Anda di halaman 1dari 23

MONOTERPENOID

DEFINISI MONOTERPENOID

Monoterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang paling


sederhana, terbentuk dari dua unit isopren dan merupakan
dua komponen minyak atsiri yang berupa cairan tak
berwarna, tidak larut dalam air, mudah menguap dan berbau
harum. Monoterpen mempunyai titik didih berkisar antara
140 - 180°C.
Struktur monoterpenoid
dapat berupa rantai terbuka
dan tertutup atau siklik. 

Senyawa monoterpenoid banyak antiseptik,


dimanfaatkan ekspektoran, spasmolotik, dan
 sedatif.

Senyawa monoterpenoid sebagai bahan


pemberi aroma makanan dan aroma parfum.
KLASIFIKASI MONOTERPENOID

Monoterpenoid dapat dibagi


menjadi tiga golongan yaitu

Monoterpenoid Monoterpenoid Monoterpenoid


Asiklik Monosiklik Bisiklik
1. Monoterpenoid
Asiklik

merupakan senyawa monoterpen


yang berbentuk linier atau tidak
memiliki cincin .
Contohnya : Mirsen
2. Monoterpenoid Monosiklik
merupakan senyawa monoterpen yang
memiliki satu cincin heksagonal.
Contohnya: limonen
3. Monoterpenoid Bisiklik
merupakan senyawa monoterpen yang memiliki dua
cincin yang saling menyatu.
Contohnya: Pinen
RUMUS MOLEKUL MONOTERPENOID
Monoterpena adalah kelompok terpena yang terdiri dari dua unit isoprena dan mempunyai rumus molekul C10H16.
Monoterpena dapat berupa linear (asiklik) atau mengandung cincin.berikut beberapa contoh struktur monoterpenoid

 Monoterpenoid merupakan senyawa "essence" dan memiliki bau yang spesifik yang dibangun oleh 2 unit isopren atau
dengan jumlah atom karbon 10. Lebih dari 1000 jenissenyawa monoterpenoid telah diisolasi dari tumbuhan
tingkat tinggi, binatang laut, serangga dan binatang jenis vertebrata dan struktur senyawanya telah diketahui.
Struktur dari senyawa mono terpenoid yang telah dikenal merupakan
perbedaan dari 38 jenis kerangka yang berbeda, sedangkan prinsip dasar penyusunannya tetap sebagai
penggabungan kepala dan ekor dari 2 unit isopren. struktur monoterpenoid dapat berupa rantai terbuka dan
tertutup atau siklik.
a. Penyulingan Dengan Air
(Water Distilation)
Pada metode ini bahan direbus didalam air
mendidih dalam atu wadah. Minyak atsiri akan
dibawa oleh uap air yang kemudian didinginkan
dengan mengalirkannya melalui pendingin.
Hasil sulingan adalah minyak atsiri yang belum
murni. Perlakuan ini sesuai untuk minyak atsiri
yang tidak rusak oleh pemanasan (Guenther,
1987).
b. Penyulingan Dengan Air dan Uap
(Water and Steam Destilation)
Bahan tumbuhan yang akan disuling dengan
metode penyulingan air dan uap ditempatkan
dalam suatu tempat di bagian bawah dan tengah
berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar
alat penyulingan. Ketel diisi dengan air sampai
permukaan air tidak jauh di bawah saringan, uap
air akan naik bersama minyak atsiri kemudian
dialirkan melalui pendingin. Hasil sulingannya
adalah minyak atsiri yang belum murni
(Guenther, 1987).
Penyulingan Dengan Uap (Steam
Distillation)

Pada metode ini bahan tumbuhan dialiri uap


panas dengan tekanan tinggi. Uap air
selanjutnya dialirkan melalui pendingin dan hasil
sulingan udalah minyak atsiri yang belum murni.
Cara ini baik digunakan untuk bahan tumbuhan
yang mempunyai titik didih yang tinggi (Guenther,
1987).

Skala industri
Ekstraksi dengan Pelarut Menguap
● Prinsip metode ekstraksi dengan
pelarut menguap adalah melarutkan
minyak atsiri di dalam bahan pelarut
organik yang mudah menguap. Pelarut
yang dapat digunakan di antaranya
alkohol, heksana, benzena, dan
toluena. Selain itu, dapat juga
menggunakan pelarut non-polar
seperti metanol, etanol, kloroform,
aseton, petroleum eter, dan etilasetat
dengan kadar 96%. Alat yang
digunakan dalam metode ini adalah
ekstraktor yang terdiri dari tabung
ekstraktor berputar dan tabung
evaporator (penguap).
Tahapan Pembuatan Ekstraksi
dengan Pelarut Menguap
1. Masukkan bahan baku segar ke dalam ekstraktor dan rendam
bersama dengan pelarut organik (misalnya hexan).
2. Pelarut menguap berpenetrasi ke dalam jaringan bahan baku
dan melarutkan minyak serta beberapa zat seperti resin, lilin, dan
zat warna. Untuk bunga melati, perendaman dilakukan selama 1
jam, sedangkan bunga mawar direndam selama 12 jam.
3. Putar ekstraktor selama 20—60 menit, lalu pisahkan larutan
dari ampas hasil ekstraksi.
4. Lakukan destilasi di dalam evaporator vakum pada suhu 45° C.
5. Pelarut akan menguap dan menyisakan larutan semipadat
berwarna merah kecokelatan yang disebut concentrate. Larutan
ini terdiri dari minyak atsiri, lilin, dan resin.
6. Aduk dan larutkan concentrate di dalam alkohol 95% yang
dapat mengikat minyak atsiri.
7. Dinginkan concentrate pada suhu -5° C di dalam lemari
pendingin hingga lilin mengendap. Setelah itu, saring hingga
diperoleh larutan.
8. Lakukan destilasi ulang dalam kondisi vakum pada suhu 45° C
untuk memisahkan minyak dengan alkohol yang mengikatnya
hingga dihasilkan minyak atsiri murni. Langkah kerja ekstraksi
minyak atsiri
Ekstraksi dengan Lemak Padat

Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga - bungaan, untuk


mendapatkan mutu dan rendeman minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
 Ekstraksi dengan lemak tanpa pemanasan Enfleurage. Metode ini digunakan karena
diketahui beberapa jenis bunga yang telah dipetik, enzimnya masih menunjukkan
kegiatan dalam menghasilkan minyak atsiri
 Ekstraksi dengan lemak panas Maceration Cara ini dilakukan terhadap bahan tumbuhan
yang bila dilakukan penyulingan atau enfleurasi akan menghasilkan minyak atsiri
dengan rendeman yang rendah.
d. Kromato Gas
Kromatografi gas (KG) merupakan
jenis kromatografi yang umum digunakan
dalam analisis kimia untuk pemisahan dan
analisis senyawa yang dapat menguap tanpa
mengalami dekomposisi.
Dalam kromatografi gas
1.  Fasa gerak berupa gas pembawa, biasanya
gas inert seperti helium atau gas yang tidak
reaktif seperti nitrogen.
2. Fasa diam berupa lapisan cairan mikroskopik atau polimer di
atas padatan pendukung fasa diam, yang berada di dalam
tabung kaca atau logam yang disebut kolom.
• Proses pemisahan campuran terjadi
antara fasa diam cairan dan fasa
gerak gas, sementara dalam
kromatografi kolom, fasa diam
adalah padat dan fasa gerak berupa
cairan. (Oleh karena itu, sebutan
lengkap prosedur ini adalah
"Kromatografi gas–cair", yang
merujuk pada fasa gerak dan fasa
diam.)

• Kolom yang dilalui fasa gas terletak


di dalam oven dengan temperatur
gas yang dapat dikendalikan,
Secara prinsip, kromatografi gas
sementara kromatografi kolom
sama dengan kromatografi ------> (biasanya) tidak dilengkapi
kolom (sama juga dengan pengendali temperatur.
kromatografi jenis lain
seperti KCKT, KLT), tetapi • Konsentrasi senyawa dalam fasa gas
terdapat beberapa perbedaan murni
yang perlu dicatat merupakan fungsi dari tekanan
uap gas.
KARAKTERISTIK
MONOTERPENOID

SIFAT FISIKA SIFAT KIMIA


■ CAIRAN TIDAK BERWARNA PADA UMUMNYA
■ BAUNYA KHAS HIDROKARBON TIDAK JENUH,
■ MUDAH MENGUAP
REAKTIF PADA UMUMNYA
■ TIDAK LARUT DALAM AIR
MUDAH TEROKSIDASI DAN
■ KOMPONEN MINYAK
MENGUAP DARI PARFUM
CENDERUNG MENJADI RESIN

■ INDUSTRI MAKANAN BILA DIBIARKAN TERBUKA.

SEBAGAI PENAMBAH AROMA


Efek Farmakologis (Bioaktivitas)

Berdasarkan penggunaan tradisional dan berbagai penelitian ilmiah, salah satu contoh
tanaman seperti kunyit (Curcuma longa) memiliki berbagai efek farmakologis dan
bioaktivitas penting, seperti :

 Potensi sebagai agen anti penyakit infeksi;


 Sebagai agen anti penyakit degenerative;
 Hepatitis;
 Arthritis;
 Jantung;
 Diabetes; dan
 Kanker.
Tumbuhan Monoterpenoid

Monoterpenoid Asiklik Monoterpenoid Monosiklik Monoterpenoid Bisiklik


Geraniol, dari Eugenol, dari Kamfor, dari
Cymbopogon nardus Eugenia caryophyllata Cinnamomum camphora
KESIMPULAN

Monoterpenoid merupaka senyawa terpenoid yang paling sederhana, terbentuk


dari dua unit isoprene. Terbagi menjadi Monoterpenoid asiklik, monosiklik, dan
bisiklik. Cara memperolehnya bisa menggunakan metode penyulingan,
ekstraksi dengan pelarut menguap, ekstraksi dengan lemah padat, serta dengan
kromato gas.

Anda mungkin juga menyukai