiksia adalah suatu keadaan yang disebabkan
oleh kurangnya O2pada udara respirasi, yang ditandai dengan:
 Asidosis (pH <7,0) pada darah arteri umbilikalis
 Nilai APGAR setelah menit ke-5 tetep 0-3
 Manifestasi neurologis (kejang, hipotoni, koma atau hipoksik iskemia
ensefalopati)
 Gangguan multiorgan sistem. (Prambudi, 2013).
2. Hiperbilirubin
Peningkatan kadar bilirubin merupakan salah satu temuan tersering pada bayi
baru lahir, umumnya merupakan transisi fisiologis yang lazim pada 60%-70%
bayi aterm dan hampir semua bayi preterm. Pada kadar bilirubin >5 mg/dL,
secara klinis tampak pewarnaan kuning pada kulit dan membran mukosa yang
disebut ikterus. Pada sebagian besar kasus, kadar bilirubin yang menyebabkan
ikterus tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan. Namun pada
beberapa kasus hiperbilirubinemia berhubungan dengan beberapa penyakit,
seperti penyakit hemolitik, kelainan hati, infeksi, kelainan metabolik, dan
endokrin. (Rahardjani, 2008)
3. Infeksi Neonatal
Sepsis neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia
yang terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Angka kejadian
sepsis neonatal adalah 1-10 per 1000 kelahiran hidup, dan mencapai 13-27 per
1000 kelahiran hidup pada bayi dengan berat <1500gram. Angka kematian 13-
50%, terutama pada bayi premature (5-10 kali kejadian pada neonatus cukup
bulan) dan neonatus dengan penyakit berat dini. Infeksi nosokomial pada bayi
berat lahir sangat rendah, merupakan penyebab utama tingginya kematian pada
umur setelah 5 hari kehidupan. (Pusponegoro, 2000)
4. Kesulitan Menyusui
Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga
bayi sering menjadi “bingung puting” atau sering menangis, yang sering
diinterprestasikan oleh ibu dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.
(Suradi, 2004).
5. Hipotermia
Hipotermia pada bayi baru lahir disebabkan belum sempurnanya pengaturan
suhu tubuh bayi, maupun pengetahuan yang kurang tentang pengelolaan bayi
baru lahir yang benar. Hipotermia pada bayi baru lahir mempengaruhi
metabolisme tubuh dan dapat mengakibatkan komplikasi hipoglikemia, asidosis
metabolik, distres pernapasan, dan infeksi. Hipotermia terjadi apabila suhu tubuh
di bawah36,50C. Hipotermia terjadi akibat ketidakseimbangan antara produksi
panas dan kehilangan panas. Kesalahan penanganan sesudah lahir dapat
menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas melalui evaporasi, konduksi,
radiasi, dan konveksi. (Puspita, 2007)
6. Hipoglikemi
Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang
dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L).Timbul bila kadar glukosa serum lebih rendah
daripada kisaran bayi normal sesuai usia pasca lahir. Bayi atterm dengan memiliki
BB 2500 gr gula darah <30 mg/dl, 72 jam, selanjutnya 40mg/dl.
Sedangkan BBLR memiliki gula darah <25 mg/dl.Hipoglikemi adalah masalah
serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat
terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.
7. Kejang
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten
dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan
atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di
neuron otak. Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 1 menit, dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik,
tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam
sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam. (ILAE, 1983)
8. BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction). (Pudjiadi, dkk., 2010)

Anda mungkin juga menyukai