Dosen Pembimbing :
Disusun oleh:
KEDIRI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya makalah dengan judul “KEPERAWATAN JIWA (RESIKO
PERILAKU KEKERASAN). Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah
Keperawatan Jiwa dan juga membantu mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman pembaca terhadap halusinasi.
Makalah ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga
dapat membantu pembaca dalam mengerti makalah ini. Dalam menyusun
makalah ini, kami banyak memerlukan bantuan bimbingan dari berbagai pihak,
untuk itu kesempatan ini kami mengucapkan terima terima kasih kepada :
Didalam makalah ini dapat ditemukan informasi yang berguna untuk tahu
dan menambah wawasan pembaca tentang haluinasi. Makalah ini jauh dari kata
sempurna, Maka dari itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga
penanganannya secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu
gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang manifestasinya pada
kesadaran, emosi, persepsi, dan intelegensi. Salah satu gangguan jiwa
tersebut adalah gangguan perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis (Budi Ana Keliat, 2005)
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon
terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman individu.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruksif pada saat
terjadi dapat melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti
perasaan yang sebenarnya sehingga individu tidak mengalami kecemasan,
stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat penting, namun
perawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan jiwa.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah membahas kasus ini diharapkan mengerti dan memberikan
asuhan keperawatan pada pasien perilaku kekerasan.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan
b. Merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan
c. Membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan
d. Melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan
e. Membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain. Sering di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana
seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik
yang tidak terkontrol (Yosep, 2007)
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman individu. Perilaku kekerasan
adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang baik
secara fisik maupun psikologis. Kemarahan merupakan bagian dari kehidupan
sehari-hari yang tidak dapat di elakkan dan sering menimbulkan suatu
tekanan.
2.2 Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif
2.3 Etiologi
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku
kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga
diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan
diri, merasa gagal mencapai keinginan.
2.5 Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan
factor predisposisi, artinya mungkin terjadi perilaku kekerasan jika factor
berikut di alami oleh individu :
a. Psikologis : kegagalan yang dialami dapat mnimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan di tolak, di hina, di aniyaya atau saksi
penganiayaan.
b. Perilaku : reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek
ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya : budaya tertutup dan membalas secara alam (positif agresif)
dan control social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan diterima
(permissive)
d. Bioneurologis : banyak pendapat bahwa kerusakan sisitem limbic, lobus
frontal, lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut
berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi debedakan menjadi 2, yaitu:
a. Faktor Internal
Semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan, menurunnya percaya
diri, rasa takut sakit, hilang kontrol, dan lain-lain.
b. Faktor Eksternal
Penganiayaan fisik, kehilangan orang yang dicintai, krisis, dan lain-lain.
Factor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputus asaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula
dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang dicintainya / pekerjaan dan kekerasan
merupakan factor penyebab yang lain. Interaksi yang profokatif dan
konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
2.8 Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederau diri, oranglain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai atau membahayakan diri,
orang lain dan lingkungan
A. KASUS
Nn.N umur 17 tahundatang ke RSJ lawang pada 25 Juni 2019,
dengan kondisi datang marah marah klien mengatakan dirumah marah-
marah kepada ayahnya karena keinginanya tidak dipenuhi dan merasa
dibohongi. dan ingin memukul semua orang yang ada di dekatnya. Klien
mengatkaan pernah memukul ayahnya sampai berdarah. Klien dahulu
sebelum mengalami gangguan klien setiap ada masalah selalu di pendam
dan tidak mau diceritakan ke orang terdekatnya, kondisi klien semakin
memburuk setelah klien tau bahwa dirinya bukan anak kandung dari
ayahnya. Klien mengatakan merasa marah jika keinginan nya tidak
terpenuhi dan klien sangat tidak menyukai ayahnya.
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : klien mengatakan Resiko mencederai diri Resiko mencederai
dirumah marah-marah sendiri, orang lain dan diri sendiri, orang
kepada ayahnya karena lingkungan lain dan lingkungan
keinginanya tidak
dipenuhi dan merasa
dibohongi. Serta klien
memukul ayahnya sampai
berdarah.
DO : face tegang, mudah
tersinggung saat di ajak
bicara, tatapan mata
tajam, muka tampak
merah.
2 DS : klien mengatakan Koping Individu Tidak Perilaku Kekerasan
saat mempunyai masalah Efektif
dipendam sendiri, tidak
mau bercerita.
DO : pasien tidak banyak
bicara, pasien berdiam
diri.
face tegang, mudah
tersinggung saat di ajak
bicara, tatapan mata
tajam, muka tampak
merah.
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Resiko TUM: 1. - klien mau membalas 1. - ber salam panggil nama
menciderai diri Kliendapat salam 2. =- ebutkan nama perawat
sendiri, orang melanjutkan peran 2. - klien mau menjabat sambil jabat tangan
lain dan sesuai dengan tangan 3. - jelaskan maksud hubungan
lingkungan tanggung jawab. 3. - klien mau menyebut interaksi
TUK 1: nama 4. - beri rasa aman dan simpati
Klien dapat 4. - klien mau tersenyum 6. - lakukan kontak mata
membina 5. - klien mau kontak mata singkat tapi sering
hubungan saling 6. - klien mau mengetahui 1. -beri kesempatan untuk
percaya. nama perawat mengungkapkan perasaan
1. -klien mengungkapkan 2. -bantu klien untuk
TUK 2:
perasaanya mengungkapkan penyebab
Klien dapat
2. - klien dapat perasaan jengkel/kesal
mengidentifikasi
mengungkapkan 1. Anjurkan klien
-
kemampuan
penyebab perasaan mengungkapkan apa yang
penyebab
marah dari lingkungan dialami dan dirasakan saat
kekerasan
atau orang lain marah
TUK 3 :
1.
Klien dapat 2. - Klien dapat minum
3. -Bicarakan dengan klien
menggunakan obat obat sesuai program
apakah dengan cara yang
dengan benar ( pengobatan
dilakukan klien masalahnya
sesuai dengan
selesai
program )
1. - bicarakan akibat dan cara
yang dilakukan klien
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok,
mengelola kasus kelompok agar dapat memberikan asuhan keperawatan
secara profesional. Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum
praktek khususnya dalam bidang keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Kes. Wa, 1998, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa,
Edisi I, Direktorat Kesehatan Jiwa RSJP, Bandung
Nn : sudah
Nn : (hanya terdiam)
Nn : sudah
Perawat : iya sudah saya ke ruang sebelah dulu, nanti saya kembali lagi
kesini yaaa
Nn : lagi pusing,bingung
Perawat : bingung kenapa? Coba cerita ke sayaa
Nn : tidak
Nn : (hanya diam)