Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

( resiko perilaku kekerasan )

Dosen Pembimbing :

Dr.Byba Melda Suhita, S.Kep.,Ns., M.Kes,

Disusun oleh:

Kelompok 6 (IPN 4B)

1. Mike Oktavyana (1711B0047)


2. Nabhan Muna (1711B0050)
3. Ninda Nia Mayasofa (1711B0054)
4. Norci Hayati Banamtuan (1811B0059)
5. Polce Onisius Niuflapu (1711B0023)
6. Wolfardus Nome (1711B0070)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKes SURYA MITRA HUSADA KEDIRI

KEDIRI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya makalah dengan judul “KEPERAWATAN JIWA (RESIKO
PERILAKU KEKERASAN). Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah
Keperawatan Jiwa dan juga membantu mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman pembaca terhadap halusinasi.

Makalah ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga
dapat membantu pembaca dalam mengerti makalah ini. Dalam menyusun
makalah ini, kami banyak memerlukan bantuan bimbingan dari berbagai pihak,
untuk itu kesempatan ini kami mengucapkan terima terima kasih kepada :

1. Dosen pembimbing Ibu Dr.Byba Melda Suhita, S.Kep.,Ns., M.Kes,


2. Rekan-rekan yang telah banyak membantu dan juga yang telah memberi
masukan- masukan dalam penyusunan makalah ini.

Didalam makalah ini dapat ditemukan informasi yang berguna untuk tahu
dan menambah wawasan pembaca tentang haluinasi. Makalah ini jauh dari kata
sempurna, Maka dari itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun.

Kediri, 21 Juni 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga
penanganannya secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu
gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang manifestasinya pada
kesadaran, emosi, persepsi, dan intelegensi. Salah satu gangguan jiwa
tersebut adalah gangguan perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis (Budi Ana Keliat, 2005)
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon
terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman individu.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruksif pada saat
terjadi dapat melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti
perasaan yang sebenarnya sehingga individu tidak mengalami kecemasan,
stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat penting, namun
perawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan jiwa.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah membahas kasus ini diharapkan mengerti dan memberikan
asuhan keperawatan pada pasien perilaku kekerasan.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan
b. Merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan
c. Membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan
d. Melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan
e. Membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain. Sering di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana
seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik
yang tidak terkontrol (Yosep, 2007)
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman individu. Perilaku kekerasan
adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang baik
secara fisik maupun psikologis. Kemarahan merupakan bagian dari kehidupan
sehari-hari yang tidak dapat di elakkan dan sering menimbulkan suatu
tekanan.
2.2 Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

 Respon marah yang adaptif meliputi :


1. Pernyataan (Assertion)
Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa
marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini
biasanya akan memberikan kelegaan.
2. Frustasi
Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan,
atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak
menemukan alternatif lain.
 Respon marah yang maladaptif meliputi :
1. Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan
perasaan yang sedang di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata
2. Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk
menuntut suatu yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih
terkontrol.
3. Amuk dan kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

2.3 Etiologi
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku
kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga
diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan
diri, merasa gagal mencapai keinginan.

2.4 Tanda dan Gejala


1. Muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
6. Memukul jika tidak senang
 Proses Kemarahan
Stress, cemas, harga diri rendah, dan bersalah dapat menimbulkan
kemarahan. Respons terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal
maupun internal.
 Eksternal yaitu konstruktif, agresif.
 Internal yaitu perilaku yang tidak asertif dan merusak diri sendiri.
 Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan
menggunakan kata-kata yang dapt di mengerti dan diterima tanpa
menyakiti hati orang lain, akan memberikan perasaan lega, keteganganpun
akan menurun dan perasaan marah teratasi.
 Marah di ekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya
dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara ini tidak menyelesaikan
masalah bahkan dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan
dandapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif, amuk yang ditujukan
pada orang lain maupun lingkungan.
 Perilaku tidak asertif seperti menekan perasaan marah atau melarikan diri
dan rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan
rasa bermusuhan yang lama dan pada suatu saat dapat menimbulkan
kemarahan destruktif yang ditujukan pada diri sendiri.

2.5 Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan
factor predisposisi, artinya mungkin terjadi perilaku kekerasan jika factor
berikut di alami oleh individu :
a. Psikologis : kegagalan yang dialami dapat mnimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan di tolak, di hina, di aniyaya atau saksi
penganiayaan.
b. Perilaku : reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek
ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya : budaya tertutup dan membalas secara alam (positif agresif)
dan control social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan diterima
(permissive)
d. Bioneurologis : banyak pendapat bahwa kerusakan sisitem limbic, lobus
frontal, lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut
berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi debedakan menjadi 2, yaitu:
a. Faktor Internal
Semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan, menurunnya percaya
diri, rasa takut sakit, hilang kontrol, dan lain-lain.
b. Faktor Eksternal
Penganiayaan fisik, kehilangan orang yang dicintai, krisis, dan lain-lain.
Factor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputus asaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula
dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang dicintainya / pekerjaan dan kekerasan
merupakan factor penyebab yang lain. Interaksi yang profokatif dan
konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

2.6 Mekanisme Koping


Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelasaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (tuart dan
sundeen, 1998 hal : 33)
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain :
1. Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyaluranya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas remas
adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang
tidak baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik
menuduh bahwa temanya tersebut mencoba merayu, mencumbunya
3. Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang
tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya
dan akhirnya ia dapat melupakanya.
4. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan.
Dengan melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
5. Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan.
Pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya : timmy berusia 4 tahun marah karena
ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar
didinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan dengan temanya.

2.7 Manifestasi Klinis


Yosep (2009), mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut. Muka merah dan tegang, mata melotot atau
pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatub, postur tubuh kaku,
bicara kasar, suara tinggi, membentak atau meneriak, mengancam secara
verbal atau fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor, suara keras, melempar
atau memukul benda atau orang lain, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri atau orang lain.

2.8 Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederau diri, oranglain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai atau membahayakan diri,
orang lain dan lingkungan

2.9 Sumber Koping


Menurut Suart Sundeen 1998 :
1. Aset ekonomi
2. Kemampuan dan keahlian
3. Tehnik defensif
4. Sumber sosial
5. Motivasi
6. Kesehatan dan energi
7. Kepercayaan
8. Kemampuan memecahkan masalah
9. Kemampuan sosial
10. Sumber sosial dan material
11. Pengetahuan
12. Stabilitas budaya

2.10 Penatalaksanaan Umum


1. Farmakoterapi
Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat.
Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi
contohnya Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan
psikomotornya. Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contohnya
Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan Transquilizer
bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya
mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.
2. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan
dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi. Terapi ini merupakan langkah
awal yangb harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah
dilakukannyan seleksi dan ditentukan program kegiatannya.
3. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan
perawatan langsung pada setiap keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat membantu
keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah
kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada
anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan
menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai
kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptive
(pencegahan primer), menanggulangi perilaku maladaptive (pencegahan skunder)
dan memulihkan perilaku maladaptive ke perilaku adaptif (pencegahan tersier)
sehingga derajat kesehatan klien dan kieluarga dapat ditingkatkan secara
opti9mal. (Budi Anna Keliat,1992).
4. Terapi somatic
Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic
terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan
mengubah perilaku yang mal adaftif menjadi perilaku adaftif dengan melakukan
tindankan yang ditunjukkan pada kondisi fisik klien, tetapi target terapi adalah
perilaku klien
5. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah
bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan
mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien.
Terapi ini ada awalnya untukmenangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali
terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).
2.11 Pohon Masalah

Resiko menciderai diri sendiri, Orang lain atau lingkungan


Pigmen terapeutik ↑
Inefektif → Perlaku kekerasan ←Halusinasi

↑ HDR
Mekanisme koping individu in efektif ↑ ↑
berduka difungsional Isolasi sosial

Gambar 1 : pohon masalah PK

2.12 Masalah Keperawatan yang mungkin muncul


1. Resiko mencederai diri dan orang lain atau lingkungan b.d perilaku
kekerasan.
2. Perilaku kekerasan b.d harga diri rendah
3. Perubahan sensori dan persepsi; Halusinasi b.d isolasi sosial
4. Isolasi sosial b.d mekanisme koping individu inefektif
KASUS DAN ASKEP

A. KASUS
Nn.N umur 17 tahundatang ke RSJ lawang pada 25 Juni 2019,
dengan kondisi datang marah marah klien mengatakan dirumah marah-
marah kepada ayahnya karena keinginanya tidak dipenuhi dan merasa
dibohongi. dan ingin memukul semua orang yang ada di dekatnya. Klien
mengatkaan pernah memukul ayahnya sampai berdarah. Klien dahulu
sebelum mengalami gangguan klien setiap ada masalah selalu di pendam
dan tidak mau diceritakan ke orang terdekatnya, kondisi klien semakin
memburuk setelah klien tau bahwa dirinya bukan anak kandung dari
ayahnya. Klien mengatakan merasa marah jika keinginan nya tidak
terpenuhi dan klien sangat tidak menyukai ayahnya.

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : klien mengatakan Resiko mencederai diri Resiko mencederai
dirumah marah-marah sendiri, orang lain dan diri sendiri, orang
kepada ayahnya karena lingkungan lain dan lingkungan
keinginanya tidak
dipenuhi dan merasa
dibohongi. Serta klien
memukul ayahnya sampai
berdarah.
DO : face tegang, mudah
tersinggung saat di ajak
bicara, tatapan mata
tajam, muka tampak
merah.
2 DS : klien mengatakan Koping Individu Tidak Perilaku Kekerasan
saat mempunyai masalah Efektif
dipendam sendiri, tidak
mau bercerita.
DO : pasien tidak banyak
bicara, pasien berdiam
diri.
face tegang, mudah
tersinggung saat di ajak
bicara, tatapan mata
tajam, muka tampak
merah.

XV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan berhubungan
dengan Perilaku Kekerasan
2. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Koping Individu Tidak Efektif

RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Resiko TUM: 1. - klien mau membalas 1. - ber salam panggil nama
menciderai diri Kliendapat salam 2. =- ebutkan nama perawat
sendiri, orang melanjutkan peran 2. - klien mau menjabat sambil jabat tangan
lain dan sesuai dengan tangan 3. - jelaskan maksud hubungan
lingkungan tanggung jawab. 3. - klien mau menyebut interaksi
TUK 1: nama 4. - beri rasa aman dan simpati
Klien dapat 4. - klien mau tersenyum 6. - lakukan kontak mata
membina 5. - klien mau kontak mata singkat tapi sering
hubungan saling 6. - klien mau mengetahui 1. -beri kesempatan untuk
percaya. nama perawat mengungkapkan perasaan
1. -klien mengungkapkan 2. -bantu klien untuk
TUK 2:
perasaanya mengungkapkan penyebab
Klien dapat
2. - klien dapat perasaan jengkel/kesal
mengidentifikasi
mengungkapkan 1. Anjurkan klien
-
kemampuan
penyebab perasaan mengungkapkan apa yang
penyebab
marah dari lingkungan dialami dan dirasakan saat
kekerasan
atau orang lain marah

TUK 3 :
1.
Klien dapat 2. - Klien dapat minum
3. -Bicarakan dengan klien
menggunakan obat obat sesuai program
apakah dengan cara yang
dengan benar ( pengobatan
dilakukan klien masalahnya
sesuai dengan
selesai
program )
1. - bicarakan akibat dan cara
yang dilakukan klien

5. -Anjurkan klien untuk


menggunakan cara yang
dipelajari saat jengkel atau
marah.
1.Anjurkan klien minum obat
tepat waktu
- Beri pujian jika klien
minum obat dengan benar.
Perilaku Pasien dapat -klien mau mengontrol - Identifikasi penyebab,
Kekerasan mengontrol perilaku kekerasan tanda dan gejala, PK yang
berhubungan perilaku -klien mau terbuka dilakukan, akibat PK.
dengan Koping kekerasan dengan masalahnya - Jelaskan cara mengontrol
Individu Tidak Pasien dapat -klien mau mengontrol PK: fisik, obat, verbal,
Efektif menceritakan emosinya spiritual.
semua masalah -klien mau meninum - Latih cara mengontrol PK
obat secara teratur fisik 1 (tarik nafas dalam)
dan 2 (pukul kasur atau
bantal). sukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan fisik.

BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk


melukai seseorang baik secara fisik maupun psikologis. Kemarahan merupakan
bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat di elakkan dan sering
menimbulkan suatu tekanan.
Tanda dan Gejala antara lain : Muka merah, Pandangan tajam, Otot
tegang, Nada suara tinggi, Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan
kehendak, Memukul jika tidak senang.
Diagnosa Keperawatan antara lain
1. Resiko menciderai ndiri dan orang lain atau lingkungan b.d perilaku
kekerasan.
2. Perilaku kekerasan b.d Mekanisme koping individu in efektif.

B. SARAN
Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok,
mengelola kasus kelompok agar dapat memberikan asuhan keperawatan
secara profesional. Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum
praktek khususnya dalam bidang keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Kes. Wa, 1998, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa,
Edisi I, Direktorat Kesehatan Jiwa RSJP, Bandung

Keliat B.A, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, ( Terjemahan ).


Penerbit Buku Kedokteran , EGC, Jakarta.

Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press.


Surabaya.

Stuart G. W, Sundeen. S. J. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa. (Terjemahan)


Edisi 3, Alih Bahasa Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Stuart G. W, dan Laria M. T, 2001, Erinciple and Practice of Phychitric Nursing.


(Terjemahan) (7 th ed), St. Lois : Mosby

Townsend M. C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri, (terjemahan),


Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Roleplay

Nn.N umur 17 tahundatang ke RSJ lawang pada 25 Juni 2019,


dengan kondisi datang marah marah klien mengatakan dirumah marah-
marah kepada ayahnya karena keinginanya tidak dipenuhi dan merasa
dibohongi. dan ingin memukul semua orang yang ada di dekatnya. Klien
mengatkaan pernah memukul ayahnya sampai berdarah. Klien dahulu
sebelum mengalami gangguan klien setiap ada masalah selalu di pendam
dan tidak mau diceritakan ke orang terdekatnya, kondisi klien semakin
memburuk setelah klien tau bahwa dirinya bukan anak kandung dari
ayahnya. Klien mengatakan merasa marah jika keinginan nya tidak
terpenuhi dan klien sangat tidak menyukai ayahnya.

1. Mike Oktavyana sebagai dokter


2. Ninda Nia Mayasofa sebagai perawat
3. Norci Hayati Banamtuan sebagai narator
4. Polce Onisius Niuflapu sebagai pasien
5. Nabhan Muna sebagai ayah
6. Walfardus nome sebagai perawat

Pasien Nn di bawa ke rumah sakit karena gangguan jiwa, Nn suka


marah – marah, dan jika keinginan nya tidak terpenuhi Nn selalu
marah. Pasien Nn di bawa kerumah sakit dengan keadaan marah –
marah.

Nn :kenapa saya di bawa kesini ( teriak – teriak sambil marah – marah


dirumah sakit )

Ayah : ayolah nak kamu harus sembiuh

Nn : aku tidak gilaaaa


Perawat : ayo di bawa keruangan biar segera di periksa dokter

Dokter melakukan pemeriksaan, dan setelah itu dokter memberi


informasi kalau Nn harus dirawat di rsj untuk sementara waktu,

Dokter : begini pak , Nn harus dirawat terlebih dahulu disini, disini


nanti Nn akan di beri obat, di terapi. Mungkin disini Nn bisa kebih
tenang

Ayah : baiklah pak , saya ingin anak saya sembuh

Dokter : baik lah pak

Ayah : kalau begitu saya permisi pulang dokter

Besok harinya perawat melakukan pendekatan kepada pasien Nn,

Perawat : selamat pagi

Nn : (hanya diam dan tidak menjawab)

Perawat : sudah makan

Nn : sudah

Perawat : makan pakai lauk apa tadi?

Nn : (hanya terdiam)

perawat : sudah kenyang ya berarti?

Nn : sudah

Perawat : iya sudah saya ke ruang sebelah dulu, nanti saya kembali lagi
kesini yaaa

Perawat meninggalkan pasien Nn , dan 10 menit lagi perawat akan


datang lagi bertemu Nn.

Perawat : permisii, kamu lagi ngapain?

Nn : lagi pusing,bingung
Perawat : bingung kenapa? Coba cerita ke sayaa

Nn : aku bingung kok saya disini

Perawat : kok begitu ?

Nn : apa alasan saya di bawa kesini?

Perawat : kamu kemarin datang kesini marah – marah,kamu marah


begitu keras

Nn : aku suka marah

Perawat : apakah setiap hari kamu marah?

Nn : iya saya setiap hari marah, saya suka marah

Perawat : apa alasannya?

Nn : jika keinginan saya tidak dituruti saya akan marah

Saya pernah memukul sayah saya sampai ayah saya berdarah.

Saya suka sekali marah

Perawat : apa kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan?

Nn : tidak

Perawat : ya sudahlahh kamu harus berubah,jangan mengulanginyaaa

Nn : (hanya diam)

Ayahnya menjenguk Nn, dan Nn tidak sengaja mendengar percakapan


ayah dan perawat , kalau Nn bukan anak kandung ayah nya, dari situ
Nn marah – marah semakin parah

Ayah : bagaiamana keadaan Nn sus?

Perawat : sudah membaik pak,kemarin dia bercerita ke saya tentang


bagaimana yang sedang dirasakannya
Ayah : Alhamdulillah kalau begitu sus, saya sangat kecewa dengan Nn,
dia selalu marah – marah ke saya. Semua keinginannya harus saya
kandungnya

Perawat : oh baopak bukan anak kandungnya, sabar pak mungkin ini


ujoian pasti ada hikmahnya pak, pasti Nn bisa berubah

Nn : (nn mendengar percakapan ayah dan perawat, dan nn sangat


marah)

Nn : oh jadi aku bukan anak ayah.( Sambil membanting bantal dan


merusak tempat tidur)

Ayah : sabar nak

Perawat : kamujangan maarah – marah seperti ini, kau harus tenang


sabarr

Setelah itu Nn di suntik dan di tidurkan ke tempat tidur

Lalu ayahnya pulang

Setelah itu Nn mulai tenang dan nn di beri obat, di terapi

Anda mungkin juga menyukai