Anda di halaman 1dari 56

PEMIMPIN DAN BUDAYA ORGANISASI

Pada saat ini istilah budaya organisasi banyak digunakan dalam organisasi
perusahaan, bahkan beberapa perusahaan memasang tulisan yang menunjukkan
budaya organisasi mereka di tempat-tempat yang menarik perhatian. Misalnya di
depan pintu masuk kantor, atau di dekat tempat para karyawan melayani pelanggan.
Konsep budaya organisasi mulai berkembang sejak awal tahun 1980-an. Konsep
budaya organisasi diadopsi dari konsep budaya yang lebih dahulu berkembang pada
disiplin ilmu antropologi (Sobirin, 2007:128-129).
Budaya organisasi menurut Schein dalam Sobirin (2007:132) adalah pola asumsi
dasar yang dianut bersama oleh sekelompok orang setelah sebelumnya mereka
mempelajari dan meyakini kebenaran pola asumsi tersebut sebagai cara untuk
menyelesaikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan adaptasi eksternal dan
integrasi internal, sehingga pola asumsi dasar tersebut perlu diajarkan kepada
anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi, berpikir dan
mengungkapkan perasaannya dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan
organisasi.

Unsur-unsur Budaya Organisasi


Jocano dalam Sobirin (2007:152-153) menyatakan bahwa budaya organisasi terdiri
dari unsur utama, yakni yang bersifat idealistik dan yang bersifat perilaku atau
behavioral. Unsur budaya organisasi idealistik merupakan ideologi organisasi yang
tidak mudah berubah meskipun di sisi lain organisasi harus berubah untuk
beradaptasi dengan lingkungannya. Ideologi ini bersifat terselubung, tidak nampak di
permukaan dan hanya orang-orang tertentu saja yang tahu apa sesungguhnya
ideologi mereka dan mengapa organisasi tersebut didirikan.
Unsur behavioral memiliki sifat kasat mata, muncul ke permukaan dalam bentuk
perilaku sehari-hari para anggotanya dan bentuk-bentuk lain seperti disain arsitektur
organisasi. Bagi orang luar organisasi, unsur ini sering dianggap sebagai
representasi dari budaya sebuah organisasi karena lebih mudah diamati, dipahami
dan diinterpretasikan meskipun seringkali interpretasi antara orang luar dan anggota
organisasi berbeda. Budaya organisasi lebih baik dipahami berdasarkan
pengamatan terhadap perilaku dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh para
anggota organisasi.
Bagian luar organisasi tersebut oleh Schein dalam Sobirin (2007:158) disebut
sebagai artefak. Artefak bisa berupa bentuk arsitektur bangunan, logo atau jargon,
cara berkomunikasi, cara berpakaian, atau cara bertindak yang bisa dipahami oleh
orang luar organisasi. Dalam perbankan misalnya, kita bisa melihat bahwa mereka
berpakaian sangat formal, dengan perkantoran yang biasanya tertata dengan rapi,
bersih dan modern. Perilaku karyawan bank juga terlihat ramah tetapi formal dan
tegas, dengan moto mereka yang biasanya terpasang dengan indah di belakang
pegawai-pegawai yang melayani para nasabahya. Misalnya saja bank Mandiri
memiliki slogan “Prosper with us” atau Bank BRI dengan slogannya, “Melayani
dengan Hati”.
Sebenarnya antara ideologi dan perilaku behavioral merupakan bagian yang tidak
bisa saling terpisahkan. Digambarkan sebagai suatu yang berlapis-lapis seperti
bawang, bagian yang kelihatan, bisanya paling mudah untuk diubah. Sehingga tidak
mengherankan bahwa kadang-kadang visi dan misi sudah diubah tetapi unsur-unsur
perilaku lainnya belum berubah. Misalnya saja berkaitan pernyataan visi dan misi
organisasi. Hampir setiap lembaga pada saat ini memiliki apa yang disebut dengan
visi dan misi organisasi yang biasanya tertulis di tempat-tempat strategis di kantor
mereka. Yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian antara visi dan misi tersebut
dengan perilaku para anggota organisasi. Karena kalau tidak terjadi keserasian,
pasti akan terlihat lucu. Misalnya sebuah pertokoan yang memiliki slogan
“Pelanggan adalah Raja” tetapi pada saat tempat parkir penuh, ternyata ada space
parkir strategis yang kosong namun ada tulisannya “khusus untuk pimpinan”.

Bagaimana Budaya Organisasi Terbentuk


Robbins (2003:729) menyatakan bahwa proses penciptaan budaya organisasi
terjadi dalam tiga cara. Pertama, para pendiri hanya memperkerjakan dan
mempertahankan karyawan yang memiliki pola pikir sama dan sependapat dengan
cara-cara yang mereka tempuh. Kedua, mereka mengindoktrinasikan dan
mensosialisasikan para karyawan ini dengan cara berpikir dan cara berperasaan
mereka. Bila organisasi berhasil, maka visi pendiri menjadi terlihat sebagai penentu
utama keberhasilan. Pada titik ini, keseluruhan kepribadian pendiri menjadi tertanam
ke dalam budaya organisasi.
Robbins (2003:724) membedakan budaya yang kuat dan budaya yang lemah.
Budaya yang kuat mempunyai dampak yang lebih besar pada perilaku karyawan
dan lebih langsung terkait dengan pengutangan turn-over karyawan. Dalam budaya
yang kuat, nilai inti organisasi dipegang secara mendalam dan dianut bersama
secara meluas. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti dan makin
besar komitmen mereka pada nilai-nilai tersebut, maka makin kuat budaya tersebut.
Budaya yang kuat juga memperlihatkan kesepakatan yang tinggi di kalangan
anggota mengenai apa yang dipertahankan oleh organisasi. Kebulatan maksud
tersebut selanjutnya membina keakraban, kesetiaan, dan komitmen organisasi.

Bagaimana Pemimpin Membentuk Budaya


Brown (1998:743) menyatakan bahwa para pemimpin menyampaikan budaya
melalui apa yang mereka katakan dan apa yang mereka lakukan. Schein dalam Yukl
(1998:300-301) mengemukakan peranan pemimpin dalam budaya organisasi,
dimana para pemimpin mempunyai potensi yang paling besar dalam menanamkan
budaya dan memperkuat aspek-aspek budaya dengan mekanisme sebagai berikut :

1. Perhatian (attention)
Perhatian para pemimpin berarti para pemimpin di dalam menjalankan
kepemimpinannya akan mengkomunikasikan prioritas-prioritas, nilai-nilai, perhatian
mereka dengan cara menanyakan, memberi pendapat, memuji, dan menyampaikan
kritik. Pemimpin yang memarahi seorang bawahan karena tidak mengetahui
masalah yang terjadi di unit kerjanya, misalnya, akan memiliki efek yang kuat dalam
mengkomunikasikan nilai-nilai dan perhatian. Pemimpin yang tidak menanggapi
sesuatu maka hal ini menyampaikan pesan bahwa hal itu tidak penting. Sebagai
contoh, restoran cepat saji McDonald dikenal kebersihannya karena secara
berulang-ulang pendiri perusahaan menceritakan bagaimana dia mengejar-ngejar
lalat untuk menjaga agar para pelanggan yang sedang menikmati hidangannya tidak
terganggu oleh lalat tersebut. Cerita ini diterjemahkan para pegawai bahwa
perusahaan sangat peduli pada kebersihan dan peduli kepada pelanggannya.

2. Reaksi terhadap Krisis


Reaksi pemimpin dalam menghadapi krisis, merupakan potensi bagi para pegawai
untuk mempelajari nilai-nilai dan asumsi-asumsi. Misalnya perusahaan yang sedang
mengalami kesulitan keuangan cukup serius tetapi menghindari pemberhentian
pegawai (PHK) dan membuat kebijakan untuk membuat para pegawai bekerja
dengan waktu lebih pendek dan dengan demikian menerima pemotongan gaji.
Pemimpin tersebut mengkomunikasikan dengan kuat bahwa ia mempertahankan
pekerjaan para pegawai, dan berdasarkan perilakunya tersebut para pegawai
meyakini bahwa pemimpinnya menjunjung tinggi nilai kebersamaan.

3. Pemodelan Peran
Para pemimpin mengkomunikasikan nilai-nilai dan harapan-harapan mereka melalui
tindakan mereka sendiri. Hal tersebut khususnya tindakan-tindakan yang
memperlihatkan kesetiaan istimewa, pengorbanan diri, dan pelayanan yang melebihi
apa yang ditugaskan. Seorang pemimpin yang membuat sebuah kebijakan atau
prosedur tetapi tidak memberikan perhatian yang besar terhadap hal tersebut maka
dalam hal ini pemimpin mengkomunikasikan pesan bahwa hal itu tidaklah penting
atau tidak diperlukan. Seorang pemimpin yang bekerja keras dan selalu tepat waktu,
misalnya, akan mengkomunikasikan bahwa bekerja keras dan tepat waktu
merupakan hal yang penting dan dihargai dalam organisasi. Sebaliknya pemimpin
yang selalu meminta anak buahnya untuk disiplin tetapi dia sendiri tidak disiplin
maka sekeras apapun dia menyerukan kedisiplinan, karyawan tetap akan
menganggap bahwa kedisiplinan bukanlah hal yang penting dalam organisasi.

4. Alokasi Imbalan-imbalan
Kriteria-kriteria yang digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan imbalan-
imbalan seperti peningkatan upah, atau promosi mengkomunikasikan apa yang
dinilai oleh pemimpin dan organisasi tersebut. Pengakuan formal dan acara-acara
seremonial dan pujian yang tidak formal mengkomunikasikan perhatian serta
prioritas seorang pemimpin. Ketiadaan pengakuan terhadap kontribusi dan
keberhasilan mengkomunikasikan bahwa hal tersebut bukan merupakan hal yang
penting. Pemberian simbol-simbol terhadap status orang-orang tertentu juga
mengkomunikasikan tentang apa yang penting dalam perusahaan. Pembedaan
status yang terlalu mencolok tentu saja menunjukkan bahwa organisasi tidak
menjunjung tinggi nilai kebersamaan. Misalnya saja perusahaan-perusahaan di
Amerika Serikat relatif menggunakan simbol-simbol perbedaan status dibandingkan
dengan perusahaan-perusahaan Jepang. Keistimewaan tersebut misalnya berupa
ruang makan dan tempat parkir khusus.

5. Kriteria Menseleksi dan Memberhentikan Karyawan


Para pemimpin dapat mempengaruhi budaya dengan merekrut orang yang memiliki
nilai-nilai, ketrampilan-ketrampilan, atau ciri-ciri tertentu dan mempromosikan
mereka ke posisi-posisi kekuasaan. Para pelamar yang tidak cocok dapat diskrining
dengan prosedur-prosedur formal dan informal, dan ada juga prosedur-prosedur
untuk meningkatkan seleksi diri sendiri, seperti memberi kepada pelamar informasi
yang realistis tentang kriteria dan persyaratan bagi keberhasilan dalam organisasi.
Kriteria serta prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengeluarkan atau
memberhentikan para anggota dari sebuah organisasi mengkomunikasikan juga
nilai-nilai serta perhatian dari pemimpinnya.

Kepemimpinan dan Budaya Etis Organisasi


Apakah sebenarnya pemimpin? Leman (2008:3) mendefinisikan kepemimpinan
sebagai seni, kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Pemimpin adalah orang yang memiliki kemampuan
untuk mempangaruhi dan menggerakkan orang untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Peran kepemimpinan dalam organisasi sangat esensial, dan kepemimpinan sudah
menjadi kajian sejak lama. Secara tradisional telah dikenal konsep-konsep
kepemimpinan seperti untuk suku Jawa serat Rama yang memuat Hastabrata dan
Serat Suryaraja, Lontara Lagaligo untuk suku Bugis Makassar, Kitab Puspakerma
bagi suku Sasak di Lombok, Adab Fata-A untuk suku Melayu. Bagi suku-suku yang
tidak mengenal tulisan seperti suku Dayak di Kalimantan dan suku Baliem di Irian,
biasanya pewarisan nilai-nilai budaya dilakukan secara lisan oleh ketua adat secara
turun temurun.
Budaya etis organisasi mendapat perhatian yang semakin besar, terutama setelah
terungkapnya budaya tidak etis Enron Corp. yang membawa kebangkrutan serta
kepailitan besar di AS pada akhir tahun 2001. Budaya tidak etis Enron Corp. tersebut
berupa penekanan yang berlebihan terhadap pertumbuhan laba perusahaan, juga
penekanan imbalan kepada karyawan yang semata-mata berupa bonus uang.
Bahkan salah seorang CEO-nya, Jeff Skilling, mengatakan bahwa segala sesuatu
dapat diselesaikan dengan uang di Enron. Termasuk loyalitas pun bisa dibeli dengan
uang. Oleh karena itu berkaitan dengan etika, Robbins (2003:740) memberikan
saran untuk menciptakan budaya yang etis dengan cara sebagai berikut :
1. Menjadi model yang kelihatan; karena karyawan akan melihat perilaku
manajemen puncak sebagai tolok ukur merancang perilaku yang tepat. Bila
manajemen senior terlihat suka mengambil perilaku atau cara-cara yang etis,
maka hal ini memberikan kesan yang kuat bahwa kaidah etis diharapkan untuk
diikuti karyawan.
2. Komunikasikan harapan etis; karena ambiguitas etis bisa diminimalisir oleh
penyebaran kode etik organisasi. Kode etik tersebut harus menetapkan nilai-nilai
utama organisasi dan kaidah etis yang diharapkan untuk diikuti karyawan.
3. Berikanlah pelatihan etis; dalam bentuk lokakarya, seminar, dan program-
progam pelatihan etis. Gunakanlah sesi pelatihan untuk mendorong standar
perilaku organisasi, untuk mengklarifikasi praktik apa yang boleh dan apa yang
tidak boleh dan juga untuk mengajukan dilema etis yang mungkin dihadapi oleh
para karyawan.
4. Berikanlah imbalan terhadap perilaku etis, dan hukuman terhadap perilaku tidak
etis. Penilaian kinerja karyawan haruslah mencakup sarana yang diambil untuk
mencapai sasaran dan hasil, dan juga perilaku etika yang bersangkutan.
Tindakan etis, masuk dalam penilaian positif kinerja sedangkan perilaku tidak
etis harus mendapat hukuman secara kasat mata.
5. Sediakanlah mekanisme yang bersifat melindungi karyawan yang melaporkan
perilaku tidak etis tanpa takut ditegur. Sangat penting bagi organisasi untuk
mengadakan konselor etik, obudsmen, atau pejabat etik.
Penutup
Peranan pemimpin dalam budaya organisasi sangat esensial, para pemimpin
mempunyai potensi yang paling besar dalam menanamkan dan memperkuat aspek-
aspek budaya organisasi baik melalui perkataan maupun perilakunya. Ada yang
berpendapat lebih ekstrim, bahwa budaya organisasi bersumber dari kepemimpinan
dan pemimpin, karena pemimpinlah yang pada dasarnya memiliki otoritas. Otoritas
bisa dalam bentuk persetujuan, ketidaksetujuan, ataupun penghargaan atas perilaku
anggota organisasi, sehingga akhirnya melembaga dan terbentuk menjadi budaya
organisasi.

Daftar Pustaka :
Brown, R. 1998. Organizational Culture. Prentice Hall Inc, Toronto.

Robbins, Stephen P. 2003. Organizational Behavior. Prentice Hall. England.

Sobirin, Akhmad. 2007. Budaya Organisasi: Pengertian, Makna, dan Aplikasinya


dalam Kehidupan Organisasi. Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta.

Yukl, Gary. 1998. Kepemimpinan dalam Organisasi (Edisi Bahasa Indonesia).


Prenhallindo. Jakarta.

Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian. Tidak ada
satupun manusia di dunia ini yang dapat hidup tanpa tergantung ataupun
memerlukan bantuan orang lain. Manusia selalu hidup berkelompok, bersuku-suku
hingga berbangsa-bangsa. Oleh karena itu konsekuensinya setiap individu harus
dapat beradaptasi dengan kelompok, agar dapat diterima dan merasa aman serta
nyaman didalamnya. Untuk menjadi orang yang diterima orang lain, diperlukan
usaha-usaha tertentu untuk mencuri hati orang lain tersebut. Hal ini merupakan arah
seseorang untuk menjadi pemimpin dari kelompoknya. Diharapkan nantinya
kepemimpinan seseorang dapat menyentuh berbagai segi kehidupan manusia
seperti cara hidup, kesempatan berkarya, bertetangga, bermasyarakat bahkan
bernegara.
Antara kepemimpinan dengan budaya organisasi memiliki hubungan yang sangat
erat. Kepemimpinan dan budaya organisasi merupakan fenomena yang sangat
bergantung, sebab setiap aspek dari kepemimpinan akhirnya membentuk budaya
organisasi. Bila kita memasuki ruang perkantoran suatu organisasi akan berbeda
dengan kantor organisasi lain yang memiliki pemimpin yang berbeda. Fenomena
yang kita dapatkan pada suatu organisasi, seperti : etos kerja karyawan, team work,
kesejukan, ketenangan, sikap, keramah tamahan, integritas, dll, yang kesemuanya
menggambarkan kepemimpinan yang ada dalam organisasi tersebut dan juga
menggambarkan budaya yang ada dalam organisasi. Sehingga dikatakan bahwa
melihat kepemimpinan suatu organisasi itu sama dengan melihat budaya yang ada
dalam organisasi tersebut, perumpamaannya bagaikan dua sisi mata uang yang
memiliki nilai yang sama. Dalam hal ini ada dua konsep berbalik, yaitu :
a. Budaya diciptakan oleh pemimpin-pemimpinnya.
b. Pemimpin-pemimpin diciptakan oleh budaya.
Bila perilaku bawahan sesuai dengan program yang telah digariskan oleh pimpinan,
maka nilai yang diperolehnya adalah tinggi, dan sebaliknya bila perilaku individu
dalam organisasi jauh dari kebenaran sebagaimana yang dituangkan dalam program
kerja oleh pemimpin, maka disitu nilainya rendah. Dengan demikian budaya
diciptakan oleh pemimpinnya.
Dari uraian diatas, nampak jelas bahwa antara kepemimpinan dengan budaya
organisasi mempunyai hubungan yang sangat erat sekali. Sehingga dikatakan
bahwa melihat kepemimpinan suatu organisasi itu sama dengan melihat budaya
yang ada dalam organisasi tersebut.
Sumber :
Prof. Dr. H. Achmad Sanusi, M.PA. dan Dr. M. Sobry Sutikno, Kepemimpinan
Sekarang dan Masa Depan Dalam Membentuk Budaya Organisasi Yang Efektif,
Prospect, 2009

URAIAN MATERI KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI

Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda
oleh berbagai orang yang berbeda pula. Menurut Stoner, Kepemimpinan dapat
didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada
kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.

Ada tiga implikasi penting dari definisi tersebut :


Pertama, Kepemimpinan menyangkut orang lain – bawahan atau pengikut.
Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin, para anggota
kelompok membantu menentukan status / kedudukan pemimpin dan membuat
proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan, semua kualitas
kepemimpinan seorang mmanajer akan menjadi tidak relevan.
Kedua, Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak
seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin
mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota
kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatankegiatan
pemimpin secara langsung, meskip[un dapat juga melalui sejumlah cara secara
tidak langsung.
Ketiga, Selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan atau pengikut,
pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain, para pemimpin
tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan tetapi juga dapat
mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sebagai contoh,
seorang manajer dapat mengarahkan seorang bawahan untuk melaksanakan suatu
tugas tertentu, tetapi dia dapat juga mempengaruhi bawahan dalam menentukan
cara bagaimana tugas itu
dilaksanakan dengan tepat.

Kepemimpinan adalah bagian penting manajemn, tetap tidak sama dengan


manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang
untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.
Manajemen mencakup kepemimpinan, tetapi juga mencakup fungsifungsi lain
seperti perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan.

Tujuan Kepemimpinan
Nampaknya sukar dibedakan antara tujuan dan fungsi kepemimpinan, lebih-lebih
kalau dikaji secara praktis kedua-duanya mempunyai maksud yang sama dalam
menyukseskan proses kepemimpinan namun secara definitif kita dapat
menganalisanya secara berbeda. Tujuan kepemimpinan merupakan kerangka ideal /
filosofis yang dapat memberikan pedoman bagi setiap kegiatan pemimpin, sekaligus
menjadi patokan yang harus dicapai. Sehingga tujuan kepemimpinan agar setiap
kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang inginkan secara efektif dan
efisien.

Fungsi kepemimpinan
Agar kelompok berjalan dengan efektif, seseorang harus melaksanakan dua fungsi
utama ; (1) fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (“task-related”) atau
pemecahan masalah, dan (2) fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (“group-
maintenance”) atau sosial. Fungsi pertama menyangkut pemberian saran
penyelesaian, informasi dan pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu
yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar- persetujuan dengan
kelompok lain, pnengahan perberdaan pendapat, dan sebagainya.
Manajemen dan Organisasi
1) Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya –
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Atau lebih jelasnya manajemen dapat didefinisikan sebagai bekerja
dengan orang-orang untuk menentuakn, menginterpretasikan, dan pengorganisasian
(organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan
kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).

Pola Umum Manajemen


· Manajemen pada dasarnya adalah alat atau sarana daripada administrasi;
· Sebagai alat administrasi fungsi manajemen adalah menggerakkan unsur
statik daripada administrasi yaitu organisasi ;
· Dalam fungsinya menggerakkan organisasi, manajemen merupakan suatu
proses dinamika yang meliputi fungsi planning, organizing, actuating dan lain-lain ;
· Proses manajemen selalu diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu ;
· Dalam mencapai tujuan tersebut manajer sebagai pelaksana manajemen
menggunakan berbagai unsur yang tersedia dalam organisasi ;
· Penggunaan unsur-unsur manajemen tersebut selalu dilaksanakan dengan
seefisien mungkin berdasarkan prinsip-prinsip manajemen.

2) Organisasi
Menurut Chester Bernard, Organisasi adalah sistem kegiatan kerjasama
(cooperative activities) dari dua orang atau lebih.

Menurut Dwight Waldo, Organisasi adalah struktur antar hubngan pribadi yang
berdasarkan atas wewenang formal dan kebiasaan-kebiasaan di dalam suatu
system adminstrasi.
Menurut G.R. Terry, Organisasi adalah berasal dari kata organism yaitu suatu
struktur dengan bagian-bagian yang demikian dintegrasi hingga hubungan mereka
satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan orang terdiri
dua bagian pokok yaitu bagian-bagian dan hubungan-hubungan.

Jadi Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang
terkait dalam hubungan formal dalam rangkaian hirarki untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan.

Dari beberapa pengertian di atas ada tiga unsur yang menonjol dan perlu
diperhatikan, yakni :
· Bahwa organisasi bukanlah tujuan, mulainkan hanya alat untuk mencapai
tujuan atau alat untuk melaksanakan tugas pokok. Berhubungan dengan itu susunan
organisasi haruslah selalu disesuaikan dengan perkembangan tujuan atau
perkembangan tugas pokok.
· Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang
terikat dalam hubungan formal.
· Dalam organisasi selalu terdapat rangkaian hirarki, artinya dalam suatu
organisasi selalu terdapat apa yang dinamakan atasan dan apa yang dinamakan
bawahan.

Fungsi-Fungsi Organisasi :
· Mengatur tugas dan kegiatan kerjasama sebaik-baiknya ;
· Mencegah kelambatan-kelambatan kerja serta kesulitan yang dihadapi ;
· Mencegah kesimpangan kerja ;
· Menentukan pedoman-pedoman kerja.

Keuntungan-keuntungan Organisasi :
Organisasi yang baik memberikan keuntungan sebagai berikut :
· Setiap orang akan mengerti tugasnya masing-masing ;
· Memperjelas hubungan kerja para anggota organisasi ;
· Terdapat koordinasi yang tepat antar unit kerja ;
· Menggunakan tenaga kerja sesuai dengan kemampuan dan minat ;
· Agar kegiatan administrasi dan manajemen dapat dilakuakn secara efektif
dan efisien.

Unsur-unsur Organisasi :
Pada hakikatnya organisasi terbentuk dari sekelompok orang, kerjasama dan tujuan
bersama.

KHARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN

Sifat-Sifat Rasul sebagai Etos Kerja


Dalam Islam kepemimpinan adalah bagian dari kepribadian Islam, sabda Rasulullah
Saw. “ Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu bertanggngjawab
terhadap kepemimpinan itu” (Shahih Bukhari & Muslim)

Setiap manusia pasti memerankan suatu kepemimpinan. Hadis Rasulullah


mengatakan, “ Setiap anda adalah pengasuh dan bertanggungjawab terhadap
rakyatnya. Pemimpin adalah pengasuh dan bertanggungjawab terhadap rakyat.
Laki-laki adalah pengasuh dikeluarganya dan bertanggungjawab terhadap
asuhannya. Wanita adalah pengasuh di rumah suaminya dan bertanggungjawab
pada asuhannya, pembantu adalah pengasuh harta majikannya dan
bertanggungjawab pada asuhannya”. (H.R. Imam Bukhari & Muslim).

Dimensi Moral Kepemimpinan


Akhlak seorang m,uslim adalah tidak mengejar kepemimpinan untuk dirinya. Tidak
merebut kepemimpinan dari orang yang layak memiliki kepemimpinan itu. Apabila
diberi tanggungjawab kepemimpinan, sementara dia lemah dan sanggup memikul,
hendaknya dia menolak tanggungjawab itu. Kecuali, pabila dia yang harus
memegangnya maka dia wajib melaksanakannya. Bila menghindar berarti berdosa,
dan bila dia melaksanakan kewajiban itu dia mendapat pahala. Nash-nash berikut ini
menjelaskan hal tersebut di atas :
· Jangan meminta dan jangan memberikan amanah kepada orang yang
berambisi / meminta dijadikan pemimpin.
Dari Abu Hurairah, rasulullah Saw bersabda “ Sesungguhnya kalian akan berambisi
memperoleh kepemimpinan dan itu akan menjadi penyesalan nanti pada hari
kiamat. Alangkahnya bahagianya orang yang terus menyusui (melaksanakan
tugasnya) dan alangkah buruknya orang yang menyapinya (melalaikan tugasnya)
“ (H.R Bukhari & Nasai)
· Jangan menolak bila diberi amanah / kepercayaan
Dari Abu Dzar katanya “Aku masuk menemui Nabi bersama-sama dengan dua
orang anak, pamanku, satu diantaranya” Wahai Abu Dzar Sesungguhnya kammu
lemah dan tugas itu amanah dan (dapat mengakibatkan) kehinaan dan penyesalan
pada hari kiamat. Kecuali bagi orang yang mengambil dengan benar dan
melaksanakan amanah yang diberikan kepada” (H.R. Muslim)

Kepemimpinan yang Efektif


· Menciptakan wawasan untuk masa depan dengan mempertimbangkan
kepentingan jangka panjang organisasi.
· Mengembangkan strategi yang rasional untuk menuju ke arah wawasan
tersebut.
· Memperoleh dukungan dari pusat kekuasaan dan seluruh anggota.
· Memberi motivasi yang kuat kepada kelompok inti dan seluruh anggota
untuk mencpai tujuan organisasi.

Ciri-ciri Pemimpin Islam


· Setia ; pemimpin dan orang yang dipimpinnya terkait kesetiaan kepada Allah
· Tujuan Islam secara menyeluruh
· Berpegang pada syariat dan Akhlak Islam
· Pengemban amanat / bertanggungjawab.

Prinsip Dasar Operasional Kepemimpinan Islam


· Musyawarah
· Adil
· Kebebasan berfikir

Karakter Kepemimpinan Islam


· Tahu kemana harus diarahkan, kuasai waktu dan jangan biarkan waktu
mengontrol anda dengan menjadikan setiap saat bekerja untuk Islam.
· Mengarah pada hasil yang kongkrit, memusatkan perhatian diri pada hasil,
ketimbang pada pekerjaannya itu sendiri.
· Membangun kekuatan bukan kelemahan, termasuk diri anda dan para
sahabat anda, akui kelebihan orang lain tanpa merasa kedudukan anda terancam.
· Memusatkan perhatian pada beberapa bidang utama, dimana kerja keras
secara terus menerus yang akan memberikan hasil yang cemerlang.
· Bertawakal kepada Allah dengan meletakkan cita-cita yang tinggi, jangan
batasi diri anda pada persoalan yang mudah dan aman.

Sifat “mutu” yang harus dimiliki pemimpin


· Akhlak yang baik
· Memiliki daya imajinasi
· Berfikir menurut fungsinya
· Mampu bersikap adil kepada semua
· Memiliki banyak minat
· Bersikap sebagai pendidik
· Memiliki emosional yang matang
· Bersikap sebagai perencana
· Mampu menghormati diri dan orang lain
· Teguh, tegas, mampu mengorganisir dengan rapi
· Bersemangat, energik, bersifat sebagai pelatih
· Ekspresif (berbicara dan menulis)
· Logis, berpikir selalu tajam dan selalu siap
· Bertanggungjawab, kreatif dan pekerja keras
· Setia kepada semua kepentingan

Tipe-tipe Kepemimpinan
Dilihat bagaimana pemimpin itu menggunakan kekuasaannya, ditentukan tiga buah
tipe dasar, yakni :
1) Tipe Otoriter (autocratic)
Pemimpin yang bertipe demikian dipandang sebagai orang yang memberikan
perintah dan mengharapkan pelaksanaannya secara dogmatis dan selalu positif.
Dengan segala kemampuannya, ia berusaha menakut-nakuti bawahannya dengan
jalan memberikan hukuman tertentu bagi yang berbuat negatif, dan hadiah untuk
seorang bawahan yang bekerja dengan baik (correct).
2) Tipe Demokratis atau Partisifasi
Pemimpin demikian mengadakan konsultasi dengan para bawahannya mengenai
tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang diusulkan / dikehendaki oleh
pimpinan serta berusaha memberikan dorongan untuk turut serta aktif
melaksanakan semua keputusan dan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan itu.
3) Sedang pada tipe yang terakhir,
Pemimpin sangat sedikit menggunakan kekuatannya, bahkan memberikan suatu
tingkatan kebebasan yang tinggi terhadap para bawahannya atau bersifat “Free rein”
(Laissez Faire) di dalam segal tindakan mereka. Pemimpin demikian biasanya
mempunyai ketergantungan yang besar pada anggota kelompok untuk menetapkan
tujuan-tujuan dan alat-alat / cara mencapainya. Mereka (para pemimpin ‘ laissez
faire’) menganggap bahwa peranan meraka sebenarnya sebagai orang yang
berusaha memberikan kemudahan (fasilitas) kerja para pengikut, umpama dengan
jalan menyampikan informasi kepada orang-orang yang dipimpinnya, serta sebagai
penghubung dengan lingkungan yang ada di luar kelompok.

Unsur-unsur Manajemen
Unsur dasar yang merupakan sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
dalam manajemen adalah :
· Man (manusia)
· Material (bahan)
· Machine (mesin / alat)
· Methods (tata kerja)
· Money (uang)
· Market (pasar)
Unsur Manusia dalam Manajemen
Manusia salah satu dari unsur manajemen yang merupakan motor penggerak bagi
sumber-sumbe dan lat-alat baik yang bersifat “ Human Resources “ maupun “Non
Human Resources” dalam suatu organisasi.

Tingkatan Manajemen
Manajemen dalam organisasi, Pemimpin (manajer) dapat dibedakan menurut
tingkatan dan jenis pekerjaannya, yakni :
1) Menurut tingkatannya (hierarchie), pimpinan dalam organisasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
· Manajemen Puncak (Top Management)
· Manajemen Media (Middle Management)
· Manajemen Rendah (Lower Management)
2) Apabila dilihat dari Pembagian Kerjanya,. Yaitu antara kerja “pikir” dan kerja
“fisik”, dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Admistrative Management, pada tingkat “Top Management
b) Middle Management, pada tingkat “Pimpinan Menengah”
c) Supervisory Management, ada di tingkat “Paling Bawah”

Pada tingkatan Admistrative Pemimpin lebih banyak menggunakan kerja pikir


daripada kerja fisik dalam memipin organisasinya, misalnya menentukan tujuan
organisasi, perumuan kebijakan, penggerakkan kelompok pimpinan pada tingkat
lebih rendah dan memikirkan hal-hal yang sifatnya lebih menyeluruh. Untuk itu
“Manajerial Skill” lebih dibutuhkan.

Pada tingkat Middle Management, dalam tugas kegiatannya sehari-hari antara


kegiatan pikir dan fisik hampir sepadan ; kedua-duanya dilaksanakan hampir
serentak dan bersama-sama. Sebaliknya pada tingkat Supervisory Management,
dalam tugasnya sehari-hari pimpinan lebih banyak mempergunakan kerja fisik dari
pada kerja pikir. Untuk itu ia lebih banyak membutuhkan “technical Skills” daripada
“Managerial Skills”.

ORGANISASI SEBAGAI ALAT PERJUANGAN

Ada berbagai macam tipe organisasi, yang umum dikenal yakni :


a. Bentuk Lini
Yang pertama ini sering pula dinamakan :bentuk lurus”, “bentuk jalur” dan “bentuk
militer”. Bentuk lini ini mula-mula diperkenalkan oleh seorang ahli adminstrasi
berkebangsaan Perancis, Henry Fayol. Bentuk lini dipandang sebagai bentuk yang
paling tua dan dipergunakan secara luas pada masa perkembangan industri
pertama. Organisasi ini banyak dipergunakan di lingkungan militer dan perusahaan-
perusahaan kecil.

Ciri-cirinya :
· Garis komando langsung dari atasan ke bawahan atau dari pimpinan
tertinggi ke berbagai tingkat operasional.
· Masing-masing pekerja bertanggungjawab penuh terhadap semua
kegiatannya.
· Otoritas dan tangungjawab tertinggi pada puncak makin lama makin
berkurang menurut jenjang.
· Organisasinya kecil, begitu pula karyawannya sedikit.
· Hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan bersifat langsung.
· Tujuan, alat-alat yang digunakan dan struktur organisasinya masih
sederhana.
· Pemilik organisasi biasanya menjadi pimpinan tertinggi.

Keuntungan organisasi yang berbentuk lini :


· Kekuasaan dan tanggungjawab dapat ditetapkan secara definitif.
· Orang yang mempunyai kekuasaan dan tanggungjawab diketahui oleh
semua pihak.
· Proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat, karena jumlah orang
yang perlu diajak berembuk tidak begitu banyak.
· Disiplin mudah dipertahankan.
· Solidaritas para anggota masih besar, karena masih saling kenal mengenal.
· Tersedianya kesempatan yang baik bagi pimpinan organisasi untuk
mengembangkan bakat-bakat pemimpin.

b. Bentuk Lini dan Staf


Di dalam organisasi-organisasi kecil, semua karyawan supervisor adalah merupakan
orang-orang lini (line personnel). Tetapi ketika organisasi mulai membesar, maka
semakin terasa pentingnya penyediaan tenaga spesialis mampu memberikan
nasihat-nasihat teknis dan memberikan jasa-jasa kepada unit-unit operasional
lainnya. Orang-orang inilah yang biasanya disebut “staf personnel” (orang-orang staf
yang melaksanakan fungsi-fungsi staf). Dan orang-orang staf ini dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu : (1) para penasihat dan (2) “auxilliary personnel”,
bertugas melakukan kegiatan-kegiatan penunjang demi lancarnya meknisme
organisasi.

Ciri-ciri Pokok :
· Organisasinya besar dan kompleks.
· Jumlah karyawannya banyak.
· Terdapat dua kelompok karyawan (lini dan staf) sebagaimana dijelaskan di
atas.
· Karena organisasi sudah semakin besar / kompleks, maka hubungan
langsung di sini sudah tidak mungkin lagi terjadi antar anggota maupun antara
pemimpin dan bawahan.
· Nampak adanya spesialisasi yang dikembangkangkan dan dipergunakan
secara optimal.

Kebaikan-kebaikannya :
· Adanya pembagian tugas yang jelas antara kelompok lini yang
melaksanakan tugas pokok organisasi, dan kelompok staf yang melaksanakan
kegiatan penunjang.
· Asas spesialisasi dapat dijalankan, menurut bakat bawahan yang berbeda-
beda.
· Prinsip “the right man in the right place” dapat diterapkan dengan mudah.
· Koordinasi mudah dijalankan dalam setiap unit kegiatan.
· Tipe organisasi demikian dapat dipergunakan oleh organisasi-organisasiyang
lebih besar / kompleks.

Keburukannya :
· Pemimpin lini sering mengabaikan advis staf.
· Pimpinan staf sering mengabaikan gagasan-gagasan.
· Ada kemungkinan pimpinan staf melampaui kewenangan stafnya.
· Perintah-perintah lini, nasihat-nasihat dan perintah-perintah staf sering agak
membingungkan anggota. Hal ini dapat terjadi, karena kedua jenis hirarki ini tidak
selalu seirama dalam memandang sesuatu.

Meskipun terdapat kelemahan-kelemahan organisasi tipe lini dan staf ini, namun
untuk organisasi yang semakin kompleks seperti dewasa ini lebih cenderung
menggunakan bentuk lini dan staf.

c. Bentuk Fungsional
Organisasi Fungsional adalah suatu organisasi dimana kekuasaan dari pimpinan
dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin satuan-satuan dibawahnya dalam
suatu bidang pekerjaan tertentu. Tiap-tiap kepala dari satuan ini mempunyai
kekuasaan untuk memerintah semua pejabat bawahan sepanjang mengenai
bidangnya (The Liang Gie, dkk., 1981, hal. 136). Ciri lain dari organisasi demikian
adalah bahwa didalam organisasi tidak terlalu menekankan pada hirarki struktural,
akan lebih banyak didasarkan pada sifat dan macam fungsi yang harus dijalankan.
Sebenarnya bentuk ini tidak populer, dan kebanyakan hanya dipergunakan dalam
lingkungan usaha swasta seperti toko serba ada, dan yang sejenisnya.

Kebaikan-kebaikannya :
· Ada pembagian yang tegas antara kerja pikir dan fisik.
· Dapat dicapai spesialisasi yang baik.
· Solidaritas antara orang-orang yang menjalankan fungsi yang sama pada
umumnya tinggi.
· Moral serta disiplin kerja tinggi.
· Koordinasi antara orang-orang yang ada dalam satu fungsi mudah dijalankan.

Kelemahannya :
· Sulit mengadakan pertukaran tugas, karena terlalu menspesialisasikan diri
dalam satu bidang saja.
· Koordinasi yang bersifat menyeluruh sukar diadakan, karena orang-orang
yang bergerak dalam satu bidang mementingkan fungsi saja
· Inisiatif perorangan mudah tertekan, karena sudah dibatasi pada suatu fungsi.

d. Organisasi Tipe Panitia


Bentuk organisasi ini adalah suatu tipe di mana pimpinan dan para pelaksana
dibentuk dalam kelompok-kelompok yang bersifat panitia. Maksudnya, pada tingkat
pimpinan, keseluruhan unsur pimpinan menjadi panitia dan para pelaksana dibagi ke
dalam kelompok-kelompok yang disebut “task force” atau satuan tugas.

Ciri-cirinya :
· Struktur organisasinya tidak begitu kompleks. Biasanya hanya terdiri dari
ketua, sekretaris, bendahara, ketua seksi dan para petugas.
· Struktur organisasinya secaa relatif tidak permanen. Organisasi tipe panitia
hanya dipakai sewaktu-waktu ada kegiatan khusus (proyek-proyek tertentu), dan
setelah kegiatan-kegiatan itu selesai dikerjakan, maka panitia dibubarkan.
· Tugas kepemimpinan dilaksanakan secara kolektif.
· Semua anggota pimpinan mempunyai hak, wewenang dan tanggungjawab
yang sama.
· Para pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas tertentu dalam bentuk
satuan tugas (task force).

Keuntungan Tipe Panitia :


· Keputusan yang diambil selalu berhasil dengan baik dan tepat, karena sudah
dibicarakan secara kolektif.
· Kemungkinan penggunaan kekuasaan secara berlebihan dari pimpinan kecil
sekali.
· Usaha kerjasama bawahan mudah digalang.

Kelemahannya :
· Proses pengambilan keputusan agak lambat karena segala sesuatunya harus
dibicarakan lebih dulu dengan para anggota organisasi.
· Apabila ada kemacetan kerja, tak seorang pun yang mau diminta pertanggung
jawabannya melebihi dari yang lain.
· Para pelaksana sering bingung karena perintah tidak datang dari satu orang
pimpinan saja.
· Kreativitas nampaknya sukar dikembangka, karena pelaksanaan didasarkan
pada kolektifitas.

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN DAN ORGANISASI

Organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang bekerjasama untuk


mencapai tujuan, yang mana untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan
manajemen untuk mengatur orang-orang tersebut, yang mana manajemen tidak
akan berhasil apabila tidak ada pemimpin di dalamnya dan seorang pemimpin pun
harus memiliki ilmu kepemimpinan, jadi antara Kepemimpinan, manajemen dan
organisasi merupakan suatu sistem yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak dapat
terpisahkan.

Materi Kepemimpinan

KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
orang-orang lain agar bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian kepemimpinan memegang
peranan yang sangat penting dalam manajemen, bahkan dapat dinyatakan,
kepemimpinan adalah inti darimanagemen.
Di dalam kenyataan, tidak semua orang yang menduduki jabatan pemimpin memiliki
kemampuan untuk memimpin atau memiliki ‘kepemimpinan’, sebaliknya banyak
orang yang memiliki bakat kepemimpinan tetapi tidak pernah mendapat kesempatan
untuk menjadi pemimpin dalam arti yang sebenarnya. Sedang
pengertian ‘kepala’menunjukan segi formal dari jabatan pemimpin saja, maksudnya
secara yuridis-formal setiap orang dapat saja diangkat mengepalai sesuatu usaha
atau bagian (berdasarkan surat keputusan atau surat pengangkatan), walaupun
belum tentu orang yang bersangkutan mampu menggerakan mempengaruhi dan
membimbing bawahannya serta (memimpin) memiliki kemampuan melaksanakan
tugas-tugas untuk mencapai tujuan.
1. Jenis-jenis kepemimpinan
Sepanjang perjalanan sejarah manusia, selalu ditemui adanya pemimpin-pemimpin
dalam berbagai bidang kegiatan yang pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 4
jenis kepemimpinan:
Kepemimpinan di bidang rohaniah
Kepemimpinan di bidang politik
Kepemimpinan di bidang militer, dan
Kepemimpinan di bidang managerial
Adapun yang menjadi pokok dalam pembahasan masalah ini adalah jenis
kepemimpinan yang terakhir atau kepemimpinan di bidang manajerial khususnya
dalam kepemimpinan yang berada dalam ruang lingkup bidang seni pertunjukan.

Kepemimpinan Managerial adalah kepemimpinan yang kegiatannya dilakukan


berdasarkan efisiensi atau berdasarkan perhitungan real antara usaha yang
dijalankan dengan hasil yang diharapkan. Cara-cara untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan tersebut adalah dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen
seperti yang diuraikan sebelumnya.
2. Teori-teori Kepemimpinan
Ada 2 macam pendapat atau konsepsi tentang timbulnya kemampuan seseorang
untuk menggerakan orang-orang lain dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan.
- Teori Genetik (pembawaan sejak lahir)
Di masa lalu banyak orang percaya bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin
karena darah atau keturunan. Teori ini biasanya hidup di kalangan bangsawan. Lihat
misalnya dalam ceritera pewayangan: Mahabarata, Ramayana, Panji, dan sejarah
kerajaan – kerajaan hindu dan islam di Indonesia.
Dalam hal ini hanyalah keturunan raja saja yang dapat menggantikan kedudukan
ayah atau orang tuanya untuk memerintah sebagai seorang pimpinan. Sebaliknya
jika orang tuanya bukan atau tidak pernah menjadi pemimpin, anak-anaknya
dipandang tidak akan mampu menjadi pemimpin.
Dalam alam demokrasi sekarang ini, teori ini banyak ditentang.
- Teori Sosial
Teori sosial mengatakan bahwa kepemimpinan bukannya diperoleh berdasarkan
keturunan, tetapi karena pengaruh situasi dan kondisi masyarakat. Dengan
perkataan lain teori ini menyatakan bahwa semua orang dapat saja menjadi
pemimpin asal memiliki bakat-bakat yang cukup dapat dikembangkan melalui
pendidikan, pengalaman, dan latihan tergantung pula akan ada tidaknya
kesempatan serta iklim yang memungkinkannya menjadi pemimpin.
Teori sosial ini sekarang lebih banyak dipakai karena lebih sesuai dengan alam
demokrasi dan tuntutan hak-hak asasi manusia.
3. Jalan Menjadi Pemimpin
Ada beberapa jalan bagi seseorang untuk menjadi pemimpin, diantaranya adalah:
- Dengan jalan membentuk diri sendiri
Orang-orang yang memiliki kemampuan mencipta atau orang-orang yang kreatif dan
memiliki prakarsa (inisiatif) yang tinggi dapat memupuk dan mengembangkan
kemampuannya sehingga akhirnya akan dapat menciptakan suatu usaha yang
dipimpinnya sendiri secara baik.
- Melalui pemilihan orang banyak
Biasanya hal ini terjadi di dalam organisasi-organisasi politik, serikat sekerja,
organisasi kesenian, olahraga, dan sebagainya. Lazimnya pemimpin yang dipilih
orang banyak ini bertugas dalam jangka waktu yang terbatas: dua tahun, tiga tahun,
dan seterusnya.
- Melalui penunjukan
Pada kantor-kantor pemerintah dan banyak kantor swasta, seseorang dapat menjadi
pemimpin karena ditunjuk oleh orang lain yang lebih tinggi kedudukannya dalam
instansi yang bersangkutan.
- Melalui kombinasi pemilihan dan penunjukan
Dalam hal ini ada dua macam cara yang dapat ditempuh:
1. Dari atasan ditunjuk beberapa calon pemimpin, dan kemudian para anggota
memilih salah seorang dari calon-calon tersebut.
2. Para anggota memilih beberapa calon pemimpin, dan kemudian atasan memilih
salah satu diantaranya.
4. Tipe dan Aspek Kepemimpinan
Tipe-tipe kepemimpinan :
Berdasarkan sikap-sikap pemimpin dan dari cara mereka menjalankan
kepemimpinan, dikenal adanya beberapa tipe kepemimpinan:
-Kepemimpinan Pribadi
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin secara langsung mengadakan kontak
dengan bawahan. Sehingga hasil kerja langsung diketahui oleh pimpinan tingkat
atas yang juga menginginkan mengetahui segala hal sampai detail. Dalam hal ini
mudah timbul kepemimpinan yang sentralistis yang kurang memperhatikan hirarki
atau pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Akibatnya jika ada pekerjaan
yang gagal, banyak pihak tidak mau ikut bertanggung jawab.
-Kepemimpinan Non-Pribadi
Tipe kepemimpinan di mana pimpinan tidak mengadakan kontak langsung dengan
bawahan, melainkan melalui saluran jenjang hirarki yang sudah ada. Dengan
demikian masing-masing bagian lebih merasa bertanggung jawab. Kelemahannya
ada kemungkinan pekerjaan dan keputusan berjalan lambat, karena segala sesuatu
harus diputuskan melalui tingkatan-tingkatan hirarki yang panjang.
Kepemimpinan Otoriter
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin menganggap bahwa kepemimpinan adalah
hak pribadinya sehingga ia tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain dan tidak
boleh ada orang lain yang turut campur. Kepemimpinan semacam ini sering
dianggap berbahaya dan banyak mengandung resiko.
-Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin selalu bersedia menerima dan menghargai
saran-saran, pendapat, dan nasehat dari staf dan bawahan, melalui forum
musyawarah untuk mencapai kata sepakat
-Kepemimpinan Kebapakan
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin bertindak sebagai ayah kepada anak-
anaknya: mendidik, mengasuh, mengajar, membimbing, dan menasehati. Pada
dasarnya kepemimpinan semacam ini baik, tetapi kelemahannya tidak memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk tumbuh menjadi dewasa dan lebih bertanggung
jawab.
-Kepemimpinan Karismatis
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin memiliki daya tarik yang amat kuat. Seolah-
olah dalam diri pemimpin tersebut terdapat kekuatan yang luar biasa, sehingga
dalam waktu singkat dapat menggerakkan banyak pengikut. Termasuk pemimpin
semacam ini misalnya: Gandhi, dan J.F.Kennedy. Kepemimpinan tipe ini adalah baik
selama pemimpin berpegang teguh kepada moral yang tinggi dan hukum-hukum
yang berlaku.
Aspek-aspek kepemimpinan
Pada umumnya dikenal 2 aspek kepemimpinan, yaitu aspek internal dan aspek
eksternal yang sekaligus harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
- Aspek internal, adalah pandangan seorang pemimpin ke arah masalah masalah
ketata-lembagaan yang meliputi: keadaan, gerak tuntutan, dan tujuan organisasi
yang dipimpinnya.
Dalam aspek ini harus diperhatikan bahwa :
1. Pandangan pemimpin terhadap organisasi harus menyeluruh.
2. Pengambilan keputusan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tegas.
3. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan dilaksanakan
dengan baik.
4. Hubungan dengan bawahan harus terbina baik sehingga mudah mendapatkan
dukungan dan menggerakan mereka.
- Aspek eksternal atau aspek politik, adalah pandangan seorang pemimpin yang
diarahkan ke luar organisasi untuk melihat perkembangan situasi masyarakat
5. Sifat-sifat atau syarat-syarat kepemimpinan
Karena seorang pemimpin bertugas menggerakan orang-orang yang dipimpinnya,
maka sudah barang tentu ia harus memiliki sifat-sifat yang lebih dari orang-orang
yang dipimpinnya. Banyaknya sifat-sifat ideal yang dituntut bagi seorang pemimpin
berbeda-beda menurut bidang kegiatan, jenis atau tipe kepemimpinan, tingkatan dan
bahkan juga latar belakang budaya dan kebangsaan. Untuk memperoleh
perbandingan yang luas berikut ini akan diuraikan sifat-sifat atau syarat-syarat
kepemimpinan yang diajukan oleh beberapa ahli, pemuka masyarakat, dan bahkan
berdasarkan tradisi masyarakat tertentu. Menurut Dr. Roeslan Abdulgani seorang
pemimpin harus memiliki kelebihan dalam 3 hal dari orang-orang yang dipimpinnya :
-Kelebihan dalam bidang ratio.
Artinya seseorang pemimpin harus memiliki pengetahuan tentang tujuan dan asas
organisasi yang dipimpinnya. Memiliki pengetahuan tentang cara-cara untuk
menjalankan organisasi secara efisien. Dan dapat memberikan keyakinan kepada
orang-orang yang dipimpin ke arah berhasilnya tujuan.
-Kelebihan dalam bidang rohaniah.
Artinya seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang memancarkan keluhuran
budi, ketinggian moral, dan kesederhanaan watak.
-Kelebihan dalam bidang lahiriah/jasmaniah.
Artinya dengan kelebihan ketahanan jasmaniah ini seorang pemimpin akan mampu
memberikan contoh semangat dan prestasi kerja sehari – hari yang baik terutama
ditujukan kepada orang – orang yang dipimpinnya.
Terry menyebutkan adanya 3 buah syarat yang harus dipenuhi oleh seorang
pemimpin yang baik, yaitu memiliki:
-Kekuatan atau energi
Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan lahiriah dan rokhaniah sehingga mampu
bekerja keras dan banyak berfikir untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi.
-Penguasaan emosional
Seorang pemimpin harus dapat menguasai perasaannya dan tidak mudah marah
dan putus asa.
-Pengetahuan mengenai hubungan kemanusiaan
Seorang pemimpin harus dapat mengadakan hubungan yang manusiawi dengan
bawahannya dan orang-orang lain, sehingga mudah mendapatkan bantuan dalam
setiap kesulitan yang dihadapinya. Adapun beberapa kecakapan/kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin antara lain :
1. Motivasi dan dorongan pribadi, yang akan mampu menimbulkan semangat,
gairah, dan ketekunan dalam bekerja.
2. Kecakapan berkomunikasi: kemampuan menyampaikan ide, pendapat serta
keinginan dengan baik kepada orang lain, serta dapat dengan mudah mengambil
intisari pembicaraan.
3. Kecakapan mengajar pemimpin yang baik adalah guru yang mampu mengajar
dan memberikan teladan dan petunjuk-petunjuk, menerangkan yang belum dengan
gambaran jelas serta memperbaiki yang salah.
4. Kecakapan bergaul: dapat mengetahui sifat dan watak orang lain melalui
pergaulan agar dengan mudah dapat memperoleh kesetiaan dan kepercayaan.
Sebaiknya bawahan juga bersedia bekerja dengan senang hati dan sukarela untuk
mencapai tujuan.
5. Kemampuan teknis kepemimpinan: mengetahui dengan jelas azas dan tujuan dari
organisasi tersebut. Mampu merencanakan, mengorganisasi, mendelegasikan
wewenang, mengambil keputusan, mengawasi, dan lain-lain untuk tercapainya
tujuan. Seorang pemimpin harus menguasai baik kemampuan managerial maupun
kemampuan teknis dalam bidang usaha yang dipimpinnya.
Dalam amanatnya mengenai masalah kepemimpinan berdasarkan falsafah Panca
Sila, Jenderal Soeharto menyimpulkan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin,
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu kesadaran beragama dan beriman teguh
2. Hing ngarsa sung tulada, yaitu memberi suri-tauladan yang baik di hadapan anak
buah.
3. Hing madya mangun karsa, yaitu bergiat dan menggugah semangat di tengah-
tengah masyarakat (anak buah).
4. Tut Wuri handayani, yaitu memberi pengaruh baik dan mendorong dari belakang
kepada anak buah.
5. Waspada purba wisesa, yaitu mengawasi dan berani mengoreksi anak buah.
6. Ambeg parama arta, yaitu memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.
7. Prasaja, yaitu bertingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan
8. Satya, yaitu sikap loyal timbal balik dari atasan terhadap bawahan, dari bawahan
terhadap atasan dan juga ke samping.
9. Hemat, yaitu kesadaran dan kemampuan membatasi penggunaan dan
pengeluaran segala sesuatu untuk keperluan yang benar-benar penting.
10. Sifat terbuka, yaitu kemauan, kerelaan, keikhlasan, dan keberanian untuk
mempertanggung jawabkan tindakan-tindakannya.
11. Penerusan, yaitu kemauan, kerelaan, dan keikhlasan untuk pada saatnya
menyerahkan tugas dan tanggung jawab serta kedudukan kepada generasi muda
guna diteruskannya.

Pengertian Budaya organisasi


EdgarH.Schein(1992)
Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau
dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi
masalah adaptasi ekstrenal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan
baik dan oleh karena itu diajarkan/diwariskan kepada angota-anggota baru sebagai
cara yang tepat memahami, memikirkan dan merasakan terkait degan masalah-
masalah tersebut .BO mengacu ke suatu system makna bersama, dianut oleh
anggota-anggota yang membedakan organisasi itu terhadap organisasi lain.
Robbins
BO dimaknai sebagai filosofi dasar yang memberikan arahan bagi kebijakan
organisasi dalam pengelolaan karyawan dan nasabah. Lebih lanjut Robbins (2001)
menyatakan bahwa sebuah sistem makna bersama dibentuk oleh para warganya
yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan
bersama merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai-nilai organisasi.
2.2. Karakteristik Budaya Organisasi
Robbins memberikan 7 karakteristik budaya organisasi sebagai berikut :
1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko
2. Perhatian terhadap detail
3. Berorientasi pada hasil
4. Berorientasi kepada manusia
5. Berorientasi pada tim
6. Agresivitas
7. Stabilitas terbentuknya budaya organisasi
Budaya perusahaan yang terbntuk banyak ditentukan oleh beberapa unsure, yaitu:
1. Lingkungan usaha; lingkungan di mana perusahaan itu beroperasi akan
menentukan apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan tersebut untuk menvapai
keberhasilan.
2. Nilai-nilai (values); merupakan konsep dasar dan keyakinan dari suatu organisasi.
3. Panutan/keteladanan; orang-orang yang menjadi panutan atau teladan karyawan
lainnya karena keberhasilannya.
4. Upacara-upacara (rites and ritual); acara-acara rutin yang diselenggarakan oleh
perusahaan dalam rangka memberikan penghargaan pada karyawannya.
5. Networkj, aringan komunikasi informal di dalam perusahaan yang dapat menjadi
sarana
2.3 Kekuatan dan Kelemahan Budaya Organisasi
Robbins
1. Ciri-Ciri Budaya Kuat :
a. Anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi
b. Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam perusahaan digariskan
dengan jelas, dimengerti, dipatuhi dan dilaksanakan oleh orang-orang di dalam
perusahaan sehingga orang-orang yang bekerja menjadi sangat kohesif.
c. Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi dihayati
dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten oleh orang-orang
yang bekerja dalam perusahaan.
d. Organisasi memberikan tempat khusus kepada pahlawan-pahlawan organisasi
dan secara sistematis menciptakan bermacam-macam tingkat pahlawan
e. Dijumpai banyak ritual, mulai dari ritual sederhana hingga yang mewah.
f. Memiliki jaringan kulturan yang menampung cerita-cerita kehebatan para
pahlawan
Ciri Budaya Organisasi Lemah menurut Deal dan Kennedy
a. Mudah terbentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama lain.
b. Kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi.
c. Anggota organisasi tidak segan-segan mengorbankan kepentingan organisasi
untuk kepentingan kelompok atau kepentingan diri sendiri.
2.4 Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Robbins (1996 : 294, fungsi budaya organisasi antara lain :
a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota – anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas
daripada kepentingan diri individual seseorang.
d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu
dengan memberikan standar – standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.

Pengertian Budaya Organisasi - Manusia adalah makhluk yang berbudaya, setiap


aktifitasnya mencerminkan sistem kebudayaan yang berintegrasi dengan dirinya,
baik cara berpikir, memandang sebuah permasalahan. Pengambilan keputusan dan
lain sebagainya.

Budaya Organisasi Menurut Para Ahli- Kata budaya (Culture) sebagai suatu
konsep berakar dari kajian atau disiplin ilmu Antropologi ; yang oleh Killman . et. Al
(dalam Nimran, 2004 : 134) diartikan sebagai Falsafah, ideologi, nila-nilai,
anggapan, keyakinan, harapan, sikap dan norma yang dimiliki bersama dan
mengikat suatu masyarakat.

Kini konsep tersebut telah pula mendapat tempat dalam perkembangan ilmu perilaku
organisasi, dan menjadi bahasan yang penting dalam literatur ilmiah dikedua bidang
itu dengan memakai istilah budaya organisasi

Menurut Robbins (1999 : 282) semua organsasi mempuyai budaya yang tidak
tertulis yang mendefinisikan standar-standar perilaku yang dapat diterima dengan
baik maupun tidak untuk para karyawan. Dan proses akan berjalan beberapa bulan,
kemudian setelah itu kebanyakan karyawan akan memahami budaya organiasi
mereka seperti, bagaimana berpakaian untuk kerja dan lain sebagainya
Gibson (1997 : 372) mendefinisikan budaya organisasi sebagai sistem yang
menembus nilai-nilai, keyakinan, dan norma yang ada disetiap organisasi. Kultur
organisasi dapat mendorong atau menurunkan efektifitas tergantung dari sifat nilai-
nilai, keyakinan dan norma-norma yang dianut

Tingkatan Budaya Organisasi

Dalam mempelajari budaya organisasi ada beberapa tingkatan budaya dalam


sebuah organisasi,, dari yang terlihat dalam perilaku (puncak) sampai pada yang
tersembunyi. Schein (dalam Mohyi 1996: 85) mengklasifikasikan budaya organisasi
dalam tiga kelas, antara lain :

1. Artefak
Artefak merupakan aspek-aspek budaya yang terlihat. Artefak lisan, perilaku, dan
fisik dalam manifestasi nyata dari budaya organisasi

2. Nilai-nilai yang mendukung


Nilai adalah dasar titik berangka evaluasi yag dipergunakan anggota organisasi
untuk menilai organisasi, perbuatan, situasi dan hal-hal lain yag ada dalam
organisasi

3. Asumsi dasar
Adalah keyakinan yang dimiliki anggota organisasi tentang diri mereka sendiri,
tentang orang lain dan hubungan mereka dengan orang lain serta hakekat
organisasi mereka

Sementara Lundberg (dalam Mohyi, 1999:196)dalam studinya yang melanjutkan


penelitian (pendapat) Schein dan menjadikan tingkatan budaya organisasi sebagai
topik utama mengklasifikasikan budaya organisasi dalam empat kelas, yaitu

1) Artefak
Artefak merupakan aspek-aspek budaya yang terlihat. Artefak lisan, perilaku, dan
fisik dalam manifestasi nyata dari budaya organisasi

2) Perspektif
Perspektif adalah aturan-aturan dan norma yag dapat diaplikasikan dalam konteks
tertentu, misalnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi, cara
anggota organisasi mendefinisikan situasi-siatuasi yang muncul. Biasanya anggota
menyadari perspektif ini.

3) Nilai
Nilai ini lebih abstrak dibanding perspektif, walaupun sering diungkap dalam filsafat
organisasi dalam menjalankan misinya

4) Asumsi
Asumsi ini seringkali tidak disadari lebih dalam dari artefak, perspektif dan nilai
Fungsi Budaya Organisasi

Fungsi budaya pada umumnya sukar dibedakan dengan fungsi budaya kelompok
atau budaya organisasi, karena budaya merupakan gejala sosial. Menurut Ndraha
(1997 : 21) ada beberapa fungsi budaya, yaitu :
1. Sebagai identitas dan citra suatu masyarakat
2. Sebagai pengikat suatu masyarakat
3. Sebagai sumber
4. Sebagai kekuatan penggerak
5. Sebagai kemampuan untuk membentuk nilai tambah
6. Sebagai pola perilaku
7. Sebagai warisan
8. Sebagai pengganti formalisasi
9. Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan
10. Sebagai proses yang menjadikan bangsa kongruen dengan negara sehingga
terbentuk nation – state

Sedangkan menurut Robbins (1999:294) fungsi budaya didalam sebuah organisasi


adalah :
1. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas
2. Budaya berarti identitas bagi suatu anggota organisasi
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen
4. Budaya meningkatkan kemantapan sistem sosial

Membangun dan Membina Budaya Organisasi

Kebiasaan pada saat ini, tradisi, dan cara-cara umum untuk melaksanakan
pekerjaan kebanyakan berasal dari apa yang telah dilaksanakan sebelumnya dan
tingkat keberhasilan dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Ini membawa kita
kepada sumber utama dari budaya sebuah organisasi yaitu para pendirinya

Para pendiri organisasi secara tradisional mempunyai dampak yang penting dalam
pembentukan budaya awal organisasi, karena para pendiri tersebut adalah orang-
orang yang mempunyai ide awal, mereka juga biasanya mempunyai bias tentang
bagaimana ide-ide tersebut harus dipenuhi. Menurut Robbins (1999: 296) Budaya
organisasi merupakan hasil dari interaksi antara
1. Bias dan asumsi pendirinya
2. Apa yang telah dipelajari oleh para anggota pertama organisasi, yang
dipekerjakan oleh pendiri

Tahapan-tahapan pembangunan budaya organisasi dapat diidentifikasikan sebagai


berikut : (Nimran , 2004: 137)
1. seseorang (biasanya pendiri) datang dengan ide atau gagasan tentang
sebuah usaha baru
2. pendiri membawa orang-orang kunci yang merupakan para pemikir, dan
menciptakan kelompok inti yang mempunyai visi yang sama dengan pendiri
3. kelompok inti memulai serangkaian tindakan untuk menciptakan organisasi,
mengumpulkan dana, menentukan jenis dan tempat usaha dan lain sebagainya
4. orang-orang lain dibawa kedalam organisasi untuk berkarya bersama-sama
dengan pendiri dan kelompok inti, memulai sebuah sejarah bersama

Begitu juga Nimran (2004: 138) menulis bahwa pembinaan budaya organisasi dapat
dilakukan dengan serangkaian langkah sosialisasi berikut :
1. seleksi pegawai yang obyektif
2. penempatan orang dalam pekerjaannya yang sesuai dengan kemampuan
dan bidangnya (the right man on the place)
3. perolehan dan peningkatan kemahiran melalui pengalaman
4. pengukuran prestasi dan pemberian imbalan yang sesuai
5. penghayatan akan nilai-nilai kerja atau lainnya yang penting
6. cerita-cerita dan faktor organisasi yang menumbuhkan semangat dan
kebanggaan
7. pengakuan dan promosi bagi karyawan yang berprestasi

Hafidhuddin et. al (2003:60) menyebutkan bahwa, pencipta budaya adalah seorang


pemimpin . Setiap pemimpin pasti memiliki visi dan misi tertentu yang kemudian
disebarkan ke bawahannya lalu menjadi kebiasaan-kebiasaan dan pada akhirnya
hal ini menjadi budaya, Rasulullah SAW memandang orang lain sebagai manusia
yang seutuhnya artinya bahwa Rasulullah tidak membeda-bedakan derajat
seseorang, meskipun itu bawahan, misalnya : Rasulullah menganggap pambantu
rumah tangga beliau sebagai saudara, implikasinya apa yang dimakan oleh
pembantu sama dengan apa yang dimakan oleh Rasulullah begitu pula yang
dipakai. Jika setiap pemimpin perusahaan melakukan hal yang sama, maka hasilnya
akan lebih baik, karena jika suasana kerja sudah terbentuk dengan suasana yang
kondusif maka karyawan akan lebih menikmati pekerjannya, kemudian muncul
kreatifitas-kreatifitasnya.

Sikap Rasulullah yang penyayang berdasarkan pada Al-Qur’an surat Ali-Imran :159

Artinya:
“Maka disebabkan rahmat dsari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mareka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka. Mohonkanlah
ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu
kemudian apabiila kamu telah membulatkan tekat, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

Daftar Pustaka - Pengertian Budaya Organisasi Menurut Para Ahli >> Definisi
dan Contohnya

Luthans Fred, (2006), Perilaku Organisasi, Andi Yogyakarta.


Sutrisno Edy, (2010), Budaya Organisasi, Kencana Prenada Media Group Jakarta.
Mangkunegara Anwar Prabu, (2008), Perilaku dan Budaya Organisasi, Refika
Aditama Bandung

Memahami konsep budaya organisasi bukanlah sesuatu hal yang mudah. Belum
adanya kesepakatan atas konsep budaya organisasi menyebabkan munculnya
pemahaman yang bervariasi dan kontroversi. Bidang studi budaya organisasi ini pun
dapat dikatakan masih berusia muda.
Robbins (1996) mengatakan budaya organisasi mengacu ke suatu sistem makna
bersama yang dianut oleh anggota-anggotanya dan yang membedakan antara satu
organisasi dengan lainnya. Robbins (1994) memberi pengertian budaya organisasi
antara lain sebagai: (1) Nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi (Deal &
Kenney 1982), (2) Falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap
pegawai dan pelanggan (Pascale & Athos 1981), (3) Cara pekerjaan dilakukan di
tempat itu (Bower 1966), (4) Asumsi dan kepercayaan dasar yang terdapat di antara
anggota organisasi (Schein 1985). Dari beberapa pendapat di atas nampak ada
kesepakatan yang luas bahwa budaya organisasi mengacu ke suatu sistem makna
bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu yang membedakan
organisasi itu dari organisasi – organisasi lain (Robbins 1996).
Dari sudut pandang karyawan, budaya memberi pedoman bagi karyawan akan
segala sesuatu yang penting untuk dilakukan. Sejumlah peran penting yang
dimainkan oleh budaya perusahaan adalah: (a) Membantu pengembangan rasa
memiliki jati diri bagi karyawan, (b) Dipakai untuk mengembangkan keterkaitan
pribadi dengan organisasi, (c) Membantu stabilitas organisasi sebagai suatu sistem
sosial, (d) Menyajikan pedoman perilaku sebagai basil dan norma perilaku yang
sudah dibentuk.
Budaya organisasi yang terbentuk, dikembangkan, diperkuat atau bahkan diubah,
memerlukan praktik yang dapat membantu menyatukan nilai budaya anggota
dengan nilai budaya organisasi. Praktik tersebut dapat dilakukan melalui induksi
(Kempton, 1995, dalam Nurfarhati, 1999) atau sosialisasi, yaitu melalui proses
transformasi budaya organisasi (Robert; 1994, dalam Nurfarhati, 1999). Sosialisasi
organisasi merupakan serangkaian aktivitas yang secara substantif berdampak
kepada penyesuaian aktivitas individual dan keberhasilan organisasi, antara lain
komitmen, kepuasan dan kinerja (Nelson, 1991: Young & Lunberg, 1996, dalam
Nurfarhati, 1999). Menurut Luthans (1995), beberapa langkah sosialisasi yang dapat
membantu dan mempertahankan budaya organisasi adalah melalui seleksi calon
karyawan, penempatan, pendalaman bidang pekerjaan, penilaian kinerja dan
pemberian penghargaan, penanaman kesetiaan pada nilai-nilai luhur, perluasan
cerita dan berita, pengakuan kinerja dan promosi.
Berbagai praktik di atas dapat memperkuat budaya organisasi dan memastikan
karyawan yang bekerja sesuai dengan budaya organisasi, memberi imbalan sesuai
dukungan yang diberikan. Sosialisasi yang efektif akan menghasilkan kepuasan
kerja, komitmen organisasi, rasa percaya diri pada pekerjaan, mengurangi tekanan
serta kemungkinan keluar dari pekerjaan (Peters, 1997, dalam Nurfarhati, 1999).
Beberapa hal yang dapat dilakukan organisasi untuk mempertahankan budaya
organisasi adalah menyusun asumsi dasar, menyatakan dan memperkuat nilai yang
diinginkan dan menyosialisasikannya melalui contoh (Hellriegel, 1996, dalam
Nurfarhati, 1999).
Pada awalnya orang berpendapat bahwa budaya organisasi yang sudah ditanamkan
oleh pendiri dan sekaligus pemimpin tidak dapat atau sulit untuk berubah. Namun,
perkembangan menunjukkan bahwa perubahan budaya bukanlah suatu hal yang
tidak mungkin.
Bahkan apabila terjadi perubahan lingkungan, melakukan perubahan adalah suatu
keharusan apabila tidak ingin tertinggal dalam perkembangan. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kinerja organisasi dapat meningkat karena adanya perubahan
budaya organisasi.
Perubahan budaya organisasi di satu sisi dapat meningkatkan kinerja, namun
di sisi lain dapat pula mengalami kegagalan apabila tidak dipersiapkan dan dikelola
dengan benar. Namun, apabila tidak melakukan perubahan budaya organisasi,
sedangkan lingkungan berubah, dapat dipastikan mengalami kegagalan. Paling tidak
perubahan harus dilakukan untuk dapat mempertahankan diri dari tekanan
persaingan.
Namun, yang perlu diwaspadai adalah mengetahui kapan waktu yang tepat untuk
melakukan perubahan budaya organisasi. Perubahan budaya organisasi diperlukan
apabila terjadi perkembangan lingkungan yang tidak dapat dihindari. Di sisi lain
perubahan sering menjadi kebutuhan internal organisasi, dirasakan sebagai
kebutuhan. Dalam lingkungan yang semakin kompetitif diperlukan peningkatan
efisiensi untuk mempertahankan daya saing atau meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan.
Demikian pula diperlukan pemahaman tentang bagaimana proses yang tepat untuk
menjalankan perubahan organisasi dan hambatan apa yang mungkin akan dihadapi.
Kesalahan dapat berakibat pada timbulnya resistensi dan kegagalan usaha
perubahan budaya organisasi.
Makalah Tentang Kepemimpinan

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup,
manusia selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia
hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.

Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan
yang harmonis anggota kelompokharuslah saling menghormati & menghargai.
Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan.
Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan
lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk
memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah
manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.

Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social
manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk
memimpin dirinya sendiri.

Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok &
lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif
pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.

I.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang
penulis dapatkan. Permasalahan tsb antara lain :

Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin?

Adakah teori – teori untuk menjadi pemimpin yang baik?

Apa & bagaimana menjadi pemimpin yang melayani?

Apa & bagaimana menjadi pemimpin sejati?

Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan?

I.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah

Melatih mahasiswa menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan


pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa.

Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya


tentang kepemimpinan dan kearifan lokal.

I.4 METODE PENULISAN

Dari banyak metode yang penulis ketahui, penulis menggunakan metode


kepustakaan. Pada zaman modern ini metode kepustakaan tidak hanya berarti pergi
ke perpustakaan tapi dapat pula dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet).
Penulis menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta
sangat mudah untuk mencari bahan dan data – data tentang topik ataupun materi
yang penulis gunakan untuk karya tulis ini.

I.5 RUANG LINGKUP

Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang penulis miliki maka ruang
lingkup karya tulis ini terbatas pada pembahasan mengenai kepemimpinan dan
kearifan lokal
.BAB II

PEMBAHASAN

II.1 HAKIKAT KEPEMIMPINAN

Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan


sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan
serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan
satu dengan lainnya.

Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :

Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan


wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan
sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.

Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan


wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para
bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi
demi mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu


menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para
bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius,
dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara
kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide
ketuhanan yang berlainan.

Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu
mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan
pemimpinnya itu.

Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu
posisi manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.

Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh


yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain,
beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan
perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang –
orang yang dipimpinnya.

Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan


semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang
dibimbingnya.

Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang –


orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup
bertanggung jawab.

Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak
memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang
terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai
pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat
amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau
mengatur orang lain.

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan


memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,
memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak
lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing
obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the
mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang
– orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan
kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.

Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau


melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki
keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan
hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang
berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang
atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat,
sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat
berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan
sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang
bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :

- Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan


menyediakan fasilitasnya.

- Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing,


directing, commanding, controling, dsb.

II.2 TEORI KEPEMIMPINAN

Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji


sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan
secara efektif serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan.
Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.

Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya


mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain :

Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )

Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari


pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang
pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa
pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini
dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori
ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang
berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan
pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan
kepribadian.

Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap


keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :

o Kecerdasan

Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai


kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari
pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih
tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pengikutnya.

o Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial

Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan


lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin
yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal
ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam
mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.

o Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi

Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi


diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan
yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal,
efektif dan efisien.

o Sikap Hubungan Kemanusiaan

Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan


sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya

Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi

Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang


mendasarkan teori ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal.

o Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan


seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab
dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini
seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada
bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.

o Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang


pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan.
Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi
dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan
dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah
bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi
kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.

Teori Kewibawaan Pemimpin

Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan


kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan
dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan
maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk
melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.

Teori Kepemimpinan Situasi

Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik


dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan
tingkat kedewasaan bawahan.

Teori Kelompok

Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada


pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.

Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori
kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan
(Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya
dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah
cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang
lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa
berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau
orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang
positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka
memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan
pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah
digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya
menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya
kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang
diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.

Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.


Otokratis

Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan


dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan
sangat dominan digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan
keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi kerja yang rumit bagi
pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang diperintahkan.
Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman
dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan
pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.

Partisipasif

Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga


keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak.

Demokrasi

Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan


pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah
kepemimpinan pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat
bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri
sendiri.

Kendali Bebas

Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan,


struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu
Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung – jawab, kemudian
menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan
menanggulangi masalahnya sendiri.

Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang


diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi
pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan
bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi
merupakan gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang
berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil
dengan tetap membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk
berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya
merupakan pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel
pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan diatas,yakni model
kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang
paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya ini
fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara
orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan
organisasi. Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota
( Leader – member rolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi
pemimpin (Leader position power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan
atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua
mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan pekerjaan,
variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi
pemimpin.

Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari
Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi
pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang
efektif dengan tingkat kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku pengikut atau
bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional, karena
bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya,
akan tetapi sebagai kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi
apapun yang dimiliki pemimpin.

Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst),


masing – masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat
meskipun disadari bahwa setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan
sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.

Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan


seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard,
yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini
dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi
lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah

Directing

Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum
memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau
apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan
apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya
terjadi over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan
kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan,
pemimpin memberikan aturan –aturan dan proses yang detil kepada
bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang
sudah dikerjakan.

Coaching

Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi
juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses
perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya
yang tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam
menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada
mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu
membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.

Supporting

Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya


dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan
secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi
bersama dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah
mengenal teknik – teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan
yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk
berbincang – bincang, untuk lebih melibatkan mereka dalam penganbilan
keputusan kerja, serta mendengarkan saran – saran mereka mengenai
peningkatan kinerja.

Delegating

Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan


tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik
apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga
kita dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas
kemampuan dan inisiatifnya sendiri.

Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat
tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan
dari bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai ”situational
leadership”. Situational leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin
harus menyesuaikan keadaan dari orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah – tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh
adanya perilaku staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai
efektivitas organisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu
disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan
situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan
situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :

Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat


pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.

Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan


untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa
terhadap situasi.

Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk


menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita
terapkan.

Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab


seorang pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran
interpersonal, peran pengolah informasi (information processing), serta peran
pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-315).

Peran pertama meliputi :

Peran Figurehead  Sebagai simbol dari organisasi

Leader Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan


mengembangkannya

Liaison  Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk


kepentingan organisasi.

Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :

Monitior  Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi


perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.

Disseminator  Menyampaikan informasi, nilai – nilai baru dan fakta kepada


bawahan.
Spokeman  Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang – orang
di luar organisasinya.

Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :

Enterpreneur  Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.

Disturbance Handler  Mampu mengatasi masalah terutama ketika


organisasi sedang dalam keadaan menurun.

Resources Allocator  Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi,


uang dan waktu dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas –
tugas bawahan, dan mengesahkan setiap keputusan.

Negotiator  Melakukan perundingan dan tawar – menawar.

Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3


macam peran pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni :

Alighting  Menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya.

Aligning  Menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi


sehingga setiap orang menuju ke arah yang sama.

Allowing  Memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan


mengubah cara kerja mereka.

Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan
menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin
memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan
baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita
tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat
pula yang dipimpin.

Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan


dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika
ingin menjadi pemimpin yang baik jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri
dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri
sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh, megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk
memikirkan membangun umat, membangun masyarakat, merubah dunia akan
menjadi omong kosong jika tidak diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain
tanpa merubah diri sendiri adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa
mengendalikan diri.

II.3 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI

Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan


adalah jabatan formal, yang menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari
konstituen yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang
ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam
kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang
sungguh – sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang
melayani.

A. Karakter Kepemimpinan

Hati Yang Melayani

Kepemimpianan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan


menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter.
Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar
untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan
integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin yang diterima oleh rakyat
yang dipimpinnya. Kembali kita saksikan betapa banyak pemimpin yang
mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas
sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam
pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di
kursinya.

Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan – kawan, ada sejumlah ciri –
ciri dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang
melayani,yaitu tujuan utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan
mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri
pribadi maupun golongan tapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun dan


mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin
dalam kelomponya. Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell
berjudul Developing the Leaders Around You. Keberhasilan seorang pemimpin
sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang – orang di
sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada
potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah
organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas
pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.

Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang
dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan,
kepentingan, impian da harapan dari mereka yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas


( accountable ). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan
dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan,pikiran dan tindakannya dapat
dipertanggungjawabkan kepada public atau kepada setiap anggota
organisasinya.

Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau


mendengar setiap kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan
kepentingan pribadinya melebihi kepentingan public atau mereka yang
dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika
tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam
keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.

B. Metode Kepemimpinan

Kepala Yang Melayani

Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter


semata, tapi juga harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat
menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari
aspek yang pertama yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi
ketika menjadi pimpinan formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak
memiliki metode kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin yang
diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.

Tidak banyak pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini.


Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah – sekolah formal. Keterampilan
seperti ini disebut dengan Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di
economist.com ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas
bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metode kepemimpinan) dapat diajarkan
sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3 hal
penting dalam metode kepemimpinan, yaitu :
Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini
merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang
mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui
integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang – orang yang ada
dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates
change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat secara
dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang
pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner yaitu memiliki visi
yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara
sederhana adalah proses untuk membawa orang – orang atau organisasi
yang dipimpin menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan
tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah
organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar serta berkembang dalam
mempertahankan survivalnya sehingga bias bertahan sampai beberapa
generasi. Ada 2 aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan
implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat
membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tapi memiliki
kemampuan untuk mengimplementasikan visi tsb ke dalam suatu
rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya


dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan
impian dari mereka yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam
mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping


bagi orang – orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia
memiliki kemempuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan
anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan,
target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dsb), melakukan
kegiatan sehari – hari seperti monitoring dan pengendalian, serta
mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.

C. Perilaku Kepemimpinan

Tangan Yang Melayani

Pemimpin yang melayani bukan sekedar memperlihatkan karakter dan


integritas, serta memiliki kemampuan metode kepemimpinan, tapi dia harus
menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken
Blanchard disebutka perilaku seorang pemimpin, yaitu :
Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi
sungguh – sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan
Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan.
Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa
yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.

Pemimpin focus pada hal – hal spiritual dibandingkan dengan sekedar


kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk
dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan
untuk mendapat penghargaan, tapi melayani sesamanya. Dan dia lebih
mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan,
dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.

Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai


aspek , baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap
harinya senantiasa menyelaraskan (recalibrating ) dirinya terhadap
komitmen untuk melayani Tuhan dan sesame. Melalui solitude
(keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca Firman Tuhan ).

Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang


sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa
Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence:
SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolak ukur kecerdasan spiritual adalah
kepemimpinan yang melayani (servant leadership). Bahkan dalam suatu
penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman,
menunjukkan pemimpin – pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya
ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang
tinggi. Mereka biasanya adalah orang –orang yang memiliki integritas, terbuka,
mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami spiritualitas yang
tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun
bagi orang lain.

II.4 KEPEMIMPINAN SEJATI

Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari


proses perubahan karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang.
Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses
panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan
misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk
bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai
memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya
mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir
menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang
diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri
seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out ).

Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan


seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan
buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya
sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial
dan bahkan bagi negerinya. ” I don’t think you have to be waering stars on your
shoulders or a title to be leadar. Anybody who want to raise his hand can be a leader
any time”,dikatakan dengan lugas oleh General Ronal Fogleman,Jenderal Angkatan
Udara Amerika Serikat yang artinya Saya tidak berpikir anda menggunakan bintang
di bahu anda atau sebuah gelar pemimpin. Orang lainnya yang ingin mengangkat
tangan dapat menjadi pemimpin di lain waktu.

Sering kali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh


mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka
seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya
sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator,
inspirator, dam maximizer.

Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak
bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan
penghormatan dan pujian (honor & praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin
dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin.
Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada
kerendahan hati (humble).

Pelajaran mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita


peroleh dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan,
yang membawa bangsanya dari negara yang rasialis menjadi negara yang
demokratis dan merdeka.Selama penderitaan 27 tahun penjara pemerintah
Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam diri Beliau. Sehingga Beliau menjadi
manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya
menderita selam bertahun – tahun.

Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard,


bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka
yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala – galanya bagi seorang
pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa
kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi
kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah
menjadi pemimpin sejati.

Sebuah jenis kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan


kepemimpinan sejati, yaitu :

Q berarti kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti kecerdasan


intelektual,EQ berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti kecerdasan
spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan
IQ,EQ,SQ yang cukup tinggi.

Q leader berarti kepemimpinan yang memiliki kualitas(quality), baik dari aspek
visioner maupun aspek manajerial.

Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa
Mandarin yang berarti kehidupan).

Q keempat adalah qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah
seseorang yang sungguh – sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan dapat
mengelola dan mengendalikannya (self management atau qolbu management).

Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu


belajar dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q
(intelligence-quality-qi-qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan
tujuan organisasi maupun pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang
pemimpin.

Rangkuman kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting yang disingkat


menajadi 3C, yaitu :

Perubahan karakter dari dalam diri (character chage).

Visi yang jelas (clear vision).

Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence).

Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa
bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan
kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis, pengatahuan,dll) maupun dalam
hubungannya dengan orang lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan
metode kepemimpinan). Seperti yang dikatakan oleh John Maxwell, ” The only way
that I can keep leading is to keep growing. The the day I stop growing, somebody
else takes the leadership baton. That is way it always it.” Satu-satunya cara agar
saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa bertumbuh. Ketika saya
berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan tsb.

II.5 KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL

Kearifan local yaitu spirit local genius yang disepadankan maknanya dengan
pengetahuan, kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam
pengambilan keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian masalah yang relative
pelik dan rumit,

Dalam suatu local (daerah ) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang selaras,
serasi dan seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita.
Kehidupan yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan
yang teratur dan terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang mampu menciptakan
suasana kondusif.

Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh
didiamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan memiliki
jiwa kepemimpinan, seseorang akan mampu menaggulangi setiap masalah yang
muncul.

Manusia di besarkan masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap masalah


yang muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat setempat.
Contohnya adalah masalah banjir yang di alami masyarakat di berbagai tempat.
Khususnya di Bali, seringkali terjadi banjir di wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan
wisata dunia tentu hal ini sangat tidak menguntungkan. Masalah ini haruslah segera
ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan infrastruktur lainnya, diperlukan
kematangan rencana agar pembangunan yang dilaksanakan tidak berdampak
buruk. Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong – gorong bisa
menurunkan debit air yang meluber ke jalan.

Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat Kuta, I Gede Wijaya sebelumnya telah
melakukan sosialisasi terkait pembangunan gorong – gorong. Camat Kuta secara
langsung dan tertulis telah menyampaikan hal tersebut kepada pengusaha serta
pemilik bangunan dalam surat No. 620/676/ke/07 , tertanggal 27 desember 2007

BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang


tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan
suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya
memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan
yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya,
atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh
terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.

Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan


dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang
pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk
memperbaiki orang lain.

Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar
melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri
seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).

III.2 SARAN

Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk
memimpin diri sendiri.

Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan
menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin
memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan
baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita
tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat
pula yang dipimpin.

Pengertian Kepemimpinan menurut ahli


Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang
bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu
tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji
tentang leadership dengan berbagai sudut pandang atau
perspektifnya. Leadership tidak hanya dilihat dari bak saja, akan tetapi dapat dilihat
dari penyiapan sesuatu secara berencana dan dapat melatih calon-calon pemimpin.
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social,
sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat
bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada banyak pengertian yang
dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-
definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Pengertian Kepemimpinan
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu
kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang
didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam
mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk
dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau
mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh
kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai
akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas
tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela
(compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai
pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana
untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan
kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan
mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau
keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai
tujuan organisasi atau kelompok.

Tipe-Tipe Kepemimpinan
Setelah kemaren membahas tentang Definisi Kepemimpinan, maka pada kesempatan kali
ini saya juga akan membahas mengenai Tipe-Tipe Kepeminpinan, yang mana tipe
kepemimpinan sering kali menjadi perdebatan para tokoh-tokoh besar. Karena
kepemimpinan sangat berguna sekali dalam kehidupan kita, minimal bagi seorang laki-laki
nantinya akan memimpin sebuah keluarga. Langsung saja tidak usah terlalu panjang basa-
basinya, Menurut beberapa kelompok sarjana (dalam Kartono, 2003); Shinta (2002)
membagi Tipe Kepemimpinan berbagai macam.
Macam – macam Tipe Kepemimpinan:
1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat
besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik
dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang
superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang
kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri.
Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat
besar.
2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan
dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia
yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap
terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan
kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah
memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan
daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan
paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat
sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang
yang berlebih lebihan.
3. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun
sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem
perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2)
menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-
upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin
yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan
kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan
dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain
tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu
ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana
dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah
diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin
berkuasa secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku,
(10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya
dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam
kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh
bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan
teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu
melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif.
Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau
karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit
dan kacau balau.
6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak
mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini
mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-
tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan
administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan
pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien
dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis
yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang
efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,
dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama
yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi
terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat
dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-
masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat
dan kondisi yang tepat.
Refleksi dari Tipe Kepemimpinan tsb:
Pada dasarnya Tipe kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan,
karena pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-
masing. Pada situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter,
walaupun pada umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh
karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan
yang akan diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan
kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk mendapatkan
manfaat.
Tipe Dan Gaya Kepemimpinan Dari penelitian yang dilakukan Fiedler yang dikutip
oleh Prasetyo (2006) ditemukan bahwa kinerja kepemimpinan sangat tergantung
pada organisasi maupun gaya kepemimpinan (p. 27). Apa yang bisa dikatakan
adalah bahwa pemimpin bisa efektif ke dalam situasi tertentu dan tidak efektif pada
situasi yang lain. Usaha untuk meningkatkan efektifitas organisasi atau kelompok
harus dimulai dari belajar, tidak hanya bagaimana melatih pemimpin secara efektif,
tetapi juga membangun lingkungan organisasi dimana seorang pemimpin bisa
bekerja dengan baik.

Lebih lanjut menurut Prasetyo (p.28), gaya kepemimpinan adalah cara yang
digunakan dalam proses kepemimpinan yang diimplementasikan dalam perilaku
kepemimpinan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai
dengan apa yang dia inginkan. Selain itu menurut Flippo (1987), gaya
kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang dirancang
untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai
suatu tujuan tertentu (p. 394).

Menurut University of Iowa Studies yang dikutip Robbins dan Coulter (2002), Lewin
menyimpulkan ada tiga gaya kepemimpinan; gaya kepemimpinan autokratis, gaya
kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan Laissez-Faire (Kendali Bebas) (p.
406)

Gaya Kepemimpinan Autokratis


Menurut Rivai (2003), kepemimpinan autokratis adalah gaya kepemimpinan yang
menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan
pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam
organisasi (p. 61).

Robbins dan Coulter (2002) menyatakan gaya kepemimpinan autokratis


mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya
sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara
sepihak, dan meminimalisasi partisipasi karyawan (p. 460).

Lebih lanjut Sukanto (1987) menyebutkan ciri-ciri gaya kepemimpinan autokratis (pp.
196-198):
1. Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin.
2. Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu,
sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkatan yang
luas.
3. Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap anggota.

Sedangkan menurut Handoko dan Reksohadiprodjo (1997), ciri-ciri gaya


kepemimpinan autokratis (p. 304):
1. Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan.
2. Komunikasi hanya satu arah yaitu kebawah saja.
3. Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap
kerja setiap anggota.
4. Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukan
keahliannya

Gaya kepemimpinan Demokratis / Partisipatif


Kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang
pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang
kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi,
dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri
(Rivai, 2006, p. 61).

Menurut Robbins dan Coulter (2002), gaya kepemimpinan demokratis


mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam
pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi
karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin
dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih
karyawan(p. 460). Jerris (1999) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang
menghargai kemampuan karyawan untuk mendistribusikan knowledge dan
kreativitas untuk meningkatkan servis, mengembangkan usaha, dan menghasilkan
banyak keuntungan dapat menjadi motivator bagi karyawan dalam bekerja (p.203).

Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Sukanto, 1987, pp. 196-198) :


1. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil
dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin.
2. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok
dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua
atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.
3. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian
tugas ditentukan oleh kelompok.

Lebih lanjut ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Handoko dan Reksohadiprodjo,


1997, p. 304) :
1. Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas.
3. Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded dalam pujian dan kecamannya dan
mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa
melakukan banyak pekerjaan.

Gaya Kepemimpinan Laissez-faire (Kendali Bebas)


Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara
keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam
pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut
karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002, p. 460).

Menurut Sukanto (1987) ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (pp.196-198) :


1. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi
minimal dari pemimpin.
2. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat
orang selalu siap bila dia akan memberi informasi pada saat ditanya.
3. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.
4. Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau
pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.

Ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997, p.


304):
1. Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.
2. Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
3. Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam
segala hal yang mereka anggap cocok.

Dalam berorganisasi tentu kita mempunyai seorang pemimpin, dan tentunya


mempunyai cara kepemimpinan yang khas. Berikut tipe-tipe kepemimpinan tersebut.

Tipe-Tipe Kepemimpinan

Pada umumnya para pemimpin dalam setiap organisasi dapat diklasifikasikan


menjadi lima type utama yaitu sebagai berikut :

Tipe pemimpin otokratis


Tipe pemimpin militeristik
Tipe pemimpin paternalistis
Tipe pemimpin karismatis
Tipe pomimpin demokratis

1. Tipe Pemimpin Otokratis


Tipe pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu hak.
Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :

Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi


Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata
Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia
menganggap dialah yang paling benar.Selalu bergantung pada kekuasaan formal
Dalam menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan (Approach)
yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe mimpinan otokratis tersebut di atas dapat
diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe ini tidak
dapat dipakai dalam organisasi modern.

2. Tipe Kepemimpinan Militeristis


Perlu diparhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin
tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer.
Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai


tujuan digunakan sebagai alat utama.
Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan
jabatannya.Sonang kepada formalitas yang berlebihan
Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
Tidak mau menerima kritik dari bawahanMenggemari upacara-upacara untuk
berbagai keadaan.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa ripe
pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.

3. Tipe Pemimpin Paternalistis


Tipe kepemimpinan fathornalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat fathernal
atau kepakan.ke Pemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapaan
dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang
dilakukan sifat terlalu sentimentil.
Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin paternalistis dapat dikemukakan sebagai berikut:

Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.


Bersikap terlalu melindungi bawahanJarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengambil keputusan. Karena itu jarang dan pelimpahan
wewenang.
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya tuk mengembangkan inisyatif
daya kreasi.
Sering menganggap dirinya maha tau.

Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diporlukan.
Akan tetapi ditinjau dari segi sifar-sifar negatifnya pemimpin faternalistis kurang
menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.

4. Tipe Kepemimpinan Karismatis


Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menamukan sebab-sebab
mengapa seorang pemimin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin
seperti ini mampunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai
pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskan mengapa
mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor
penyebab Karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering hanya
dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib
(supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil
pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin
karismatis.

5. Tipe Kepemimpinan Demokratis


Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratis dianggap
adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe
kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan
dengan kepentingan individu.
Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:

Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa
manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan
organisasi.
Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.
Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada
bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas,
inisyatif dan prakarsa dari bawahan.
Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

Dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis, jelaslah bahwa
tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis.

Teori Kepemimpinan

Beberapa teori telah dikemukakan para ahli majemen mengenai timbulnya seorang
pemimpin. Teori yang satu berbeda dengan teori yang lainnya.
Di antara berbagai teori mengenai lahirnya paling pemimpin ada tiga di antaranya
yang paling menonjol yaitu sebagai berikut :

1. Teori Genetie
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan "leaders are born and not made".
bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena ia
telah dilahirkan dengan bakat pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang
ditempatkan pada suatu waktu ia akn menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk
itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.

2. Teori Sosial
Jika teori genetis mengatakan bahwa "leaders are born and not made", make
penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu :

"Leaders are made and not born".


Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi
pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.

3. Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial.
Penganut-ponganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi
pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat
kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang
teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk
mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.

Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial
dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan.Namun
demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat
mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul
sebagai pemimpin yang baik.

Anda mungkin juga menyukai