BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
- Nama Pasien : Sdr. TS
- Umur : 28 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Alamat : Kebakkramat, karanganyar
- No. RM : 35xxxx
- Pekerjaan : Pelayan Restoran
- Status perkawinan : Cerai Hidup
- Agama : Islam
- Suku : Jawa
- Tanggal masuk RS : 15 Januari 2016
- Tanggal pemeriksaan : 15 Januari 2016
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Demam dan Pingsan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD karanganyar pada tanggal 15 Januari 2016,
dengan keluhan demam sudah 1 minggu sebelum masuk rumah sakit,
demam tinggi terus menerus , demam turun jika minum obat paracetamol
dan naik lagi jika tidak minum obat. Pasien juga mengeluh sempat kejang
dan pingsan dirumah kurang lebih 30 menit , pingsan terjadi tiba-tiba.
Lalu pasien langsung dibawa ke rumah sakit. Pasien mengeluh badan
terasa lemas, tangan dan kaki terasa kaku, nyeri kepala terasa cekot-
cekot, pasien juga mengeluh lidahnya kotor , dan gatal-gatal pada badan.
Pasien juga mengeluh nafsu makan menurun.
1
2
2
3
C. ANAMNESIS SISTEM
Sistem Serebrospinal Gelisah (-), Lemah (+), Demam (+), pusing
(+)
Sistem Kardiovaskular Akral dingin (-), sianosis (-), anemis (+),
palpitasi (-), nyeri dada (-)
Sistem Respiratorius Batuk (-), sesak nafas (-)
Sistem Genitourinarius BAK (+) lancar, nyeri (-) darah (-)
Sistem Gastrointestinal Nyeri perut ulu hati (-), mual (-), muntah (-),
nafsu makan menurun (+), BAB baik.
Sistem Muskuloskeletal Badan lemas (+) nyeri seluruh tubuh (+),
atrofi otot (-)
Sistem Integumentum Pucat (-), Clubbing finger (-) pruritus (+)
Kesan : terdapat masalah pada sistem serebrospinal, gastrointestinal,
muskuloskeletal dan integumen
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Sadar
Kesadaran : Compos Mentis (GCS E4V5M6)
Status Gizi : BMI 16,4 (sangat kurang)
BB : 42
TB : 160
3
4
4
5
Abdomen
Abdomen Hasil pemeriksaan
Inspeksi Perut lebih rendah dibanding dengan dinding dada,
distended (-), sikatriks (-)
Auskultasi Suara peristaltik (+)
Palpasi Nyeri tekan (-), defans muskuler (-), hepar dan lien
tidak teraba
Perkusi Timpani pada 4 kuadran, asites (-)
Ekstremitas
Ekstremitas Superior Dextra Akral Hangat (+), Edem (-)
sianotik (-) clubbing finger (-)
Ekstremitas Superior Sinistra Akral Hangat (+), Edema (-)
sianotik (-) clubbing finger (-)
Ekstremitas Inferior Dextra Akral Hangat (+), Edema (-)
sianotik (-) clubbing finger (-)
Ekstremitas Inferior Sinistra Akral Hangat (+), Edema (-)
sianotik (-) clubbing finger (-)
5
6
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
Tes HIV
Pemeriksaan Hasil Penderita
R1 ONCOPROBE REAKTIF
R2 INTEC-ONE STEP 1&2 REAKTIF
R3 VIKIA ½ REAKTIF
6
7
16 januari 2016
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,6 12,00 – 16,00 g/dl
Hematokrit 33,1 37,00 – 47,00 %
Leukosit 14,58 5-10 103/ ul
Trombosit 199 150-300 103/ ul
Eritrosit 3,81 4,00 – 5,00 103/ ul
MPV 8,2 6,5 – 12,00 fL
PDW 15,8 9,0 – 17,0
INDEX
MCV 87.0 82,0 – 92,0 fL
MCH 27.8 27,0 – 31,0 Pg
MCHC 32.0 32,0 – 37,0 g/dl
HITUNG JENIS
Limfosit% 9.0 25,0 – 40,0 %
Monosit% 2.6 3,0 – 9,0 %
Eosinofil% 5.3 0,5 – 5,0 %
Basofil% 0.4 0,0 – 1,0 %
Gran% 82.7 50,0 – 70,0 %
18 januari 2016
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 9,6 12,00 – 16,00 g/dl
Hematokrit 29.8 37,00 – 47,00 %
Leukosit 13.04 5-10 103/ ul
Trombosit 168 150-300 103/ ul
Eritrosit 3,42 4,00 – 5,00 103/ ul
MPV 8,2 6,5 – 12,00 fL
7
8
20 januari 2016
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.4 12,00 – 16,00 g/dl
Hematokrit 34.7 37,00 – 47,00 %
Leukosit 13.68 5-10 103/ ul
Trombosit 204 150-300 103/ ul
Eritrosit 4.03 4,00 – 5,00 103/ ul
MPV 8.1 6,5 – 12,00 fL
PDW 15.8 9,0 – 17,0
INDEX
MCV 86.2 82,0 – 92,0 fL
MCH 28.3 27,0 – 31,0 Pg
MCHC 32.8 32,0 – 37,0 g/dl
HITUNG JENIS
Limfosit% 5.8 25,0 – 40,0 %
Monosit% 2.4 3,0 – 9,0 %
8
9
23 januari 2016
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.0 12,00 – 16,00 g/dl
Hematokrit 36.2 37,00 – 47,00 %
Leukosit 19.60 5-10 103/ ul
Trombosit 195 150-300 103/ ul
Eritrosit 4.18 4,00 – 5,00 103/ ul
MPV 8.4 6,5 – 12,00 fL
PDW 15.8 9,0 – 17,0
INDEX
MCV 86.6 82,0 – 92,0 fL
MCH 28.7 27,0 – 31,0 Pg
MCHC 33.2 32,0 – 37,0 g/dl
HITUNG JENIS
Limfosit% 3.9 25,0 – 40,0 %
Monosit% 5.2 3,0 – 9,0 %
Eosinofil% 0.3 0,5 – 5,0 %
Basofil% 0.3 0,0 – 1,0 %
Gran% 90.3 50,0 – 70,0 %
KIMIA HATI
SGOT 68.3 0 – 46 U/I
SGPT 58.8 0 - 42 U/I
9
10
26 januari 2016
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10.2 12,00 – 16,00 g/dl
Hematokrit 31.0 37,00 – 47,00 %
Leukosit 15.95 5-10 103/ ul
Trombosit 149 150-300 103/ ul
Eritrosit 3.58 4,00 – 5,00 103/ ul
MPV 9.0 6,5 – 12,00 fL
PDW 15.9 9,0 – 17,0
INDEX
MCV 86.5 82,0 – 92,0 fL
MCH 28.5 27,0 – 31,0 Pg
MCHC 33.9 32,0 – 37,0 g/dl
HITUNG JENIS
Limfosit% 3.5 25,0 – 40,0 %
Monosit% 2.2 3,0 – 9,0 %
Eosinofil% 0.3 0,5 – 5,0 %
Basofil% 0.1 0,0 – 1,0 %
Gran% 93.9 50,0 – 70,0 %
10
11
RONTGEN THORAK
Kesan : TB Paru
11
12
F. RESUME
Dari hasil anamnesis didapatkan keluhan demam 1 minggu, kambuhan
dalam 3 bulan .demam tinggi terus menerus , demam naik turun. Kejang
dan Pingsan (+) kurang lebih 30 menit , pingsan terjadi tiba-tiba. Lemas
(+) tangan dan kaki terasa kaku, nyeri kepala terasa cekot-cekot, pasien
juga mengeluh lidahnya kotor , dan gatal-gatal pada badan. Pasien juga
mengeluh nafsu makan menurun.
Pasien mengalami penurunan berat badan sekitar 10 kilo dalam
waktu 3 bulan. Pasien mengaku sering opname di rumah sakit selama 3
bulan terakhir ini.
• Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas.
Kesadaran Compos Mentis, Gizi sangat buruk, Vital Sign: Tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 72 x/menit, Respirasi rate: 20x/menit; suhu 38,6ºC.
Konjungtiva anemis (+), lidah kotor (+), adanya suara tambahan yaitu
Ronkhi di kedua lapang paru.
Hasil laboratorium menunjukkan HIV reaktif. penurunan hb, penurunan
eritrosit,& hematokrit, dan penurunan limfosit
G. DIAGNOSIS KERJA
HIV/AIDS dengan anemia, malnutrisi, candidiasis oral
H. TERAPI
- Inf.asering 20 tpm
- Inj. Alenamin / 12 j
- Inj. ceftriaxone 1 g/12 jam
- Inj. Ranitidine 1 amp/12 j
- Inj. Sohobion 1g /12 j
- Antasyd syr 3 x CII
- Candystatin drop 3 x 2 Gtt
- Alprazolam 0,5 mg 0-0-1
- Curcuma tab 3x1
12
13
I. HASIL FOLLOW UP
15-01- S/pasien datang ke IGD mengeluh P/
2016 demam sudah 1 minggu. Demam - Inf. Asering 20 tpm
naik turun. Disertai pingsan - Inj. ceftriaxone 1 g/12 jam
dirumah kurang lebih 30 menit. - Inj. Ranitidine 1 amp/12 j
Pusing(+). - Inj. Sohobion 1g /12 j
Batuk (-) pilek (-) lidah kotor (+). - Antasyd syr 3 x CII
. mual (-) muntah (-) penurunan - Diazepam 3x1
nafsu makan (+) badan dan kaki - Santagesik 1amp/8 j
terasa lemas dan kaku. BAB dan - Transfuse prc 2 kolf
BAK dbn
O/
TD: 120/90N: 88
S: 38,8RR: 20
KU: cukup, CM
K/L: CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-)
Tho: SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
BJ I/IImurni reguler, galop(-)
Abd: NT (-)
Eks: oedem tungkai (-/-)
A/
B20
Anemia
13
14
14
15
15
16
A/
B20
Anemia
Candidiasis oral
Malnutrisi
20-01- S/ P/
2016 Sudah tidak Demam .kejang ( -) -Inf. Asering 20 tpm
Pusing(+)cekot-cekot.
- inj. alenamin /12 j
Hb: 11,4 Pingsan ( -)
Hct:34,7 Batuk (-) pilek (-) lidah kotor (+). - Inj. ceftriaxone 1 g/12 jam
L : 13,68 mual (-) muntah (-) penurunan - Inj. Ranitidine 1 amp/12 j
nafsu makan (+) gak mau makan. - Inj. Sohobion 1g /12 j
badan dan kaki terasa lemas dan - Antasyd syr 3 x CII
kaku. Gatal (+)BAB dan BAK - Candystatin drop 3 x 2 Gtt
baik. - Alprazolam 0,5 mg 0-0-1
O/ - Curcuma tab 3x1
TD: 100/60 N: 82 - Inj. Metil prednisolone 1/5 mg/8j
S: 36,3RR: 20 - Donperidon tab 3x 1
KU: cukup, CM
K/L: CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-)
Tho: SDV (+/+), Rh (+/+), Wh (-
/-)
BJ I/IImurni reguler, galop(-)
Abd: NT (-)
Eks: oedem tungkai (-/-)
A/
B20
Anemia
Candidiasis oral
16
17
Malnutrisi
21-01- S/ P/
2016 Sudah tidak Demam .kejang ( -) Inf. Asering 20 tpm
Pusing(+)cekot-cekot.
- inj. alenamin /12 j
Pingsan ( -)
Batuk (-) pilek (-) lidah kotor (+). - Inj. ceftriaxone 1 g/12 jam
mual (-) muntah (-)makan dan - Inj. Ranitidine 1 amp/12 j
minum sudah sedikit mau.badan - Inj. Sohobion 1g /12 j
dan kaki terasa lemas dan kaku. - Antasyd syr 3 x CII
BAB dan BAK baik. - Candystatin drop 3 x 2 Gtt
O/ - Alprazolam 0,5 mg 0-0-1
TD: 100/80 N: 82 - Curcuma tab 3x1
S: 37,2 RR: 20 - Inj. Metil prednisolone 1/5 mg/8j
KU: cukup, CM - Donperidon tab 3x 1
K/L: CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-)
Tho: SDV (+/+), Rh (+/+), Wh (-
/-)
BJ I/IImurni reguler, galop(-)
Abd: NT (-)
Eks: oedem tungkai (-/-)
A/
B20
Anemia
Candidiasis oral
Malnutrisi
22-01- S/ P/
2016 Sudah tidak Demam .kejang ( -) Inf. Asering 20 tpm
Pusing berkurang. Pingsan ( -)
- inj. alenamin /12 j
Batuk (-) pilek (-) lidah kotor (+).
17
18
18
19
19
20
Malnutrisi
20
21
21
22
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. HIV / AIDS
A. Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus
golongan rotavirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia
dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari
sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih
tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker
atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena
berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan
berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya
berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada
orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara
1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang
terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin
lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai
nol(Djoerban,2006)
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency
Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat
menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV.
Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari
serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan
atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya
berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Djoerban,2006)
22
23
B. Etiologi
AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. HIV adalah suatu virus RNA
berbentuk sferis yang termasuk retrovirus dari famili Lentivirus.
Strukturnya tersusun atas beberapa lapisan dimana lapisan terluar
(envelop) berupa glikoprotein gp120 yang melekat pada glikoprotein
gp41. Selubung glikoprotein ini berafinitas tinggi terhadap molekul
CD4 pada permukaan T-helper lymphosit dan monosit atau makrofag.
Lapisan kedua di bagian dalam terdiri dari protein p17. Inti HIV
dibentuk oleh protein p24. Di dalam inti ini terdapat dua rantai RNA
dan enzim transkriptase reverse (reverse transcriptase enzyme).
Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-
masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing
subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua
grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih
ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1(Djauzi,2010)
C. Cara penularan
Transmisi Seksual Penularan melalui hubungan seksual baik
Homoseksual maupun Heteroseksual merupakan penularan infeksi
HIV yang paling sering terjadi. Penularan ini berhubungan dengan
semen dan cairan vagina atau serik. Infeksi dapat ditularkan dari setiap
pengidap infeksi HIV kepada pasangan seksnya. Resiko penularan
HIV tergantung pada pemilihan pasangan seks, jumlah pasangan seks
dan jenis hubungan seks. Orang yang sering berhubungan seksual
dengan berganti pasangan merupakan kelompok manusia yang berisiko
tinggi terinfeksi virus HIV.
1.1. Homoseksual
Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas
homoseksual menderita AIDS, berumur antara 20-40 tahun dari semua
golongan rusial.
23
24
24
25
D. Patogenesis
Fase selanjutnya HIV akan berusaha masuk ke dalam sel target. Sel
yang menjadi target HIV adalah sel yang mampu mengekspresikan
reseptor CD4. Untuk bisa masuk ke sel target, gp 120 HIV perlu
berikatan dengan reseptor CD4. Reseptor CD 4 ini terdapat pada
permukaan limfosit T, monosit, makrofag, Langerhan’s, sel dendrit,
astrosit, microglia. Selain itu, untuk masuk ke sel HIV memerlukan
chemokine reseptor yaitu CXCR4 dan ccr5, beberapa reseptor lain
yang memiliki peran adalah CCR2b dan CCR3. Selanjutnya akan
25
26
diikuti fase fusi membran HIV dengan membran sel target atas peran
gp41 HIV. Dengan terjadinya fusi kedua membran, seluruh isi
sitoplasma HIV termasuk enzim reverse transkriptase dan inti masuk
ke dalam sitoplasma sel target. Setelah masuk dalam sel target, HIV
melepaskan single strand RNS (ssRNA). Enzim reverse transcriptase
akan menggunakan RNA sebagai template untuk mensisntesis DNA.
Kemudian RNA dipindahkan oleh ribonuklease dan enzim reverse
transcriptase untuk mensintesis DNA lagi menjadi double stran DNA
yang disebut sebagai provirus. Provirus masuk ke dalam inti sel,
menyatu dengan kromosom host dengan perantara enzim integrase.
Penggabungan ini menyebabkan provirus menjadi tidak aktif untuk
melakukan transkripsi dan translasi. Kondisi provirus yang tidak aktif
ini disebut sebagai keadaan laten. Untuk mengaktifkan provirus ini
memrlukan aktivasi dari sel host. Bila sel host teraktivasi oleh inductor
seperti antigen, sitokin atau factor lain maka sel akan memicu nuclear
factor sehingga menjadi aktif dan berikatan dengan 5 LTR (Long
terminal repeats) yang mengapit gen-gen tersebut. LTR berisi berbagai
elemen pengatur yang terlibat pada ekspresi gen, NF menginduksi
replikasi DNA. Induktor NF cepat memicu replikasi HIV dengan cara
intervensi dari mikroorganisme lain., misalnya bakteri, jamur,
protozoa, ataupun virus. Dari keempat golongan tersebut, yang paling
cepat menginduksi replikasi HIV adalah virus non HIV, terutama virus
DNA.
26
27
27
28
gp41. Deteksi anti bodi adalah dasar bagi berbagai uji HIV (misalnya,
enzime-linked immunosorbent assay [ELISA]). Di dalam darah
dijumpai kelas antibodi imunoglobulin G (IgG) maupun
imunoglobulin M (IgM), tetapi seiring dengan menurunnya titer IgM,
titer IgG (pada sebagian besar kasus) tetap tinggi sepanjang infeksi.
Antibodi IgG adalah antibodi utama yang digunakan dalam uji HIV.
Antibodi terhadap HIV dapat muncul dalam 1 bulan setelah infeksi
awal dan pada sebagian besar orang yang terinfeksi HIV dalam 6 bulan
setelah pajanan. Namun, antibodi HIV tidak menetralisasikan HIV atau
menimbulkan perlindungan terhadap infeksi lebih lanjut.
Peran sitotoksik sel CD8 adalah mengikat sel yang terinfeksi oleh
virus dan mengeluarkan perforin, yang menyebabkan kematian sel.
Aktivitas sitotosik sel CD8 sangat hebat pada awal infeksi HIV. Sel
CD8 juga dapat menekan replikasi HIV di dalam limfosit CD4+.
28
29
29
30
E. Diagnosis HIV
Anamnesis yang lengkap termasuk risiko pajanan HIV ,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan konseling perlu
dilakukan pada setiap odha saat kunjungan pertama kali ke sarana
kesehatan. Hal ini dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis,
diperolehnya data dasar mengenai pemeriksaan fisik dan laboratorium,
memastikan pasien memahami tentang infeksi HIV, Dari Anamnesis,
perlu digali factor resiko HIV AIDS, Berikut ini mencantumkan, daftar
tilik riwayat penyakit pasien dengan tersangaka ODHA (table 3 dan
table 4).
30
31
31
32
Gejala Mayor :
32
33
Pemeriksaan fisik
33
34
2. Deteksi Antigen
Deteksi antigen ini dapat berfungsi untuk :
Deteksi dini pada neonatus ( 18 bulan )
Untuk pasien dengan seronegatif tetapi dengan riwayat terpapar
terhadap HIV
Deteksi Antigen hanya dapat dilakukan dan terdeteksi saat pasien :
Stadium klinis 1
Asimtomatik
Limfadenopati generalisata persisten
Stadium klinis 2
34
35
Stadium klinis 3
35
36
Stadium klinis 4b
36
37
G. Penatalaksanaan
Terapi Antiretroviral (ARV)
No Nama Fungsi
Golongan
37
38
Dalam hal tidak tersedia tes CD4, semua pasien dengan stadium 3 dan
4 harus memulai terapi ARV. Pasien dengan stadium klinis 1 dan 2 harus
dipantau secara seksama, setidaknya setiap 3 bulan sekali untuk pemeriksaan
medis lengkap atau manakala timbul gejala atau tanda klinis yang
baru.Adapun terapi HIV-AIDS berdasarkan stadiumnya seperti pada tabel 10.
Jika tidak
Stadium Bila tersedia tersedia
Klinis pemeriksaan CD4 pemeriksaan
CD4
Terapi ARV
1 tidak
Terapi antiretroviral diberikan
dimulai bila CD4
<200 Bila jumlah
2 total limfosit
<1200
38
39
Pada kehamilan
Terapi ARV
atau TB:
dimulai
39
40
40
41
Terapi ARV
41
42
42
43
43
44
( Depkes, 2008 )
1. Definisi
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa
eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer
(penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia
ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell count). (Bakta, 2009)
44
45
2. Etiologi anemia :
Penurunan kecepatan eritropoiesis
Kehilangan eritrosit berlebihan
Defisiensi kandungan hemoglobin dalam eritrosit
45
46
46
47
( Aghe, 2010)
47
48
DAFTAR PUSTAKA
6. Merati TP, Djauzi S. Respon imun infeksi HIV. In: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
7. Brooks, Geo. F., Butel, Janet S., dan Morse, Stephen A., 2012. AIDS dan
Lentivirus. Dalam: Sjabana, Dripa, ed. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:
Salemba Medika; 292-300.
48
49
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=
32 43&Itemid=2 [Diakses 25 januari 2016]
10. Aghe NS. Aplastic anemia, myelodysplasia, and related bone marrow
failure syndromes. In: Kasper DL, Fauci AS, et al (eds). Harrison’s
Principle of Internal Medicine. 16th ed. New York: McGraw Hill,
2009:617-25.
49
50
LAPORAN KASUS
SEORANG LAKI-LAKI USIA 28 TAHUN DENGAN HIV DAN
ANEMIA, CANDIDIASIS ORAL SERTA MALNUTRISI
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Disusun Oleh :
Kurnia Yuniati, S.Ked
J510155078
50
51
LAPORAN KASUS
SEORANG LAKI-LAKI USIA 28 TAHUN DENGAN HIV DAN
ANEMIA, CANDIDIASIS ORAL SERTA MALNUTRISI
Yang Diajukan Oleh:
Pembimbing
Dipresentasikan Dihadapan
51
52
52