Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“PEMBUNUHAN SALIM”

KELOMPOK VII
1. SITTI NUR HALISZAH ALI
2. STEVANUS DINO MARSELINO BAWOLE
3. SURYATI GABRELA PITER
4. TASYA KENSY KALALO
5. TIMOTIUS DAVICO IMBANG
6. TOAR HIZKIA PASKAL KAUNANG
7. VIRGINIA SONDAKH
8. VIVIAN GABRIELA IROTH
9. ZAFIRA HUTABARAT
10. ZEFANYA PANDEIROOT
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu ketentuan yang wajib dipenuhi oleh negara rule of law adalah terjaminnya hak

asasi manusia dalam undang-undang. Hal ini diwujudkan oleh Indonesia dengan merumuskan

ketentuan mengenai hak asasi manusia didalam konstitusinya, dan dibuat dalam Undang -

Undang No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia. Di dalam ketentuan tersebut tertera

jelas bahwa Indonesia adalah Negara yang mengakui dan menghargai prinsp-prinsip hak asasi

manusia, sebagaimana yang telah dianut oleh sejumlah bangsa-bangsa diseluruh dunia.

Hak Asasi Manusia dalam UU. No. 39 Thn 1999 Pasal 1 berbunyi : Hak asasi manusia

adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk

Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi

dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia.

Hak asasi manusia memang suatu isu global yang selalu ramai diperbincangkan, bahkan

tidak terbatas pada jaman atau waktu tertentu.

Pembahasan mulai dari pelanggaran HAM yang tak kunjung usai diusut, pembahasan

diskriminasi antar golongan, dilema antara kebebasan dan penindasan warga negara, dan

sebagainya. Terjadi pada bulan September 2015 lalu adalah kasus pembunuhan dan

penganiayaan terhadap seorang petani dan aktifis yang membela hak-haknya dijawa timur,

yang dikenal dengan kasus pembunuhan dan penganiayaan salim kancil.


Berbicara tentang Hak Asasi Manusia, dalam salah satu kasus Salim Kancil terdapat

banyak pelanggaran HAM ( Hak Asasi Manusia ) yang didapatkan beberapa diantara adalah

Hak untuk hidup, Hak untuk mendapatkan kepastian hukum, Hak perlindungan diri pribadi dan

masih banyak pelanggaran HAM ( Hak Asasi Manusia ) lainnya yang terjadi dalam kasus Salim

Kancil.

Dalam kasus Salim Kancil ini sangat perlu diperhatikan, bagaimana setiap individu yang

memiliki status kewarganegaraan jelas berhak mendapatkan semua hak – hak nya sebagai

warga Negara.Makalah ini akan memperdalam pengetahuan kita tentang HAM ( Hak Asasi

Manusia ) dan kaitan HAM (Hak Asasi Manusia ) dan Negara Hukum.

1.2 RumusanMasalah

1. Apa yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa pembunuhan Salim Kancil ?

2. Apa saja kasus pelanggaran HAM yang dapat kita lihat dari kasus Salim Kancil ?

3. Bagaimana upaya – upaya penanganan terhadap kasus Salim Kancil

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa pembunuhan Salim

Kancil.

2. Untuk mengetahui apa saja pelanggaran HAM dalam kasus Salim Kancil.

3. Untuk memahami apa saja upaya – upaya penanganan terhadapa kasus Salim Kancil.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori kasus pembunuhan dan pelanggaran HAM Salim Kancil

Salim adalah petani yang sekaligus menjadi pemilik lahan sekitar lokasi penambangan di

pesisir pantai selatan Watu Pecak.Hingga pada suatu hari, Salim mendapati 8 petak lahannya

hancur akibat tambang pasir ilegal. Salim menduga, tambang tersebut diduga dikelola oleh tim

12, yang merupakan mantan tim kampanye kepala desa mereka, Haryono, yang di kemudian

hari terseret dalam perkara ini.

Salim pun mulai mengunjungi rumah teman-temannya di malam hari dan berhasil merekrut

lima orang warga. Dari situlah perlawanan dimulai secara diam-diam karena khawatir aktivitas

mereka diketahui oleh Tim 12.Salim mulai aktif, dan rajin surat-menyurat dengan pihak

keamanan, pemerintah kabupaten, provinsi, sampai ke Jakarta. Tujuannya bulat, dirinya

memperjuangan hak hidup sebagai warga negara Indonesia, apalagi apa yang menimpa dirinya

juga sama dengan warga pemilih lahan di lokasi tambang ilegal.Salim Kancil melaporkan

intimidasi dan ancaman pada petani yang menolak tambang ke Kepolisian Sektor Pasirian,

yang kemudian diteruskan ke Kepolisian Resor Lumajang, namun tidak ada tindakan.

Berikut adalah urutan peristiwa yang terjadi setelah Salim Kancil melapor kepolisi:

 Atas nihilnya/kosongnya tanggapan dari aparat, Salim pun kemudian membentuk Forum

Komunikasi Masyarakat Peduli Desa Selok Awar-awar (FORUM) yang terdiri dari 11 warga

untuk angkatan pertama, yakni Tosan, Iksan Sumar, Ansori, Sapari, Abdul Hamid, Turiman,

Muhammad Hariyadi, Rosyid, Mohammad Imam, dan Ridwan.


Mereka mulai melakukan gerakan advokasi/pembelaan protes perihal penambangan pasir

yang mengakibatkan rusaknya lingkungan di desa Selok Awar-awar, dengan cara bersurat

kepada Pemerintahan Desa Selok Awar-Awar, Pemerintahan Kecamatan Pasirian bahkan

kepada Pemerintahan Kabupaten Lumajang.

 Pada Juni, kelompok ini menyurati Bupati Lumajang As'at Malik untuk meminta audiensi

tentang penolakan tambang pasir, tapi tidak mendapatkan tanggapan.

 Pada 9 September 2015, FORUM melakukan aksi damai dengan cara memberhentikan

aktivitas penambangan pasir dan truk muatan pasir di Balai Desa Selok Awar-Awar yang

menghasilkan surat pernyataan dari Kepala desa Selok Awar-Awar untuk menghentikan

penambangan pasir.

 Pada hari yang sama, Salim dan warga yang menolak tambang pasir tersebut mengaku

mendapat ancaman pembunuhan. Menurut mereka pengirimnya adalah tim 12 yang diketuai

Desir.

 Warga melaporkannya kepada aparat, tapi sekali lagi, tidak mendapatkan tanggapan.

 25 September 2015, FORUM merencanakan aksi penolakan tambang pasir pada Sabtu, 26

September pukul 07:30 pagi.

 26 September 2015, Tosan, rekan Salim, mulai aksi pada pukul 07:00 dengan menyebar

selebaran aksi damai tolak tambang di depan rumahnya bersama Imam. Kemudian ada satu

orang yang melintas dan membaca selebaran tersebut sambil memarahi Tosan dan Imam. Enam

puluh menit kemudian, Salim didatangi oleh puluhan orang di rumahnya. Ia diseret ke Balai

Desa dan dianiaya hingga meninggal dunia.


Penyidikan kasus pembunuhan Salim Kancil diyakini belum menyentuh aktor utama.

Kepala Divisi Advokasi Hak Ekonomi Sosial Budaya Komisi untuk Orang Hilang dan Korban

Tindak Kekerasan (Kontras) Ananta Setiawan mengatakan, proses hukum kasus kematian

Salim Kancil hanya menyasar pelaku lapangan.

Pasalnya, perusahaan tambang yang diduga terlibat, bahkan bisa jadi sebagai otak kejahatan,

belum pernah diadili. adanya dugaan gratifikasi yang dilakukan perusahaan tambang kepada

sejumlah pihak belum ditelusuri penyidik kepolisian. Padahal, dugaan tersebut sudah

disaksikan dalam persidangan oleh Kepala Desa Selok Awar-awar, Hariyono. Belum lagi

kesaksian kades yang menyebutkan ada penyaluran uang sekian juta sebagai bentuk gratifikasi

juga tidak pernah tersentuh sampai sekarang.

Kasus ini semakin menunjukkan ketidakberpihakan negara ketika proses peradilan terkait

kasus Salim Kancil masih lambat dilakukan. Pengadilannya sangat lambat, bertele-tele, tidak

bisa dijadikan benchmark/pengetesan dengan menggunakan nilai standart untuk mendorong

negara membuat semacam perlindungan terhadap penegak HAM yang sekarang trennya

diserang di sektor sumber daya alam.

Pengadilan mengadili lebih dari 30 orang untuk kasus ini. Hariyono, Kepala Desa Selok

Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang, yang disebut sebagai otak pembunuhan Salim

Kancil dijerat Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana dan divonis 20 tahun penjara

oleh Pengadilan Negeri Surabaya. Selain karena kasus pembunuhan Salim Kancil, dia juga

didakwa atas kasus tambang ilegal dan kasus pencucian uang.


Putusan hukum

Dua orang pelaku utama pembunuhan Salim Kancil telah divonis bersalah dan hukuman

20 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Surabaya, Kamis 23 Juni 2016. Mantan Kepala Desa

Selok Lumajang, Jatim, Hariyono dan Ketua Lembaga Masyarakat Desa Awar-awar di kota

Hutan (LMDH) setempat, Mat Dasir dinyatakan terbukti bersalah melakukan pembunuhan

secara berencana. Anggota Jaksa Penuntut Umum Dodi Ghazali mengatakan Hariyono, mantan

Kepala Desa Selok Awar-Awar, Kabupaten Lumajang, dan Madasir, Ketua Lembaga

Masyarakat Desa Hutan, terbukti dengan sengaja dan berencana merampas nyawa orang lain.

"Terdakwa telah dengan sengaja dan berencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain
serta dengan terang-terangan menggunakan kekerasan terhadap orang lain, maka dijatuhkan
hukum penjara seumur hidup kepada kedua terdakwa sesuai dengan pasal 340 KUHP," kata
Dodi.

Menurut Dodi, tuntutan ini diajukan setelah mendengarkan keterangn dari 20 orang saksi dan
dua orang ahli yang dihadirkan dalam persidangan. Dari keterangan para saksi itu, jaksa
menyimpulkan jika kedua terdakwa memang terbukti melakukan perencanaan pembunuhan
atas Salim Kancil.

Atas tuntutan jaksa itu, kedua terdakwa melalui kuasa hukum Budi Setiyono, menyatakan
minta waktu untuk mengajukan keberatan. "Kami mengajukan waktu dua minggu untuk
mengajukan keberatan, Yang Mulia," kata Budi Setiyono kepada majelis hakim usai
mendengarkan tuntutan jaksa.

Menanggapi tuntutan jaksa tersebut, Haryono hanya berujar: "Saya tidak pernah menyuruh
orang-orang untuk membunuh Salim Kancil."

Salim Kancil, aktivis lingkungan penolak tambang pasir ilegal di Lumajang, Jawa Timur,
tewas pada 26 September 2015 lalu setelah dianiaya oleh puluhan orang yang pro tambang
ilegal di Desa Selok Awar-awar. Aktifitas tambang pasir ilegal ini dimotori oleh aparat desa
yaitu mantan Kepala Desa Selok Awar-awar Hariyono dan Ketua Ketua Lembaga
Masyarakat Desa Hutan, Madasir. Polisi menetapkan 35 orang tersangka dalam 15 berkas
perkara.

Tosan yang menjadi korban selamat pengeroyokan kelompok pro-tambang menyatakan tidak
puas dengan tuntutan yang telah dibacakan oleh jaksa. Menurut dia, tuntutan yang dibacakan
oleh jaksa dianggap terlalu ringan. "Baiknya dia dihukum mati saja. Kami orang Madura
mengenal tradisi hutang beras dibayar beras, hutang nyawa harus dibayar nyawa," kata dia
usai menyaksikan pembacaan tuntutan jaksa di Pengadilan Negeri Surabaya.

Kata dia, jika Haryono dan Madasir masih diberikan kesempatan untuk hidup, maka akan
selalu meresahkan masyarakat. Saat ini saja meski sebagian besar pelaku pengeroyokan
terhadap dirinya sudah ditangkap polisi, masih ada 23 orang yang terlibat masih berkeliaran
bebas di Desa Selok Awar-awar.

"Saya bisa memastikan masih ada 23 orang yang bebas. Mereka meresahkan masyarakat
Selok Awar-awar," ujar Tosan.

Menurut Tosan, sekitar seminggu lalu rumahnya sempat dimasuki oleh orang tidak dikenal
pada malam hari. Masuknya orang itu setelah perlindungan yang diberikan oleh Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) berakhir.

"Ya saya tidak tahu apakah itu maling atau orang-orangnya Haryono. Yang jelas masih ada
23 orang yang terlibat dalam pembunuhan itu yang masih bebas," kata Tosan.

B. Materi

Kasus Salim Kancil adalah salah satu contoh nyata dari akibat ketamakan dan keserakahan

seseorang. Demi meluruskan kepentingannya, kepala desa tega membunuh warganya sendiri.

Salim Kancil dan temannya, Tosan, tidak bersalah. Benar bahwa mereka ingin melindungi

kepentingan bersama, para warga. Toh, bukankah kebebasan berpendapat itu dilindungi oleh

UUD? Bukankah kebebasan berpendapat itu adalah hak tiap manusia, yang diakui hampir

seluruh dunia? Mereka hanya mencoba menyampaikan aspirasi mereka. Pemerintah kabupaten

pun mendukung upaya mereka. Tapi, kenapa hal ini sampai terjadi? Kenapa Salim Kancil dan

Tosan harus dianiaya dengan cara yang tidak manusiawi? Kenapa Salim Kancil harus diseret

hampir 2 km, digergaji lehernya, disetrum, dan dilempari batu? Semua ini kembali lagi pada

keserakahan. Si kepala desa juga terlalu 'bernafsu' dan tidak lagi memperdulikan kepentingan

masyarakatnya. Semua yang menghalangi harus 'dilenyapkan' agar keinginannya terwujud,

demi tumpukan rupiah yang siap masuk ke kantongnya.

Dalam peristiwa ini, terdapat bukti permulaan yang cukup untuk menduga terjadinya

pelanggaran HAM sebagaimana dijamin didalam berbagai peraturan perundang-undangan

HAM. Berikut bentuk-bentuk perbuatan pelanggaran yang terjadi dalam peristiwa ini:
1. Hak untuk hidup

Terbukti dari tindakan pelaku yang tega menganiaya dan membunuh Salim Kancil secara

sadis karena di aberani menolak penambangan pasir besi di sana secara terang-terangan.

Tindakan pembunuhan tersebut secara jelas melanggar hak hidup sesuai yang tertera

didalam Pasal 28A Undang – undang dasar 1945 yang berbunyi:

“setiap orang berhak untu khidup serta berhak mempertahankan hidup dan

kehidupannya.”dan dikatakan bahwa setiap orang berhak atas kehidupan, mempertahanka

nkehidupan, dan meningkatkan taraf kehidupannya”

2. Hak untuk tidak mendapat perlakuan yang kejam

Tidak ada manusia yang diizinkan untuk merendahkan martabat. Pada peristiwa tersebut

korban baik Salim Kancil maupun Tosan mengalami tindak kekerasan antara lain, dipukul

dengan benda tajam, batu dan sebagainya serta distrum di hadapan masyarakat. Berdasarkan

hal tersebut telah mengakibatkan terjadinya pelanggaran HAM sebagaimana dijamin Pasal 33

ayat (1) UU 39Tahun 1999 yang berbunyi :

“setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan yang kejam,

tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan”.


3. Hak untuk tidak ditangkap secara sewenang-wenang

Pada saat peristiwa, korban Salim Kancil dilakukan penangkapan olehsejumlahorang yang

tidak mempunyai kewenangan dan kapasitas untuk melakukan penangkapan. Sehingga terjadi

tindakan penangkapan secara sewenang-wenang. Hal tersebut telah mengakibatkan terjadinya

pelanggaran HAM, khususnya hak untuk tidak ditangkap secara sewenang-wenang

sebagaimana dijamin dalam Pasal 34 ayat (1) UU 39 Tahun 1999 berbunyi :

“setiap orang tidak boleh ditangkap, ditahan, disiksa, dikucilkan, diasingkan, atau dibuang

secara sewenang-wenang: Pasal 9 ayat (1) UU 39 Tahun 1999 berbunyi :

“setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf

kehidupannya”

4. Hak atas Rasa Aman

Peristiwa ini telah menyebabkan rasa ketakutan dan kekhawatiran yang dialami oleh

keluarga korban serta masyarakat sekitar juga, terutama bagi pembela HAM. Berdasar hal

tersebut maka telah terjadi pelanggaran hak atas rasa aman sebagaimana dijamin Pasal 28 G

ayat (1) UUD 1945 berbunyi:

“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta

benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhakatas rasa aman dan perlindungan dari ancaman

ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi “Makna: setiap

warga Negara berhak untuk mendapatkan perlindungan dari Negara baik bagi dirinya sendiri,

keluarga, kehormatan maupun martabat dan harta benda yang dia miliki dibawah

kekuasaannya”. Setiap orang pun berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman untuk

berbuat atau bertindak yang tidak sesuai dengan hak asasi manusia.

Dan bagi orang yang melakukan kekerasan ataupun mencoba untuk melakukan tindakan

pelanggaran terhadap hak asasi manusia, maka orang tersebut dapat dipidanakan dan
mendapatkan hukuman yang telah diatur oleh Negara tersebut dan Pasal 30 UU 39 Tahun

1999 tentang HAM berbunyi:

“setiap orang berhak untuk mendirikan serikat pekerjaan dan tidak boleh dihambat untuk

menjadi anggotanya demi melindungi dan memperjuangkan kepentingannya serta sesuai

dengan ketentuan peraturan perudang-undangan”

5. Hak Anak

Dalam peristiwa kekerasan tersebut, pelaku melakukan tindakan kekerasan di depan anak

Salim yang masih berusia 13 tahun. Selain itu, dalam peristiwa kekerasan bertempat di Kantor

Pemerintah Desa Selok Awar-Awar dilakukan di depan sekolah PAUD. Berdasarkan hal

tersebut, maka telah terjadi pelanggaran HAM sebagaimana dijamin dlm Pasal 28 B ayat (2)

UUD45 berbunyi:

“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”

Pasal 52ayat (1) berbunyi:

“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”

Pasal 63 UU 39 Tahun 1999 berbunyi:

“Setiap anak berhak untuk tidak dilibatkan didalam peristiwa peperangan, sengketa bersenjata,

kerusuhan sosial, dan peristiwa lain yang mengandung unsur kekerasan” tentang HAM.
6. Hak atas lingkungan yang baik dan sehat

Pada UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang dalam pasal 9 ayat (3)

menegaskan: “setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat” (sama dengan

UUPLH). Hal tersebut dipertegas dan dikuatkan, dalam Pasal 28 H Ayat 1 UUD NRI Tahun

1945 yang menyatakan;

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”

7. Hak atas kebebasan berekspresi dan beropini

Dalam kasus ini disebutkan bahwa para pelaku telah melakukan intimidasi terhadap warga

yang menolak penambangan. Hal ini tentu membuat warga merasa terkekang untuk

mengeluarkan aspirasi dan pendapatnya, dengan kata lain, hak mereka untuk mengeluarkan

pendapat pun terhalangi oleh para pelaku, dan melanggar UUD 1945

pasal 28 E ayat 3 yang berbunyi :

“setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat’’.

Apabila kepentingan individu atau kelompok dan kekuasaan kerap kali 'membutakan'

seseorang dan membuatnya 'sampai hati' untuk melenyapkan dan membungkam kubu oposisi,

sekalipun harus melanggar hak kodrat mereka sebagai manusia. Kasus Salim Kancil hanya

sebagian kecil dari beragam kasus pelanggaran kebebasan berpendapat di negeri ini, yang sejak

era Orde Baru hingga era Reformasi ini masih terus terjadi.Perlu kesadaran dari tiap manusia

agar tidak menjadi tamak dan serakah, dan mengabaikan kepentingan masyarakat demi

keuntungan dirinya.
Pelanggaran HAM bisa terjadi kapan dan dimana saja. Setiap individu berhak untuk

berpartisipasi dalam usaha penegakan HAM apabila ia mendapat perlakuan atau melihat

tindakan yang melanggar HAM. Bentuk partisipasi yang dapat dilakukan adalah melaporkan

apabila terjadi pelanggaran HAM kepada Komnas HAM atau lembaga lainnya yang

berwenang. Setiap individu juga berhak mengajukan usulan mengenai kebijakan yang

berkaitan dengan HAM kepada Komnas HAM atau lembaga lainnya. Seiring dengan

perkembangan masyarakat dewasa ini, perubahan yang terjadi di tengah masyarakat juga

semakin pesat dan dinamis sehingga sangatlah sulit bagi pemerintah untuk mengamati

kebutuhan hak asasi masyarakat setiap waktu. Untuk mengatasi kendala tersebut, masyarakat

dapat membantu dengan melakukan penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi

mengenai HAM, baik dilakukan secara sendiri-sendiri maupun bekerjasama dengan Komnas

HAM.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN

A. Faktor yang melatarbelakangi pada kasus Salim kancil adalah aktivis lingkungan di daerahnya,

yaitu menolak tambang pasir di Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten

Lumajang, Jawa Timur. Dia tidak setuju ada penambangan pasir di daerahnya karena bisa

merusak ekosistem lingkungan dan merusak lingkungan. Perlawanan Salim yang semakin

nyata membuat penambang ilegal yang ‘diamankan' oleh tim 12 mulai gusar. Lalu mulai

adanya ancaman dan intimidasi pada Salim mulai berdatangan. Sampai akhirnya Salim harus

kehilangan nyawa akibat penganiayaan berat yang dideritanya oleh segerombolan orang –

orang dari tim 12.

B. Adanya pelanggaran HAM yang terjadi pada kasus Salim Kancil, yaitu

1. hak untuk hidup

2. hak untuk tidak mendapat perlakuan yang kejam

3. Hak untuk tidak ditangkap sewenang-wenang

4. Hak atas rasa aman,

5. Hak anak

6. Hak atas lingkungan yang baik dan sehat

7. Hak atas kebebasan berekspresi dan beropini.

C. Upaya untuk tidak terjadinya kasus salim kancil yang kedua kalinya adalah melaporkan

apabila terjadi pelanggaran HAM kepada Komnas HAM atau lembaga lainnya yang

berwenang. Kita sebagai masyarakat harus memahami kewajiban dasar manusia sesuai dengan

pasal 67 sampai 70 undang-undang no.39 Tahun 1999


Pasal 67 : setiap orang yang ada di wilayah negara Republik Indonesia wajib patuh pada

peraturan perundang-undangan, hukum tak tertulis, dan hukum internasional mengenai hak

asasi manusia yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia

Pasal 68 : setiap warga negara wajib ikut serta dalam pembelaan negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 69Ayat (1) : setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain , moral, etika,

dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Ayat (2) : setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung

jawab untuk menghormati hak asasi orang lain serta menjadi petugas pemerintah untuk

menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukanya.

Pasal 70 : dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk kepada

pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan

serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain untuk memenuhi tuntutan yang adil

sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat

demokratis.

2. SARAN

Kepentingan individu atau kelompok dan kekuasaan kerap kali 'membutakan' seseorang dan

membuatnya 'sampai hati' untuk melenyapkan dan membungkam kubu oposisi, sekalipun harus

melanggar hak kodrat mereka sebagai manusia. Kasus Salim Kancil hanya sebagian kecil dari

beragam kasus pelanggaran kebebasan berpendapat di negeri ini, yang sejak era Orde Baru

hingga era Reformasi ini masih terus terjadi.

Perlu kesadaran dari tiap manusia agar tidak menjadi tamak dan serakah, dan mengabaikan

kepentingan masyarakat demi keuntungan dirinya.


Reaksi

Setelah peristiwa itu, banyak gerakan solidaritas yang mengatasnamakan keadilan untuk

Salim Kancil, melalui petisi, gerakan massa, dan penyebaran poster melalui berbagai media,

menuntut diadilinya orang-orang yang harus bertanggung jawab atas terbunuhnya Salim Kancil

Oleh karena itu sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan

memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan

menjaga HAM orang lain jangan sampai adanya kasus Salim kancil yang kedua. Dan jangan

sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM

kita harus mampu menyesuaikan dan mengimbangi antara HAM kita dengan orang lain. Dan

kita juga harus membantu negara dalam mencari upaya untuk mengatasi atau menanggulangi

adanya pelanggaran-pelanggaran HAM yang ada disekitar kita.

Anda mungkin juga menyukai