“PEMBUNUHAN SALIM”
KELOMPOK VII
1. SITTI NUR HALISZAH ALI
2. STEVANUS DINO MARSELINO BAWOLE
3. SURYATI GABRELA PITER
4. TASYA KENSY KALALO
5. TIMOTIUS DAVICO IMBANG
6. TOAR HIZKIA PASKAL KAUNANG
7. VIRGINIA SONDAKH
8. VIVIAN GABRIELA IROTH
9. ZAFIRA HUTABARAT
10. ZEFANYA PANDEIROOT
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu ketentuan yang wajib dipenuhi oleh negara rule of law adalah terjaminnya hak
asasi manusia dalam undang-undang. Hal ini diwujudkan oleh Indonesia dengan merumuskan
ketentuan mengenai hak asasi manusia didalam konstitusinya, dan dibuat dalam Undang -
Undang No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia. Di dalam ketentuan tersebut tertera
jelas bahwa Indonesia adalah Negara yang mengakui dan menghargai prinsp-prinsip hak asasi
manusia, sebagaimana yang telah dianut oleh sejumlah bangsa-bangsa diseluruh dunia.
Hak Asasi Manusia dalam UU. No. 39 Thn 1999 Pasal 1 berbunyi : Hak asasi manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
Hak asasi manusia memang suatu isu global yang selalu ramai diperbincangkan, bahkan
Pembahasan mulai dari pelanggaran HAM yang tak kunjung usai diusut, pembahasan
diskriminasi antar golongan, dilema antara kebebasan dan penindasan warga negara, dan
sebagainya. Terjadi pada bulan September 2015 lalu adalah kasus pembunuhan dan
penganiayaan terhadap seorang petani dan aktifis yang membela hak-haknya dijawa timur,
banyak pelanggaran HAM ( Hak Asasi Manusia ) yang didapatkan beberapa diantara adalah
Hak untuk hidup, Hak untuk mendapatkan kepastian hukum, Hak perlindungan diri pribadi dan
masih banyak pelanggaran HAM ( Hak Asasi Manusia ) lainnya yang terjadi dalam kasus Salim
Kancil.
Dalam kasus Salim Kancil ini sangat perlu diperhatikan, bagaimana setiap individu yang
memiliki status kewarganegaraan jelas berhak mendapatkan semua hak – hak nya sebagai
warga Negara.Makalah ini akan memperdalam pengetahuan kita tentang HAM ( Hak Asasi
Manusia ) dan kaitan HAM (Hak Asasi Manusia ) dan Negara Hukum.
1.2 RumusanMasalah
2. Apa saja kasus pelanggaran HAM yang dapat kita lihat dari kasus Salim Kancil ?
Kancil.
2. Untuk mengetahui apa saja pelanggaran HAM dalam kasus Salim Kancil.
3. Untuk memahami apa saja upaya – upaya penanganan terhadapa kasus Salim Kancil.
BAB II
PEMBAHASAN
Salim adalah petani yang sekaligus menjadi pemilik lahan sekitar lokasi penambangan di
pesisir pantai selatan Watu Pecak.Hingga pada suatu hari, Salim mendapati 8 petak lahannya
hancur akibat tambang pasir ilegal. Salim menduga, tambang tersebut diduga dikelola oleh tim
12, yang merupakan mantan tim kampanye kepala desa mereka, Haryono, yang di kemudian
Salim pun mulai mengunjungi rumah teman-temannya di malam hari dan berhasil merekrut
lima orang warga. Dari situlah perlawanan dimulai secara diam-diam karena khawatir aktivitas
mereka diketahui oleh Tim 12.Salim mulai aktif, dan rajin surat-menyurat dengan pihak
memperjuangan hak hidup sebagai warga negara Indonesia, apalagi apa yang menimpa dirinya
juga sama dengan warga pemilih lahan di lokasi tambang ilegal.Salim Kancil melaporkan
intimidasi dan ancaman pada petani yang menolak tambang ke Kepolisian Sektor Pasirian,
yang kemudian diteruskan ke Kepolisian Resor Lumajang, namun tidak ada tindakan.
Berikut adalah urutan peristiwa yang terjadi setelah Salim Kancil melapor kepolisi:
Atas nihilnya/kosongnya tanggapan dari aparat, Salim pun kemudian membentuk Forum
Komunikasi Masyarakat Peduli Desa Selok Awar-awar (FORUM) yang terdiri dari 11 warga
untuk angkatan pertama, yakni Tosan, Iksan Sumar, Ansori, Sapari, Abdul Hamid, Turiman,
yang mengakibatkan rusaknya lingkungan di desa Selok Awar-awar, dengan cara bersurat
Pada Juni, kelompok ini menyurati Bupati Lumajang As'at Malik untuk meminta audiensi
Pada 9 September 2015, FORUM melakukan aksi damai dengan cara memberhentikan
aktivitas penambangan pasir dan truk muatan pasir di Balai Desa Selok Awar-Awar yang
menghasilkan surat pernyataan dari Kepala desa Selok Awar-Awar untuk menghentikan
penambangan pasir.
Pada hari yang sama, Salim dan warga yang menolak tambang pasir tersebut mengaku
mendapat ancaman pembunuhan. Menurut mereka pengirimnya adalah tim 12 yang diketuai
Desir.
Warga melaporkannya kepada aparat, tapi sekali lagi, tidak mendapatkan tanggapan.
25 September 2015, FORUM merencanakan aksi penolakan tambang pasir pada Sabtu, 26
26 September 2015, Tosan, rekan Salim, mulai aksi pada pukul 07:00 dengan menyebar
selebaran aksi damai tolak tambang di depan rumahnya bersama Imam. Kemudian ada satu
orang yang melintas dan membaca selebaran tersebut sambil memarahi Tosan dan Imam. Enam
puluh menit kemudian, Salim didatangi oleh puluhan orang di rumahnya. Ia diseret ke Balai
Kepala Divisi Advokasi Hak Ekonomi Sosial Budaya Komisi untuk Orang Hilang dan Korban
Tindak Kekerasan (Kontras) Ananta Setiawan mengatakan, proses hukum kasus kematian
Pasalnya, perusahaan tambang yang diduga terlibat, bahkan bisa jadi sebagai otak kejahatan,
belum pernah diadili. adanya dugaan gratifikasi yang dilakukan perusahaan tambang kepada
sejumlah pihak belum ditelusuri penyidik kepolisian. Padahal, dugaan tersebut sudah
disaksikan dalam persidangan oleh Kepala Desa Selok Awar-awar, Hariyono. Belum lagi
kesaksian kades yang menyebutkan ada penyaluran uang sekian juta sebagai bentuk gratifikasi
Kasus ini semakin menunjukkan ketidakberpihakan negara ketika proses peradilan terkait
kasus Salim Kancil masih lambat dilakukan. Pengadilannya sangat lambat, bertele-tele, tidak
negara membuat semacam perlindungan terhadap penegak HAM yang sekarang trennya
Pengadilan mengadili lebih dari 30 orang untuk kasus ini. Hariyono, Kepala Desa Selok
Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang, yang disebut sebagai otak pembunuhan Salim
Kancil dijerat Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana dan divonis 20 tahun penjara
oleh Pengadilan Negeri Surabaya. Selain karena kasus pembunuhan Salim Kancil, dia juga
Dua orang pelaku utama pembunuhan Salim Kancil telah divonis bersalah dan hukuman
20 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Surabaya, Kamis 23 Juni 2016. Mantan Kepala Desa
Selok Lumajang, Jatim, Hariyono dan Ketua Lembaga Masyarakat Desa Awar-awar di kota
Hutan (LMDH) setempat, Mat Dasir dinyatakan terbukti bersalah melakukan pembunuhan
secara berencana. Anggota Jaksa Penuntut Umum Dodi Ghazali mengatakan Hariyono, mantan
Kepala Desa Selok Awar-Awar, Kabupaten Lumajang, dan Madasir, Ketua Lembaga
Masyarakat Desa Hutan, terbukti dengan sengaja dan berencana merampas nyawa orang lain.
"Terdakwa telah dengan sengaja dan berencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain
serta dengan terang-terangan menggunakan kekerasan terhadap orang lain, maka dijatuhkan
hukum penjara seumur hidup kepada kedua terdakwa sesuai dengan pasal 340 KUHP," kata
Dodi.
Menurut Dodi, tuntutan ini diajukan setelah mendengarkan keterangn dari 20 orang saksi dan
dua orang ahli yang dihadirkan dalam persidangan. Dari keterangan para saksi itu, jaksa
menyimpulkan jika kedua terdakwa memang terbukti melakukan perencanaan pembunuhan
atas Salim Kancil.
Atas tuntutan jaksa itu, kedua terdakwa melalui kuasa hukum Budi Setiyono, menyatakan
minta waktu untuk mengajukan keberatan. "Kami mengajukan waktu dua minggu untuk
mengajukan keberatan, Yang Mulia," kata Budi Setiyono kepada majelis hakim usai
mendengarkan tuntutan jaksa.
Menanggapi tuntutan jaksa tersebut, Haryono hanya berujar: "Saya tidak pernah menyuruh
orang-orang untuk membunuh Salim Kancil."
Salim Kancil, aktivis lingkungan penolak tambang pasir ilegal di Lumajang, Jawa Timur,
tewas pada 26 September 2015 lalu setelah dianiaya oleh puluhan orang yang pro tambang
ilegal di Desa Selok Awar-awar. Aktifitas tambang pasir ilegal ini dimotori oleh aparat desa
yaitu mantan Kepala Desa Selok Awar-awar Hariyono dan Ketua Ketua Lembaga
Masyarakat Desa Hutan, Madasir. Polisi menetapkan 35 orang tersangka dalam 15 berkas
perkara.
Tosan yang menjadi korban selamat pengeroyokan kelompok pro-tambang menyatakan tidak
puas dengan tuntutan yang telah dibacakan oleh jaksa. Menurut dia, tuntutan yang dibacakan
oleh jaksa dianggap terlalu ringan. "Baiknya dia dihukum mati saja. Kami orang Madura
mengenal tradisi hutang beras dibayar beras, hutang nyawa harus dibayar nyawa," kata dia
usai menyaksikan pembacaan tuntutan jaksa di Pengadilan Negeri Surabaya.
Kata dia, jika Haryono dan Madasir masih diberikan kesempatan untuk hidup, maka akan
selalu meresahkan masyarakat. Saat ini saja meski sebagian besar pelaku pengeroyokan
terhadap dirinya sudah ditangkap polisi, masih ada 23 orang yang terlibat masih berkeliaran
bebas di Desa Selok Awar-awar.
"Saya bisa memastikan masih ada 23 orang yang bebas. Mereka meresahkan masyarakat
Selok Awar-awar," ujar Tosan.
Menurut Tosan, sekitar seminggu lalu rumahnya sempat dimasuki oleh orang tidak dikenal
pada malam hari. Masuknya orang itu setelah perlindungan yang diberikan oleh Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) berakhir.
"Ya saya tidak tahu apakah itu maling atau orang-orangnya Haryono. Yang jelas masih ada
23 orang yang terlibat dalam pembunuhan itu yang masih bebas," kata Tosan.
B. Materi
Kasus Salim Kancil adalah salah satu contoh nyata dari akibat ketamakan dan keserakahan
seseorang. Demi meluruskan kepentingannya, kepala desa tega membunuh warganya sendiri.
Salim Kancil dan temannya, Tosan, tidak bersalah. Benar bahwa mereka ingin melindungi
kepentingan bersama, para warga. Toh, bukankah kebebasan berpendapat itu dilindungi oleh
UUD? Bukankah kebebasan berpendapat itu adalah hak tiap manusia, yang diakui hampir
seluruh dunia? Mereka hanya mencoba menyampaikan aspirasi mereka. Pemerintah kabupaten
pun mendukung upaya mereka. Tapi, kenapa hal ini sampai terjadi? Kenapa Salim Kancil dan
Tosan harus dianiaya dengan cara yang tidak manusiawi? Kenapa Salim Kancil harus diseret
hampir 2 km, digergaji lehernya, disetrum, dan dilempari batu? Semua ini kembali lagi pada
keserakahan. Si kepala desa juga terlalu 'bernafsu' dan tidak lagi memperdulikan kepentingan
Dalam peristiwa ini, terdapat bukti permulaan yang cukup untuk menduga terjadinya
HAM. Berikut bentuk-bentuk perbuatan pelanggaran yang terjadi dalam peristiwa ini:
1. Hak untuk hidup
Terbukti dari tindakan pelaku yang tega menganiaya dan membunuh Salim Kancil secara
sadis karena di aberani menolak penambangan pasir besi di sana secara terang-terangan.
Tindakan pembunuhan tersebut secara jelas melanggar hak hidup sesuai yang tertera
“setiap orang berhak untu khidup serta berhak mempertahankan hidup dan
Tidak ada manusia yang diizinkan untuk merendahkan martabat. Pada peristiwa tersebut
korban baik Salim Kancil maupun Tosan mengalami tindak kekerasan antara lain, dipukul
dengan benda tajam, batu dan sebagainya serta distrum di hadapan masyarakat. Berdasarkan
hal tersebut telah mengakibatkan terjadinya pelanggaran HAM sebagaimana dijamin Pasal 33
“setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan yang kejam,
Pada saat peristiwa, korban Salim Kancil dilakukan penangkapan olehsejumlahorang yang
tidak mempunyai kewenangan dan kapasitas untuk melakukan penangkapan. Sehingga terjadi
“setiap orang tidak boleh ditangkap, ditahan, disiksa, dikucilkan, diasingkan, atau dibuang
“setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya”
Peristiwa ini telah menyebabkan rasa ketakutan dan kekhawatiran yang dialami oleh
keluarga korban serta masyarakat sekitar juga, terutama bagi pembela HAM. Berdasar hal
tersebut maka telah terjadi pelanggaran hak atas rasa aman sebagaimana dijamin Pasal 28 G
“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhakatas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi “Makna: setiap
warga Negara berhak untuk mendapatkan perlindungan dari Negara baik bagi dirinya sendiri,
keluarga, kehormatan maupun martabat dan harta benda yang dia miliki dibawah
kekuasaannya”. Setiap orang pun berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman untuk
berbuat atau bertindak yang tidak sesuai dengan hak asasi manusia.
Dan bagi orang yang melakukan kekerasan ataupun mencoba untuk melakukan tindakan
pelanggaran terhadap hak asasi manusia, maka orang tersebut dapat dipidanakan dan
mendapatkan hukuman yang telah diatur oleh Negara tersebut dan Pasal 30 UU 39 Tahun
“setiap orang berhak untuk mendirikan serikat pekerjaan dan tidak boleh dihambat untuk
5. Hak Anak
Dalam peristiwa kekerasan tersebut, pelaku melakukan tindakan kekerasan di depan anak
Salim yang masih berusia 13 tahun. Selain itu, dalam peristiwa kekerasan bertempat di Kantor
Pemerintah Desa Selok Awar-Awar dilakukan di depan sekolah PAUD. Berdasarkan hal
tersebut, maka telah terjadi pelanggaran HAM sebagaimana dijamin dlm Pasal 28 B ayat (2)
UUD45 berbunyi:
“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
“Setiap anak berhak untuk tidak dilibatkan didalam peristiwa peperangan, sengketa bersenjata,
kerusuhan sosial, dan peristiwa lain yang mengandung unsur kekerasan” tentang HAM.
6. Hak atas lingkungan yang baik dan sehat
Pada UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang dalam pasal 9 ayat (3)
menegaskan: “setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat” (sama dengan
UUPLH). Hal tersebut dipertegas dan dikuatkan, dalam Pasal 28 H Ayat 1 UUD NRI Tahun
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”
Dalam kasus ini disebutkan bahwa para pelaku telah melakukan intimidasi terhadap warga
yang menolak penambangan. Hal ini tentu membuat warga merasa terkekang untuk
mengeluarkan aspirasi dan pendapatnya, dengan kata lain, hak mereka untuk mengeluarkan
pendapat pun terhalangi oleh para pelaku, dan melanggar UUD 1945
“setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat’’.
Apabila kepentingan individu atau kelompok dan kekuasaan kerap kali 'membutakan'
seseorang dan membuatnya 'sampai hati' untuk melenyapkan dan membungkam kubu oposisi,
sekalipun harus melanggar hak kodrat mereka sebagai manusia. Kasus Salim Kancil hanya
sebagian kecil dari beragam kasus pelanggaran kebebasan berpendapat di negeri ini, yang sejak
era Orde Baru hingga era Reformasi ini masih terus terjadi.Perlu kesadaran dari tiap manusia
agar tidak menjadi tamak dan serakah, dan mengabaikan kepentingan masyarakat demi
keuntungan dirinya.
Pelanggaran HAM bisa terjadi kapan dan dimana saja. Setiap individu berhak untuk
berpartisipasi dalam usaha penegakan HAM apabila ia mendapat perlakuan atau melihat
tindakan yang melanggar HAM. Bentuk partisipasi yang dapat dilakukan adalah melaporkan
apabila terjadi pelanggaran HAM kepada Komnas HAM atau lembaga lainnya yang
berwenang. Setiap individu juga berhak mengajukan usulan mengenai kebijakan yang
berkaitan dengan HAM kepada Komnas HAM atau lembaga lainnya. Seiring dengan
perkembangan masyarakat dewasa ini, perubahan yang terjadi di tengah masyarakat juga
semakin pesat dan dinamis sehingga sangatlah sulit bagi pemerintah untuk mengamati
kebutuhan hak asasi masyarakat setiap waktu. Untuk mengatasi kendala tersebut, masyarakat
mengenai HAM, baik dilakukan secara sendiri-sendiri maupun bekerjasama dengan Komnas
HAM.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
A. Faktor yang melatarbelakangi pada kasus Salim kancil adalah aktivis lingkungan di daerahnya,
yaitu menolak tambang pasir di Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten
Lumajang, Jawa Timur. Dia tidak setuju ada penambangan pasir di daerahnya karena bisa
merusak ekosistem lingkungan dan merusak lingkungan. Perlawanan Salim yang semakin
nyata membuat penambang ilegal yang ‘diamankan' oleh tim 12 mulai gusar. Lalu mulai
adanya ancaman dan intimidasi pada Salim mulai berdatangan. Sampai akhirnya Salim harus
kehilangan nyawa akibat penganiayaan berat yang dideritanya oleh segerombolan orang –
B. Adanya pelanggaran HAM yang terjadi pada kasus Salim Kancil, yaitu
5. Hak anak
C. Upaya untuk tidak terjadinya kasus salim kancil yang kedua kalinya adalah melaporkan
apabila terjadi pelanggaran HAM kepada Komnas HAM atau lembaga lainnya yang
berwenang. Kita sebagai masyarakat harus memahami kewajiban dasar manusia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, hukum tak tertulis, dan hukum internasional mengenai hak
Pasal 68 : setiap warga negara wajib ikut serta dalam pembelaan negara sesuai dengan
Pasal 69Ayat (1) : setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain , moral, etika,
Ayat (2) : setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung
jawab untuk menghormati hak asasi orang lain serta menjadi petugas pemerintah untuk
Pasal 70 : dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.
2. SARAN
Kepentingan individu atau kelompok dan kekuasaan kerap kali 'membutakan' seseorang dan
membuatnya 'sampai hati' untuk melenyapkan dan membungkam kubu oposisi, sekalipun harus
melanggar hak kodrat mereka sebagai manusia. Kasus Salim Kancil hanya sebagian kecil dari
beragam kasus pelanggaran kebebasan berpendapat di negeri ini, yang sejak era Orde Baru
Perlu kesadaran dari tiap manusia agar tidak menjadi tamak dan serakah, dan mengabaikan
Setelah peristiwa itu, banyak gerakan solidaritas yang mengatasnamakan keadilan untuk
Salim Kancil, melalui petisi, gerakan massa, dan penyebaran poster melalui berbagai media,
menuntut diadilinya orang-orang yang harus bertanggung jawab atas terbunuhnya Salim Kancil
Oleh karena itu sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan
menjaga HAM orang lain jangan sampai adanya kasus Salim kancil yang kedua. Dan jangan
sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM
kita harus mampu menyesuaikan dan mengimbangi antara HAM kita dengan orang lain. Dan
kita juga harus membantu negara dalam mencari upaya untuk mengatasi atau menanggulangi