Anda di halaman 1dari 2

Selama 13 tahun hidup di kota Mekkah, Rasulullah saw.

Serta para pengikutnya


sering mengalami cobaan besar dan siksaan yang sangat pedih, disamping itu hak
kemerdekaan mereka dirampas, mereka diusir dan harta benda mereka disita.
Siksaan pedih berupa dera cambuk sangat meresahkan para sahabat dan kaum
muslimin pada umumnya. Badan mereka dipanggang, kabel sejenis serabut dikatkan
pada tubuh karena tidak mau tunduk kepada selain Allah, seperti Bilal bin Rabah
orang yang kuat imannya dan bersih hatinya, disiksa oleh Umay bin Khalaf untuk
meninggalkan agama tauhid, namun ia tetap teguh mempertahankan keimanannya.
Itulah tekanan yang sangat dahsyat dialami Rasulullah beserta pengikutnya selama
menyampaikan dakwah demi tersebarnya risalah tauhid di tengah-tengah kaum kafir
Quraisy.
Namun ancaman dan tindakan kekerasan yang dialami Rasulullah saw. tersebut
masih bisa dilalui dengan penuh kesabaran dan keteguhan iman. Tekanan itu baru
dirasakan sangat meresahkan bagi Rasulullah saw. Setelah Khadijah, istri Rasululah
saw. Meninggal dunia. dirinya telah kehilangan istri tercinta tempat curahan kasih
sayangnya. Kesedihan itu kembali bertambah setelah tidak lama berselang paman
Rasulullah saw. yaitu Abu Thalib juga bepulang ke rahmatullah. Kematian Abu Thalib
ini menyebabkan Rasullah saw. telah kehilangan pelindung setia yang senantiasa
melindunginya dari berbagai macam ancaman. Kepergian Abu Thalib untuk selama-
lamanya ini telah memberi peluang kepada kaum kafir QuraisyUntuk tidak segan-
segan melakukan tindakan kekerasan kepada Rasulullah saw. berserta para
pengikutnya. Kaum musyrikin Quraisy semakin gila melancarkan intimidasi terhadap
kaum muslimin.
Keadaan tersebut telah membuat kehidupan umat Islam di Mekah sudah tidak
kondusif lagi, oleh karena itu setelah melakukan perjanjian aqabah yang ke dua di
mana ada 73 jama’ah haji dari datang dari yatsrib meminta kepada Nabi saw. Agar
berkenan pindah ke yatsrib, mereka berjanji akan melindungi Nabi saw. dari segala
macam ancaman. Hal ini membuat Nabi saw. Segera memerintahkan para
sahabatnya untuk hijrah ke yas\rib. Dalam waktu dua bulan hampir semua kaum
muslimin sekitar 150 orang telah meninggalkan kota Mekkah.
Menurut al-Faruqi bahwa yang melatar belakangi hijrah Rasulullah saw. Ke Madinah
adalah gerakan untuk mencari keselamatan. Dan ini merupakan upaya untuk mencari
tempat yang dapat dijadikan sebagai titik tolak bagi perkembangan keimanan baru
sekaligus untuk menata ulang masyarakat muslim, baik sebagai tatanan sosial
maupun Negara. Hal tersebut dipertegas oleh Abdullah al-Hatib, bahwa hijrah selain
penghindaran dari fitnah dan cobaan, juga juga untuk menjalin ikatan yang kuat,
menghimpun kekuatan, memperoleh daerah strategis untuk membentuk suatu
kekuatan politik.
Sedangkan menurut Ali Syariati bahwa hal lain yang mendorong hijranya Nabi saw.
Dan kaum Muslimin ke Madinah, Pertama, mengembangkan dan menyebarluaskan
pemikiran dan Aqidah ke wilayah-wilayah lain dalam rangka menunaikan tugas
risalah kemanusiaan yang universal, serta melaksanakan tanggung jawab dalam
rangka menyadarkan, membebaskan dan menyelamatkan umat manusia dari
kehancuran aqidah. Kedua, mengaharapkan tercapainya kemungkinan-kemungkinan
baru dan ditemukannya lingkungan yang mendukung perjuagan di luar wilayah
sosial-politik yang zalim, guna melakukan perjuangan menentang kezaliman tersebut.
Dari penjelasan tersebut diatas dapat dipahami bahwa latar belakang hijranya
Rasulullah saw. Beserta kaum muslimin tidak lain adalah untuk menyelamatkan diri
dan juga juga menyelamatkan Agama tauhid, risalah kebenaran yang sedang berada
dalam tanggung jawabnya. Hijrah tersebut bukan berarti lari dari tanggung jawab
karena tidak tahan menerima tantangan, melainkan hijrah itu itu dilakukan, semata-
mata untuk mencari tempat yang kondusif untuk selanjutnya menyusun kekuatan
baru demi tercapainya kemenangan yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai