TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
PAPER
CYSTOID MACULAR EDEMA
Disusun oleh:
PASCA SARI NAULI TAMBA
080100121
Pembimbing:
Dr. Vanda Virgayanti, M.Ked (Oph), Sp.M
1
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ini. Sebagai salah satu area kompetensi dasar
yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, karya tulis ini disusun sebagai
rangkaian tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di
departemen Ilmu Kesehatan Mata RSUP Haji Adam Malik Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Vanda Virgayanti, M.Ked
(Oph), Sp.M, yang bersedia meluangkan waktunya untuk membaca dan memberi
pengarahan dalam penyempurnaan karya tulis ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada dr. Deza Yumardika yang mengarahkan penulis mulai dari
awal penyusunan karya tulis ini.
Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru,
dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk membuat karya
tulis yang berjudul “Cystoid Macular Edema”. Semoga karya tulis ini dapat
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ini.
Penulis
2
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................... 1
DAFTAR GAMBAR
3
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB 1
4
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
PENDAHULUAN
5
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
7
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
disertai lapisan parenkim lain. Hal ini terjadi karena akson-akson sel fotoreseptor
berjalan miring (lapisan serabut Henle) dan lapisan-lapisan retina yang lebih dekat
dengan permukaan dalam retina lepas secara sentrifugal. Di sepanjang fovea
merupakan daerah tanpa pembuluh darah yang dikenal dengan foveal avascular
zone (FAZ). Pusat geometri dari FAZ sering dianggap sebagai pusat makula dan
merupakan titik fiksasi; bagian ini penting sebagai dasar angiografi fluoresensi.2,4
Di tengah makula, 4 mm lateral dari diskus optikus, terdapat foveola yang
berdiameter 0,35 mm, yang secara klinis tampak jelas dengan oftalmoskop
sebagai cekungan yang menimbulkan pantulan khusus.2,7 Fotoreseptor dominan
pada foveola dan umbo merupakan sel kerucut. Konsentrasi terbanyak sel kerucut
terdapat di umbo.8
Gambaran histologis fovea dan foveola ini memungkinkan diskriminasi
visual yang tajam; foveola memberikan ketajaman visual yang optimal. Ruang
2,7
ekstraseluler retina yang normalnya kosong cenderung paling besar di makula.
Di foveola terdapat sudut kecil yang dikenal dengan umbo. Disekeliling fovea
merupakan cincin berdiameter 0,5 mm yang disebut parafoveal area, dimana
lapisan sel ganglion, lapisan inti dalam, dan lapisan pleksiform luar adalah yang
paling tebal. Disekeliling zona ini, cincin berukuran sekitar 1,5 mm disebut
perifoveal zone.4,7
8
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Gambar 1: Makula anatomikal, disebut juga area sentralis atau kutub posterior.
Fovea dan foveola anatomikal terdapat di tengah makula
Sumber: AAO
9
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Retina menerima darah dari dua sumber: koriokapilaris yang berada tepat
di luar membran Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan
pleksiform luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan lapisan epitel pigmen
retina; serta cabang-cabang dari arteri centralis retina, yang mendarahi dua pertiga
dalam retina. Fovea seluruhnya didarahi oleh koriokapilaris dan rentan terhadap
kerusakan yang tak dapat diperbaiki bila retina mengalami ablasi. Pembuluh darah
retina mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang, yang membentuk sawar
darah-retina. Lapisan endotel pembuluh koroid berlubang-lubang. Sawar darah-
retina sebelah luar terletak setinggi lapisan epitel pigmen retina.2,7
Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisasi,
dengan kemampuan untuk memulai pengolahan informasi penglihatan sebelum
informasi tersebut ditransmisikan melalui nervus optikus ke korteks visual.
Struktur yang berlapis-lapis tersebut memungkinkan lokalisasi fungsi atau
gangguan fungsional pada suatu lapisan atau sekelompok sel. Namun, persepsi
warna, kontras, kedalaman, dan bentuk berlangsung di dalam korteks.7
10
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.1. Definisi
Edema makula kistoid (CME) merupakan edema makula setempat, akibat
timbunan cairan dalam ruang-ruang mirip sarang lebah pada lapisan inti dalam
dan lapisan pleksiform luar.2,7,9 Pengumpulan cairan ini terdapat di dalam lapisan
pleksiform luar (lapisan Henle) dan lapisan inti dalam retina yang berada disekitar
pusat foveola.5 CME akut atau jangka pendek biasanya tidak menyebabkan
kerusakan, namun kasus yang berlama-lama biasanya menyebabkan ruang-ruang
mikrokistik menyatu menjadi rongga yang besar dan secara bertahap membentuk
lubang lamellar di fovea dengan kerusakan ireversibel pada pusat penglihatan. 4,10
11
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.2. Epidemiologi
Pasien-pasien yang menjalani ekstraksi lensa intrakapsular, insidensi
terjadinya CME mencapai 60%. Literatur lain menyebutkan insidensi CME pada
pasien pasca ekstraksi lensa intrakapsular (ICCE) sekitar 50-70%, sementara
insidensinya pada pasien pasca ekstraksi lensa ekstrakapsular (ECCE) sekitar 20-
30%.9 Puncak insidensi CME pada pasien pasca ekstraksi katarak terjadi 6-10
minggu pasca operasi, dengan resolusi spontan terjadi secara klinis pada sekitar
95% dari kasus yang tidak ada komplikasi dalam jangka waktu 6 bulan.
Kebanyakan kasus-kasus CME bersifat ringan dan asimptomatik. Insidensi CME
meningkat dengan adanya uveitis pasca operasi yang bermakna dan dengan
komplikasi operasi seperti hilangnya vitreus atau prolapsus iris. Insidensi yang
meningkat juga berhubungan dengan komplikasi lensa intraokuler (IOL) dan efek
cahaya. 2
Penyebab-penyebab lain dari perubahan makula yang lebih jarang antara
lain X-linked hereditary retinoschisis, Goldmann-Favre disease, beberapa kasus
retinitis pigmentosa, dan nicotinic acid maculopathy.1,9
12
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
13
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
14
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
15
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
16
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
17
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
18
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Angiografi Fluoresens
Angiografi fluoresens menunjukkan kebocoran kapiler parafoveal dengan
terkumpulnya zat warna dalam konfigurasi petaloid di fovea.
19
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Pencitraan (Imaging)
Optical Coherence Tomography (OCT)
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang optic resolusi tinggi,
pencitraan retina secara melintang yang dapat mendeteksi ketebalan retina.
Tebal fovea normal sekitar 120-150 µm pada dewasa muda dan 175-220
µm pada dewasa tua. Pada mata dengan rongga kistoid yang tampak pada
oftalmoskopi dan visus yang kurang dari 20/40, ketebalan fovea pada OCT
terukur antara 400-600 µm.1,9
Pemeriksaan OCT serial telah digunakan untuk memantau ketebalan
makula dan penyembuhan edema setelah pengobatan.11 Namun,
20
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
pemeriksaan ini masih sangat terbatas karena harganya yang mahal dan
membutuhkan keahlian khusus dalam mengoperasikannya.9
21
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.6. Penatalaksanaan
2.2.6.1. Obat-Obatan
Anti Inflamasi Non-Steroid (NSAIDs)
NSAIDs berguna untuk menghambat enzim siklooksigenase, yang
dibutuhkan untuk produksi prostaglandin sebagai hasil degradasi dari produk
asam arakhidonat. Diklofenak pada konsentrasi tinggi menghambat
pembentukan produk lipooksigenase. NSAIDs topikal, seperti ketorolak
tromethamine 0,5%, indomethacin 1%, dan diklofenak 1%, tersedia dan
telah digunakan untuk pengobatan edema makula setelah operasi katarak atau
sebagai profilaksis untuk mencegah edema. 1,3,9,12
Carbonic Anhydrase Inhibitor
Inhibitor karbonik anhydrase dapat mempengaruhi polaritas sistem
transport ion pada retinal pigmen epitelium melalui inhibisi karbonik
anhydrase dan γ-glutamyltransferase. Sebagai hasilnya, terdapat peningkatan
transport cairan melewati retinal pigmen epitelium dari ruang subretina ke
koroid sehingga edema berkurang. Agen yang sering digunakan ialah
Acetazolamide. Protocol pengobatan yang disarankan adalah dosis inisial
CAI 500 mg/hari, yang harus dilanjutkan sedikitnya 1 bulan untuk melihat
efek terapetiknya. Pasien dapat mengurangi dosis selama terapi bila telah
diperoleh respon terapi yang diharapkan. 1,9,13
Steroid
Steroid menghambat produksi prostaglandin dengan menghambat enzim
fosfolipase A2, yang penting untuk mengkatalisis konversi lipid membran
menjadi asam arakidonat. Melalui proses ini, steroid menghambat sintesis
prostaglandin dan leukotrin. Kortikosteroid dapat diberikan secara topical
dengan injeksi periokuler, secara oral, dan parenteral. Kortikosteroid topikal
menembus epitelium kornea dan mencapai camera okuli anterior. Efek
antiinflamasi dari kortikosteroid topical dapat mengobati CME yang
disebabkan oleh iritis kronik atau iridocyclitis. Injeksi intravitreal
22
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
23
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
darah ke jaringan seperti yang dikemukakan pada hukum Starling. DME dan
edema makula karena oklusi cabang vena retina dapat membaik setelah laser
fotokoagulasi. Pengobatan laser fokal bertujuan untuk mengobliterasikan
mikroaneurisma yang disebabkan oleh kebocaran fokal pembuluh darah.1
Vitrektomi
Diabetic Macular Edema
Vitrektomi dapat berguna bagi mata dengan DME jika terjadi traksi
vitreomakular.vitrektomi disertai eliminasi membran limitans interna dapat
memberikan perbaikan terhadap fungsi penglihatan pada pasien dengan
DME difus yang persisten. Namun tindakan ini memiliki komplikasi
seperti pembentukan katarak, ablasio retina, dan perdarahan vitreus
rekuren yang nantinya dapat meningkatkan tekanan intraokuler dan
memicu terjadinya glaucoma.1
Aphakic/Pseudophakic Macular Edema
Vitrektomi pada kasus aphakic CME menunjukkan perbaikan visus
yang bermakna. 1,13
2.2.6.3. Pengobatan Terbaru: anti-VEGF
Kerusakan sawar darah-retina yang menyebabkan edema makula terjadi
melalui sejumlah proses aktif yang dapat diintervensi secara farmakologik. Pada
diabetes mellitus, hiperglikemia merupakan penyebab peningkatan diasilgliserol,
yang mengaktifkan jalur protein kinase C(PKC). PKC merupakan sinyal bagi
growth factor, khususnya vascular endothelial growth factor (VEGF) yang
berperan penting dalam kebocoran vaskular retina dan pembentukan edema
makula. Dari penelitian, blokade aksi VEGF dengan menghambat PKC dapat
mencegah terjadinya kerusakan vaskular retina. Namun penggunaan anti-VEGF
pada CME masih terbatas pada CME akibat diabetes dan masih dalam penelitian.
Beberapa anti VEGF yang saat ini masih diteliti antara lain molekul pegaptanib,
ranibizmab, dan bevacizumab.1
2.2.7. Komplikasi
CME yang persisten dan tidak mengalami resolusi akan berkembang
menjadi lamellar macular hole.5
24
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.8. Prognosis
CME pasca operasi umumnya memiliki prognosis yang baik. Resolusi
spontan dengan perbaikan visus secara bertahap terjadi dalam 3-12 bulan pada
80% pasien. Penelitian lainnya menunjukkan hasil yang sama, yaitu bahwa 90%
edema kembali normal dalam waktu 2 tahun. Namun, edema makula yang
persisten, atau sering mengalami remisi dan eksaserbasi dapat menyebabkan
kerusakan fotoreseptor dengan disertai gangguan visus yang permanen.15
2.2.9. Pencegahan
Pencegahan CME yang saat ini dapat dilakukan masih terbatas pada CME
yang berhubungan dengan operasi katarak. Pengobatan profilaksis bertujuan pada
pasien preoperatif bertujuan untuk mengurangi produksi mediator inflamasi.
NSAIDs merupakan profilaksis yang direkomendasikan. Oral NSAIDs dengan
regimen indometasin 25 mg tiga kali sehari 1 minggu sebelum operasi dan 3
minggu setelah operasi atau ibuprofen 200 mg preoperatif dan postoperatif
diberikan kepada pasien untuk mencegah CME. Beberapa literatur lain
menyebutkan adanya efikasi NSAIDs topical seperti flurbiprofen 0,003%,
diclofenac 0,1%, dan ketorolac 0,5%, untuk digunakan sebagai profilaksis dan
setelah operasi untuk mengurangi inflamasi.1,9
BAB 3
KESIMPULAN
25
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DAFTAR PUSTAKA
26
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
27
PAPER NAMA : PASCA SARI N. TAMBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 080100121
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
28