Anda di halaman 1dari 3

Aneurisma aorta adalah pelebaran abnormal atau menggelembungnya

bagian aorta, yang merupakan suplai arteri utama darah yang kaya oksigen dari

jantung ke organ dan jaringan tubuh. Ini dapat terjadi di bagian atas aorta di dada,

yang dikenal sebagai aneurisma aorta toraks, atau di bagian bawah aorta di perut,

yang dikenal sebagai aneurisma aorta abdominal. Pada daerah aorta yang

memiliki area yang lebih lemah dibanding dinding aorta lainnya, mereka rentan

terhadap ekspansi, robek atau diseksi di dalam dinding dan akhirnya pecah, yang

dapat menyebabkan perdarahan dan kematian yang signifikan. Deteksi dini,

pengawasan dan manajemen sangat penting dalam mencegah komplikasi dari

kondisi yang mengancam jiwa ini (Harris et al., 2016).

Menurut data epidemiologi, aneurisma aorta terjadi pada 1-2% populasi di

seluruh dunia, di mana 10% di antaranya terjadi pada kelompok usia lanjut

(Kuivaniemi et al., 2008). Prevalensi aneurisma aorta torakalis diduga >3-4%

pada individu >65 tahun dengan perkiraan 6 kasus per 100.000 orang-tahun.

Insidensi ruptur aneurisma aorta torakalis yaitu 3.5 per 100.000 orang, dan angka

ini bisa jadi lebih tinggi pada populasi lanjut usia. Kematian akibat pecahnya

aneurisma aorta torakalis adalah salah satu dari 15 penyebab utama kematian

(Tseng, 2018). Data terbaru yang tersedia dari Centers for Disease Control and

Prevention mengindikasikan penyakit aneurisma menjadi penyebab kematian ke-

18 yang paling umum secara individu dan ke-15 paling umum pada individu yang

lebih tua dari usia 65 tahun, terhitung 13.843 dan 11.147 kematian dalam 2

kelompok ini (Eledteriades dan Farkas. 2010). Namun, data epidemiologi

aneurisma aorta di Indonesia hingga saat ini masih belum ada.


Aneurisma aorta toraks sering terjadi secara perlahan seiring waktu tanpa

menimbulkan gejala pada pasien. Pasien dengan aneurisma aorta sering terdeteksi

secara kebetulan dari tes pencitraan dilakukan karena alasan lain. Jika ada risiko

tinggi perkembangan aneurisma berdasarkan faktor risiko atau jika ada gejala,

sejumlah tes pencitraan dada dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa

penyakit aneurisma aorta, antara lain dengan rontgen dada, ekokardiografi,

computed tomography (CT) dan resonansi magnetik pencitraan (MRI) dada

(Harris et al., 2016).


Eledteriades, J. A., and Farkas, E. A. 2010. Thoracic Aortic Aneurysm: Clinically
Pertinent Controversies and Uncertainties. Journal of the American
College of Cardiology, Vol: 55 (09), pages: 841-857.

Harris, C., Croce, B., and Cao, C. 2016. Thoracic Aortic Aneurysm. Annals of
Cardiothoracic Surgery, Vol: 5(4), 407.

Kuivaniemi, H., Platsoucas, C. D., and Tilson, M. D. 2008. Aortic Aneurysms: An


Immune Disease with a Strong Genetic Component. Circulation,Vol:
117 (2), pager: 242-252.

Tseng, E. Thoracic Aortic Aneurysm. Vascular Surgery 2018 Sep 05, 2018;
Available from: https://emedicine.medscape.com/article/424904-
overview.

Anda mungkin juga menyukai