Anda di halaman 1dari 50

EKSODONSIA

3.2.1 Tehnik Pencabutan

Pada dasarnya hanya ada 2 metode pencabutan

. Metode pertama yang cukup memadai dalam

sebagian besar kasus biasanya disebut “forceps

extraction” (pencabutan dengan tang) dan terdiri

dari pencabutan gigi atau akar dengan

menggunakan tang atau bein atau kedua-

duanya. Blade instrument-instrumen ini ditekan

masuk ke dalam membrane periodontal antara

akar gigi dan dinding tulang soket. Metode ini

biasa disebut sebagai pencabutan “intraalveolar”

Metode pencabutan yang lain adalah

memisahkan gigi atu akar dari perlekatannya

dengan tulang. Pemisahan ini dilakukan dengan

mengambil sebagian tulang penyanngga akar gigi

itu yang mana kemudian dikeluarkan dengan

bein dan/tang. Teknik ini lazimnya disebut

“surgical method” (metode pembedahan), tetapi

karena semua pencabutan yang dilakukan

merupakan prosedur bedah, maka nama yang

lebih baik dan lebih akurat adalah pencabutan

“trans-alveolar”.

Prinsip-prinsip Mekanik pencabutan

Ekspansi dinding tulang soket, untuk


memungkinkan pengambilan gigi yang terdapat

di dalamnya. Tindakan ini dilakukan dengan

menggunakan gigi sebagi instrument yang dapat

melebarkan dan ini merupakan factor terpenting

dalam pencanutan dengan tang.

Penggunaan sebuah pengungkit dan titik tumpu ,

untuk mendesak gigi atau akar keluar dari

soketnya sepanjang lintasan dengan hambatan

terkecil. Ini merupakn factor dasar yang

menentukan penggunaan bein untuk mencabut

gigi geligi serta akar0-akar dan penggunaan

instrument .

Penggunaan sebuah penjepit, antara akar gigi

dan dinding tulang soket, yang mana

menyebabkan gigi terangkat dari soketnya.

Pencabutan Intra-Alveolar

Pencabutan gigi geligi rahang atas

Insisivus sentral sering memilki akar yang

berbentuk konis dan dapat dapat diatasi dengan

hanya melakukan pergerakan rotasi.

Insisisvus lateral memilki akar-akar yang

ramping dan seringkali permukaan mesial

maupun distalnya rata. Pilihlah tang blade yang

kecil dan pegang akarnya dengan baik sebelum

memberikan tekanan pada gigi tersebut.


Caninus memilki akar yang panjang dan kuat

dengan potongan melintang yang berbentuk

segitiga. Beberapa tang gigi caninus memilki

ujung yang terlalu lebar sehingga membentuk

kontak 2 titik jika digunakan. Dengan benar

dengan akarnya. Dalam sebagian kasus gigi ini

lebih baik dipecah.Bila akan melakukan

pencabutan berganda, maka kemungkinan

terjadinya fraktur pada lapisan tulang labial pada

saat caninus di cabut dapat berkurang dengan

mencabut gigi ini sebelum gigi insisivus lateral

dan premolar pertamanya, karena pencabutan

terlebih dahulu pada gigi insisivus lateral dan

premolar akan melemahkan lapisan tulang labial.

Premolar pertama rahang atas memilki dua akra

kecil yang mungkin membengkok dan meregang.

Dan selama pencabutan sering terjadi fraktur.

Pencabutan Gigi geligi Rahang Bawah

Incisivus rahang bawah memiliki akar-akar yang

kecil dan rata pada bagian sampingnya

(pipih).Gigi geligi ini mungkin sangat mudah

untuk dicabut tapi kadang-kadang juga sangat

rapuh, sehingga harus digunakan tang dengan

blade yang kecil.

Pencabutan dari keenam gigi anterior bawah,


sering dapat di permudah dengan

menggoyangkannya dengan bein lurus.

Akar dari caninus rahang bawah lebih panjang

dan lebih kokoh daripada akar gigi tetangganya.

Apeknya sering memiliki inklinasi ke distal.

Harus dgnkan sbh tang dengan blade yang lebih

lebar dan penggunaannya pada gigi memerlukan

kecermatan yang tinggi.

Premolar rahang bawah memiliki akar” yang

berbentuk runcing dan apeknya mungkin memiliki

inklinasi ke distal. Akar-akar premolar rahang

bawah sering tertanam dalam tulang yang padat

dan jika terjadi fraktur selama pencabutan,

biasanya harus dikeluarkan dengan jalan

pembedahan. Sepasang tang dengan blade yang

cukup kecil untuk mendapatkan kontak dengan

dua titik pada akar harus digunakan secara hati-

hati pada gigi tersebut.

Molar rahang bawah paling tepat dicabut dengan

tang molar tapi banyak operator yang tidak

menggunakan tang ini oleh karena mereka

menjumpai banyak kesulitan dalam memasukkan

blade yang lebar itu ke dalam membrane

periodontal. Jika ia tidak bertindak hati-hati

dalam mendorong masuk blade ke dalam


membrane periodontal sehingga massa akar

dapat dipegang, maka mahkota gigi itu akan

hancur di dalam tang.

Pencabutan gigi geligi susu

Sementara pencabutan gigi geligi aanterior ini

biasanmya sangatlah mudah bila menggunakan

tehnik dasar, tapi pencabutan terhadap gigi

molar pertama san molar kedua susu kadang-

kadang lebih sulit daripada gigi permanen

penggantinya. Kesulitan ini ditimbulkan oleh

gabungan dari beberapa factor.mulut yang kecil

dan memberikan jalan masuk terbatas, dan gigi

premolar yang sedang di bentuk terdapat

diantara akar-akar gigi susu pendahulunya

Tehnik pencabutan gigi geligi susu ini pada

dasarnya sama dengan tehnik yang digunakan

dalam pencabutan terhadap gigi geligi permanen.

Yang penting terutama bila menggunakan tang,

adalah memastikan bahwa bladenya cukup kecil

agar dapat masuk ke dalam membrane

periodontal dan blade ini digunakan pada akar.

Pencabutan Trans-Alveolar

Metode pencabutan ini terdiri dari pemisahan

gigi atau akar dari perlekatannya dengan tulang.

Metode ini sering disebut dengan metode


“terbuka” atau metode “pembedahan”. Namun

karena semua pencabutan yang dilakukan

merupakan suatu prosedur bedah, maka nama

yang lebih baik dan lebih akurat adalah

pencabutan :trans-alveolar”, dan metode ini

harus digunakan bila terdapat salah satu dari

indikasi-indikasi berikut ini :

Setiap gigi yang tidak dapat dicabut dengan

pencabutan intra-alveolar dengan menggunakan

gaya yang cukup besar.

Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan

tang atau dikeluarkan dengan bein, terutama sisa

akar yang berhubungan dengan sinus maksilaris

Riwayat pencabutan-pencabutan yang sulit

Setiap gigi dengan restorasi yang cukup besar ,

terutama bila akarnya telah diisi atau tak

berpulpa

Gigi geligi yang mengalami hipersementosis atau

ankilosis

Gigi geligi yang m,engalami geminasi atau

dilaserasi

Gigi geligi yang secara roentgenologis

menunjukkan pola-pola akar yang rumit, atau

akar –akar dengan arah lintasan pengeluaran

yang tidak menguntungkan atau rumit.


Bila akan dicabut pemasangan gigi tiruan segera

atau sesaat setelah pencabutan.

Setelah memutuskan akan menggunakan metode

“trans-alveolar” untuk mencabut sebuah gigi

atau akar, jenis anastesi yang akan digunakan

harus ditetapkan, dan rencana secara

keseluruhan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan

serta menghindari atau menghadapi setiap

komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi

harus disusun.komponen-komponen yang

penting dari rencana semacam ini adalah bentuk

flap mukopeiostealnya, metode yang akan

digunakanuntuk mengeluarkan gigi atau akar-

akar dari soketnya , dan pengambilan tulang

yang dibutuhkan untuk memudahkannya.

3.2.2 Instrumen Untuk Eksodonsia

Tiap dokter gigi memiliki instrument favorit dan

ini menyebabkan kesulitan dalam penyusunan

alat-alat yang dipergunakan . Mahasiswa yang

sedang belajar melakukan pencabutan gigi, harus

dilatih menggunakan instrument yang terbatas

pada tahap pertama. Untuk itu amatlah baik bila

digunakan instrument dasar dan meskipun para

pembimbing mungkin memiliki pandangan yang

berbeda tentang komposisi satu perangkat


instrument, kebanyakan menyetujui penggunaan

instrument baja tahan karat karena

kepraktisannya.

Peralatan modern yang dianjurkan untuk tujuan

ini secara mudahnya digolongkan menjadi dua

golongan yaitu tang dan elevator,

Tang Pencabut Gigi

Untuk Gigi Tetap Nomor

Tang akar gigi bawah (kecil) 74n

Tang akar gigi bawah (besar) 137

Tang mahkota gigi molar bawah 73

Tang atas lurus (kecil) 29

Tang atas lurus (besar) 2

Tang premolar atas (read) 76s

Tang premolar atas (kecil) 147

Tang mahkota gigi molar atas (kiri dan kanan)

94 dan 95

Tang bayonet atas 101

Untuk Gigi Sulung

Tang atas lurus 163

Tang akar gigi atas lurus 159

Tang mahkota gigi molar atas 157

Tang akar gigi bawah 162

Tang mahkota gigi molar atas 160

Elevator
Bentuk Warwick James (kiri dan kanan)

Bentuk Cryer 30/31 (kiri dan kanan)

Bentuk Lindo Levien (besar, sedang dan kecil)

Mouth gag dengan lidah Ferguson

Pengganjal gigi McKesson (1 set terdiri dari 3

buah)

3.2.3 Indikasi, Kontraindikasi Dan Komplikasi

Eksodonsia

Indikasi

Beberapa Indikasi pencabutan gigi :

1. Gigi dengan supernumerary, maksudnya gigi

yang berlebih yg tumbuh secara

tidak normal.

2. Gigi persistensi, gigi sulung yang tidak tanggal

pada waktunya, sehingga

menyebabkan gigi tetap terhambat

pertumbuhannya.

3. Gigi yang menyebabkan fokal infeksi,

maksudnya dengan keberadaan gigi yang tidak

sehat dapat menyebabkan infeksi pada tubuh

manusia.

4. Gigi yang tidak dapat dirawat secara

endodontik/restorasi, gigi yang tidak bisa lagi

dirawat misalnya; tambal, perawatan saluran

akar.
5. Gigi dengan fraktur/patah pada akar krena

trauma misalnya jatuh, kondisi ini jelas akan

membuat rasa sakit berkelanjutan pada penderita

hingga gigi tersebut menjadi non vital atau mati.

6. Gigi dengan sisa akar, sisa akar akan menjadi

patologis karena hilangnya jaringan ikat seperti

pembuluh darah, kondisi ini membuat akar gigi

tidak vital.

7. Gigi dengan fraktur/patah pada bagian tulang

alveolar ataupun pada garis fraktur tulang

alveolar, kondisi ini sama dengan gigi pada

fraktur pada akar.

8. Untuk keperluan perawatan ortodontik ataupun

prostodontik, biasanya hal ini merupakan

perawatan konsul dari bagian ortodontik dengan

mempertimbangkan pencabutan gigi untuk

mendapatkan ruangan yang dibutuhkan dalam

perawatannya.

9. Dan biasanya yang terakhir adalah keinginan

pasien untuk dicabut giginya, dengan

pertimbangan 'langsung' menghilangkan keluhan

sakit giginya, walaupun gigi tersebut masih

dirawat secara utuh.

Kontraindikasi

Untuk mendukung diagnosa yang benar dan


tepat serta menyusun rencana perawatan yang

tidak menimbulkan akibat yang tidak diinginkan,

maka sebelum dilakukan tindakan eksodonsi

atau tindakan bedah lainnya harus dipersiapkan

dahulu suatu pemeriksaan yang teliti dan

lengkap. Yaitu dengan pertanyaan adakah kontra

indikasi eksodonsi atau tindakan bedah lainnya

yang disebabkan oleh faktor lokal atau sistemik.

Kontra indikasi eksodonsi akan berlaku sampai

dokter spesialis akan memberi ijin atau menanti

keadaan umum penderita dapat menerima suatu

tindakan bedah tanpa menyebabkan komplikasi

yang membahayakan bagi jiwa penderita.

Kontra Indikasi Sistemik

Pasien dengan kontra indikasi yang bersifat

sistemik memerlukan pertimbangan khusus

untuk dilakukan eksodonsi. Bukan kontra indikasi

mutlak dari eksodonsi. Faktor-faktor ini meliputi

pasien-pasien yang memiliki riwayat penyakit

khusus. Dengan kondisi riwayat penyakit

tersebut, eksodonsi bisa dilakukan dengan

persyaratan bahwa pasien sudah berada dalam

pengawasan dokter ahli dan penyakit yang

menyertainya bisa dikontrol dengan baik. Hal

tersebut penting untuk menghindari terjadinya


komplikasi sebelum pencabutan, saat

pencabutan, maupun setelah pencabutan gigi.

Diabetes Mellitus

Malfungsi utama dari diabetes melitus adalah

penurunan absolute atau relative kadar insulin

yang mengakibatkan kegagalan metabolisme

glukosa. Penderita diabetes melitus digolongkan

menjadi:

Diabetes Melitus ketergantungan insulin (IDDM,

tipe 1, juvenile,ketotik, britlle).

Terjadi setelah infeksi virus dan produksi antibodi

autoimun pada orang yang predisposisi antigen

HLA. Biasanya terjadi pada pasien yang berumur

di bawah 40 tahun.

Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (NDDM,

tipe 2, diabetes dewasa stabil).

Diturunkan melalui gen dominan dan biasanya

dikaitkan dengan kegemukan. Lebih sering terjadi

pada umur di atas 40 tahun.

Pembedahan dentoalveolar yang dilakukan pada

pasien diabetes tipe 2 dengan menggunakan

anestesi local biasanya tidak memerlukan

tambahan insulin atau hipoglikemik oral. Pasien

diabetes tipe 1 yang terkontrol harus mendapat

pemberian insulin seperti biasanya sebelum


dilakukan pembedahan; dan makan karbohidrat

dalam jumlah yang cukup. Perawatan yang

terbaik untuk pasien ini adalah pagi hari

sesudah makan pagi. Diabetes yang tidak

terkontrol dengan baik, yang sering disebabkan

oleh karena sulit mendapatkan insulin, harus

dijadikan terkontorl lebih dahulu sebelum

dilakukan pembedahan. Ini biasanya memerlukan

rujukan dan kemungkinan pasien harus rawat

inap.

Diabetes dan Infeksi

Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak

memerlukan terapi antibiotik profilaktik untuk

pembedahan rongga mulut. Pasien dengan

diabetes yang tidak terkontrol akan mengalami

penyembuhan lebih lambat dan cenderung

mengalami infeksi, sehingga memerlukan

pemberian antibiotik profilaksis. Responnya

terhadap infeksi tersebut diduga keras akibat

defisiensi leukosit polimorfonuklear dan

menurunnya atau terganggunya fagositosis,

diapedisis, dan khemotaksis karena hiperglikemi.

Sebaliknya, infeksi orofasial menyebabkan

kendala dalam pengaturan dan pengontrolan

diabetes, misalnya meningkatnya kebutuhan


insulin. Pasien dengan riwayat kehilangan berat

badan yang penyebabnya tidak diketahui, yang

terjadi bersamaan dengan kegagalan

penyembuhan infeksi dengan terapi yang biasa

dilakukan, bisa dicurigai menderita diabetes.

Keadaan Darurat pada Diabetes

Diabetes kedaruratan, syok insulin

(hipoglikemia), dan ketoasidosis (hiperglikemia)

lebih sering terjadi pada diabetes tipe 1. Kejadian

yang sering terlihat adalah hipoglikemia, yang

dapat timbul sangat cepat apabila terjadi

kegagalan menutupi kebutuhan akan insulin

dengan asupan karbohidrat yang cukup.

Sedangkan ketoasidosis biasanya berkembang

setelah beberapa hari. Pasien yang menderita

hipoglikemia menunjukkan tanda-tanda pucat,

berkeringat, tremor, gelisah, dan lemah. Dengan

pemberian glukosa secara oral (10-20 gram),

kondisi tersebut akan dengan mudah membaik.

Kegagalan untuk merawat kondisi ini akan

mengakibatkan kekejangan, koma, dan mungkin

menyebabkan kematian. Untuk mengatasi

ketoasidosis diperlukan pemberian insulin dan

cairan. Hal tersebut sebaiknya dilakukan di

rumah sakit (pasien rawat inap).


Kehamilan

Pregnancy bukan kontraindikasi terhadap

pembersihan kalkulus ataupun ekstraksi gigi,

karena tidak ada hubungan antara pregnancy

dengan pembekuan darah. Perdarahan pada gusi

mungkin merupakan manifestasi dari pregnancy

gingivitis yang disebabkan pergolakan hormon

selama pregnancy.

Yang perlu diwaspadai adalah sering terjadinya

kondisi hipertensi dan diabetes mellitus yang

meskipun sifatnya hanya temporer, akan lenyap

setelah melahirkan, namun cukup dapat

menimbulkan masalah saat dilakukan tindakan

perawatan gigi yang melibatkan perusakan

jaringan dan pembuluh darah. Jadi, bila ada

pasien dalam keadaan pregnant bermaksud

untuk scaling kalkulus atau ekstraksi, sebaiknya

di-refer dulu untuk pemeriksaan darah lengkap,

laju endap darah, dan kadar gula darahnya.

Jangan lupa sebelum dilakukan tindakan

apapun, pasien dilakukan tensi dulu.

Kalau memang ada gigi yang perlu diekstraksi

(dimana hal itu tidak bisa dihindari lagi,

pencabutan gigi (dan juga tindakan surgery akut

lainnya seperti abses,dll) bukanlah suatu


kontraindikasi waktu hamil. Hati-hati bila pada 3

bulan pertama. rontgen harus dihindari saja

kecuali kasus akut (politrauma, fraktur ,dll).

Hati-hati bila menggunakan obat bius dan

antibiotic, (ada daftarnya mana yang boleh dan

mana yang tidak boleh (FDA) sedative (nitrous

oxide, dormicum itu tidak dianjurkan). Kalau

memang harus dicabut giginya atau scalling

pada ibu hamil, waspada dengan posisi tidurnya

jangan terlalu baring, karena bisa bikin kompresi

vena cafa inferior.

Kalau memang riskan, dan perawatan gigi-mulut

tidak dapat ditunda sampai post-partus, maka

sebaiknya tindakan dilakukan di kamar operasi

dengan bekerja sama dengan tim code blue, atau

tim resusitasi. Ekstraksi gigi pada pasien hamil

yang ’sehat’ bisa dilakukan dengan baik dan

aman di praktek, clinic biasa, atau rumah sakit.

Kesulitan yang sering timbul pada ekstraksi gigi

pada ibu hamil adalah keadaan psikologisnya

yang biasanya tegang, dll. Seandainya status

umum pasien yang kurang jelas sebaiknya di

konsulkan dulu ke dokter obsgin-nya.

Penyakit Kardiovaskuler

Sebelum menangani pasien ketika berada di


klinik, kita memang harus mengetahui riwayat

kesehatan pasien baik melalui rekam medisnya

atau wawancara langsung dengan pasien. Jika

ditemukan pasien dengan tanda-tanda sesak

napas, kelelahan kronis, palpitasi, sukar tidur dan

vertigo maka perlu dicurigai bahwa pasien

tersebut menderita penyakit jantung. Oleh karena

itu, diperlukan pemeriksaan lanjut yang teliti dan

akurat, misalnya pemeriksaan tekanan darah. Hal

ini dimaksudkan untuk mendukung diagnosa

sehingga kita dapat menyusun rencana

perawatan yang tepat dan tidak menimbulkan

akibat yang tidak diinginkan.

Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien

meningkat, tekanan darah pasien naik

menyebabkan bekuan darah yang sudah

terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan.

Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontra

indikasi eksodonsi. Kontra indikasi eksodonsi di

sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan

tindakan eksodonsi pada pasien ini, namun

dalam penangannannya perlu konsultasi pada

para ahli, dalam hal ini dokter spesialis jantung.

Dengan berkonsultasi, kita bisa mendapatkan

rekomendasi atau izin dari dokter spesialis


mengenai waktu yang tepat bagi pasien untuk

menerima tindakan eksodonsi tanpa terjadi

komplikasi yang membahayakan bagi jiwa pasien

serta tindakan pendamping yang diperlukan

sebelum atau sesudah dilakukan eksodonsi,

misalnya saja penderita jantung rema harus

diberi penicillin sebelum dan sesudah eksodonsi

dilakukan.

Kelainan Darah

a. Purpura hemoragik

Pada pasien dengan keadaan scurvy lanjut maka

perdarahan ke dan dari dalam gusi merupakan

keadaan yang biasa terjadi. Hal ini disebabkan

karena fragilitas kapiler (daya tahan kapiler

abnormal terhadap rupture) pada pasien tersebut

dalam keadaan kurang, sehingga menuju kearah

keadaan mudah terjadi pendarahan petechie dan

ecchimosis.

Perlu ditanyakan kepada pasien tentang riwayat

perdarahan pasca eksodonsia, atau pengalaman

pendarahan lain. Selanjutnya diteruskan pada

pemerikasaan darah yaitu waktu pendarahan dan

waktu penjedalan darah, juga konsentrasi

protrombin.

b. Lekemia
Pada lekemia terjadi perubahan proliferasi dan

perkembangan leukosit dan prekursornya dalam

darah dan sumsum tulang. Sehingga mudah

infeksi dan terjadi perdarahan.

b.1. Lekemia Limfatika

Tanda2 :

• badan mkn lelah dan lemah

• tanda2 anemia à pucat, jantung berdesir, tknn

drh rendah

• limfonodi membesr dsluruh tbh

• gusi berdarah

• petechyae

• perdarahan pasca eksodonsia

• batuk2

• pruritus

• pemeriksaan darah menunjukkan ada anemia

tipe sekunder

b.2. Lekemia Mielogenous

• Kek. Tbh penderita bkrg

• bb berkurang

• tanda2 anemia

• pembesaran limfa

• perut terasa kembung & mual

• demam

• gangguan gastro intestinal


• gatal2 pada kulit

• perdrahan pd bbgai bag tbh

• gangguan penglihatan / perdarahan krn

infiltrais leukemik

• perbesaran lien

• perdarahan petechyae

• perdrahan gusi

• rasa berat di daerah sternum

c. Anemia

Ciri-ciri anemia yaitu rendahnya jumlah

hemoglobin dalam darah sehingga kemampuan

darah untuk mengangkut oksigen menjadi

berkurang. Selain itu, penderita anemia memiliki

kecenderungan adanya kerusakan mekanisme

pertahanan seluler.

d. Hemofilia

Setelah tindakan ekstraksi gigi yang

menimbulkan trauma pada pembuluh darah,

hemostasis primer yang terjadi adalah

pembentukan platelet plug (gumpalan darah)

yang meliputi luka, disebabkan karena adanya

interaksi antara trombosit, faktor-faktor

koagulasi dan dinding pembuluh darah. Selain itu

juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka

ekstraksi juga memicu clotting cascade dengan


aktivasi thromboplastin, konversi dari

prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya

membentuk deposisi fibrin.

Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik)

ditemukan defisiensi factor VIII. Pada hemofilli B

(penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor

IX. Sedangkan pada von Willebrand’s disease

terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi

penyakit ini jarang ditemukan.

Agar tidak terjadi komplikasi pasca eksodonsia

perlu ditanyakan adakah kelainan perdarahan

seperti waktu perdarahan dan waktu penjendalan

darah yg tdk normal pada penderita

Hipertensi

Bila anestesi lokal yang kita gunakan

mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah

akan menyempit menyebabkan tekanan darah

meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah,

sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita

menggunakan anestesi lokal yang tidak

mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap

mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca

ekstraksi.

Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah

dia mengkonsumsi obat-obat tertentu seperti


obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah,

dan obat-obatan lain karena juga dapat

menyebabkan perdarahan.

Jaundice

Tanda-tandanya adalah ( Archer, 1961 ) ialah

kulit berwarna kekuning-kuningan disebut

bronzed skin, conjuntiva berwarna kekuning-

kuningan, membrana mukosa berwarna kuning,

juga terlihat pada cairan tubuh ( bila pigmen

yang menyebabakan warna menjadi kuning ).

Tindakan eksodonsi pada penderita ini dapat

menyebabkan “prolonged hemorrahage” yaitu

perdarahan yang terjadi berlangsung lama

sehingga bila penderita akan menerima

pencabutan gigi sebaiknya dikirimkan dulu

kepada dokter ahli yang merawatnya atau

sebelum eksodonsi lakukan premediksi dahulu

dengan vitamin K.

AIDS

Lesi oral sering muncul sebagai tanda awal

infeksi HIV. Tanpa pemeriksaan secara hati-hati,

sering lesi oral tersebut tidak terpikirkan, karena

lesi oral sering tidak terasa nyeri. Macam-

macam manifestasi infeksi HIV pada oral dapat

berupa infeksi jamur, infeksi bakteri, infeksi virus


dan neoplasma.

Pada penderita AIDS terjadi penghancuran

limfosit sehingga sistem kekebalan tubuh

menjadi berkurang. Pada tindakan eksodonsi

dimana tindakan tersebut melakukan perlukaan

pada jaringan mulut, maka akan lebih mudah

mengalami infeksi yang lebih parah.Bila pasien

sudah terinfeksi dan memerlukan premedikasi,

maka upayakan untuk mendapatkan perawatan

medis dulu. Tetapi bila belum terinfeksi bisa

langsung cabut gigi.

Dengan demikian, apabila dokter gigi sudah

menemui gejala penyakit mematikan ini pada

pasiennya, maka dokter bisa langsung

memperoteksi diri sesuai standar universal

precautaion (waspada unievrsal). Perlindungan

ini bisa memakai sarung tangan, masker,

kacamata, penutup wajah, bahkan juga sepatu.

Karena hingga kini belum ditemukan vaksin HIV.

Sifilis

Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan

Treponema pallidum. Pada penderita sifilis, daya

tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah terjadi

infeksi sehingga penyembuhan luka terhambat.

Nefritis
Eksodonsi yang meliputi beberapa gigi pada

penderita nefritis, dapat berakibat keadaan

nefritis bertambah buruk. Sebaiknya penderita

nefritis berkonsultasi terlebih dahulu dengan

dokter ahli sebelum melakukan eksodonsi.

Malignansi Oral

Di daerah perawatan malignasi suatu rahang

melalui radiasi sel jaringan mempunyai aktivitas

yang rendah sehingga daya resisten kurang

terhadap suatu infeksi. Eksodonsia yang

dilakukan di daerah ini banyak yang diikuti

osteoradionekrosis rahang ( Archer, 1966 ).

Apabila perawatan rad iasi memang terpaksa

harus dikerjakan sehubungan dengan malignansi

tersebut maka sebaiknya semua gigi pada

daerah yang akan terkena radiasi dicabut

sebelum dilakukan radiasi. Bahkan banyak yang

berpendapat bahwa semua gigi yang masih ada

di daerah itu, dibuang bersih dahulu sebelum

penderita menerima radiasi yang berat.

Tujuan utama adalah mencabut gigi-gigi dan

melakukan alveolektomi seluruh processus

alveolaris sejauh sepertiga dekat apeks lubang

alveolus. Mukoperiosteal flap dibuka lebar pada

daerah yang akan dikerjakan operasi dan


kemudian direfleksikan ke arah lipatan

mukobukal atau lipatam labial. Semua tulang

labial atau bukal diambil dengan menggunakan

chisel dan mallet. Pengambilan tulang tersebut

meliputi daerah akar dan interseptal, dan

kemudian gigi-gigi dicabut. Dengan memakai

bone rongers, chisel, bone burs yang besar , kikir

bulat. Semua tulang alveolus yang tinggal dan

tulang kortikal bagian lingual diambil dengan

meninggalkan sepertiga dari tulang apeks

alveolus. Kemudian flaps yang berlebihan

digunting agar masing-masing ujung flaps dapat

bertemu dengan baik, tanpa terdapat teganagan.

Penyembuhan biasanya cepat dan perawatan

radiasi dapat dimulai dalam waktu seminggu.

Hipersensitivitas

Bagi pasien dengan alergi pada beberapa jenis

obat, dapat mengakibatkan shock anafilaksis

apabila diberi obat-obatan pemicu alergi

tersebut. Oleh karena itu, seorang dokter gigi

perlu melakukan anamnesis untuk mengetahui

riwayat kesehatan dan menghindari obat-obatan

pemicu alergi.

Toxic Goiter

Ciri-ciri pasien tersebut adalah tremor, emosi


tidak stabil, tachycardia dan palpitasi , keringat

keluar berlebihan, glandula tiroidea membesar

secara difus (kadang tidak ada), exophthalmos

(bola mata melotot), berat badan susut, rata-

rata basal metabolic naik, kenaikan pada

tekanan pulsus, gangguan menstruasi (pada

wanita), nafsu makan berlebih.

Tindakan bedah mulut, termasuk mencabut gigi,

dapat mengakibatkan krisis tiroid, tanda-

tandanya yaitu setengah sadar, sangat gelisah

,tidak terkontrol meskipun telah diberi obat

penenang.

Pada penderita toxic goiter jangan dilakukan

tindakan bedah mulut, termasuk tindakan

eksodonsi, karena dapat menyababkan krisis

tiroid dan kegagalan jantung.

Kontra Indikasi Lokal

Kontraindikasi eksodonsi yang bersifat setempat

umumnya menyangkut suatu infeksi akut

jaringan di sekitar gigi.

Infeksi gingival akut

Infeksi gingival akut biasa juga disebut dengan

acute necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG)

atau fusospirochetal gingivitis. Penyakit ini

disebabkan oleh infeksi bakteri fusospirochaetal


atau streptococcus.

Ciri-ciri penderita infeksi gingival akut adalah :

a. memiliki OH yg jelek

b. perdarahan pada gusi

c. radang pada gusi

d. sakit

e. nafas tidak sedap (adanya akumulasi plak)

Infeksi perikoronal akut

Merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan

lunak di sekitar mahkota gigi molar yang

terpendam (gigi impaksi). Perikoronitis dapat

terjadi ketika gigi molar 3 bererupsi sebagian

(hanya muncul sedikit pada permukaan gusi).

Keadaan ini menyebabkan bakteri dapat masuk

ke sekitar gigi dan menyebabkan infeksi. Pada

perikoronitis, makanan / plak dapat tersangkut di

bawah flap gusi di sekitar gigi sehingga dapat

mengiritasi gusi, pembengkakan dan infeksi

dapat meluas di sekitar pipi, leher, dan rahang.

Selain itu, faktor-faktor yang juga menyebabkan

infeksi adalah trauma dari gigi di sebelahnya,

merokok dan infeksi saluran pernapasan bagian

atas.

Sinusitis maksilaris akut

Sinus adalah rongga berisi udara yang terdapat


di sekitar rongga hidung. Sinusitis (infeksi sinus)

terjadi jika membran mukosa saluran pernapasan

atas (hidung, kerongkongan, sinus) mengalami

pembengkakan. Pembengkakan tersebut

menyumbat saluran sinus yang bermuara ke

rongga hidung. Akibatnya cairan mukus tidak

dapat keluar secara normal. Menumpuknya

mukus di dalam sinus menjadi faktor yang

mendorong terjadinya infeksi sinus.

Gejala sinusitis akut :

¨ Nyeri, sakit di sekitar wajah

¨ Hidung tersumbat

¨ Kesulitan ketika bernapas melalui hidung

¨ Kurang peka terhadap bau dan rasa

¨ Eritem di sekitar lokasi sinus

¨ Jika menunduk ke depan nyeri berdenyut akan

terasa di sekitar wajah

Radiasi

Alasan melarang eksodonsi dengan keadaan

seperti tersebut diatas adalah bahwa infeksi akut

yang berada di sekitar gigi, akan menyebar

melalui aliran darah ke seluruh tubuh dan terjadi

keadaan septikemia. Septikemia adalah suatu

keadaan klinis yang disebabkan oleh infeksi

dengan tanda-tanda respon sistemik, septikimia


juga biasa diartikan dengan infeksi berat pada

darah. Infeksi dalam rongga mulut bila tidak

ditangani secara adekuat dapat menjadi suatu

induksi untuk terjadinya sepsis. Bila pasien telah

mengalami sepsis dan tidak segera ditangani

maka keadaan sepsis ini akan berlanjut menjadi

syok septic dan dapat mengakibatkan kematian

pasien.

Tanda-tanda respon sistemik sepsis :

Takhipne (respirasi > 20 kali/menit

Takhikardi (denyut nadi > 90 kali/menit)

Hipertermi (suhu badan rektal > 38,3)

Sedangkan syok septik adalah suatu sindroma

klinik yang disebabkan oleh tidak cukupnya

perfusi jaringan dan adanya hipoksia jaringan

yang disebabkan oleh sepsis. Keadaan diatas

kadangkala disebut juga Sindroma Respon

Inflamasi Sistemik (Systemic Inflammatory

Response Syndrome = SIRS) yaitu suatu respon

inflamasi sistemik yang bervariasi bentuk

kliniknya, ditunjukkan oleh dua atau lebih

keadaan sebagai berikut :

a. Temperatur > 38

b. Denyut jantung > 90 kali /menit

c. Respirasi > 20 kali/menit


d. Jumlah leukosit > 12.000/mm3 atau <>3

Komplikasi

Pendarahan (individu dengan penyakit hati

pasien yang menrima terapi antikoagulan, pasien

yang minum aspirindosis tinggi: cek lab dan

kerja sama dengan dokter spesialis

penanganan : menghindari pembuluh darah,

mengetahui anatomi

regio resiko tinggi: palatum, a. Palatina mayor,

vestikulum bukal M bawah, a.fasialis, regio

mandibula anterior, vaskularisasi melimpah

tekanan dan klem: penanganan awal perdarahan

arteri adalah dengan penekanan langsung

dengan jari kasa darah deras , diklem dengan

mehostat

Fraktur: disebabkan oleh tekanan berlebihan dan

tidak terkontrol (fraktur ujung akar / foramen,

fraktur minor / mayor procalupolaris fraktur

mandi bula)

Cedera jaringnan lunak

lecet : kesalahan teknik flap

luka besar bibir yang teranestasi tertekan

handpiece: aplikas salip antibiotik / strtoid

empiseme sulokutan

Cidera saraf
ex: N linguasi paling sering cidera karena

pencabutan m3 bawah yang implikasi

terapi: dekompresi, eksisi den anastomosis ulang

3.2.4 Perbedaan Eksodonsia Pada Gigi Sulung

Dan Gigi Permanen

Pencabutan Gigi Susu

Pencabutan gigi susu atas : Gigi susu bisa

dicabut dengan menggunakan tang (#150 atau

#151 (#150 S atau # 151 S). Gigi molar susu

atas mempunyai akar yang memancar,yang

menyulitkan pencabutannya. Apabila masalah

tersebut ditambah dengan adanya resorpsi maka

tekanan berlebihan sebaiknya dihindari. Seperti

pada pencabutan semua gigi atas, digunakan

pinch grasp dan telapak menghadap keatas.

Pencabutan gigi susu bawah : Untuk pencabutan

gigi molar susu, digunakan tang #151 dengan

sling grasp, seperti pada gigi molar atas,

biasanya gigi ini mempunyai akar resopsi yang

divergen. Pertimbangan utama pada pencabutan

gigi susu adalah menghindari cedera pada gigi

permanen yang sedang berkembang. Misalnya

tang #23 (crownHorn), bukan merupakan pilihan

yang cocok untuk molar bawah susu. Apabila

diperkirakan akan terjadi cedera selama


pencabutan dengan tang, sebaiknya

direncanakan pembedahan dan pemotongan gigi

susu. Resorpsi akar menimbulkan masalah

dalam apakah akar ini sudah keluar semuanya

atau belum. Apabila ada keraguan, sebaiknya

dilakukan foto rontgen. Sedangkan apabila

pengambilan fraktur akar dianggap

membahayakan gigi permanen penggantinya,

pencabutan gigi sebaiknya ditunda karena rasio

manfaat / resiko tidak menguntungkan.

Meskipun pencabutan gigi anterior susu biasanya

amat mudah dilakukan dengan teknik dasar

pencabutan gigi. Gigi posterior susu terkadang

lebih sulit dicabut daripada gigi tetap

penggantinya. Beberapa faktor berkombinasi

menyebabkan kesulitan ini. Mulut anak kecil dan

akses terbatas serta gigi premolar yang sedang

terbentuk terletak dikitari akar gigi susu sehingga

dapat rusak bila gigi molar susu diatasnya

dicabut. Gigi molar susu tidak memiliki massa

akar dan karies yang kadang meluas hingga ke

akar gigi membuatnya sulit untuk dipegang

dengan tang. Resorpsi akar gigi pada gigi geligi

campuran tidak terjadi dalam pola yang teratur

dari apeks ke mahkota gigi. Sering bagian


samping dari akar gigi teresopsi dan secara tidak

sengaja menahan fragmen akar gigi.

Teknik pencabutan gigi susu pada dasarnya

dalah sama seperti teknik yang dipergunakan

untuk mencabut gigi tetap. Yang amat penting

adalah ketika mengaplikasikan tang harus yakin

bahwa bilah tang cukup kecil untuk melewati

membrane periodontal dan bahwa bilah benar

diaplikasikan pada akar gigi. Bila tang hanya

ditempatkan pada sisi bukal dan lingual dari gigi

dan dipaksakan masuk kedalam jaringan benih

gigi tetap pengganti dapat menjadi rusak.

Gerakan kearah lingual yang kuat biasanya

menyebabkan gigi muncul dari soketnya dan

dapat dicabut dengan gerakan kebukal dan rotasi

kedepan. Lebih baik meninggalkan patahan

fragmen akar gigi susu yang kecil yang akan

mengalami resopsi atau eksfoliasi daripada

merusak atau mengubah posisi benih gigi tetap

pengganti dalam upaya menenemukan lokasi dan

mengambil fragmen akar gigi susu tadi.

Keputusan untuk mengambil akar gigi tersebut,

jaringan lunak harus cukup terbuka sehingga

operator dapat melihat jelas hubungan benih gigi

tetaP pengganti dan memmungkinkan operator


mengeluarkan fragmen akar gigi tadi dengan

melihat langsung.

Sewaktu mengaplikasikan bilah tang pada akar

yang mengalami karies didaerah gusi harus

disadaribahwa gusi cenderung untuk tumbuh

masuk ke dalam gigi tersebut, sehingga bagian

tepi akar gigi tersebut sebaiknya benar-benar

terlihat. Akar gigi susu yang tidak dpat dipegang

dengan tang, harus digoyangkan kedalam kearah

gigi tetap yang sedang bertumbuh menggunakan

elevator Warwick James, dengan memakai

dinding soket sebagai tumpuan. Akar gigi susu

yang dicabut harus diperiksa untuk memeriksa

bahwa pencabutan telah sempurna. Permukaan

gigi yang patah terasa rata dan mengkilap

dengan tepi yang tajam, akar yang mengalami

resopsi biasanya kasar dengan tepi tidak

berbentuk tidak teratur.

Pencabutan Gigi Permanen

Pencabutan gigi geligi atas

Insisivus pertama memiliki akar gigi yang konus

dan dapat dilakukan pencabutan hanya dengan

gerakan rotasi saja. Insisivus kedua memiliki

akar gigi yang yang lebih ramping dan sering

datar pada permukaan distal dan mesial. Pilihlah


bilah tang yang lebih kecil dan bilah tang harus

benar-benar masuk ke dalam akar gigi sebelum

memberikan tekanan pada gigi.

Kaninus memiliki akar gigi yang panjang dan

kuat dengan potongan melintang yang berbentuk

segitiga. Beberapa tang kaninus memiliki bilah

tang yang terlalu lebar untuk membentuk ’

kontak dua titik’, jika diaplikasikan dengan benar

pada akar gigi.

Premolar pertama atas memiliki dua akar gigi

yang kecil, yang melengkung atau divergen dan

fraktur dapat terjadi selama pencabutan.

Pada mulut dengan gigi yang berjejal, gigi

premolar kedua atas sering keluar dari lengkung

gigi. Pada beberapa kasus gigi tersebut dipegang

dalam arah mesiodistal dengan tang yang

dipegang menyilang lengkung gigi dan

pencabutan dilakukan, berarti pencabutan gigi ini

harus dengan pembedahan.

Akar gigi molar pertama atas tetap dapat

menyebar sehingga bila tang molar dipergunakan,

haruslah hati-hati untuk memastikan bahwa

bilah tangbenar-benar masuk kemembran

periodontal sehingga dapat memegang masa

akar gigi. Pada beberapa kasus, diindikasikan


pencabutan transalveolar dengan pemecahan

akar gigi.

Posisi sumbu panjang akar gigi molar ketiga

atas adalah sedemikian rupa sehingga mahkota

gigi terletak lebih posterior daripada akar

giginya. Ini mempersulit aplikasi tang.dan bila

mulut pasien membuka terlalu lebar, prosesus

koronoid dapat mengganggu masuknya tang dan

menambah kesulitan. Namun, bila pasien

menutup separuh mulut dan tang bayonet atau

tang premolardigunakan, biasanya gigi dapat

dipegang dengan benar, dan dengan tekanan

kearah bukal sudah dapat mengeluarkannya.

Gerakan kearah bukal ini dapat dilakukan apabila

pasien menggerakan mandibulanya kesisi

pencabutan, sehingga menggerakan procesus

koronoid keluar dari daerah operasi. Pada

banyak kasus, akar gigi ini memiliki bentuk

konus yang sederhana , tapi terkadang bentuk

akar menjadi lebih rumit sehingga menghambat

pencabutan dengan tang dan untuk kasus ini

diindikasikan pencabutan dengan pembedahan.

Pencabutan gigi geligi bawah

Gigi insisivus bawah memiliki akar yang kecil

dengan sisi yang rata. Gigi-gigi ini dapat dengan


mudah dicabut, tapi terkadang sangat rapuh.

Tang dengan bilah kecil harus digunakan.

Pencabutan dari keenam gigi anterior bawah,

dapat juga dibantu dengan menggoyangkannya

menggunakan elevator atau bein lurus.

Akar gigi dari kaninus bawah lebih panjang dan

lebih besar daripada gigi sebelahnya. Apeksnya

terkadangmiring kedistal. Tang dengan bilah

yang lebih besar harus digunakan dan

diaplikasikan dengan cermat pada gigi.

Gigi premolar bawah memiliki akar berbentuk

mengecil kebawah dan apeksnyadapat miring

kedistal. Akar gigi premolar bawah akarnya

sering tertanam pada tulang yang padat dan

apabila fraktur selama pencabutan gigi biasanya

dilakukan pembedahan untuk mengeluarkannya.

Tang dengan bilah kecil dengan menghasilkan ‘

kontak 2 titik’ pada akar, harus diaplikasikan

dengan hati-hati. Gerakan pertama harus kuat

tapi perlahan, dan hanya untuk pencabutan gigi

premolar kedua saja, gerakan pertama yang

harus dilakukan adalah rotasi. Bila terasa ada

tahanan pada rotasi. Bila terasa ada tahanan

pada’rotasi pertama’ jangan dipaksakan dan

cobalah gerakan yang lebih klasik yaitu gerakan


kelateral. Bila pencabutan drngan gerakan rotasi

tetap diteruskan, fraktur akar berbentuk spiral

dapat terjadi dan meninggalkan patahan akar

gigi yang sulit dikeluarkan.

Gigi molar bawah paling bagus dicabut dengan

tang molar, tapi banyak operator tidak

menggunakan tang ini karena mereka ,erasa

lebih sulit memasukkan bilah tang membrane

periodontal tidak dilakukan dengan hati-hati,

mahkota gigi dapat hancur akibat terjepit oleh

tang. Pada pencabutan gigi dengan karies gigi

yang amat besar, banyak dokter gigi lebih suka

mengaplikasikan tang pada akar gigi daripada

bagian mahkota gigi yang lebih sehat. Gigi ini

sering digoyangkan dengan tekanan kearah

bukolingual dan paling baik dicabut dengan

tambahan gerak rotasi. Pencabutan gigi molar

kedua dan ketiga bawah, terkadang dapat

dibantu dengan aplikasi elevator pada sebelah

mesial sebelum aplikasi tang. Teknik ini

seharusnya tidak dilakukan selama pencabutan

dengan tang gigi molar pertama tetap bawah

karena dengan pola akar berbeda premolar

kedua, perlekatan gigi premolar kedua dapat

rusak akibat tekanan yang disalurkan melalui


septum interdental. Bentuk akar dari gigi molar

ketiga bawahtetap amat bervariasi sehingga

harus dibuat pemotretan radiografi sebelum

pencabutan gigi, meskipun gigi tersebut erupsi

penuh. Dalam banyak kasus, gigi ini lebih baik

dibedah dari perlekatannya.

3.2.5 Perbedaan Tindakan Eksodonsi pada

Mandibula dan Maksila serta Regio-regionya

Pengaturan Umum

Posisi Operator. Untuk mencabut semua gigi

kecuali gigi molar kanan bawah, premolar dan

kaninus, operator berdiri pada samping tangan

pasien, seperti gambar A. Untuk pencabutan gigi

kanan bawah dengan metode intra-alveolar,

operator harus di belakang pasien seperti

gambar C. Terkadang operator harus berdiri lebih

tinggi dengan menginjak suatu kursi kecil supaya

memperoleh posisi kerja optimal.

Tinggi Kursi Pasien. Ini adalah pertimbangan

penting yang terkadang diabaikan. Bila daerah

pencabutan terlalu tinggi atau terlalu rendah bagi

operator, berarti operator bekerja pada keadaan

mekanis yang tidak menguntungkan dan dalam

posisi yang melelahkan serta tidak nyaman.

Bila hendak dilakukan pencabutan gigi atas, kursi


pasien harus disesuaikan sehingga daerah kerja

lebih kurang 8 cm di bawah bahu operator

(gambar A). Selama pencabutan gigi bawah,

tinggi kursi pasien harus diatur sehingga gigi

yang akan dicabut lebih kurang 16 cm di bawah

siku operator (gambar B). Bila operator berdiri di

belakang pasien (gambar C), kursi pasien harus

direndahkan secukupnya agar dokter gigi dapat

melihat jelas daerah kerja dan memperoleh

posisi kerja yang nyaman. Hal ini dapat diperoleh

bila dokter gigi menggunakan kotak pijakan

khususnya untuk pasien yang tinggi.

Lampu. Walaupun agak berlebihan untuk

mnegatakan bahwa pencahayaan yang baik pada

daerah kerja adalah mutlak untuk keberhasilan

pencabutan gigi, kegagalan memperoleh

penerangan yang cukup pada daerah kerja

adalah kesalahan yang biasa terjadi, dan

merupakan alasan utama kegagalan sejumlah

pencabutan gigi.

Dokter gigi harus mencoba untuk melakukan

pekerjaan dalam suasana yang tenang, efisien,

tidak terburu-buru, dan sesuai dengan metode.

Ini, bersamaan dengan dorongan yang simpatik,

akan banyak berpengaruh dalam memperoleh


kerjasama dan kepercayaan dari pasien.

Operator harus mencegah timbulnya

kekhawatiran dari pihak pasien dengan hanya

menunjukkan instrumen bila tidak lagi dapat

disembunyikan. Ia harus berpijak stabil selama

prosedur perawatan dan harus yakin bahwa

sepatu maupun lantai yang dipijaknya tidak

mengganggu keseimbangan tubuh.

Pencabutan dengan Tang

Pencabutan Gigi Geligi Atas

Insisivus pertama memiliki akar gigi yang konus

dan dapat dilakukan pencabutan hanya dengan

gerakan rotasi saja.

Insisivus kedua memiliki akar gigi yang lebih

ramping dan sering datar pada permukaan distal

dan mesial. Pilihlah bilah tang yang lebih kecil

dan bilah tang harus benar-benar masuk ke

dalam akar gigi sebelum memberikan tekanan

pada gigi.

Kaninus memiliki akar gigi yang panjang dan

kuat dengan potongan melintang berbentuk

segitiga. Beberapa tang kaninus memiliki bilah

yang terlalu lebar untuk membentuk ‘kontak dua

titik’, jika diaplikasijan dengan benar pada akar

gigi. Pada banyak kasus, gigi ini lebih baik


dibelah. Bila pencabutan multipel dilakukan,

kemungkinan patahnya pelat tulang alveolar

sebelah labial sewaktu mencabut gigi kaninus

dapat dikurangi dengan mencabut gigi ini

sebelum pencabutan gigi insisivus kedua dan gigi

premolar pertama akan melemahkan pelat tulang

alveolar sebelah labial.

Premolar pertama atas memiliki dua akar yang

kecil, yang melengkung atau divergen, dan fraktur

dapat terjadi selama pencabutan. Pada beberapa

kasus, sumbu panjang gigi semakin ke atas

semakin miring ke medial, apeksnya lebih dekat

dengan gigi kaninus daripada apeks gigi

premolar kedua. Inklinasi gigi perlu diperhatikan

dan berhati-hatilah ketika menempatkan bilah

tang yang kecil sepanjang sumbu panjang gigi.

Sering dianjurkan agar gigi ini ditarik, tapi pada

praktiknya gerakan ke lateral sering diperlukan

untuk mengeluarkan gigi dengan akar pipih yang

divergen. Bila lebih dominan dilakukan gerakan

lateral dalam arah ke bukal dan terjadi fraktur

akar gigi, akar palatal biasanya dapat

dikeluarkan semuanya, meninggalkan akar bukal

yang lebih mudah untuk dikeluarkan dengan

pembedahan. Bila gigi telah nekrosis atau


memiliki restorasi yang besar, atau bila pasien

mempunyai riwayat kesulitan dalam pencabutan

gigi, teknik transalveolar merupakan indikasi.

Bila molar pertama atas tetap telah hilang, gigi

premolar atas dapat miring ke distal dan rotasi

pada akar palatalnya. Rotasi ini, dan juga

kemiringan, harus dipertimbangkan dengan

cermat bila mengaplikasikan bilah tang pada

gigi.

Gigi premolar kedua sering keluar dari lengkung

rahang pada mulut dengan gigi yang berjejal.

Pada beberapa kasus gigi tersebut dapat

dipegang dalam arah mesiodistal dengan tang

yang dipegang menyilang lengkung gigi, dan

pencabutan gigi ini harus dengan pembedahan.

Akar gigi molar pertama atas tetap dapat

menyebar sehingga bila tang molar dipergunakan,

haruslah hati-hati untuk memastikan bahwa

bilah tang benar-benar masuk ke membran

periodontal sehingga dapat memegang massa

akar gigi. Pada beberapa kasus, diindikasikan

pencabutan transalveola dengan pemecahan akar

gigi.

Bila gigi molar pertama telah hilang, dan gigi

molar atas lainnya migrasi, gigi tersebut


cenderung rotasi pada akar palatal dan miring ke

mesial. Atau pada beberapa kasus, posisi massa

akar molar kedua atas oblik terhadap mahkota

gigi, sehingga disebut ‘akar molar oblik’. Pada

kedua keadaan tersebut, dapat massa akar sulit

atau tidak mungkin dipegang dengan tang molar;

maka tang premolar atas harus digunakan,

dengan bilah bukal ditempatkan hati-hati pada

akar mesiobukal atau distobukal, tetapi jangan di

antaranya.

Posisi sumbu panjang akar gigi molar ketiga

atas adalah sedemikian rupa sehingga mahkota

gigi terletak lebih posterior daripada akar

giginya. Ini mempersulit aplikasi tang, dan bila

mulut pasien membuka terlalu melebar, prosesus

koronoid dapat mengganggu masuknya tang dan

menambah kesulitan. Namun, bila pasien

menutup separuh mulut dan tang bayonet atau

tang premolar digunakan, biasanya gigi dapat

dipegang dengan benar, dan dengan tekanan ke

arah bukal sudah dapat mengeluarkannya.

Gerakan ke arah bukal ini dapat dilakukan bila

pasien menggerakkan mandibulanya ke sisi

pencabutan, sehingga menggerakkan prosesus

koronoid keluar dari daerah operasi. Pada


banyak kasus, akar gigi ini memiliki konus yang

sederhana, tapi terkadang bentuk akar menjadi

lebih rumit, sehingga menghambat pencabutan

dengan tang, dan untuk kasus ini diindikasikan

pencabutan dengan pembedahan.

Jangan mencoba mengaplikasikan tang pada gigi

molar ketiga atas yang erupsi sebagian atau

pada akar gigi posterior atas kecuali bila kedua

permukaan bukal dan lingual terlihat jelas. Bila

tekanan diaplikasikan ke arah atas, gigi atau

akar gigi dapat masuk ke dalam sinus

maksilaris.

Pencabutan Gigi Geligi Bawah

Gigi insisivus bawah memiliki akar yang kecil

dengan sisi yang rata. Gigi-gigi ini dapat dengan

mudah dicabut, tapi terkadang sangat rapuh.

Tang dengan bilah kecil harus digunakan.

Pencabutan dari keenam gigi anterior bawah,

dapat juga dibantu dengan menggoyangkannya

menggunakan elevator/bein lurus.

Akar dari kaninus bawah lebih panjang dab lebih

besar daripada gigi sebelahnya. Apeksnya

terkadang miring ke distal. Tang dengan bilah

yang lebih besar harus digunakan dan

diaplikasikan dengan cermat pada gigi.


Gigi premolar bawah memiliki akar berbentuk

mengecil ke bawah dan apeksnya dapat miring

ke distal. Akar gigi premolar bawah sering

tertanam dalam tulang yang padat dan bila

fraktur selama pencabutan gigi biasanya

diperlukan pembedahan untuk mengeluarkannya.

Tang dengan bilah kecil yang menghasilkan

‘kontak dua titik’ pada akar, harus diaplikasikan

dengan hati-hati. Gerakan pertama harus kuat

tapi perlahan, dan hanya untuk pencabutan gigi

premolar kedua saja, gerakan pertama adalah

rotasi. Bila terasa tekanan pada rotasi pertama ,

jangan dipaksakan dan cobalah gerakan yang

lebih klasik, yaitu gerakan ke lateral. Bila usaha

pencabutan dengan gerakan rotasi tetap

diteruskan, fraktur akar berbentuk spiral dapat

terjadi, dan meninggalkan patahan akar gigi yang

sulit dikeluarkan.

Gigi molar bawah paling baik dicabut dengan

menggunakan tang molar, tatapi banyak operator

tidak menggunakan tang ini karena mereka lebih

sulit memasukkan bilah tang yang lebih lebar ke

dalam membran periodontal. Jika penekanan

bilah tang ke dalam membran periodontal tidak

dilakukan dengan hati-hati, mahkota gigi dapat


hancur akibat terjepit oleh tang. Pada

pencabutan gigi dengan karies yang amat besar,

banyak dokter gigi lebih suka mengaplikasikan

tang pada aka gigi daripada bagian mahkota gigi

yang lebih sehat. Gigi ini sering digoyangkan

dengan tekanan ke arah bukolingal dan paling

baik dicabut dengan tambahan gerak rotasi.

Pencabutan gigi molar kedua dan ketiga bawah

terkadang dapat dibantu dengan aplikasi elevator

pada sebelah mesial sebelum aplikasi tang.

Teknik ini seharusnya tidak dilakukan selama

pencabutan gigi molar pertama bawah tetap

karena dengan pola akar yang berbeda dengan

gigi premolar kedua, perlekatan gigi premolar

kedua dapat rusak akibat tekanan yang

disalurkan melalui septum interdental. Bentuk

akar dari gigi molar ketiga bawah tetap amat

bervariasi sehingga harus dibuat pemotretan

radiografi sebelum pencabutan gigi, meskipun

gigi tersebut erupsi penuh. Dalam banyak kasus,

gigi ini lebih baik dibedah dari perlekatannya.

3.2.6 Penatalaksanaan Bedah

Diagnosis dan Rencana Perawatan

Anamnesis untuk memperoleh riwayat secara

lengkap dan pemeriksaan klinis yang didukung


oleh metode pemeriksaan tertentu bila perlu,

memungkinkan diduganya kesulitan yang bakal

terjadi, dan komplikasi serta menetapkan pilihan

teknik pencabutan yang tepat.

Keputusan yang perlu diambil sehubungan

dengan pembedahan

Pasien rawat jalan atau rawat inap, ditentukan

oleh

Kondisi pasien

Kemungkinan lamanya operasi

Indikasi jenis anastesi

Apakah perlu kesiapan khusus?

–instruksi kepada pasien

- apakah perlu pemberian pramedikasi?

- apakah perlu pemberian nantibotik terlebih

dahulu ?

- apakah dipetlukan bentukk perawatan medis

yang lain (seperti antikonvulsi, insulin,

antikoagulan atau terapi steroid?

Pada saat operasi

Yakin bahwa semua instrument yang mungkin

diperlukan sudah tersedia dan sudah steril

(dengan cara memikirkan tiap tahap prosedur

dan mencatat daftar intrumen yang diperlukan

untuk melakukan tahap prosedur tadi)


Letakkan instrument dalam urutan seperti biasa

pada baki steril atau pada trolley yang telah

didesinfeksi kering dengan bagian atasnya

ditutup dengan lap steril.

Bila instrument yang dipergunakan mempunyai

satu ujung, hanya tangkai instrument ygang

boleh disentuh.

Setelah digunakan, instrument harus

dikembalikan ke tempat semula pada baki atau

trolley. Bahan-bahan yang kotor harus

ditempatkan pada tempat yang terpisah.

Keperluan lain, penerangan yang cukup, asisten

yang terampil, gambaran radiografis daerah

operasi, anastesi yg efektif, dan rencana operasi

yang disusun untuk mengatasi kesulitan dan

menghindari komplikasi.

Pasca operasi

Resepkan analgesic seperlunya

Memberikan instruksi yang jelas sehubungan

dengan

Kebersihan mulut,termasuk penggunaan kumur-

kumur larutan saline hangat

Perdarahan, rasa sakit setelah dioperasi dan

pembengkakan pasca operasi

Indikasi untuk perawatan darurat serta hal-hal


yang perlu dilakukan

Buat janji untuk kanjungan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai