Anda di halaman 1dari 4

Nama : Maelan Adzima

NIM : P2.06.24.4.18.020
DIV Kebidanan Alih Jenjang Kelas A

Pengaktifan Kembali dan Refreshing Kader Posyandu

Di Kampung Tookrama Puskesmas Waan

Kader merupakan salah satu tonggak dalam upaya peningkatnan partisipasi


masyarakat dalam pelayanan kesehatan. Pengaktifan kader dan refreshing kader ini
merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kader yang telah
dipilih oleh desa sehingga mereka mampu membantu petugas kesehatan.

Alasan dilakukannya kegiatan ini adalah karena posyandu yang sebenarnya


merupakan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) sehinga
penyelenggaraannya diharapkan berasal dari masyarakat masih tidak berjalan jika
tenaga kesehatan tidak melakukan melakukanya. Semua kegiatan posyandu belum
dilakukan sesuai seperti posyandu 5 meja bahkan penyelenggaraannya
dilaksanakan sepenuhnya oleh tenaga kesehatan mulai dari pendaftaran sampai
penimbangan sampai pemeriksaan kesehatan. Sejatinya kader memiliki peran serta
aktif dalam penyelenggaraan posyandu, tidak hanya datang duduk-duduk kemudian
pulang. Oleh karena itu melalui gagasan yang disampaikan oleh tim nusantara sehat
saat loka karya mini bulanan sebelum penempatan ke Pustu Kawasan di kampung
Tookrama dan disetujui oleh Kepala Puskesmas Waan sehingga diharapkan ketika
petugas kesehatan tidak ada di Kampung karena keterbatasan air bersih maka
posyandu tetap dapat dijalankan oleh kader, sehingga penimbangan dapat rutin
dijalankankan setiap bulan.

Saat sudah di kampung Tookrama, hal pertama yang dilakukan adalah


pertemuan dengan sekretaris kampung sebagai Plt Kepala kampung yang sedang
berada di kota. Membahas tentang perlunya kader memiliki keterampilan sehingga
kader diharapkan sebagai jembatan kesehatan antara masyarakat dan petugas
kesehatan. Sekretaris kampung sangat terbuka dan setuju sehingga dibuatkan surat
untuk pertemuan dengan kader yang sudah terpilih.

Kader kampung Tookrama yang sudah terbentuk terdiri dari 5 orang. 1 pria
sebagai ketua kader dan 4 Wanita. Jika biasanya kader terbentuk dari ibu-ibu PKK
maka lain halnya dengan kader-kader di kampung di wilayah Puskesmas Waan
adalah dia yang mempunyai keturunan sebagai kader pada keluarga, sehingga dapat
diketahui jika kader adalah jabatan yang diturunkan.

Saat pertemuan dengan kader, petugas menyampaikan maksud diadakannya


pertemuan kemudian meminta izin agar petugas dapat menggali kompetensi dan
keterampilan kader dan hasilnya diketahui kurang baik. Kader yang ada memang
mengalami kesulitan dan keterbatasan dalam membaca dan menulis, belum lancar
dalam membaca dacin, belum mampu membaca angka di timbangan berdiri dan
mikrotois serta belum terampil membuat PMT.

Dari masalah-masalah tersebut maka dibuat komitmen antara kader, aparat


kampung dan petugas kesehatan untuk meningkatkan keterampilan sehingga dibuat
rencana pelatihan meliputi pelatihan mambaca dan menulis, penimbangan dan
pengukuran, pembuatan PMT penyuluhan, pendeteksian ibu hamil dengan masalah,
penyuluhan imunisasi. Pelatihan mulai dilakukan setiap hari sore setelah mereka
menyelesaikan pekerjaan, dengan didukung oleh dana dari puskesmas. Sebagai
penyemangat diberikan perlengkapan kebersihan diri seperti sabun, sikat gigi, pasta
gigi, shampo dan detergen pada pertemuan-pertemuan tertentu. Kebetulan pelatihan
dimulai beberapa hari setelah posyandu terakhir, sehingga memiliki waktu satu
bulan untuk posyandu berikutnya dan evaluasi pelatihan.

Dua hari sebelum posyandu, membagi tugas para kader antara lain
pendaftaran, penimbangan dan pengukuran, pendampingan dengan bidan,
pembuatan PMT Penyuluhan. Pada pelaksanaanya meskipun masih belum terlalu
lancar dalam penimbangan dan pengukuran petugas hanya sebagai pendamping
kader, memperjelas jika kader tidak yakin dengan hasil penimbangan dan
pengukuran. Kekeliruan dalam dalam penulisan hasil penimbangan dan
pengukuran. Kader sudah mampu membuat PMT Penyuluhan, PMT penyuluhan
pertama yang dibuat kader adalah bubur kacang hijau.

Setelah posyandu selesai dilakukan evaluasi kembali denngan kader, untuk


memperbaiki berbasarkan hasil kegiatan posyandu dan melanjutkan rencana
pelatihan yang telah disusun. Pada bulan berikutnya 2 hari sebelum posyandu
kembali dilakukan pembagian tugas, dilakukan perputaran tugas sehingga setiap
kader mampu mengerjakan semua tugas, kecuali pendampingan pemeriksaan ibu
hamil. Evaluasi bulan kedua lebih baik dibanding bulan sebelumnya. Kader lebih
aktif dalam pelaksanaan posyandu, pembacaan angka di timbangan dan stature
meter lebih lancar dibanding bulan sebelumnya, meskipun masih kesulitan
membaca angka ratusan, bahkan mereka juga yang merencanakan menu-menu
PMT yang akan diberikan saat posyandu. Bulan ketiga adalah bulan terakhir
penempatan pustu karena kekeringan sehingga kapus menarik tim NS kembali ke
puskesmas induk, sehingga bulan ketiga adalah bulan terakhir untuk mengevaluasi
keterampilan kader dalam posyandu. Hasilnya semakin lancar dan baik dalam
penimbangan, pengukuran, dan penulisan. Diharapkan setelah pelatihan yang
dilakukan kader menjadi leebih aktif dalam pelayanan kepada masyarakat.

Hal ini terbukti ketika bulan berikutnya dilakukan pusling bersama dengan
kepala puskesmas dan petugas kesehatan yang lain mulai terlihat perubahan dalam
partisipasi kader dalam keegiatan posyandu. Bahkan mereka telah membuat buku
daftar nama bayi, balita, ibu hamil , dan ibu nifas yang ada dikampung dan meminta
data dari puskesmas untuk menyamakan dengan data mereka.

Dari kegiatan diatas maka indikator pemberdayaan yang menaungi adalah


terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga. Hal ini dapat dilihat
dari keinginan untuk menjadi lebih baik dan terampil dari diri kader dan kader dapat
mempengaruhi masyarakat terbukti dari adanya peningkatan jumlah balita yang
datang untuk ditimbang dan penigkatan jumlah bayi yang diimunisasi.

Strategi pemberdayaan dalam kegiatan ini meliputi matra mikro, mezzo dan
makro. Matra mikro dibentuk melalui kebijakan pemegang program di Puskesmas
dan setujui oleh kepala puskesmas. Matra mezzo karena kegiatan ini berfokus pada
kelompok kader, kemudian makro karena melibatkan kelompok aparat kampung
(lintas sektoral).

Pada unsur pemberdayaan masyarakat unsur pemungkinan dari kegiatan


tersebut adalah dari pihak puskesmas kapus dan karyawan yang ikut mendukung
gagasan yang disampaikan yang juga melakukan upaya yang sama di Puskesmas
induk. Bersama merundingkan kemungkinan-kemungkinan masalah dan
penyelesaian dari ketidakaktifan kader yang terjadi disemua kampung di wilayah
kerja puskesmas. Penguatan antara lain adanya dukungan dari aparat kampung
dalam kegiatan serta keinginan setiap anggota kader untuk menjadi lebih baik dan
ikut berperan aktif dalam pelaksanaan posyandu. Perlindungan yakni adanya Surat
Perintah Tugas dari Puskesmas. Penyokongan antara lain dilakukannya pelatihan-
pelatihan kepada kader untuk menyegarkan dan meningkatkan keterampilan kader.
Pemeliharaan yakni dilakukannya pertemuan rutin dan evaluasi dengan kader
setelah pelaksanaan posyandu, mengetahui hambatan yang dirasakan oleh kader
dan mendengarkan masalah-masalah yang muncul dimasyarakat dan dijadikan
bahan puskesmas dalam upaya peningkatan kesehatan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai