Anda di halaman 1dari 13

Konsep Masalah Waham

1. Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus
menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk, 2007). Keyakinan yang
salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998).

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal
dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 1994).

2. Proses Terjadinya Waham

Fase Lack of Huma need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik


maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan
status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonmi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Waham terjadi
karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga
oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang.

Fase Lack of Self Esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dan self reality ( kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.

Fase Control Internal Eksternal

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil
secara optimal.

Fase Environment Support

Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya menyebabkan


klien merasa di dukung, lama-kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan
tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai
terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai
dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

Fase Comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap


bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering
disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih
sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

Fase Improving

Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan
dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang
hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan
klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa
yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

3. Asuhan Keperawatan Masalah Waham


a. Pengkajian

Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses
keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan
untuk menentukan masalah keperawatan. Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien
dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannya meliputi:
1) Identifikasi klien

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik
pembicaraan.

2) Keluhan utama / alasan masuk

Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke
Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai.
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada
masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan
terjadinya gangguan:

 Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
 Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
 Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.

3) Aspek fisik / biologis


Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur
tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
4) Aspek psikososial

 Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait
dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
 Konsep diri

 Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang


disukai dan tidak disukai.
 Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki /
perempuan.
 Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat
dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
 Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan
penyakitnya.
 Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan
orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
 Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
 Status mental
 Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan
penilaian dan daya tilik diri.

 Kebutuhan persiapan pulang


 Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan
alat makan.
 Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
 Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
 Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
 Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah
minum obat.
 Masalah psikososial dan lingkungan dari data keluarga atau klien
mengenai masalah yang dimiliki klien.
 Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian
yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.

5) Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor,
terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi
lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien
supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat.

Untuk mendapatkan data waham, lakukan observasi terhadap perilaku berikut ini:

1) Waham kebesaran. Meyakini bahwa ia meimiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulang kali tetapi tidak seusuai kenyataan. Contoh : “Saya ini pejabat di departemen
kesehatan lho.” Atau “Saya punya tambang emas”.

2) Waham curiga. Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya tahu. Anda ingin menghancurkan hidup saya karena iri dengan kesuksesan
saya.”

3) Waham agama. Memiliki keyakinan terhadap suatu agam secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya harus
menggunakan pakaian putih, setiap hari.”
4) Waham somatik. Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu terserang penyakit,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuati kenyataan. Contoh: “Saya sakit kanker”. Setelah
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus
mengatakan bahwa ia terserang kanker.

5) Waham nihilistik. Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meinggal, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada
di sini adalah roh-roh.

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengkaji
pasien dengan waham:

1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan menetap?

2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas secara
berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?

3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan tidak nyata?

4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya?

5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?

6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau
kekuatan dari luar?

7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia meimliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau
yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?

Selama pengkajian dengarkan dan perhatikan semua informasi yang diberikan oleh pasien
tentang wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina
jangan menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan pasien.
b. Diagnosis Keperawatan

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil
pengkajian adalah:

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

c. Perencanaan dan Intervensi Keperawatan

1) Perencanaan Keperawatan

Tindakan keperawatan untuk pasien

Tujuan tindakan :

a) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.

b) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.

c) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.

d) Pasien menggunakan obat dengan teratur.

Tindakan Keperawatan:

1. Bina Hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham,
bina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman
saat berinteraksi. Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan
saling percaya:

a. Mengucapkan salam terapeutik

b. Berjabat tangan

c. Menjelaskan tujuan interaksi


d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.

2. Bantu orientasi realita.

a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien.

b. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.

c. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari

d. Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa


memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya.

e. Fokuskan pembicaraan pada realitas, (mis., memanggil nama pasien,


menjelaskan hal yang sesuai realita).

f. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realita.

3. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga


menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah. Misalnya yang menyangkut
masalah-masalah masa kecil, dirumah, dikantor, hubungan dengan keluarga,
ditempat pekerjaan atau harapan-harapan yang selama ini tidak tercapai.

4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien.

5. Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki pada saat yang lalu dan saat
ini.

6. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.

7. Libatkan pada kegiatan sehari-hari di rumah sakit serta tingkatkan aktifitas yang
dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien, misalnya menggambar,
bernanyi, membuat puisi, religious terapi, dsb.

8. Lakukan kontrak dengan klien untuk berbicara dalam konteks realita seperti cara-
cara mengisi waktu, cara meningkatkan ketrampilan yang mendatangkan uang, cara
belajar menjahit, menjaga kebersihan, dsb.
9. Berdiskusi tentang obat yang diminum (manfaat, dosis obat, jenis, dan efek
samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar).

10. Libatkan dan diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien, cara
merawat klien dengan waham dirumah, follow up dan keteraturan pengobatan serta
lingkungan yang tepat untuk klien.

2) Intervensi dan Rasional

1. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan
waham.
Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan


interaksinya.
Tindakan :
 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik,
waktu, tempat).
 Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima
keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima,
katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.
 Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat
akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan
keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
 Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan


memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari
pada hanya memikirkannya.

Tindakan :
 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
 Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat
ini yang realistis.
 Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya
saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat


dapat merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien
tersebut sehingga klien merasa nyaman dan aman.
Tindakan :
 Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun
di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
 Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan
waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
 Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
d. Klien dapat berhubungan dengan realitas.

Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih
benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan
waham yang ada.
Tindakan :
 Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan
waktu).
 Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
 Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.

Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi
proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat.
Tindakan :
 Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat.
 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat,
dosis, cara dan waktu).
 Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
 Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

f. Klien dapat dukungan dari keluarga.

Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu
proses penyembuhan klien.
Tindakan:
 Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala
waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
 Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga
2. Diagnosa 2: Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

Tujuan umum : klien tidak mengalami perubahan isi pikir : waham kebesaran
Tujuan khusus :
 Klien dapat menyebutkan penyebab dirinya menarik diri dengan kriteria evaluasi,
klien dapat mengetahui penyebabnya.
 Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan dengan orang
lain.
a. Kaji pengetahuan klien dengan prilaku menarik diri sehingga dapat mengenali tanda-
tanda menarik diri.
Rasional : klien dapat menyadari tanda-tanda menarik diri sehingga memudahkan
perawat memberikan intervensi selanjutnya.
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya terutama penyebab
prilaku menarik diri.
Rasional : klien dapat mengungkapkan penyebab prilaku menarik diri dapat
membantu perawat dalam mengidentifikasi tindakan yang dilakukan.
c. Berikan pujian terhadap kemampuan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
bila tidak mau berhubungan dengan orang lain.
Rasional : pujian akan dapat memotivasi klien untuk mau berhubungan dengan orang
lain.

2.3.4 Evaluasi

1) Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham


2) Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham) saat ini
3) Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
4) Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
5) Klien menggunakan obat sesuai program

Anda mungkin juga menyukai