Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA

Mata Kuliah : Ilmu Gizi


Dosen : Ns Ida Mardalena, S.Kep.,M.Si

Disusun Oleh :
Afita Rosadiana NIM. P07120216008
Kristina Weningtyastuti NIM. P07120216009
Sekar Tunjung Maharani NIM. P07120216010
Muhammad Afif Fadhil W. NIM. P07120216011
Arfin Kurniadita NIM. P07120216012
Arinadya Hanifa Putri P. NIM. P07120216013
Candra Devi Kumalasari NIM. P07120216014
Tingkat I Semester 2

Politeknik Kesehatan Yogyakarta


DIV Keperawatan
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak-pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 11 April 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar...................................................................................................................1

Daftar Isi...........................................................................................................................2

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang.......................................................................................................3

B. Rumusan Masalah...................................................................................................4

C. Tujuan.....................................................................................................................4

BAB II Pembahasan..........................................................................................................5

BAB III Penutup..............................................................................................................18

Daftar Pustaka..................................................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertambahan usia akan menimbulkan beberapa perubahan, baik secara fisik maupun
metal. Perubahan ini akan mempengaruhi kondisi seseorang dari aspek psikologis, fisiologis,
dan sosioekonomi. Lebih lanjut, perubahan-perubahan tersebut akan mengakibatkan
kemunduran biologis . (Wirakusumah, 2001: 1)

Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh
dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Selain itu, ada
perubahan pada usia lanjut yang berhubungan dengan bertambahnya umur seseorang seperti
hilangnya masa jaringan aktif, dan berkurangnya fungsi dari banyak organ dalam tubuh
manusia. . (Adriani dan Wirjatmadi, 2012: 396)

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik
yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energy
menurun, kulit mulai keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya.
(Adriani dan Wirjatmadi, 2012: 402)

Saat memasuki masa lansia tentu setiap orang ingin menjaga kesehatannya dan tidak
mengalami semua masalah diatas. Akan tetapi usia lanjut sering mempunyai masalah dalam
hal makan, antara lain nafsu makan menurun, kurang memperhatikan pola makan dan
konsumsi makanan yang kurang seimbang.

Padahal salah satu fungsi penting organ tubuh yang berperan dalam mempertahankan
dan menciptakan kesehatan yang prima adalah fungsi organ yang berkaitan dengan makanan
dan pencernaanya. (Wirakusumah, 2001: 2)

Oleh karena itu, para lansia harus memperhatikan pemenuhan gizi yang seimbang
dan juga memperhatikan makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi supaya
dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Upaya tersebut dapat mengurangi kemungkinan masalah
gizi yang sering timbul.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebutuhan gizi pada lansia?
2. Berapa kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh lansia?
3. Apa saja masalah gizi yang biasanya dialami oleh lansia?
4. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam memenuhi kebutuhan gizi pada
lansia?

C. Tujuan
1. Mengetahui kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh lansia.
2. Mengetahui jumlah zat gizi yang dibutuhkan lansia
3. Mengetahui masalah gizi yang biasanya dialami oleh lansia.
4. Mengetahui faktor-faktor yang perlu diperhatikan oleh lansia

5
BAB II

PEMBAHASAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gizi adalah zat makanan pokok
yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan. Menurut Adriani dan Wirjatmadi,
Kebutuhan gizi pada lansia bervariasi tergantung dengan usia, jenis kelamin, aktivitas fisik,
iklim, dan lingkungan. Kebutuhan gizi akan mengalami variasi seiring dengan bertambahnya
usia diatas angka 60 tahun. Konsumsi makanan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat
untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit degeneratif seperti penyakit
jantung, ginjal diabetis mellitus dan lain-lain.

A. Masalah Kesehatan Utama pada Lansia

Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia sebagai berikut: (Adriani
dan Wirjatmadi, 2012: 424-428)

1) Kurang bergerak
Gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang
bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot,
gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
2) Instabilitas
Penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsic (hal-hal yang berkaitan
dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit maupun faktor
ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor
lingkungan
3) Beser
Beser, buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada
lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang
cukup mengakibatkan masalah keehatan atau sosial.
4) Gangguan intelektual
Merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan
ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan
sehari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60-85 tahun atau lebih.
5) Infeksi
Merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain
sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan
6
keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat
pula.
6) Gangguan pancaindra, komunikasi, penyembuhan, dan kulit
Akibat proses menua semua pancaindra berkurang fungsinya, demikian juga
gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat
menyebabkan terganggunya komunikasi,sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh
dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
7) Sulit buang aur besar (konstipasi)
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan
fisik, makanan yang kurang sekal mengandung serat, kurang minum, akibat
pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain.
8) Depresi
Perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial
serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu
munculnya depresi pada lansia.
9) Kurang Gizi
Kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi
kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan
yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan
pancaindra, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pris yang
sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan
berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan, dan lain-lain.
10) Tidak punya uang
Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan
berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam
mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan
penghasilan.
11) Penyakit akibat obat-obatan
Menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat
menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yang digunakan.
12) Gangguan Tidur
Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan, yakni tidurnya tidak dalam
dan mudah terbangun, tidurnya banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali,
tebangun dini hari, lesu setelah bangun di pagi hari.
13) Daya tahan tubuh menurun
Daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu fungsi tubuh yang
terganggu dengan bertambahnya umur seseorang walaupun tidak selamanya hal ini
disebabkan oleh proses menua
14) Impotensi

7
Merupaka ketidakmampuan untuk mencapai dan/atau mempertahankan ereksi yang
cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit tiga
bulan.

B. Masalah Gizi pada Lansia

Menurut Adriani dan Wirjatmadi, masalah gizi usia lanjut merupakan rangkaian
proses masalah gizi sejak usia muda yang manifestasinya timbul setelah tua. Dari berbagai
penelitian yang dilakukan oleh para pakar, masalah gizi pada usia lanjut sebagian besar
merupakan masalah gizi lebih dan kegemukan/ obesitas yang memicu timbulnya penyakit
degenerative seperti jantung coroner, diabetes mellitus, hipertensi, gout, reumatik, ginjal,
sirosis hati, empedu, dan kanker.

1) Kegemukan atau Obesitas


Keadaan ini disebabkan karena pola konsumsi yang berlebihan, banyak mengandung
(lemak, protein, karbohidrat) yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Beberapa penyakit
yang dibungkan dengan obesitas, antara lain:
a. Penyakit Jantung Koroner
Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang berlebihan dapat meningkatkan
risiko penyakit jantung coroner. Selain itu, kegemukan juga merupakan faktor
risiko penting yang mempengaruhinterjadinya penyakit jantung coroner.
Penyakit jantung coroner ini terjadi jika ada penyempitan pembuluh darah
jantung oleh timbunan lemak (plak) sehingga jantung kekurangan oksigen.
b. Hipertensi
Berat badan yang berlebih akan meningkatkan beban jantung untuk memompa
darah keseluruh tubuh. Akibatnya tekanan darah cenderung lebih tinggi.
c. Diabetes Melitus
Adalah suatu keadaan/kelainan di mana terdapat gangguan metabolism
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan karena kekurangan insulin
atau tidak berfungsinya insulin. Pada orang gemuk atau obesitas,
hiperglikemia terjadi karena insulin yang dihasilkan tidak memenuhi
kecukupan.
d. Sirosis Hepatis
Lemak yang berlebihan akan ditimbun dalam hati yang akan menyebabkan
terjadinya perlemakan hati, dan memicu terjadinya penyakit sirosis hepatis.
2) Kurang Energi Kronis
Kurangnya nafsu makan yang berkepanjangan pada usia lanjut dapat menyebabkan
penurunan berat badan yang drastic. Pada orang tua, jaringan ikat mulai keriput
sehingga kelihatan makin kurus.

8
3) Osteoporosis
Massa tulang telah mencapai maksimum pada usia sekitar 35 tahun untuk wanita dan
45 tahun untuk pria. Bila konsumsi kalsium kurang, dalam jangka waktu lama akan
timbul osteoporosis.
4) Gout
gout dapat timbul sebelum usia lanjut yang akan berlangsung sampai usia lanjut. Gout
ini lebih sering terjadi pada pria. Kelainan metabolism protein yang menyebabkan
asam urat dalam darah meningkat. Kristal asam urat akan menumpuk di persendian
yang menyebabkan rasa nyeri dan bengkak di sendi.

C. Kebutuhan Gizi Lansia

Menurut Adriani dan Wirjatmadi, kebutuhan masing-masing zat gizi pada lansia, yaitu

a) Energi
Pada lansia akan cenderung menurun disebabkan dengan berkurangnya aktivitas fisik
yang dilakukan. Sel yang sudah banyak berkurang keaktifannya menyebabkan
kebutuhan kalori basal menurun. Angka kecukupan gizi pada pria manula sekitar
2.100 kalori sedangkan untuk wanita manula sebesar 1.700 kalori. Setiap 10 tahun
pertambahan usia, kebutuhan energi akan megalami penurusan sebesar 10g, sehingga
penurunan ini juga membuat konsumsi makanan menurun. Kelebihan energy atau
kalori pada lansia akan berubah menjadi jaringan lemak yang berakibat buruk karena
akan menyebabkan penyakit degeneratif. Sedangkan kekurangan energy akan
menyebabkan penurunan fungsi kerja maupun daya tahan tubuh.
b) Protein
Protein memiliki fungsi yang berbeda pada lansia. Fungsi protein pada lansia antara
lain sebagai zat untuk pemelihara dan pengganti jaringan sel yang rusak serta
pengaturan fungsi fisiologis tubuh. Pada usia lanjut tidak diperlukan protein yang
banyak karena akan memberatkan fungsi ginjal dan hati. Protein yang dibutuhkan
hanya asam-asam amino esensial yang didapatkan dari susu, telur dan daging yang
memiliki protein dengan kulaitas baik. Protein banyak diperlukan oleh lansia
penderita stress dan infeksi
c) Hidrat arang
Hidrat arang yang diperlukan oleh lansia juga ikut berkurang, hanya sekitrar 50% dari
total energy yang diperlukan oleh tubuh lansia. Hidrat arang berfungsi sebagai energy
untuk tubuh.
d) Lemak
Lemak dapat disimpan dalam tubuh sebagai cadangan energy dan apabila berlebih
akan disimpan sebagai lemak tubuh. Pada lansia, konsumsi lemak berlebih akan
9
menyebabkan kadar kolesterol darah menjadi tinggi. Kebutuhan lemak pada lansia
hanya sekitar 20-25% dari total kalori per hari yang dibutuhkan oleh tubuh.
e) Vitamin
Kebutuhan vitamin pada lansia tidak jauh berbeda pada saat masih muda. Kebutuhan
vitamin tersebut tergantung pada masing-masing individu terutama pada usia
menginjak menopause. Pada saat usia menopause kebutuhan vitamin antioksidan
seperti vitamin A dan vitamin E sebanyak 400-600 unit perhari. Untuk mengurangi
resiko penyakit jantung diperlukan banyak mengonsumsi vitamin B12, asam folat dan
B1
f) Mineral
Mineral dianggap sangat sepele karena diperlukan dalam tubuh dalam jumlah yang
kecil. Namun, pada manula sering dijumpai kekurangan zat besi dan kalsium. Pada
usia manula, kebutuhan kalsium lebih banyak dibandingkan pada saat remaja. Selain
kalsium, hal yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan yodium. Yodium untuk orang
Indonesia dibutuhkan sebesar 150mg. kebutuhan zat besi pada lansia juga tidak kalah
penting dikarenakan untuk mencegah anemia terutama pada wanita.
g) Air dan serat
Air dan serat pada manula dibutuhkan untuk membantu mencegah konstipasi dan
membantu peristaltic usus. Fungsi serat dalam usaha pencegahan penyakut yaitu
mencegah penyakit jantung coroner,kanker usus besar, penyakit diabetes mellitus,
penyakit divertikuler dan mencegah kegemukan.

D. Menu Seimbang bagi Manula

Menu seimbang bagi lansia adalah susunan makanan yang mengandung semua unsur
gizi yang cukup dan dibutuhkan para usia lanjut (Adriani dan Wirjatmadi, 2012: 454). Syarat
menu seimbang umtuk manula sehat menurut Adriani dan Wirjatmadi, yaitu:

1) mengandung zat gizi yang beraneka ragam bahan makanan


2) jumlah kalori adalah 50% dari jumlah hidrat arang komples
3) jumlah lemak dalam makanan, yaitu 25%-30% dari total kalori
4) jumlah protein 8-10% dari total kalori
5) mengonsumsi makanan tinggi serat
6) mengonsumsi makanan tinggi kalsium
7) membatasi penggunaan garam
8) menghindari makanan tinggi alcohol
9) sebaiknya makanan yang mudah dikunyah seperti makanan lembek.

E. Makanan yang Dianjurkan bagi Lansia

10
a) Cara mengatur hidanagan sehari-hari bagi lansia menurut Instalasi Gizi RS Dr.
Sardjito Yogyakarta 2003, yaitu
1. Jumlah energy sehari lebih rendah dibanding dewasa muda. Energy
sebaiknya tidak berasal dari makanan sumber energy “kosong” seperti permen,
minuman ringan (soft drink), kue manis dan makanan penutup
2. Makanan sumber protein harus cukup (1 g protein/kg BB/hari).
Pilihlah sumber lauk pauk yang berprotein tinggi seperti telur, daging, ayam,
ikan, susu, tahu, tempe, dan kacang-kacangan.
3. Dianjurkan makan ikan (tawar,laut) secara teratur 3-4 x seminggu
untuk mencegah penyakit jantung.
4. Diusahakan minum segelas susu setiap hari. Kalau tidak tahan, susu
dapat diganti dengan bubur kacang hijau, susu kedelai, dll.
5. Sebaiknya banyak makan sayur dan buah-buahan untuk mencegah
sembelit. Sayur dan buah mengandung vitamin dan mineral yang sangat
diperlukan
6. Minum air putih dalam jumlah cukup : 5-6 gelas sehari.
b) Contoh Menu Sehari
menurut Instalasi Gizi RS Dr. Sardjito Yogyakarta 2003, yaitu

1. Pagi

 Nasi Lembik
 Telur dadar
 Tempe bacem
 Sop sayuran
 Susu

2. Pukul 10.00

 Bubur kacang hijau

3. Siang

 Nasi Lembik
 Semur daging giling
 Tahu bumbu kuning
 Pecel sayuran
 Pisang ambon

4. Pukul 16.00

 Sus isi vla

5. Malam
11
 Nasi Lembik
 Perkedel daging giling
 Tim tahu
 Sayur bening bayam
 Jeruk

F. Penelitian dalam Jurnal

Untuk memenuhi kebutuhan gizi pada lansia, tidak hanya dengan memberikan menu
gizi seimbang saja tetapi juga melalui pola pengasuhan gizi pada lansia. Pada Jurnal Pola
Pengasuhan Gizi dan Status Gizi Lanjut Usia di Puskesmas Lau Kabupaten Maros Tahun
2012 telah didapatkan data yang menunjukan bahwa pola pengasuhan gizi mempengaruhi
status gizi pada lansia. Data-data tersebut didapatkan dengan metode wawancara pada para
lansia di Kabupaten Maros pada tahun 2012.

Pernyatan-pernyataaan dibawah ini didapat dari hasil wawancara seorang Lansia


Penyediaan Makanan:
Lansia dengan Status Gizi Kurang
Menu makanan setiap harinya ditentukan oleh pengasuh sehingga lansia mau tidak mau
hanya mengonsumsi makanan yang disediakan oleh pengasuh.
Kemudian dari hasil wawancara diketahui bahwa lansia dengan status gizi kurang lebih
sering makan seorang diri, misalnya di kamar atau di depan TV. Kebiasaan lansia yang sering
makan seorang diri membuat lansia menjadi kesepian dan keinginan makannya menjadi
berkurang.
Lansia dengan Status Gizi Baik
Lansia dengan status gizi baik lebih sering makan bersama dengan anggota keluarga yang
lain, bahkan kadang lansia sendiri yang memanggil anak-anak atau cucu untuk makan
bersama di meja makan.
Lansia dengan Status Gizi Lebih
Diketahui bahwa kadang-kadang lansia yang menentukan menu makanan, hal ini
menyebabkan nafsu makan tinggi sehingga lansia menghabiskan makanan yang disediakan.

Psikososial:
Lansia dengan Status Gizi Kurang

12
Dalam hal dukungan emosi, pengasuh cenderung untuk tidak memperhatikan kebutuhan
lansia dan tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup sehingga lansia merasa
tersisihkan dan sedih.
Lansia dengan Status Gizi Normal
Dukungan sosial internal maupun eksternal lansia terpenuhi dengan baik. Dukungan sosial
yang dimaksud disini adalah dukungan dalam bentuk dukungan emosi dan dukungan
instrumental.
Lansia dengan Status Gizi Lebih
Kehidupan psikososial lansia dengan status gizi sangat baik, dimana dukungan instrumental
dan dukungan penghargaan terpenuhi dengan baik. Dukungan penghargaan berupa
kepercayaan terhadap kemampuan lansia, dan kepercayaan untuk melaksanakan kegiatan
sehari-hari.

Praktik Hygiene:
Lansia dengan Status Gizi Kurang
Personal hygiene bagi lansia dengan status gizi kurang masih sangat kurang. Berdasarkan
hasil observasi, informan mandi hanya sekali dalam sehari, malas keramas, tidak mencuci
tangan sebelum dan setelah makan, kuku lansia yang panjang dan kotor, bau badan, gigi yang
tidak bersih, kebersihan kamar, seprai dan kamar mandi yang kurang. Kurang terpeliharanya
personal hygiene pada lansia tidak hanya dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran dan
kebiasaan lansia akan
pentingnya menjaga kebersihan tubuh, namun juga disebabkan kurangnya peran keluarga
dalam memelihara kebersihan diri.
Lansia dengan Status Gizi Baik dan Lebih
Di rumah lansia dengan status gizi baik tersedia obat-obatan dasar seperti antibiotik, obat
hipertensi dan sakit kepala sehingga jika lansia mengeluh sakit, maka pengasuh atau anggota
keluarga yang lain langsung memberikan obat tersebut. Selain itu, lansia juga hanya ingin
berobat di tenaga kesehatan profesional dan pantang bagi mereka untuk berobat di dukun.
Pada jurnal tersebut juga dipaparkan data dari Badan Pusat Statistik mengenai jumlah
penduduk lansia dan usia harapan hidup lansia di Indonesia yang semakin meningkat. Pada
tahun 1998 jumlah penduduk Lansia di Indonesia hanya 7,9 juta orang (5,45%) dengan usia
harapan hidup 52,2 tahun. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lansia sekitar 11,3 juta (6,29%)
dengan UHH 59,8 tahun. Sedangkan pada tahun 2000, jumlahnya meningkat menjadi 7,18%
(14,4 juta orang) dengan UHH 64,5 tahun. Pada tahun 2006 angkanya meningkat hingga
13
lebih dua kali lipat menjadi sebesar kurang lebih 19 juta (8,9%) dengan UHH 66,2 tahun,
pada tahun 2010 sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan UHH 67,4 tahun dan pada tahun 2020
diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan UHH 71,1 tahun. Jumlah ini termasuk
terbesar keempat setelah China, India dan Jepang (Badan Pusat Statistik, 2010).
Di Sulawesi Selatan, Usia Harapan Hidup dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Pada tahun 2007 UHH sebesar 70,2 tahun menjadi 71,64 tahun pada tahun 2008 (Badan Pusat
Statistik, 2010). Dari 24 Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan, Maros menempati urutan
kesepuluh dalam jumlah lansia dan memiliki Usia Harapan Hidup sebesar 71,64 tahun pada
2008. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Maros, pada tahun 2010
jumlah lansia (60-70 tahun) sebesar 26.535 orang (8,3%), dan pada tahun 2011 berkurang
menjadi 23.114 orang (7,2%) (BPS Maros, 2011).
Prevalensi gizi buruk (IMT <16,49) pada lansia tahun 1998 sebesar 7,23% menjadi
11,56% tahun 2001 sedangkan prevalensi gizi lebih yaitu 10,51% pada tahun 1998 menjadi
8,11% tahun 2001. Menurut Revina dalam Saniawan (2009) lansia di Indonesia banyak yang
mengalami gangguan pemenuhan gizi yaitu yang mengalami gizi kurang (IMT 16,5 – 18,49)
sebanyak 31% dan gizi lebih sebanyak 1,8%. Gizi kurang berhubungan dengan penyakit
tertentu dan gangguan fungsi, tetapi sedikit yang diketahui tentang hubungannya dengan
asupan gizi dan pengasuhan gizi di kalangan lansia (Milne dkk., 2006). Pengasuhan gizi
mungkin memiliki efek positif pada asupan energi dan zat gizi lain serta kualitas hidup
penduduk lansia dan lansia yang menderita malnutrisi (Barton dkk., 2000; Akner dkk., 2001;
Potter dkk., 2001; Milne dkk., 2006; Nijs dkk., 2006).

Selain penelitian tentang pola pengasuhan, terdapat pula jurnal penelitian tentang
hubungan pola konsumsi dan aktivitas fisik terhadap status gizi pada lansia. Berdasarkan
jurnal tersebut telah didapatkan beberapa data dengan respoden lansia dari PSTW Unit
Abiyoso Yogyakarta

1. Hubungan Antara Pola Konsumsi dengan Status Gizi


Status Gizi P RP (95%
Total
Pola Konsumsi Tidak Baik Baik
N % N % N % Value CI)
Tidak Baik 8 24.2 7 35 15 28.3 0,811
Baik 25 75.8 13 65 38 71.7
(0,479
Total 33 100 20 100 53 100 0.399
-1,372)

14
Hasil analisis bivariat juga menunjukkan bahwa dari 38 responden yang memiliki pola
konsumsi yang baik dengan status gizi yang tidak baik ada sebanyak 25 responden
(75,8%), sedangkan 13 responden (65,0%) menunjukkan pola kon-sumsi yang baik
dengan status gizi yang baik, dengan nilai P value = 0,399 dengan RP = 0,811. Artinya,
lansia yang pola konsumsinya tidak baik atau tingkat kon-sumsi energinya <80% memiliki
peluang untuk mengalami status gizi yang tidak baik 0,811 kali atau 81,1% dari pada
lansia yang pola konsumsinya baik dan se-cara statistik tidak ada hubungan.
Pola konsumsi pada lansia di PSTW Unit Abiyoso Yogyakarta dinyatakan tidak
berhubungan secara statistik dengan status gizi. Hasil penelitian ini kemungkinan
disebabkan oleh perubahan umum fungsi pancaindera pada lansia, khususnya pe-nurunan
indera perasa dan hilangnya zat gizi pada makanan yang disebabkan karena kesalahan
dalam pengolahan dan pemasakan bahan makanan tersebut. Proses pengolahan dan
pemasakan bahan makanan banyak berpengaruh terha-dap zat gizi bahan makanan
tersebut, terutama vitamin dan mineral. Tingkat kehilangan zat gizi dipengaruhi berbagai
faktor, seperti: pemasakan, pencucian, penggilingan, kontak dengan udara dan sebagainya.
Hasil penelitian lain menunjukkan hasil pengukuran tingkat konsumsi energi dengan
metode recall 24 jam tidak berhubungan, nilai signifikansi= 0,192 dan Con-fident Interval
= 0,411-1,196.12 Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian lain yang menunjukkan
ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi (p=0,00).

2. Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Status Gizi


Status Gizi P RP (95%
Total
Aktivitas Fisik Tidak Baik Baik
N % N % N % Value CI)
Tidak 10 30.3 6 30 17 30.2 1,005
Berolahraga (0,638-
Berolahraga 23 69.7 14 70 37 69.8 0.981
1,585)
Total 33 100 20 100 53 100

Hasil analisis bivariat antara aktivitas fisik dengan status gizi pada lansia pada Tabel 7
menunjukkan bahwa dari 16 responden yang tidak berolahraga dengan status gizi yang
tidak baik ada sebanyak 10 responden (30,3%), dan 6 responden (30,0%) tidak
berolahraga dengan status gizi yang baik.

15
Hasil analisis bivariat juga menunjukkan bahwa dari 37 responden yang ber-olahraga
dengan status gizi yang tidak baik ada sebanyak 23 responden (69,7%), sedangkan 14
responden (70,0%) menunjukkan status gizi yang baik, dengan nilai P value = 0,981
dengan RP = 1,005. Artinya, lansia yang tidak berolahraga memiliki peluang untuk
mengalami status gizi yang tidak baik 1,005 kali atau 100,5% dari pada orang yang
berolahraga dan secara statistik tidak ada hubungan.
Aktivitas fisik pada lansia di PSTW Unit Abiyoso Yogyakarta dinyatakan tidak
berhubungan secara statistik dengan status gizi. Hal ini kemungkinan disebabkan tidak
seimbangnya antara jumlah energi yang dikonsumsi dari makanan dengan aktivitas fisik
(olahraga) yang dilakukan. Aktivitas fisik yang dilakukan manusia me-merlukan energi
dan zat-zat gizi.9 Kebutuhan energi dan zat-zat gizi tersebut se-banding dengan kadar
aktivitas fisik yang dilakukan. Perbedaan jenis dan bentuk latihan/olahraga yang dilakukan
akan berpengaruh pada komposisi zat makanan yang harus diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa ti-dak
ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan status gizi pada anak kost
dengan nilai signifikan = 0,429 dengan α = 0,05 serta Confident Interval = 0,318-
11,048.12 Hasil penelitian yang sama yang dilakukan oleh peneliti lain menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna (P>0,05) nilai signifikan 0,533 antara pola
aktivitas fisik dengan status gizi pada model.
Dari data jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi, aktivitas fisik, dan
status gizi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta sudah
cukup baik. Hal ini dibuktikan dari jumlah lansia yang memiliki pola konsumsi, aktivitas
fisik, dan status gizi yang baik lebih banyak daripada yang buruk. Selain itu pola konsumsi
dan aktivitas fisik lansia yang kurang baik berisiko untuk mengalami status gizi yang tidak
baik. Namun, pola konsumsi dan aktifitas fisik tidak berhubungan secara statistik dengan
status gizi.

16
BAB III

PENUTUP

Kebutuhan gizi pada lansia bervariasi tergantung dengan usia, jenis kelamin, aktivitas
fisik, iklim, dan lingkungan. Pemenuhan gizi yang seimbang pada lansia perlu diperhatikan
untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan timbulnya masalah gizi seperti obesitas yang
memacu penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, sirosis hepatis ,dll. Menu seimbang
bagi lansia adalah susunan makanan yang mengandung semua unsur gizi yang cukup dan
dibutuhkan para lansia.

Pada lansia, kebutuhan kalori, protein, hidrat arang, dan lemak cenderung menurun.
Sedangkan kebutuhan vitamin, mineral, air, dan serat cenderung naik. Para lansia dianjurkan
untuk mengonsumsi makanan tinggi serat, tinggi kalsium, membatasi penggunaan garam, dan
menghindari makanan tinggi alcohol.

Selain memperhatikan menu gizi seimbang bagi lansia, salah satu hal yang perlu
diperhatikan adalah pola pengasuhan gizi. Hasil penelitian menunjukan jika seorang lansia
merasa lebih diperhatikan, mendapat kasih sayang yang cukup, dan mendapat dukungan
sosial terutama dari keluarga, maka lansia cenderung memiliki status gizi yang normal. Selain
itu, pola makan dan aktifitas fisik secara statistik ternyata tidak mempengaruhi status gizi
17
lansia. Akantetapi jika pola konsumsi dan aktivitas fisik lansia kurang baik akan berisiko
untuk mengalami status gizi yang tidak baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Wiwi Indraswari, dkk. 2012. Pola Pengasuhan Gizi dan Status Gizi Lanjut Usia di
Puskesmas Lau Kabupaten Maros Tahun 2012. Sulawesi Selatan: Universitas Hasanuddin

Nurika Ismayanti, Solikhah. 2011. Hubungan Antara Pola Konsumsi dan Aktifitas
Fisik dengan Status Gizi Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso
Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.

Adriani, Merryana dan Bambang Wirjatmadi.2012. Peranan Gizi dalam Siklus


Kehidupan.Jakarta: Kencana.

Wirakusumah, Emma S. 2001. Menu Sehat untuk Lanjut Usia. Jakarta: Puspa Swara

19

Anda mungkin juga menyukai