Anda di halaman 1dari 7

Kisah Lengkap dr Ayu dan 2 Kolega yang

Dibui karena Dugaan Malpraktik

Jakarta - Nama dr Ayu menggema belakangan. Dokter bernama lengkap Dewa Ayu Sasiary
Prawan (38) ini diperkarakan setelah melakukan operasi caesar terhadap pasien. Dua dokter
kandungan satu tim dengan dokter Ayu juga dijerat kasus yang sama. Bagaimana cerita kasus
yang berujung bui ini?

Pada 10 April 2010, dr Ayu, dr Hendry Siagian, dan dr Hendry Simanjuntak yang saat itu
bertugas di RS Kandou Manado ini menangani pasien bernama Julia Fransiska Makatey (26).
Oleh tim medis, proses persalinan anak kedua Julia dianggap tidak lancar dan
membahayakan. dr Ayu dan koleganya segera melakukan operasi caesar darurat.

Jabang bayi bisa dikeluarkan dan selamat, tapi kondisi Julia memburuk. 20 menit kemudian,
ia meninggal. Merasa ada kejanggalan, keluarga Julia melapor ke polisi. Mereka beralasan
Julia tidak mendapatkan penanganan yang seharusnya. Dokter dituding melakukan pembiaran
karena tidak segera menangani Julia.

Kasus tersebut diproses polisi. 8 Bulan kemudian, atau Desember 2010, dr Ayu datang ke
keluarga Julia sebagai bentuk empati. Bersama tim medis, ia meminta pihak keluarga Julia
menandatangani surat agar tidak melanjutkan kasusnya, tapi keluarga menolak.

Dugaan malpraktik itu bergulir dari polisi ke kejaksaan dan akhirnya ke pengadilan. Pada 15
September 2011, hakim Pengadilan Negeri Manado menuntut dr Ayu, dr Hendry Siagian, dan
dr Hendry Simanjuntak dengan 10 bulan penjara. Namun di akhir sidang, ketiganya divonis
bebas. Oleh hakim, kematian Julia disimpulkan karena gangguan di peredaran darah pasca
kelahiran.

Jaksa tidak terima atas vonis itu. Mereka mengajukan kasasi ke MA dan dikabulkan. Pada 18
September 2012, dr Ayu dan koleganya ditetapkan sebagai Daftar Pencarian Orang (DPO).
Atas putusan MA, dr Ayu ditangkap di tempat praktiknya, RSIA Permata Hati, Balikpapan,
Kaltim, Jumat, 8 Nopember 2013 lalu. Ia dibawa ke Manado dan dijebloskan ke Rutan
Malendeng. Eksekusi putusan MA ini memicu aksi dokter di sejumlah daerah. Kasus tersebut
dikhawatirkan membuat dokter ragu atau tidak bisa mengambil keputusan darurat saat
menangani pasien.

Hari ini, Senin (25/11), satu kolega dr Ayu, dr Hendry Simanjuntak, ditangkap di Medan
Sumatera Utara. Ia menyusul dr Ayu, ditempatkan di Rutan Malendeng. Kini hanya tersisa dr
Hendry Siagian yang masih buron.
Sumber = http://news.detik.com/read/2013/11/25/111305/2422397/10/?nd772204topnews
Inilah Alasan Hakim MA Menghukum dr
Ayu

Seorang peserta demo dari Dokter Indonesia Bersatu membawa poster tuntutan di depan
Istana Negara, Jakarta (20/5). Mereka menuntut reformasi sistem kesehatan nasional yang
berkeadilan dan tidak dipolitisasi seperti program KJS di Jakarta. TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Aksi solidaritas dari ribuan dokter yang akan melakukan longmarch
dari Tugu Proklamasi, Bundaran Hotel Indonesia, dan ke kantor Mahkamah Agung pada
Rabu, 27 November 2013 menyedot perhatian masyarakat. Aksi ini dipicu oleh vonis
Mahkamah Agung yang menghukum dokter Dewa Ayu Sasiary Prawan, 38 tahun, beserta dua
koleganya. Mereka divonis 10 bulan penjara.

Kasus dokter Ayu dan kawan-kawan berawal dari meninggalnya pasien yang mereka tangani,
Julia Fransiska Maketey, di Rumah Sakit R.D. Kandou Malalayang, Manado, Sulawesi Utara,
pada 10 April 2010. Keluarga Julia menggugat ke pengadilan negeri. Hasilnya, Ayu dan
kedua rekannya dinyatakan tidak bersalah. Namun, di tingkat kasasi, ketiga dokter itu divonis
10 bulan penjara. (Baca: IDI Yogyakarta Desak Ada Peradilan Profesi)

Majelis hakim kasasi memvonis Dewa Ayu Sasiary serta dua rekannya, Hendy Siagian dan
Hendry Simanjuntak, bersalah saat menangani Julia Fransiska Maketey. Julia akhirnya
meninggal saat melahirkan. Berikut ini pertimbangan majelis kasasi seperti yang tercantum
dalam putusan yang dirumuskan dalam sidang 18 September 2012. (Baca juga Malpraktek
atau Tidak dr Ayu? Lihat Empat Poin Ini)

1. Julia dinyatakan dalam keadaan darurat pada pukul 18.30 Wita, padahal seharusnya
dinyatakan darurat sejak ia masuk rumah sakit pada pagi hari.
2. Sebagian tindakan medis Ayu dan rekan-rekannya tidak dimasukkan ke rekam medis.

3. Ayu tidak mengetahui pemasangan infus dan jenis obat infus yang diberikan kepada
korban.

4. Meski Ayu menugasi Hendy memberi tahu rencana tindakan kepada pasien dan
keluarganya, Hendy tidak melakukannya. Ia malah menyerahkan lembar persetujuan tindakan
yang telah ditandatangani Julia kepada Ayu, tapi ternyata tanda tangan di dalamnya palsu.

5. Tidak ada koordinasi yang baik dalam tim Ayu saat melakukan tindakan medis.

6. Tidak ada persiapan jika korban mendadak mengalami keadaan darurat.

Tuduhan itu dinilai tak berdasar oleh O.C. Kaligis pengacara dokter Ayu. O.C. Kaligis
menilai putusan Mahkamah Agung tak berdasar. Dalam persidangan di pengadilan negeri,
kata Kaligis, sudah dihadirkan saksi ahli kedokteran yang menyatakan Ayu dan dua rekannya
tak melakukan kesalahan prosedural. Para saksi itu antara lain Reggy Lefran, dokter kepala
bagian jantung Rumah Sakit Profesor Kandou Malalayang; Murhady Saleh, dokter spesialis
obygin Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta; dan dokter forensik
Johanis.

Sumber = http://www.tempo.co/read/news/2013/11/27/078532777/Inilah-Alasan-Hakim-MA-
Menghukum-dr-Ayu
Inilah Kronologi Kasus Malpraktek Dr Ayu
Selengkapnya

Kasus malpraktek yang menimpa dr.Dewa Ayu Sasiary Prawan yang merupakan dokter
spesialis kebidanan dan kandungan yang terjadi pada tahun 2010 di rumah sakit Dr Kandau
Manado , menimbulkan banyak reaksi dari para dokter di Indonesia Seperti pada hari ini
Rabu (27/11/2013), para dokter melakukan demo di Tugu Proklamasi, Jakarta dengan
menggunakan Ambulans dan juga Metro mini, para dokter tersebut melakukan demo dengan
tuntutan menolak kriminalisasi profesi dokter.

Kasus yang menimpa dokter ayu dan dua orang temanya tersebut berawal dari tuduhan pihak
keluarga korban Julia Fransiska Makatey (25) yang meninggal dunia sesaat setelah
melakukan operasi kelahiran anak pada tahun 2010 yang lalu. Akibat dari kasus tersebut dr
ayu dan kedua temanya divonis oleh MA dengan hukuman 10 bulan penjara.

Berikut ini kronologi kasus penangkapan dokter Ayu dan kedua orang temanya yang juga ikut
dihukum atas tuduhan kasus malpraktek menurut keterangan dari Ketua Umum Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Dr Nurdadi Saleh, SpOG seperti dilansir dari
Liputan6.

Tanggal 10 April 2010

Korban, Julia Fransiska Makatey (25) merupakan wanita yang sedang hamil anak keduanya.
Ia masuk ke RS Dr Kandau Manado atas rujukan puskesmas. Pada waktu itu, ia didiagnosis
sudah dalam tahap persalinan pembukaan dua.
Namun setelah delapan jam masuk tahap persalinan, tidak ada kemajuan dan justru malah
muncul tanda-tanda gawat janin, sehingga ketika itu diputuskan untuk dilakukan operasi
caesar darurat.
“Saat itu terlihat tanda tanda gawat janin, terjadi mekonium atau bayi mengeluarkan feses
saat persalinan sehingga diputuskan melakukan bedah sesar,” ujarnya.

Tapi yang terjadi menurut dr Nurdadi, pada waktu sayatan pertama dimulai, pasien
mengeluarkan darah yang berwarna kehitaman. Dokter menyatakan, itu adalah tanda bahwa
pasien kurang oksigen.

“Tapi setelah itu bayi berhasil dikeluarkan, namun pasca operasi kondisi pasien semakin
memburuk dan sekitar 20 menit kemudian, ia dinyatakan meninggal dunia,” ungkap Nurdadi,
seperti ditulis Senin (18/11/2013).

Tanggal 15 September 2011

Atas kasus ini, tim dokter yang terdiri atas dr Ayu, dr Hendi Siagian dan dr Hendry
Simanjuntak, dituntut Jaksa Penuntut Umum (JPU) hukuman 10 bulan penjara karena laporan
malpraktik keluarga korban. Namun Pengadilan Negeri (PN) Manado menyatakan ketiga
terdakwa tidak bersalah dan bebas murni.

“Dari hasil otopsi ditemukan bahwa sebab kematiannya adalah karena adanya emboli udara,
sehingga mengganggu peredaran darah yang sebelumnya tidak diketahui oleh dokter. Emboli
udara atau gelembung udara ini ada pada bilik kanan jantung pasien. Dengan bukti ini PN
Manado memutuskan bebas murni,” tutur dr Nurdadi.

Tapi ternyata kasus ini masih bergulir karena jaksa mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung
yang kemudian dikabulkan.

18 September 2012
Dr. Dewa Ayu dan dua dokter lainnya yakni dr Hendry Simanjuntak dan dr Hendy Siagian
akhirnya masuk daftar pencarian orang (DPO).

11 Februari 2013
Keberatan atas keputusan tersebut, PB POGI melayangkan surat ke Mahkamah Agung dan
dinyatakan akan diajukan upaya Peninjauan Kembali (PK).

Dalam surat keberatan tersebut, POGI menyatakan bahwa putusan PN Manado menyebutkan
ketiga terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan kalau ketiga dokter tidak bersalah
melakukan tindak pidana. Sementara itu, Majelis Kehormatan dan Etika Profesi Kedokteran
(MKEK) menyatakan tidak ditemukan adanya kesalahan atau kelalaian para terdakwa dalam
melakukan operasi pada pasien.

8 November 2013
Dr Dewa Ayu Sasiary Prawan (38), satu diantara terpidana kasus malapraktik akhirnya
diputuskan bersalah oleh Mahkamah Agung dengan putusan 10 bulan penjara. Ia diciduk di
tempat praktiknya di Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Hati, Balikpapan Kalimantan Timur
(Kaltim) oleh tim dari Kejaksaan Agung (Kejagung) dan Kejari Manado sekitar pukul 11.04
Wita.
Kronologi Menurut Yulin Mahengkeng, ibu Julia Fransiska Makatey seperti dilansir
dari detik

Saat itu anaknya, masuk ke Puskesmas di Bahu Kecamatan Malalayang jelang melahirkan.
Tanda-tanda melahirkan terlihat pukul 04.00 WITA, keesokan harinya, setelah pecah air
ketuban dengan pembukaan 8 hingga 9 Centimeter.

Tapi dokter Puskemas merujuk ke RS Prof dr Kandou Malalayang karena Fransiska


mempunyai riwayat melahirkan dengan cara divakum pada anak pertamanya. “Kami tiba
pukul 07.00 WITA, lalu dimasukkan ke ruangan Irdo,” kata Yulin kepada detikcom, Senin
(25/11/2013) malam.

Karena hasil pemeriksaan terjadi penurunan pembukaan hingga 6 cm, pagi itu Fransiska lalu
diarahkan ke ruang bersalin. Yulin lalu mengatakan, saat itulah seakan terjadi pembiaran
terhadap anaknya, karena terkesan mengulur waktu menunggu persalinan normal.

“Padahal anak saya harus dioperasi karena air ketuban sudah pecah dan kondisinya sudah
lemah,” terangnya.

Hingga malam hari sekitar pukul 20.00 WITA, tindakan melakukan operasi baru dilakukan dr
Ayu dan dua rekannya. Keluarga pun bolak-balik ruang operasi dan apotek untuk membeli
obat. Dengan kondisi tidak membawa uang cukup, tawar-menawar obat dan peralatan terjadi.

“Bahkan saya coba menjamin kalung emas yang saya pakai, sambil menunggu uang yang
masih dalam perjalanan, tapi tetap tidak dihiraukan. Operasi pun akhirnya mengalami
penundaan,” beber Yulin.

Lanjutnya, pada pukul 22.00 WITA, uang dari adiknya pun tiba. Jumlahnya pun tidak
mencukupi seperti permintaan pihak rumah sakit. Setelah bermohon berulang kali, operasi
kemudian dilaksanakan. 15 menit kemudian, dokter keluar membawa bayi dan memberi
kabar anaknya dalam keadaan sehat. Tapi hanya berselang 20 sampai 30 menit kemudian,
dokter bawa kabar lagi kalau anaknya sudah meninggal dunia.

“Kami kecewa terjadi pembiaran selama 15 jam terhadap anak saya. Kenapa tindakan operasi
baru dilakukan setelah kondisi anak saya sudah menderita dan tidak berdaya?” tandasnya.

“Ini jelas ada kesalahan yang dilakukan dokter, itu makanya kami keluarga melaporkan ke
polisi,” tambah Yulin.
Menurutnya, kejadian itu sudah beberapa kali diceritakannya ke berbagai pihak untuk
membuktikan adanya pembiaran yang dilakukan para dokter yang menangani anaknya.

“Makanya saya menangis saat dengar, putusan bebas Pengadilan Negeri Manado. Tapi Tuhan
dengar doa kami, karena kasasi kami dan Kejaksaan diterima Mahkamah Agung dan
mengabulkan tuntutan 10 bulan penjara,” tutupnya.

Sumber = http://www.aktualpost.com/2013/11/27/5807/inilah-kronologi-kasus-
malpraktek-dr-ayu-selengkapnya/

Anda mungkin juga menyukai