Anda di halaman 1dari 108

IKATAN APOTEKER INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI APOTEKER


INDONESIA

2010
Ikatan Apoteker Indonesia 1
DAFTAR ISI

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN RI ........................................................................................................................

SAMBUTAN KETUA UMUM PP IAI ................................................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................................................

SK PENGESAHAN STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA ...................................................................

SK TIM PENYUSUN STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA 2010 .......................................................

UCAPAN TERIMA KASIH..................................................................................................................................................

ISTILAH DAN DEFINISI.....................................................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN (isinya) ......................................................................................................................................

Latar Belakang ...........................................................................................................................................................

Ketentuan Umum .......................................................................................................................................................

BAB II : SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA ...........................................................

BAB III : STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA .....................................................................................

Lingkup ......................................................................................................................................................................

Lingkup, Unit dan Elemen .........................................................................................................................................

Lingkup, Unit, Elemen, kriteria kinerja dan unjuk kerja ...........................................................................................

PENUTUP..............................................................................................................................................................................
Ikatan Apoteker Indonesia 2
UCAPAN TERIMA KASIH

Dokumen penting ini tidak akan terwujud tanpa komitmen tim dan dukungan semua pihak yang tidak mungkin dapat disebutkan satu-per satu,
untuk itu perkenankan ucapan terima kasih ditujukan kepada :

Kontributor Utama :
1. TIM dgn SK
2. Drs. Totok Sudjianto, M.Kes., Apt
3. Dra. Ning Raswani, Apt.
4. Dra. Indah Budiarti, M.Kes.,Apt

Kontributor Pendukung:
1. Dra. Hidayati, MM., Psi., Apt
2. Dra. Edi Kusumastuti, Apt
3. Dra. Sri Haryanti, M.Si., Apt
4. Monica Viena, S.Si., Apt
5. Dra. AM Wara Kusharwanti, M.Si., Apt

Supporting :
1. PE Wardani, Apt., MAB
2. Yulianto, S.Farm., Apt.
3. Luh Komang Mela Dewi, S.Farm., M.Sc., Apt
4. Drs. I Made Wartana, Apt.
5. Aditya Nugraha A, S.Farm., Apt.
6. Anna Purwaning Rahayu, S.Si., Apt.
7. Pramudya Yudha R.A, S.Farm., Apt.
8. Singgih Prabowo Adi, S.Farm., Apt.

Ikatan Apoteker Indonesia 3


9. Nolen Mayrani Manik, S.Farm., Apt.
10. Donald Tandiose, S.Farm., Apt
11. Apoteker , Apoteker muda magang dan mahasiswa PKPA RS Bethesda, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Apotek UGM periode
Agustus 2010

Ucapan Terima kasih khusunya kepada : Ketua IAI DIY atas dukungan penuh selama proses penyelenggaraan kerja tim

Ikatan Apoteker Indonesia 4


ISTILAH DAN DEFINISI

NO. ISTILAH KETERANGAN DEFINISI REFERENSI

1 Absah Keabsahan meliputi ab·sah a sah: surat keterangan ini tidak Anonim, 2008, Kamus Besar Bahasa
kelengkapan resep --; Indonesia, Jakarta, Departemen
. Pendidikan Nasional Republik
Indonesia,
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/in
dex.php

Resep harus memuat: Keputusan Menteri Kesehatan No.


a. Nama, alamat dan nomor izin 280 tahun 1981 tantang Ketentuan
praktek dokter, dokter gigi atau dan Tata cara Pengelolaan Apotik.
dokter hewan;
b. Tanggal penulisan resep, nama
setiap obat atau komposisi obat;
c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap
penulisan resep;
d. Tanda tangan atau paraf dokter
penulis resep, sesuai dengan

Ikatan Apoteker Indonesia 5


peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
e. Jenis hewan dan serta nama alamat
pemiliknya untuk resep dokter
hewan;
f. Tanda seru dan paraf dokter untuk
resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis
maksimal.
2 Komunikan Disertai keterangan ko·mu·ni·kan n penerima pesan dl Anonim, 2008, Kamus Besar Bahasa
mengenai prisip dasar komunikasi Indonesia, Jakarta, Departemen
komunikasi, pemberian Pendidikan Nasional Republik
informasi (komunikator) Indonesia,
serta penerima informasi http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/in
(komunikan) dex.php

Komunikasi merupakan suatu proses


Anonim, 2009, Komunikasi, diakses
yang mempunyai komponen dasar:
tanggal 27 Juli 2010,
www.kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/3
d-KOMUNIKASI(revJan'03).doc

Ikatan Apoteker Indonesia 6


Pengirim Pesan
Pesan

Penerima
pesan

Pengirim pesan adalah orang yang


mempunyai ide untuk disampaikan
kepada seseorang dengan harapan
dapat dipahami oleh orang yang
menerima pesan sesuai dengan yang
dimaksudkannya.

Pesan adalah informasi yang akan


disampaikan atau diekspresikan oleh
pengirim pesan. Pesan dapat verbal
atau non verbal dan pesan akan efektif
bila diorganisir secara baik dan jelas.
Ikatan Apoteker Indonesia 7
Penerima pesan adalah orang yang
dapat memahami pesan dari sipengirim
meskipun dalam bentuk code/isyarat
tanpa mengurangi arti pesan yang
dimaksud oleh pengirim

3 Membaca resep Untuk menjamin ba·ca v, mem·ba·ca v 1 melihat serta Anonim, 2008, Kamus Besar Bahasa
ketepatan, kelengkapan memahami isi dr apa yang Indonesia, Jakarta, Departemen
dan menggambarkan tertulis (dng melisankan atau Pendidikan Nasional Republik
kejelasan terapi yang hanya dl hati; 2 mengeja atau Indonesia,
diinginkan oleh dokter melafalkan apa yang tertulis; 3 http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/in
memperhitungkan; memahami. dex.php

Resep adalah permintaan tertulis dari Keputusan Menteri Kesehatan


dokter, dokter gigi, dokter Republik Indonesia No. 1332 tahun
hewan kepada Apoteker 2002 tentang Ketentun dan Tata Cara
Pengelola Apotek untuk Pemberian izin apotik.
menyediakan dan menyerahkan
obat bagi penderita sesuai
peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Ikatan Apoteker Indonesia 8


Skrining Resep meliputi:
a. Persyaratan administrasi:
i. Nama, SIP, dan alamat dokter; Keputusan Menteri Kesehatan
ii. Tanggal penulisan dokter; Republik Indonesia no. 1027 tahun
iii. Tanda tangan atau paraf dokter 2004 tentang Standar Pelayanan
penulis resep; Kearmasian di Apotek.
iv. Nama, alamat, umur, jenis
kelamin, dan bera badan
pasien;
v. Nama obat, potensi, dosis,
jumlah obat yang diinta;
vi. Cara pemakaian yang jelas;
vii. Informasi lainnya.
b. Kesesuaian farmasetik: bentuk
sediaan, dosis, potensi, stabilias,
inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian.
c. Pertibangan klinis: adanya alergi,
efek samping, interaksi, kesesuaian
(dosis, jumlah obat dan lain-lain).
Jika ada keraguan terhadap resep
Ikatan Apoteker Indonesia 9
hendaknya dikonsultasikan kepada
dokter penulis resep dengan
memberikan pertimbangan dan
lternatif seperlunya bila perlu
menggunakan persetujuan setelah
pemberitahuan.

Pengkajian Resep : Kegiatan dalam


pelayanan kefarmasian yang dimulai
dari seleksi persyaratan administarasi,
persyaratan farmasi dan persyaratan Keputusan Menteri Kesehatan
klinis baik untuk pasien rawat inap Republik Indonesia no. 1197 tahun
maupun rawat jalan. 2004 tentang Standar Pelayanan
a. Persyaratan administrasi meliputi : Kearmasian di Rumah Sakit.
i. Nama, umur, jenis kelamin dan
berat badan pasien;
ii. Nama, nomor ijin, alamat dan
paraf dokter;
iii. Tanggal resep;
iv. Ruangan/unit asal resep.

Ikatan Apoteker Indonesia 10


b. Persyaratan farmasi meliputi :
i. Bentuk dan kekuatan sediaan;
ii. Dosis dan Jumlah obat;
iii. Stabilitas dan ketersediaan;
iv. Aturan, cara dan tehnik
penggunaan
c. Persyaratan klinis meliputi :
i. Ketepatan indikasi, dosis dan
waktu penggunaan obat;
ii. Duplikasi pengobatan;
iii. Alergi, interaksi dan efek
samping obat;
iv. Kontra indikasi;
v. Efek aditif.
4 Regimen merupakan suatu rencana, ataupun Anonim, 1998, Definition of
suatu regulasi khusus yang mengatur Regimen,
tentang program pengobatan, yang http://www.medterms.com/script/mai
didesain secara khusus untuk n/art.asp?articlekey=5278, diakses 21
menghasilkan outcome clinic yang baik September 2010
meliputi : nama obat, kekuatan, bentuk

Ikatan Apoteker Indonesia 11


sediaan, frekuensi, waktu, rute, durasi
5 Meracik Obat ra·cik v, me·ra·cik v mencampur bahan- Anonim, 2008, Kamus Besar Bahasa
bahan untuk dijadikan jamu (obat ): ~ Indonesia, Jakarta, Departemen
jamu; ~ obat; Pendidikan Nasional Republik
Indonesia,
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/in
dex.php

obat n 1 Far bahan untuk mengurangi, Anonim, 2008, Kamus Besar Bahasa
menghilangkan penyakit, atau Indonesia, Jakarta, Departemen
menyembuhkan seseorang dr Pendidikan Nasional Republik
penyakit. Indonesia,
Obat yang menurut undang –undang http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/in
yang berlaku, digolongkan ke dalam dex.php
obat keras, obat keras tertentu dan oat
narkotika harus diserahkan kepada Lampiran Keputusan menteri
pasien oleh apoteker. Kesehatan epublik Indonesia no.
1197 tentang standar Pelayanan
farmasi di Rumah Sakit.
6 Care giver Caregiver: Pharmacists provide caring Wiedenmayer, Karin. Et all, 2006,

Ikatan Apoteker Indonesia 12


services. They must view their practice Developing pharmacy practice
as integrated and continuous with those A focus on patient care
of the health care system and other HANDBOOK, Geneva, Switzerland,
health professionals. World Health Organization
Services must be of the highest quality. Department of Medicines Policy and
Standards

Care-giver: Farmasis sebagai pemberi Sulasmono, Hartini. Y.S., 2008,


pelayanan dalam bentuk pelayanan Apotek: Ulasan beserta Naskah
klinis, analitik, teknis, sesuai peraturan Peraturan Perundang-undangan
perundang-undangan. Dalam terkait Apotek termasuk naskah dan
memberikan pelayanan, farmasis harus ulasan Peraturan Menteri kesehatan
berinteraksi dengan pasien secara tentang Apotek Rakyat, Yogyakarta,
individu maupun kelompok. Farmasis Universitas Sanata Dharma
harus mengintergrasikan pelayanannya
pada sistem pelayanan kesehayan
secara berkesinambungan dan
pelayanan farmasi yang dihasilkan
harus bermutu tinggi.
7 DRP/DTP (Drug Pengertian dasar Drug therapy problems adalah kejadian Strand, L.M., Morley, P.C., Cipolle

Ikatan Apoteker Indonesia 13


Related DRP/DTP serta kategori yang tidak diinginkan atau tidak R.J., 2004, Pharmaceutical Care
Problrm/Drug DRP/DTP aktual dan diharapkan terjadi pada pasien selama Practice, 82-83, McGraw-Hill Co.,
Theraphy Problem) potensial terapi penggunaan obat, sehingga dapat New York
menggangagu tercapainya tujuan terapi.

Jenis DTP ada obat tanpa indikasi dan


butuh obat tambahan merupakan DTP
yang berhubungan dengan indikasi.
Pemilihan obat yang salah dan dosis
pemberian yang terlalu rendah dan
tinggi berhubungan dengan masalah
keefektifan. Efek samping dan interaksi
obat serta dosis pemberian yang terlalu
tinggi berhubungan dengan masalah
keamanan, sedangkan jenis DTP yang
terakhir berhubungan dengan masalah
kepatuhan pasien
8 Repacking suatu kegiatan produksi lokal terhadap Quick, Jonathan et al, 1997,
bahan-bahan farmasi yang Managing Drug Supply, Second
memungkinkan untuk dikemas ke editon, Revised and Expanded,

Ikatan Apoteker Indonesia 14


dalam ukuran yang lebih kecil, Kumarian Press, United States
tentunya dengan biaya yang lebih
ekonomis
9 Dispensing Dispensing merupakan kegiatan Keputusan Menteri Kesehatan
pelayanan yang dimulai dari tahap Republik Indonesia no. 1197 tahun
validasi, interpretasi, 2004 tentang Standar Pelayanan
menyiapkan/meracik obat, memberikan Farmasi di Rumah Sakit.
label/etiket, penyerahan obat dengan
pemberian informasi yang memadai
disertai sistem dokumentasi.
10 Steady State suatu kondisi di mana laju pemberian Bauer, Larry A., 2001, Applied
Concentration obat sama dengan laju eliminasi obat, Clinical Pharmacokinetics, Second
(CSS) di mana jumlah obat yang terkandung Edition, McGraw-Hill Companies,
dalam tubuh telah mencapai nilai yang Inc, United States of America
konstan
11 Loading dose dosis yang dibutuhkan untuk mencapai Bauer, Larry A., 2001, Applied
steady state cons dalam waktu yang Clinical Pharmacokinetics, Second
singkat setelah obat diberikan Edition, McGraw-Hill Companies,
Inc, United States of America
12 C Max konsentrasi maksimum suatu obat pada Bauer, Larry A., 2001, Applied

Ikatan Apoteker Indonesia 15


akhir pemberian Clinical Pharmacokinetics, Second
Edition, McGraw-Hill Companies,
Inc, United States of America
13 T Max waktu yang dibutuhkan untuk suatu Bauer, Larry A., 2001, Applied
obat dapat mencapai CSS maksimum Clinical Pharmacokinetics, Second
Edition, McGraw-Hill Companies,
Inc, United States of America

Ikatan Apoteker Indonesia 16


BAB I

PENDAHULUAN

Ikatan Apoteker Indonesia 17


BAB II

SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA

Kompetensi Apoteker Indonesia terdiri dari 7 (tujuh) lingkup kompetensi diikuti masing-masing eleman dan criteria kinerja. Kompetensi ini
diperuntukan bagi semua Apoteker lulusan baru. Dibedakan lingkup kompetensi antara apoteker di rumah sakit dan yang praktik di tempat lain
mengingat kompleksitas dan tantangan minimal yang harus dijalankan. Dalam dokumen ini ditandai dengan tanda * artinya khusus berlaku bagi
apoteker di rumah sakit.

Tujuh lingkup kompetensi menggambarkan tentang kontribusi Apoteker sebagai tenaga kesehatan dalam sistem kesehatan. Kompetensi tersebut
didasarkan pengetahuan yang dibangun sejak proses pendidikan di perguruan tinggi. Adapun urutan disusun berdasarkan pemikiran bahwa
sebagai tenaga professional wajib menjunjung kompetensi tertinggi dan kode etik untuk mewujudkan keselamatan pasien dan atau masyarakat.
Komunikasi menjadi kata kunci penting karena terbukti sebagai akar masalah ketidaksesuaian proses maupun hasil pelayanan dan komunikasi
diperlukan untuk menyampaikan secara nyata profesionalitas seseorang. Berbagai bukti menunjukkan bahwa kesalahan obat menduduki urutan
besar dalam laporan patient safety dan berbagai bukti juga ditunjukkan bahwa peran Apoteker sangat bermakna dalam menurunkan kejadian
kesalahan penggunaan obat sehinga wajar jika Apoteker harus kompeten dan aktif memberikan kontribusinya pada proses penggunaan obat.
Obat adalah senyawa kimia dan hanya orang dengan keahlian khusus mampu mengendalikan. Jika dihubungkan dengan keselamatan pasien
maka keahlian formulasi dan dispensing menjadi bentuk sediaan tertentu sehingga memenuhi target efektifitas dan terjadi perubahan besar dari
bahan kimia menjadi produk bermanfaat bagi keselamatan pasien disebut obat diperlukan proses sistematis dalam jenjang pendidikan. Agar
pelayanan bermutu sesuai dengan persyaratan mutu kesehatan pada umumnya, maka diperlukan pengelolaan yang baik dan ketrampilan tinggi
sehingga obat selalu tersedia (available, continuous, accessible) dengan legal, kualitas prima (quality, equity) saat diperlukan tanpa membebani
biaya pasien (affordable) dan biaya operasional (effective, efficient) manajemen terkait.

Tujuh lingkup kompetensi tersebut adalah :

1. PRAKTIK FARMASI PROFESIONAL DAN ETIK


2. KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
Ikatan Apoteker Indonesia 18
3. OPTIMALISASI PENGGUNAAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
4. DISPENSING
5. FORMULASI DAN STERILISASI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
6. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
7. KETRAMPILAN ORGANISASI DALAM PRAKTIK PROFESIONAL APOTEKER

Untuk selanjutnya, tujuh lingkup kompetensi di terjemahkan dalam elemn dan kriteria kinerja seperti di bawah ini. Untuk mengukur kompetensi
tersebut dilakukan asignment unjuk kerja sesuai kompetensi terkait dijelaskan dalam BAB III.

1. PRAKTIK FARMASI PROFESIONAL DAN ETIK


1.1. Pemahaman praktik secara etik
1.1.1. Pemahaman peraturan perundang-undangan dan kode Etik yang berlaku
1.1.1.1. Memahami peraturan perundang-undangan kefarmasian secara khusus dan peraturan perundangan kesehatan secara umum
1.1.1.2. Memahami Kode Etik Apoteker Indonesia
1.1.1.3. Memiliki sikap menghargai peraturan perundang-undangan dan Kode Etik Apoteker Indonesia
1.2. Penerapan Praktik Kefarmasian secara Legal dan Profesional sesuai Kode Etik Apoteker Indonesia
1.2.1. Perilaku profesional sesuai dengan Kode Etik Apoteker Indonesia
1.2.1.1. Memiliki sikap menghargai dan menjadikan kesehatan pasien sebagai fokus utama
1.2.1.2. Mencapai dan mempertahankan standar pelayanan profesional tertinggi
1.2.1.3. Menjaga hubungan profesional dengan sejawat dan profesi kesehatan lain
1.2.1.4. Menghormati kepercayaan dan kerahasiaan hubungan profesionalitas dengan pasien
1.2.2. Integritas personal dan professional

Ikatan Apoteker Indonesia 19


1.2.2.1. Mematuhi prinsip etika dalam periklanan sesuai kode etik apoteker Indonesia
1.2.2.2. Menghindari dari kondisi yang mempengaruhi kebebasan profesi
1.2.2.3. Menahan diri terhadap kondisi atau pelayanan yang tidak sesuai dengan kebebasan profesional
1.3. Belajar sepanjang hayat dan berkontribusi untuk kemajuan profesi
1.3.1. Kontribusi secara nyata terhadap kemajuan profesi
1.3.1.1. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi profesi
1.3.1.2. Mengetahui perkembangan farmasi terkini
1.3.2. Perluasan kompetensi profesi
1.3.2.1. Mengikuti perkembangan pengetahuan kefarmasian untuk mempertahankan kompetensi profesi tertinggi
1.3.3. Pembelajaran dan pengembangan pengetahuan profesi
1.3.3.1. Membantu proses pembelajaran dan pengembangan apoteker, calon apoteker, dan profesi kesehatan lain di tempat kerja.
2. KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
2.1. Aplikasi keterampilan Komunikasi
2.1.1. Memahami prinsip-prinsip proses komunikasi
2.1.1.1. Bersikap terbuka dalam berkomunikasi
2.1.1.2. Menghargai masukan dari orang lain
2.1.1.3. Menghormati keunikan individu
2.1.1.4. Menerima peran serta dan keterampilan orang lain
2.1.1.5. Berkomunikasi dengan penuh kebijakasanaan
2.1.2. Mengelola informasi yang ada dalam diri untuk dikomunikasikan
2.1.2.1. Mengemukakan pemikiran dan ide dengan jelas dan tidak bias
Ikatan Apoteker Indonesia 20
2.1.2.2. Menggunakan gaya komunikasi sesuai dengan komunikan dan materi
2.1.2.3. Melakukan komunikasi informasi yang relevan
2.1.2.4. Verifikasi bahwa informasi yang diberikan telah diterima dan dipahami
2.1.3. Memfasilitasi proses komunikasi
2.1.3.1. Melakukan identifikasi kebutuhan komunikasi tertentu
2.1.3.2. Mendengarkan dengan efektif
2.1.3.3. Memahami pentingnya umpan balik dalam proses komunikasi
2.1.3.4. Mengenali kendala utama pada saat komunikasi dan cara meminimalkan kendala tersebut
2.2. Komunikasi dengan pasien secara umum
2.2.1. Menghargai pasien
2.2.1.1. Menggunakan sapaan yang benar sesuai kondisi pasien
2.2.2. Tahapan komunikasi dengan pasien
2.2.2.1. Melakukan komunikasi dengan pasien sesuai kondisi pasien
2.3. Komunikasi dengan tenaga kesehatan
2.3.1. Menghargai area kompetensi tenaga kesehatan
2.3.1.1. Melakukan komunikasi dengan tenaga kesehatan sesuai dengan area kompetensinya
2.4. Komunikasi tertulis
2.4.1. Rekam Medis (Medical Record)
2.4.1.1. Mampu memahami rekam medis
2.4.1.2. Melakukan komunikasi tertulis dalam rekam medis secara benar
2.5. Pelayanan Informasi Obat
Ikatan Apoteker Indonesia 21
2.5.1. Memilih dan memperoleh informasi
2.5.1.1. Menentukan bentuk dan informasi komplek yang dibutuhkan
2.5.2. Identifikasi sumber informasi yang relevan
2.5.2.1. Melakukan identifikasi sumber informasi yang paling relevan dan bermanfaat
2.5.2.2. Mengetahui sumber informasi lain yang menyediakan informasi yang relevan
2.5.2.3. Konsultasi dengan sejawat lain, bila sumber informasi yang dimiliki masih kurang
2.5.3. Akses infromasi
2.5.3.1. Menggunakan sumber informasi untuk mendapatkan data obat dan penyakit yang relevan
2.5.3.2. Melakukan seleksi atas informasi yang telah dipilih
2.5.3.3. Bertanggung jawab untuk menentukan informasi yang relevan dalam waktu tertentu
2.5.4. Evaluasi (critical appraisal) dan menyusun informasi
2.5.4.1. Membedakan informasi yang tersedia dengan informasi yang dibutuhkan
2.5.4.2. Menggunakan kemampuan analisis dasar untuk evaluasi dan interpretasi informasi, secara tepat dan valid
2.5.5. Penyusunan Informasi sebagai respon pertanyaan
2.5.5.1. Mengkaitkan informasi dengan situasi yang khusus atau sesuai permintaan pasien
2.5.5.2. Menyusun formula informasi yang objektif dan factual
2.5.5.3. Melakukan pendekatan logis untuk mengatasi masalah
2.6. Komunikasi dan penyebaran informasi dengan mengindahkan etika profesi kefarmasian
2.6.1. Menyediakan materi informasi untuk pelayanan pasien
2.6.1.1. Menjelaskan informasi obat yang telah disiapkan
2.6.1.2. Mengkaitkan informasi yand disiapkan dengan kondisi khusus pasien atau dengan keadaan yang sedang terjadi
Ikatan Apoteker Indonesia 22
2.6.1.3. Melakukan komunikasi informasi atau dengan kedalaman yang cukup, sesuai level yang dibutuhkan pasien/komunikan
2.6.2. Edukasi masyarakat
2.6.2.1. Menjelaskan dan atau menunjukkan aspek farmakologi dan kegunaan obat dalam terapi, dan meningkatkan pemahaman
tentang cara penggunaan obat yang aman dan efektif
3. OPTIMALISASI PENGGUNAAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
3.1. Penggunaan obat yang rasional
3.1.1. Penelusuran riwayat pengobatan pasien (patient medication history)
3.1.1.1. Menelusuri riwayat pengobatan pasien dari rekam medis
3.1.1.2. Menelusuri riwayat pengobatan pasien berdasarkan informasi dari pasien atau tenaga kesehatan yang terlibat
3.1.2. Tinjauan penggunaan obat pasien
3.1.2.1. Mengetahui patofisiologi penyakit dan pengaruhnya terhadap pemilihan obat
3.1.2.2. Melakukan interpretasi data laboratorium dan data pendukung diagnostik lain terkait penggunaan obat
3.1.2.3. Pemahaman pedoman terapi dan penerapannya sebagai referensi tinjaua pemilihan terapi obat
3.1.2.4. Mengetahui farmakologi obat yang dipilih (mekanisme kerja, dosis, indikasi, kontraindikasi, efek samping, interaksi obat)
3.1.2.5. Mempertimbangkan kesesuaian pilihan obat dengan kondisi penyakit pasien
3.1.2.6. Memahami pemeriksaan laboratorium yang umumnya dilakukan dan pemeriksaan lain yang bermakna bagi pasien tertentu
3.1.2.7. Menerapkan pedoman terapi atau Evidence Based Medicines (EBM) dalam evaluasi penggunaan obat pasien
3.1.3. Analisis DTP (Drug Therapy Problem)
3.1.3.1. Analisis DTP faktual maupun potensial pada proses pengobatan yang sedang berlangsung
3.1.3.2. Menunjukkan pendekatan yang logis dalam mencegah, menyelesaikan atau meminimalisir dampak DTP yang teridentifikasi
dengan mempertimbangkan kepatuhan
Ikatan Apoteker Indonesia 23
3.1.3.3. Mengkaji dan memilih alternatif yang paling sesuai untuk mencapai luaran klinik pasien
3.1.3.4. Memberikan rekomendasi yang sesuai kepada dokter atau tenaga kesehatan lain
3.1.4. Dukungan kemandirian pasien dalam penggunaan obat
3.1.4.1. Memulai konsultasi dengan dokter/tenaga kesehatan lain/pasien mengenai hal-hal yang mempengaruhi kepatuhan dan atau
memperbaiki luaran klinik pasien
3.1.4.2. Pemberian motivasi pasien untuk melakukan perubahan life style yang dapat mempengaruhi terapi
3.1.4.3. Pemberian motivasi supaya pasien patuh terhadap pengobatan untuk menunjang keberhasilan terapi
3.1.4.4. Pemberian informasi obat kepada pasien
3.1.4.5. Penggalian permasalahan yang ada pada pasien terkait penggunaan obat dan pemberian solusinya
3.1.4.6. Pemeriksaaan kembali pemahaman pasien setelah pemberian informasi obat
3.1.5. Monitoring parameter keberhasilan pengobatan
3.1.5.1. Penentukan parameter pemantauan (terapi dan toksisitas ) dan end point
3.1.5.2. Penetapan tujuan pengobatan yang akan dicapai
3.1.6. Evaluasi hasil akhir terapi obat
3.1.6.1. Penggalian informasi terkait kualitas hidup pasien setelah menjalani terapi
3.2. Monitoring dan telaah terapi obat pasien (farmakoterapi-dipilih)
3.2.1. Tindak lanjut pasien tertentu
3.2.1.1. Memastikan obat digunakan sesuai petunjuk
3.2.1.2. Melakukan penelusuran efek klinik yang tidak diharapkan akibat obat
3.2.1.3. Memastikan bahwa pasien toleran dengan obat
3.2.1.4. Melakukan dokumentasi dan pelaporan efek samping obat atau alergi
Ikatan Apoteker Indonesia 24
3.2.2. Intervensi farmasi
3.2.2.1. Membantu pemahaman pasien mengenai terapi obat
3.2.2.2. Penggalian kepatuhan pasien dalam minum obat dan modifikasi gaya hidup
3.2.2.3. Mendorong kemandirian pasien
3.2.2.4. Pemahaman kondisi pasien dan perkembangannya , fungsi terapetik obat yang diterima, dan dosis yang diminum untuk
mengetahui efikasi dan keamanan pengobatan
3.2.2.5. Rekomendasi untuk dilakukan Therapeutics Drug Monitoring (TDM) sesuai pedoman dan interpretasi hasil jika indikasi
3.2.2.6. Merujukkan pasien kepada dokter/tenaga kesehatan yang lebbih ahli sedsuai kebutuhan
3.2.3. Dokumentasi obat pasien
3.2.3.1. Menjaga dokumen pengobatan pasien akurat dan terkini konsisten dengan standar profesional dan kesepakatan lokal
3.2.3.2. Melakukan dokumentasi saran dan rekomendasi serta luaran klinik yang dicapai
3.3. Pelayanan Kesehatan Dasar
3.3.1. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain dalam menangani masalah kesehatan di masyarakat
3.3.1.1. Kolaborasi ilmu pengetahuan antar profesi untuk mengatasi masalah kesehatan di masyarakat
3.3.2. Survey dan rumusan masalah terkait obat yang ada di masyarakat
3.3.2.1. Melakukan pengumpulan data yang diperlukan untuk penentuan penyebab (penyakit), efek (obat) dan penyembuhan penyakit
3.3.3. Identifikasi dan prioritas masalah kesehatan di masyarakat berdasar data
3.3.3.1. Membuat alternatif penyelesaian terhadap masalah kesehatan yang muncul
3.3.4. Promosi kesehatan masyarakat
3.3.4.1. Membuat program promosi kesehatan berdasar uruan prioritas kesehatan yang ada
3.3.5. Evaluasi pelaksanaan program
Ikatan Apoteker Indonesia 25
3.3.5.1. Membuat parameter keberhasilan program
3.3.6. Dokumentasi pelaksanaan program
3.3.6.1. Melakukan dokumentasi pelaksanaan program

3.4. Monitoring Efek Samping Obat


3.4.1. Sosialisasi pentingnya pelaporan efek samping obat
3.4.1.1. Pemberian informasi baik kepada tenaga kesehatan lain , pasien dan keluarga pasien terkait pentingnya pelaporan kejadian tidak
menyenangkan seputar penggunaan obat
3.4.2. Kumpulkan informasi untuk pengkajian efek samping obat
3.4.2.1. Pengumpulan data terkait kemungkinan terjadinya efek samping obat (meliputi : obat, penyakit, dan pasien) melalui rekam
medis, wawancara dll
3.4.3. Kajian data yang dikumpulkan
3.4.3.1. Pengkajian data yang didapat untuk mendapatkan alternatif penyelesaian problem yang terjadi
3.4.4. Pemantauan keluaran klinis yang mengarah ke timbulnya efek samping
3.4.4.1. Memantau secara langsung maupun tidak langsung terhadap keluaran klinis yang mengarah pada timbulnya efek samping obat
actual maupun potensial
3.4.5. Pelaporan ESO
3.4.5.1. Menerima dan melakukan klarifikasi laporan efek samping obat dari pasien maupun tenaga kesehatan lain
3.4.6. Tentukan alternatif penyelesaian masalah yang terjadi
3.4.6.1. Menentukan penyelesaian masalah yang harus dilakukan baik itu pencegahan maupun pengatasan masalah
3.4.7. Dokumentasikan kegiatan MESO
Ikatan Apoteker Indonesia 26
3.4.7.1. Melakukan pendokumentasian MESO yang dilaporkan beserta penyelesaian masalah
3.5. Evaluasi Penggunaan Obat
3.5.1. Buat skala prioritas obat yang akan dievaluasi
3.5.1.1. Melakukan penyusunan skala prioritas obat yang akan dievaluasi
3.5.2. Buat indikator dan kriteria evaluasi serta penetapan standar pembanding
3.5.2.1. Menyusun indikator dan kriteria evaluasi serta penetapan standar pembanding
3.5.3. Data pengobatan yang dijalani pasien
3.5.3.1. Mengumpulkan data terkait pengobatan yang dijalani pasien, penyakit yang diderita, dan kondisi pasien sebelum dan sesudah
terapi
3.5.4. Analisis penggunaan obat dari data yang telah diperoleh
3.5.4.1. Menganalisis/evaluasi data yang telah diperoleh terkait penggunaan obat
3.5.5. Kesimpulan dan rekomendasi alternatif intervensi
3.5.5.1. Menyimpulkan evaluasi pengunaan obat dan menentukan intervensi yang harus dilakukan
3.5.6. Tindak lanjut dari rekomendasi
3.5.6.1. Menindaklanjuti hasil evaluasi penggunaan obat yang telah dilakukan
3.5.7. Dokumentasikan evaluasi penggunaan obat
3.5.7.1. Mendokumentasikan kegiatan evaluasi penggunaan obat yang telah dilakukan
3.6. Pelayanan Klinik berbasis Farmakokinetik*
3.6.1. Persiapkan kelengkapan pelaksanaan pelayanan klinik berbasis farmakokinetik
3.6.1.1. Mempersiapkan kebutuhan pelaksanaan pelayanan klinik berbasis farmakokinetik
3.6.2. Analisis kebutuhan dan prioritas golongan obat
Ikatan Apoteker Indonesia 27
3.6.2.1. Melakukan analisis kebutuhan dan prioritas golongan obat yang memerlukan monitoring parameter farmakokinetik
3.6.3. Assessment kebutuhan monitoring terapi obat pasien
3.6.3.1. Melakukan assesment kebutuhan monitoring obat pasien berdasarkan kondisi klinis dan patologis pasien
3.6.4. Praktik pelayanan terapi berbasis farmakokinetik
3.6.4.1. Melakukan prosedur pelayanan terapi berbasis farmakokinetik
3.6.5. Evaluasi pelaksanaan program TDM
3.6.5.1. Mengevaluasi proses pelaksanaan pelayanan klinis berbasis farmakokinetik
3.6.6. Dokumentasi pelayanan farmakokinetika klinis
3.6.6.1. Melakukan dokumentasi kegiatan pelayanan klinis berbasis farmakokinetik yang telah dilakukan
3.7. Pengobatan mandiri
3.7.1. Keterlibatan dalam pelayanan obat secara langsung ke pasien
3.7.1.1. Melakukan pelayanan obat secara langsung kepada pasien
3.7.2. Peningkatan pemahaman masyarakat terkait pengobatan mandiri
3.7.2.1. Melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait pengobatan mandiri
3.7.3. Pelaksanaan pelayanan pengobatan mandiri kepada masyarakat
3.7.3.1. Melakukan praktek pengobatan mandiri kepada pasien
3.7.4. Dokumentasi kegiatan pengobatan mandiri
3.7.4.1. Mendokumentasikan obat yang digunakan dan kegiatan yang dilakukan
3.8. Penatalaksanaan obat sitostatika/ khusus*
3.8.1. Penilaian kesesuaian pemakaian sitostastika
3.8.1.1. Melakukan penilaian tentang kesesuaian penatalaksanaan pemakaian sitostaika
Ikatan Apoteker Indonesia 28
3.8.2. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut pelaksanaan pengobatan sitostatika
3.8.2.1. Melakukan monitoring , evaluasi dan tindak lanjut pengobatan sitostatika
3.8.2.2. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut prosedur pemberian
3.9. Konsultasi obat/konseling
3.9.1. Persiapan sarana prasarana yang diperlukan konseling farmasi
3.9.1.1. Mempersiapkan sarana prasarana dan kelengkapan baik fisik maupun individu yang akan terlibat dalan konseling
3.9.2. Pelaksanaan konseling
3.9.2.1. Melakukan identifikasi masalah kepatuhan obat pasien
3.9.2.2. Menjelaskan dan diskusi masalah kepatuhan obat
3.9.2.3. Melakukan evaluasi pemahaman materi konseling oleh pasien
3.9.3. Dokumentasi kegiatan konseling
3.9.3.1. Membuat dokumentasi permasalahan penggunaan obat dan kegiatan yang dilakukan
4. DISPENSING
4.1. Penilaian Resep
4.1.1. Keabsahan resep
4.1.1.1. Memeriksa keabsahan resep
4.1.1.2. Konfirmasi keabsahan resep
4.1.1.3. Bertindak terhadap resep yang tidak absah
4.1.2. Klarifikasi Permintaan obat
4.1.2.1. Membaca resep
4.1.2.2. Melakukan komunikasi dengan dokter dan atau pasien jika ada regimen yang perlu diklarifikasi
Ikatan Apoteker Indonesia 29
4.1.2.3. Melakukan identifikasi obat dengan nama generik dan nama dagang
4.1.2.4. Mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk meracik obat
4.1.2.5. Melakukan dokumentasi atas tindakan dan atau perubahan resep
4.1.3. Ketersediaan Obat
4.1.3.1. Melakukan identifikasi ketersediaan obat
4.1.3.2. Menetapkan obat yang memerlukan pengadaan khusus dan akan berpengaruh pada ketersediaan obat
4.1.3.3. Melakukan kerja sama dengan dokter bila mengalami kesulitan mendapatkan obat yang diperlukan pasien
4.2. Evaluasi obat yang diresepkan
4.2.1. Pertimbangan obat yang diresepkan
4.2.1.1. Memahami kemanfaatan terapeutik atau farmakologi obat yang diresepkan
4.2.1.2. Mempertimbangkan data umum pasien, obat dan bentuk sediaan yang berpengaruh terhadap efektifitas dan keamanan terapi
obat
4.2.2. Telaah obat yang diresepkan kaitannya dengan riwayat pengobatan dan terapi terakhir yang dialami pasien
4.2.2.1. Melakukan pendekatan sistematik untuk akses dan telaah riwayat pengobatan yang telah dan sedang dijalani pasien
4.2.2.2. Mengumpulan informasi tambahan yang dibutuhkan terkait dengan farmakoterapi pasien
4.2.2.3. Menggunakan sumber informasi yang yang tersedia sesuai kebutuhan
4.2.2.4. Mempertimbangkan kesesuaian rejimen obat dalam resep
4.2.2.5. Melakukan identifikasi DRP potensial maupun aktual yang bermakna secara klinis
4.2.2.6. Melakukan identifikasi faktor yang mungkin berpengaruh terhadap kepatuhan
4.2.3. Promosi terapi obat optimal
4.2.3.1. Melakukan rencana penyelesaian DRP secara sistematis dan atas dasar bukti yang dapat dipertanggungjawabkan
Ikatan Apoteker Indonesia 30
4.2.3.2. Memberikan alternative pilihan penyelesaian DRP kepada penulis resep
4.2.3.3. Melakukan komunikasi dengan dokter dan pasien terkait penyelesaian masalah kepatuhan
4.2.3.4. Dokumentasi intervensi resep
4.3. Penyiapan dan Penyerahan Obat yang diresepkan
4.3.1. Menerapkan standar prosedur operasional penyiapan dan penyerahan obat
4.3.1.1. Menggunakan keputusan profesional untuk menentukan prioritas resep yang harus disiapkan dan diserahkan
4.3.1.2. Mengendalikan agar penyiapan obat berjalan sesuai dengan SPO
4.3.1.3. Mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi efektifitas , keamanan dan stabilitas obat bila dikeluarkan dari kemasan aslinya
4.3.1.4. Membuat dan menempatkan label/etiket dengan benar, jelas dan lengkap
4.3.1.5. Menambah informasi lain pada label/etiket obat, selama tidak bertentangan dengan peraturan perundangan dan ketentuan
profesi
4.3.1.6. Menjamin obat yang disiapkan dan diserahkan diberi etiket/label sesuai dengan resep dan rejimennya
4.3.1.7. Bertanggung jawab dalam memastikan bahwa obat diserahkan kepada pasien yang tepat
4.3.1.8. Mengambil langkah yang nyata untuk meminimalisisr dampak dispensing error pada pasien
4.3.2. Melaksanakan Dokumentasi
4.3.2.1. Melaksanakan dokumentasi atas resep sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan pedoman profesi
4.3.2.2. Melaksanakan dokumentasi medication error
4.3.3. Kemandirian pasien terkait dengan kepatuhan penggunaan obat
4.3.3.1. Melakukan identifikasi kebutuhan informasi yang spesifik dan kondisi yang dimungkinkan mempengaruhi kepatuhan pasien
4.3.3.2. Mengklarifikasi perubahan terapi obat, bentuk obat dan kemasannya
4.3.3.3. Menjelaskan indikasi penggunaan obat, kemanfaatan dan hal-hal yang harus diwaspadai pada saat penggunaan obat
Ikatan Apoteker Indonesia 31
4.3.3.4. Menekankan pentingnya penyimpanan dan teknik penggunaan obat
4.3.3.5. Memberikan informasi kepada pasien tentang kemungkinan efek samping yang sering terjadi dan tindakan yang harus
dilakukan
4.3.3.6. Memastikan bahwa pasien memahami tujuan pengobatan, alasan pemilihan obat, manfaat yang diharapkan dan cara
penggunaan
4.3.3.7. Menjelaskan beberapa hal yang akan berdampak pada kepatuhan pasien
5. FORMULASI DAN STERILISASI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
5.1. Persiapan Peracikan Obat
5.1.1. Klarifikasi ketersediaan peralatan peracikan
5.1.1.1. Mengenali lingkungan kerja yang sesuai untuk tiap jenis produk
5.1.1.2. Identifikasi peralatan yang dibutuhkan untuk peracikan obat
5.1.1.3. Konfirmasi peralatan yang dibutuhkan sudah sesuai dengan kebutuhan
5.1.2. Penilaian ulang formulasi
5.1.2.1. Memilih standar formulasi yang berhubungan dengan spesifikasi produk
5.1.2.2. Mengembangakan formulasi yang belum ada standarnya
5.1.2.3. Memahami instruksi formulasi, termasuk metode peracikan
5.1.2.4. Memahami kebutuhan teknik penanganan terhadap kandungan yang potensial mengakibatkan cedera
5.1.2.5. Membedakan antara kandungan aktif dan bahan penolong
5.2. Peracikan bahan formulasi
5.2.1. Pertimbangan persyaratan kebijakan dan peraturan
5.2.1.1. Mematuhi SPO dan standar profesi yang berlaku di tempat kerja untuk peracikan produk
Ikatan Apoteker Indonesia 32
5.2.2. Persiapan dan menjaga dokumentasi produk
5.2.2.1. Memahami nilai pentingnya menggunakan lembar kerja
6.2.2.1. Menghitung jumlah/kuantitas, pengenceran, persentase yang dibutuhkan tiap bahan formula(kandungan aktif dll) yang
dibutuhkan dalam produk
6.2.2.2. Menyiapkan label hasil racikan sesuai dengan rincian kertas kerja, kebutuhan legal dan Standar profesi
5.2.3. Pencampuran zat aktif dan zat tambahan
5.2.3.1. Memilih kandungan uama dan peralatan secara tepat
6.2.3.1. Memahami pentingnya teknik penyiapan dan memilih wadah penyimpanan terakhir yang menjadi faktor penting untuk
efikasi produk
5.2.4. Aplikasi prinsip-prinsip dan teknik-teknik penyiapan produk non steril
5.2.4.1. Ukur jumlah kebutuhan di dalam kertas kerja
6.2.4.1. Menggunakan proses secara sistematik dalam melakukan pencampuran kandungan formula, sesuai dengan praktek
peracikan bahan-bahan farmasi
6.2.4.2. Menggunakan teknik yang menghindarkan kontaminasi produk
6.2.4.3. Menguji produk akhir dalam hal kontaminasi dan homogenitas
5.2.5. Aplikasi prinsip-prinsip dan teknik-teknik penyiapan produk steril
5.2.5.1. Mengukur jumlah kebutuhan di dalam kertas kerja
6.2.5.1. Menggunakan proses secara sistematik dalam melakukan pencampuran kandungan formula, sesuai dengan praktek
peracikan bahan-bahan farmasi
6.2.5.2. Menggunakan teknik yang menghindarkan kontaminasi produk
6.2.5.3. Menguji produk akhir dalam hal kontaminasi dan homogenitas
Ikatan Apoteker Indonesia 33
5.2.6. Optimalisasi bungkus, label/penandaan dan penyimpanan
5.2.6.1. Membuat label pada produk sehinggan terjaga stabilitasnya, benar cara penggunaan dan penyimpanannya
5.2.6.2. Memilih kemasan yang tidak berpengaruh terhadap stabilitas obat
5.3. Penatalaksanaan obat khusus/ khusus
5.3.1. Penatalaksanaan Sitostatika
5.3.1.1. Merancang dan mempersiapkan sumber daya yang diperlukan untuk penanganan sitostatika
5.3.1.2. Melakukan penyiapan pencampuran sitostatika
5.3.1.3. Melakukan pengamanan sitostatika terhadap petugas, pasien dan kelestarian lingkungan
5.3.1.4. Melakukan penanganan jika terjadi kecelakaan
5.4. Persiapan sterilisasi alat kesehatan
5.4.1. Klarifikasi: ruang kerja dan peralatan
5.4.1.1. Mengenali lingkungan kerja yang sesuai untuk tahapan kegiatan sterilisasi
5.4.1.2. Melakukan identifikasi peralatan yang dibutuhkan untuk kegiatan sterilisasi
5.4.1.3. Konfirmasi peralatan yang dibutuhkan sudah sesuai dengan ketentuan
5.4.1.4. Melakukan kontrol kesiapan alat sterilisasi
5.4.1.5. Konfirmasi alat kesehatan yang dibutuhkan sudah sesuai dengan ketentuan
5.4.2. Tinjauan bahan dasar alat kesehatan yang akan disterilkan
5.4.2.1. Memilih metode tahapan kegiatan sterilisasi yang sesuai
5.4.3. Kualitas pemilihan bahan sterilisasi
5.4.3.1. Membedakan antara jenis kandungan bahan dan alat kesehatan
5.4.4. Pengelolaan desinfektan
Ikatan Apoteker Indonesia 34
5.4.4.1. Memahami sifat-sifat desinfektan dan antiseptik
5.4.4.2. Memahami kebutuhan teknik compounding, penyimpanan, penandaan terhadap kandungan yang potensial mengakibatkan
cidera.
5.5. Tahapan kegiatan sterilisasi
5.5.1. Pertimbangan persyaratan dan prosedur kerja sterilisasi
5.5.1.1. Mematuhi standar prosedur operasional dan standar profesi yang berlaku di tempat kerja untuk tahapan kegiatan sterilisasi
5.5.2. Dokumentasi sterilisasi alat kesehatan
5.5.2.1. Memahami nilai pentingnya menggunakan lembar kerja
5.5.2.2. Menghitung jumlah/kuantitas, pengenceran, persentase yang dibutuhkan tiap bahan formula (kandungan aktif dan lain-lain)
yang dibutuhkan dalam tahapan kegiatan sterilisasi
5.5.2.3. Menyiapkan label alat kesehatan sesuai dengan rincian kertas kerja, kebutuhan legal dan standar profesi
5.5.3. Menyiapkan set alat kesehatan steril utama dan alat kesehatan penunjangnya
5.5.3.1. Memilih alat kesehatan utama dan alat kesehatan penunjangnya secara tepat
5.5.3.2. Memahami pentingnya teknik setting dan memilih wadah dan pengemas yang menjadi faktor penting untuk efikasi alat
kesehatan steril.
5.5.4. Aplikasi prinsip-prinsip dan teknik-teknik penyiapan sediaan farmasi
5.5.4.1. Mengukur jumlah kebutuhan sesuai tertulis pada kertas kerja
5.5.4.2. Menggunakan proses secara sistematik dalam melakukan penyiapan sediaan farmasi sesuai dengan praktik penyiapan sediaan
farmasi
5.5.4.3. Menggunakan teknik yang menghindarkan kontaminasi pada sediaan farmasi
5.5.4.4. Menguji hasil akhir dalam hal kontaminasi
Ikatan Apoteker Indonesia 35
5.5.5. Aplikasi prinsip-prinsip dan teknik-teknik penyiapan alat kesehatan steril
5.5.5.1. Mengukur jumlah kebutuhan di dalam kertas kerja
5.5.5.2. Menggunakan proses secara sistematik dalam melakukan penataan alat kesehatan sesuai dengan praktik setting
5.5.5.3. Menggunakan teknik yang menghindarkan kontaminasi pada alat kesehatan.
5.5.5.4. Menguji hasil akhir dalam hal kontaminasi.
5.5.6. Pengemasan, label/penandaan dan indikator eksternal.
5.5.6.1. Membuat label/penandaan pada alat kesehatan sehingga terjaga ketepatan pada penggunaannya
5.5.6.2. Memberikan indikator proses pada kemasan
5.5.6.3. Memilih wadah dan bahan pengemas yang menjamin kondisi isi kemasan
5.5.7. Aplikasi prinsip-prinsip sterilisasi alat kesehatan steril
5.5.7.1. Menata alat kesehatan dalam chamber
5.5.7.2. Memilih dan menggunakan metode sterilisasi yang sesuai
5.5.7.3. Memonitor mutu proses sterilisasi
5.5.8. Aplikasi prinsip-prinsip penyimpanan dan distrubusi alat kesehatan steril
5.5.8.1. Menyimpan dan menjaga kualitas alat kesehatan steril
5.5.8.2. Melakukan pengujian alat kesehatan steril dengan uji mikrobiologi
5.5.8.3. Melakukan “inventory control” alat kesehatan steril
5.5.8.4. Mendistribusikan dan menjaga kualitas alat kesehatan steril dalam transportasi
5.6. Penatalaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
5.6.1. Penatalaksanaan Peralatan dan sediaan farmasi
5.6.1.1. Melakukan penanganan jika terjadi kecelakaan
Ikatan Apoteker Indonesia 36
5.6.2. Panatalaksanaan Alat Pelindung Diri (APD)
5.6.2.1. Menyusun tata cara penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
6. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
6.1. Seleksi sediaan farmasi dan alat kesehatan
6.1.1. Kriteria seleksi
6.1.1.1. Memahami faktor yang berpengaruh terhadap proses seleksi
6.1.2. Daftar kebutuhan sediaan farmasi dan alkes
6.1.2.1. Memahami struktur dan proses penyusunan kebutuhan sediaan farmasi dan alkes
6.2. Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
6.2.1. Rencana pengadaan
6.2.1.1. Memahami metode penghitungan kebutuhan
6.2.2. Pemilihan pemasok
6.2.2.1. Mengetahui kriteria pemasok yang baik
6.2.3. Pemilihan metode pengadaan
6.2.3.1. Memahami metode pengadaan
6.2.4. Pelaksanaan pengadaan
6.2.4.1. Memahami manajemen rantai pasokan
6.2.4.2. Memahami prosedur dan ketentuan peraturan perundangan dalam pengadaan obat
6.3. Penyimpanan dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan
6.3.1. Pelaksanaan penyimpanan yang tepat
6.3.1.1. Melaksanakan good storage practice (cara penyimpanan sediaan farmasi dan alkes yang baik)
Ikatan Apoteker Indonesia 37
6.3.2. Pelaksanaan distribusi
6.3.2.1. Melaksanakan pendistribusian sediaan farmasi dan alkes dari pabrik sampai ketangan pasien dalam kondisi yang menjamin
mutu, keamanan dan kemanfaatan
6.3.3. Pengawasan mutu penyimpanan sediaan farmasi dan alkes
6.3.3.1. Memahami faktor-faktor yang berpenga ruh terhadap penurun an mutu, keamanan dan kemanfaatan sedia an farmasi dan alkes
6.4. Pemusnahan sediaan farmasi
6.4.1. Pemusnahan sediaan farmasi
6.4.1.1. Memahami ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan keamanan berkaitan dengan pemusnahan obat
6.4.1.2. Memahami kriteria obat yang harus dimusnahkan (obat rusak, kadaluwarsa dsb)
6.5. Penarikan obat
6.5.1. Informasi tentang penarikan obat
6.5.1.1. Mendapatkan informasi yang dipercaya tentang penarikan obat
6.5.1.2. Memahami perbedaan penyebab penarikan produk obat
6.5.1.3. Memahami metode komunikasi risiko yang digunakan oleh instansi yang berwenang
6.5.2. Perencanaan dan pelaksanaan penarikan produk obat
6.5.2.1. Menilai pengaruh dan eskalasi dari penarikan produk obat
6.5.2.2. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain untuk merencanakan strategi penarikan obat
6.5.2.3. Memahami tata laksana penanganan penarikan obat
6.5.3. Komunikasi efektif dengan pihak terkait
6.5.3.1. Menentukan dan menyusun informasi kritis untuk disebarkan kepada pihak terkait
6.5.3.2. Menerapkan metoda yang sesuai untuk sosialisasi
Ikatan Apoteker Indonesia 38
6.6. Pola Penggunaan obat yang tidak tepat
6.6.1. Identifikasi pola penggunaan obat yang tidak tepat
6.6.1.1. Mengenal obat-obat yang berpotensial tinggi untuk digunakan secara tidak tepat
6.6.1.2. Melaporkan temuan menggunakan mekanisme yang sesuai
6.7. Penerapan manajemen pendukung dalam pengelolaan obat
6.7.1. Pemanfaatan Sistem dan Teknologi Informasi dalam pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
6.7.1.1. Memahami jenis data yang berperan dalam informasi pengendalian persediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
6.7.2. Penyusunan struktur organisasi
6.7.2.1. Menyusun struktur organisasi pelayanan farmasi
6.7.2.2. Menyusun tugas, tanggung jawab dan kewenangan yang jelas dari masing-masing posisi dalam struktur organisasi
6.7.2.3. Menempatkan sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi yang sesuai untuk posisi tertentu dalam struktur organisasi
6.7.3. Optimalisasi Sumber Daya Manusia
6.7.3.1. Memanfaatkan SDM yang tersedia secara optimal
6.7.3.2. Memastikan bahwa SDM yang ada memadai untuk jenis dan volume pekerjaan rutin
6.7.3.3. Memastikan SDM memahami tugas dan tanggung jawab sesuai dengan posisinya
6.7.3.4. Memastikan SDM peduli terhadap peraturan ketenagakerjaan dan kondisi yang mempengaruhi kebijakan dan kegiatan di
tempat kerja
6.7.3.5. Merencanakan dan melaksanakan program pelatihan SDM
6.7.4. Pengelolaan keuangan
6.7.4.1. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada penetapan harga
6.7.4.2. Memahami pembukuan dasar dan laporan-laporan keuangan
Ikatan Apoteker Indonesia 39
6.7.4.3. Memahami indikator-indikator pengelolaan keuangan
6.7.4.4. Mengetahui system perpajakan yang berkaitan dengan pelayanan kefarmasian
6.7.5. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang bermutu
6.7.5.1. Memahami pentingnya “quality assurance” dan “quality improvement” dalam pelayanan kefarmasian
6.7.5.2. Berperan aktif dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian
6.7.5.3. Menerapkan aktifitas “quality improvement”
6.8. Penerapan manajemen pendukung dalam pengelolaan obat
6.8.1. Pemanfaatan Sistem dan Teknologi Informasi dalam pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
6.8.1.1. Memahami jenis data yang berperan dalam informasi pengendalian persediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
6.8.2. Penyusunan struktur organisasi
6.8.2.1. Menyusun struktur organisasi pelayanan farmasi
6.8.2.2. Menyusun tugas, tanggung jawab dan kewenangan yang jelas dari masing-masing posisi dalam struktur organisasi
6.8.2.3. Menempatkan sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi yang sesuai untuk posisi tertentu dalam struktur organisasi
6.8.3. Optimalisasi Sumber Daya Manusia
6.8.3.1. Memanfaatkan SDM yang tersedia secara optimal
6.8.3.2. Memastikan bahwa SDM yang ada memadai untuk jenis dan volume pekerjaan rutin
6.8.3.3. Memastikan SDM memahami tugas dan tanggung jawab sesuai dengan posisinya
6.8.3.4. Memastikan SDM peduli terhadap peraturan ketenagakerjaan dan kondisi yang mempengaruhi kebijakan dan kegiatan di
tempat kerja
6.8.3.5. Merencanakan dan melaksanakan program pelatihan SDM
6.8.4. Pengelolaan keuangan
Ikatan Apoteker Indonesia 40
6.8.4.1. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada penetapan harga
6.8.4.2. Memahami pembukuan dasar dan laporan-laporan keuangan
6.8.4.3. Memahami indikator-indikator pengelolaan keuangan
6.8.4.4. Mengetahui sistem perpajakan yang berkaitan dengan pelayanan kefarmasian
6.8.5. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang bermutu
6.8.5.1. Memahami pentingnya “quality assurance” dan “quality improvement” dalam pelayanan kefarmasian
6.8.5.2. Berperan aktif dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian
6.8.5.3. Menerapkan aktifitas “quality improvement”
7. KETRAMPILAN ORGANISASI DALAM PRAKTIK PROFESIONAL APOTEKER
7.1. Perencanaan dan Pengelolaan waktu kerja
7.1.1. Perencanaan dan penggunaan waktu kerja
7.1.1.1. Mengakui pentingnya mengelola waktu dengan hati-hati
7.1.1.2. Mengetahui tugas disesuaikan dengan perencanaan penggunaan waktu
7.1.1.3. Menetapkan prioritas tugas terkait dengan tujuan dan sasaran serta karakter tugas
7.1.2. Pengelolaan waktu dan tugas
7.1.2.1. Melakukan alokasi ketersediaan waktu untuk tugas yang diperlukan
7.1.2.2. Mencari bantuan agar tugas selesai tepat waktu
7.1.2.3. Mencari informasi dan arahan untuk menyelesiakan tugas tepat waktu
7.1.2.4. Mengelola masalah-masalah yang mungkin menjadi hambatan untuk menyelesiakan tugas tepat waktu
7.1.3. Penyelesaian pekerjaan tepat waktu
7.1.3.1. Bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas tepat waktu
Ikatan Apoteker Indonesia 41
7.1.3.2. Menyelesaikan tugas tepat waktu
7.2. Kontribusi diri terhadap pekerjaan
7.2.1. Pemahaman lingkungan bekerja
7.2.1.1. Memahami struktur dimana bekerja
7.2.1.2. Memastikan peran dan tanggung jawab dalam organisasi
7.2.1.3. Memahami kondisi pekerjaan
7.2.2. Penilaian kebutuhan sumber daya manusia
7.2.2.1. Menilai kecukupan sumber daya manusia yang diperlukan
7.2.3. Pengelolaan kegiatan kerja
7.2.3.1. Alokasi sumber daya untuk menentukan prioritas yang tepat
7.2.3.2. Menggunakan sumber daya manusia yang ada untuk mendukung pekerjaan
7.2.3.3. Menggunakan informasi, pedoman, dan instruksi lain untuk kemajuan pekerjaan
7.2.3.4. Menjamin bahwa pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, kebijakan dan prosedur
7.2.4. Evaluasi diri
7.2.4.1. Melakukan pengukuran kinerja diri sendiri
7.2.4.2. Merespon terhadap hasil pengukuran kinerja diri sendiri
7.3. Bekerja dalam Tim
7.3.1. Berbagi informasi yang relevan
7.3.1.1. Menggunakan jalur komunikasi formal untuk memberikan umpan balik berkaitan dengan sasaran dan langkah yang disepakati
7.3.1.2. Memastikan bahwa orang lain menerima informasi tentang hal-hal yang relevan
7.3.1.3. Menjelaskan dampak pekerjaan seseorang pada orang lain
Ikatan Apoteker Indonesia 42
7.3.2. Partisipasi dan kerjasama tim dalam pelayanan
7.3.2.1. Memahami tugas dan tanggung jawab orang lain dalam tim
7.3.2.2. Memahami nilai-nilai kerjasama dalam tim
7.3.2.3. Bekerjasama dengan orang lain dalam memberikan pelayanan kepada pasien
7.4. Kepercayaan diri
7.4.1. Pengenalan terhadap standar profesi
7.4.1.1. Menjalankan standar profesi secara konsisten
7.4.1.2. Mengenali standar profesi tenaga kesehatan dan profesi lain
7.4.2. Penetapan peran profesi
7.4.2.1. Menjelaskan peran masing-masing apoteker
7.4.2.2. Menyampaikan sasaran kerja dan aktifitas masing-masing apoteker
7.5. Penyelesaian masalah
7.5.1. Penggalian masalah atau masalah yang potensial
7.5.1.1. Menerima tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah
7.5.1.2. Mengenali masalah utama dan masalah potensial
7.5.1.3. Menjelaskan akar masalah
7.5.1.4. Melakukan identifikasi pendekatan yang tepat untuk menyelesaikan masalah
7.5.1.5. Menggunakan pendekatan kolaboratif untuk identifikasi penyelesaian masalah
7.5.1.6. Menggunakan alternatif pendekatan atau kegiatan untuk membantu menyelesaikan masalah
7.5.2. Penyelesaian masalah
7.5.2.1. Menyusun perencanaan untuk menyelesaikan masalah
Ikatan Apoteker Indonesia 43
7.5.2.2. Menyampaikan perencanaan penyelesaian masalah
7.5.2.3. Melaksanakan perencanaan yang telah disetujui oleh masing-masing pihak
7.5.2.4. Mengenali kebutuhan untuk evaluasi pelaksanaan yang direncanakan
7.5.2.5. Menetapkan prosedur monitoring untuk menilai keberhasilan perencanaan
7.5.2.6. Menggunakan hasil monitoring untuk kegiatan berikutnya bila diperlukan
7.6. Pengelolaan Konflik
7.6.1. Klarifikasi keadaan konflik
7.6.1.1. Mengenali tanda-tanda adanya konflik
7.6.1.2. Memposisikan konflik di tempat kerja pada saat yang tepat
7.6.1.3. Mengumpulkan informasi yang relevan untuk melakukan klarifikasi sumber sumber dan kewajaran konflik
7.6.1.4. Menjelaskan kewajaran konflik secara objektif
7.6.2. Tindakan Penyelesaian konflik
7.6.2.1. Identifikasi alternatif pendekatan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
7.6.2.2. Bekerjasama dengan orang lain untuk konfirmasi pendekatan dengan persetujuan satu sama lain
7.6.2.3. Menerapkan keterampilan komunikasi yang memadai untuk menyelesaikan masalah

BAB III

STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA

LINGKUP 1. PRAKTIK FARMASI PROFESIONAL DAN ETIK

Ikatan Apoteker Indonesia 44


Unit Kompetensi 1.1 Pemahaman Praktik secara Etik

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Pemahaman peraturan 1. Memahami peraturan perundang- Mampu menjelaskan peraturan perundangan yang
perundang-undangan dan undangan kefarmasian secara khusus berlaku
kode Etik yang berlaku dan peraturan perundangan kesehatan Mampu menjelaskan aplikasi dalam praktik sehari-
secara umum. hari
2. Memahami Kode Etik Apoteker Mampu menjelaskan Kode Etik Apoteker Indonesia
Indonesia. serta penjabarannya dalam pelaksanaan pekerjaan
kefarmasian
3. Memiliki sikap menghargai peraturan Mampu menerapkan pertimbangan profesional
perundang-undangan dan Kode Etik dalam pekerjaan kefarmasian pada sektor pengadaan,
Apoteker Indonesia. produksi, distribusi, pengembangan, dan pelayanan
sediaan farmasi dan alat kesehatan.

Unit Kompetensi 1.2 Penerapan Praktik Kefarmasian secara Legal dan Profesional sesuai Kode Etik Apoteker Indonesia

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Perilaku profesional 1. Memiliki sikap menghargai dan Mampu menerapkan pertimbangan profesional
sesuai dengan Kode Etik menjadikan kesehatan pasien terkait pengadaan, pengelolaan obat dan alkes yang
Apoteker Indonesia sebagai fokus utama. digunakan pasien.
Mampu memberikan alasan yang dapat diterima,
terkait alkes yang aman digunakan oleh pasien
Mampu mengenali diri sendiri akan keterbatasan
kemampuan profesi dan bersedia berkonsultasi dengan
sejawat seprofesi dan/atau profesional kesehatan
lainnya demi kepentingan terbaik pasien

Ikatan Apoteker Indonesia 45


Mampu memberikan arahan kepada pasien/ anggota
masyarakat dalam pemilihan produk obat yang
layak dibeli sehingga anggota masyarakat tidak
terdorong untuk membeli produk obat yang
berlebihan.
2. Mencapai dan mempertahankan Mampu melakukan praktik pelayanan kefarmasian
standar pelayanan profesional secara mandiri dan profesional sehingga tidak
tertinggi. menciderai kepercayaan pada profesi
Mampu memberikan saran profesional dan konseling
tentang obat-obatan di setiap kesempatan demi
kepentingan pasien
Mampu menjelaskan penyediaan layanan
komprehensif farmasi di tempat apoteker berpraktik
Mampu menjelaskan sistem dan metode di tempat
praktik untuk meminimalkan risiko kesalahan atau
kontaminasi dalam berbagai kegiatan praktik
kefarmasian
3. Menjaga hubungan profesional dengan Mampu menunjukkan sikap positif dan kesediaan
sejawat dan profesi kesehatan lain. untuk membantu sejawat dan profesi kesehatan
lainnya di setiap saat dalam praktik kefarmasian.
Mampu menjelaskan cara untuk mempertahankan
hubungan baik dan bekerja dalam kemitraan dengan
profesi kesehatan lainnya untuk mencapai tujuan
terapeutik
Mampu menunjukkan perilaku profesional terhadap
sejawat dan profesi kesehatan lainnya (misalnya
tidak mengkritik sejawat dan profesi kesehatan lainnya
di depan publik)
4. Menghormati kepercayaan dan Mampu menjelaskan langkah yang perlu diambil
kerahasiaan hubungan profesionalitas untuk melindungi privasi pasien dan menjaga
Ikatan Apoteker Indonesia 46
dengan pasien. kerahasiaan informasi pasien (misalnya untuk tidak
mengungkapkan sifat penyakit dan perawatan pasien
kepada pihak ketiga) kecuali atas perintah pengadilan
Mampu menjelaskan alasan peresepan obat tidak
boleh dibicarakan dengan pasien atau orang lain
sehingga mengakibatkan penurunan kepercayaan
pasien pada dokter penulis resep
Mampu menjelaskan / memberikan informasi kepada
dokter apabila pada resep terdapat kesalahan penulisan
dosis, potensial DRP tanpa diketahui pasien
2. Integritas personal dan 1. Mematuhi prinsip Etika dalam Mampu menjelaskan pedoman Kode Etik Apoteker
professional periklanan sesuai Kode Etik Indonesia yang mengatur prinsip-prinsip etis dalam
Apoteker Indonesia. promosi dan periklanan
2. Menghindari diri dari kondisi yang Mampu menjelaskan contoh-contoh situasi yang
mempengeruhi kebebasan profesi. mempengaruhi kebebasan profesi
3. Menahan diri terhadap kondisi atau Mampu mengenali dan menjelaskan situasi di mana
pelayanan yang tidak sesuai dengan kondisi layanan akan berkompromi dengan
kebebasan profesional. kemerdekaan profesionalnya

Unit Kompetensi 1.3 Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi Kemajuan Profesi

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Kontribusi secara nyata 1. Berpartisipasi aktif dalam organisasi Mampu menunjukkan bukti partisipasi aktif sebagai
terhadap kemajuan profesi. apoteker dalam kegiatan IAI untuk kemajuan profesi

Ikatan Apoteker Indonesia 47


profesi 2. Mengetahui perkembangan farmasi Mampu menanggapi dan mengkritisi isu keprofesian
terkini. yang sedang bergulir dan mengikuti perkembangannya
2. Perluasan kompetensi 1. Mengikuti perkembangan pengetahuan Mampu menjelaskan bentuk partisipasi Apoteker pada
profesi kefarmasian untuk mempertahankan berbagai aktivitas (penelitian pembelajaran, pelatihan
standar kompetensi profesi tertinggi. akademik, presentasi, audit klinik, workshop, dll) yang
menjadi pusat pembelajaran dan pengembangan
profesional untuk mempertahankan standar
kompetensi profesi tertinggi
3. Pembelajaran dan 1. Membantu proses pembelajaran dan Mampu menjelaskan contoh sikap positif untuk
pengembangan profesi pengembangan apoteker, calon pembelajaran berkelanjutan dan pengembangan
apoteker, dan profesi kesehatan yang apoteker dan calon apoteker.
lain di tempat kerja. Mampu memberikan masukan profesional dan arahan
kepada profesi kesehatan lain untuk tetap konsisten
dengan batasan keahlian masing-masing

LINGKUP 2. KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

Unit Kompetensi 2.1 Aplikasi Keterampilan Komunikasi

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

Ikatan Apoteker Indonesia 48


1. Memahami prinsip- 1. Bersikap terbuka dalam Mampu membuka diri untuk berbagi informasi
prinsip proses berkomunikasi dengan yang lain
komunikasi 2. Menghargai masukan dari orang lain Mampu menghargai pendapat dan pandangan orang
lain
3. Menghormati keunikan individu Mampu menunjukkan kepekaan, kepedulian atas
kebutuhan, nilai, kepercayaan dan budaya orang lain
4. Menerima peran serta dan Mampu menjelaskan peran serta dan keterampilan
keterampilan orang lain yang dimiliki oleh orang lain untuk membantu dan
memfasilitasi terselenggaranya praktik kefarmasian
5. Berkomunikasi dengan penuh Mampu menjelaskan pendapat dan menyampaikan
kebijakasanaan informasi dalam bentuk lisan maupun tulisan dengan
cara membangun kepercayaan yang tidak
menimbulkan kemarahan, kecemasan atau efek lain
yang merugikan
Mampu menjelaskan cara menjaga profesionalitas
dengan pasien/keluarga pasien atau tenaga kesehatan
lain pada saat mencari atau menyiapkan informasi
obat atau informasi kesehatan yang relevan
2. Mengelola informasi 1. Mengemukakan pemikiran dan ide Mampu membuat formula informasi, menyampaikan
yang ada dalam diri dengan jelas dan tidak bias ide dan pendapat secara jelas dalam bentuk lisan
untuk dikomunikasikan maupun tulisan
Mampu melakukan komunikasi informasi dengan
tepat dan percaya diri dalam bentuk lisan maupun
tulisan.
Mampu melakukan klarifikasi dan menjabarkan ide,
pendapat, dan informasi untuk meningkatkan
pemahaman
Mampu memberikan kontribusi secara aktif dalam
perspektif kefarmasian dalam rangka pengambilan
keputusan dan penyelesaian masalah
Ikatan Apoteker Indonesia 49
2. Menggunakan gaya komunikasi Mampu memilih istilah, gaya dan bentuk komunikasi
sesuai dengan komunikan dan materi baik lisan maupun tulisan sesuai dengan situasi,
materi komunikasi, komunikan (menghindari jargon
yang tidak perlu, menerangkan dengan jelas
terminologi medik maupun kefarmasian bila
komunikan tidak memahami artinya)
3. Melakukan komunikasi informasi Mampu identifikasi kebutuhan informasi dari
yang relevan. komunikan khusus
Mampu mengajukan pertanyaan yang relevan,
mendengarkan dengan penuh perhatian, dan
memberikan respon terhadap petunjuk lisan maupun
tertulis dan menggunakan penerjemah bila diperlukan
untuk lebih memperjelas kebutuhan komunikasi
4. Verifikasi bahwa informasi yang Mampu menjelaskan dan memperagakan bahwa
diberikan telah diterima dan informasi tertulis yang diberikan sudah dipahami
dipahami Mampu menindaklanjuti, membuat pertanyaan dan
atau menggunakan bantuan visual atau media lain
untuk memastikan bahwa pesan yang diinginkan telah
diterima dan dipahami.
3. Memfasilitasi proses 1. Melakukan identifikasi kebutuhan Mampu melakukan identifikasi atau menjelaskan
komunikasi komunikasi tertentu kondisi yang memerlukan adanya komunikasi khusus
terutama untuk pasien dan keluarganya (misalnya:
perbedaan budaya, bahasa, tekanan emosional, tuli,
buta, kemunduran mental, komunikasi melalui pihak
ketiga)
2. Mendengarkan dengan efektif Mampu menerapkan kemampuan mendengar aktif
(misal meminta untuk mengulang penjelasan dengan
bahasanya sendiri tanpa ada menyalahkan dan
merendahkan )
3. Memahami pentingnya umpan balik Mampu menjelaskan pentingnya merespon umpan

Ikatan Apoteker Indonesia 50


dalam proses komunikasi balik untuk meningkatkan komunikasi (membangun
kepercayaan apoteker-pasien)
Mampu memperoleh informasi spesifik yang
dibutuhkan untuk komunikasi efektif
Mampu memberikan respon terhadap umpan balik
dan memanfaatkannya secara positif dalam proses
komunikasi
4. Mengenali kendala utama pada saat Mampu membuat daftar kendala utama untuk
komunikasi dan cara meminimalkan melakukan komunikasi efektif
kendala tersebut Mampu menjelaskan kendala dalam komunikasi
efektif tersebut dapat diminimalkan

Unit Kompetensi 2.2 Komunikasi dengan Pasien secara umum

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Menghargai pasien 1. Menggunakan sapaan yang benar Mampu menjelaskan sapaan untuk pasien secara
sesuai kondisi pasien umum (anak, geriatri, tuna rungu, tuna aksara)dan
khusus* (kronik, critical, comma, psikiatri, terminal)
Mampu menjelaskan hal-hal yang tidak seharusnya
dilakukan kepada pasien secara pribadi
2. Tahapan komunikasi 1. Melakukan komunikasi dengan Mampu menjelaskan tahapan komunikasi sesuai jenis
dengan pasien pasien sesuai kondisi pasien pasien (rawat jalan, rawat inap)

Unit Kompetensi 2.3 Komunikasi dengan Tenaga Kesehatan

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

Ikatan Apoteker Indonesia 51


1. Menghargai area 1. Melakukan komunikasi dengan Mampu menjelaskan masalah komunikasi dengan
kompetensi tenaga tenaga kesehatan sesuai dengan area tenaga kesehatan terkait (dokter, perawat dll)
kesehatan kompetensinya Mampu menyiapkan materi komunikasi dengan
tenaga kesehatan sesuai keluasan dan kedalaman
kompetensinya (dokter, perawat dll)
Mampu menjelaskan penyelesaian masalah
komunikasi dengan tenaga kesehatan

Unit Kompetensi 2.4 Komunikasi Tertulis

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Rekam Medis (Medical 1. Mampu memahami rekam medis Mampu menjelaskan bagian dan ruang lingkup rekam
Record) medis
Mampu menjelaskan prinsip catatan medis
Mampu menjelaskan sistem pencatatan dalam rekam
medis
2. Melakukan komunikasi tertulis dalam Mampu menjelaskan persyaratan menulis di rekam
rekam medis secara benar medis
Mampu menunjukkan bentuk komunikasi tertulis
dalam rekam medis

Unit Kompetensi 2.5 Pelayanan Informasi Obat

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

Ikatan Apoteker Indonesia 52


1. Memilih dan 1. Menentukan bentuk dan informasi Mampu menjelaskan informasi yang dibutuhkan
memperoleh informasi komplek yang dibutuhkan
Mampu menetapkan kebutuhan dan kejelasan atas
informasi yang dibutuhkan
2. Identifikasi sumber 1. Melakukan identifikasi sumber Mampu membuat daftar dan menunjukkan keuntungan
informasi yang relevan, informasi yang paling relevan dan dan kerugian dari sumber informasi tersebut
bermanfaat
2. Mengetahui sumber informasi lain Mampu melakukan akses berbagai sumber informasi
yang menyediakan informasi yang
relevan
3. Konsultasi dengan sejawat lain, bila Mampu menjelaskan kelemahan diri dan berani
sumber informasi yang dimiliki melakukan konsultasi pada yang lain
masih kurang
3. Akses informasi 1. Menggunakan sumber informasi Mampu menunjukkan cara menggunakan sumber
untuk mendapatkan data obat dan informasi yang tersedia, pada lokasi yang sesuai
penyakit yang relevan
2. Melakukan seleksi atas informasi Mampu melakukan seleksi atas informasi yang relevan
yang telah dipilih dan memberikan alasan dasar pemiliha informasi
tersebut
3. Bertanggung jawab untuk Mampu mendapatkan informasi sesuai dengan waktu
menentukan informasi yang relevan yang disepakati
dalam waktu tertentu
4. Evaluasi (critical 1. Membedakan informasi yang tersedia Mampu membedakan informasi yang bersifat promosi
appraisal) dan dengan informasi yang dibutuhkan dan informasi ilmiah
menyusun informasi 2. Menggunakan kemampuan analisis Mampu menjelaskan level evidence informasi
dasar untuk evaluasi dan interpretasi berdasarkan jenis publikasi ilmiah
informasi, secara tepat dan valid Mampu menjelaskan secara sistematis tentang teknik
evaluasi informasi
5. Penyusunan Informasi 1. Mengaitkan informasi dengan situasi Mampu menjelaskan informasi medis dan
sebagai respon yang khusus atau sesuai permintaan farmakologis yang berkaitan dengan situasi khusus,
pertanyaan pasien permintaan pasien atau informai yang relevan
Ikatan Apoteker Indonesia 53
2. Menyusun formula informasi yang Mampu menyusun informasi dari berbagai sumber dan
objektif dan factual menghasilkan kesimpulan yang jelas dan logis
3. Melakukan pendekatan logis untuk Mampu membuat pilihan-pilihan formula yang logis,
mengatasi masalah yang menyeimbangkan antara evidence dengan dengan
kondisi lingkungan

Unit Kompetensi 2.6 Komunikasi dan Penyebaran Informasi dengan Mengindahkan Etika Profesi Kefarmasian

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Menyediakan materi 1. Menjelaskan informasi obat yang Mampu menjelaskan informasi obat pada tenaga
informasi untuk telah disiapkan kesehatan lain maupun pasien dengan menggunakan
pelayanan pasien alat bantu (jika diperlukan) yang sesuai, dengan
mengindahkan etika profesi kefarmasian
2. Mengaitkan informasi yang Mampu menjelaskan penataan dosis, kondisi
disiapkan dengan kondisi khusus penyimpanan, peringatan yang mungkin
pasien atau dengan keadaan yang mempengaruhi keselamatan pasien, atau efektivitas
sedang terjadi obat pada kondisi tertentu, dengan mengindahkan
etika profesi kefarmasian
Mampu menjelaskan informasi obat pada tenaga
3. informasi atau dengan kedalaman
kesehatan lain atau pada pasien, sesuai level
yang cukup, sesuai level yang
pasien/komunikan dengan mengindahkan etika profesi
dibutuhkan pasien/komunikan
kefarmasian
2. Edukasi masyarakat 1. Menjelaskan dan atau Mampu menjelaskan dan menunjukkan secara tertulis
menunjukkan aspek farmakologi atau verbal, aspek farmakologi, aspek manfaat dalam
dan kegunaan obat dalam terapi, terapi, peringatan-peringatan, cara penyimpanan dan
dan meningkatkan pemahaman sebagainya untuk mencapai efektifitas dan keamanan
tentang cara penggunaan obat penggunaan
yang aman dan efektif Mampu menjelaskan kepada masyarakat informasi
dalam bentuk tulisan maupun verbal tanpa jargon
Ikatan Apoteker Indonesia 54
teknik medis/farmasetis

Ikatan Apoteker Indonesia 55


LINGKUP 3. OPTIMALISASI PENGGUNAAN OBAT

Unit Kompetensi 3.1 Penggunaan Obat yang Rasional

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Penelusuran riwayat 1. Menelusuri riwayat pengobatan pasien Mampu mencari dan mendapatkan catatan
pengobatan pasien dari rekam medis. sehubungan dengan pengobatan pasien
(patient medication 2. Menelusuri riwayat pengobatan pasien Mampu komunikasi untuk mendapatkan informasi
history) berdasarkan informasi dari pasien atau terkait pasien (demografi, riwayat sosial, keluarga,
tenaga kesehatan yang terlibat. ekonomi, kebiasaan makan, rokok dan alkohol)
Mampu komunikasi untuk mendapatkan informasi
terkait riwayat penggunaan obat resep, non resep,
herbal, jamu,obat , riwayat alergi baik sekarang
maupun sebelumnya
Mampu komunikasi untuk mendapatkan informasi
terkait riwayat penyakit sebelumnya (keluhan yang
dialami , riwayat penyakit sekarang dan mampu
mengaitkan informasi-informasi yang berhubungan
dengan system review, hasil pemeriksaan fisik, hasil
laboratorium, hasil X-ray, hasil imaging dan lain-lain)
Mampu mengumpulkan, menyusun, dan
kompilasi/integrasi informasi-informasi tentang
pasien, obat, dan penyakit pasien.
2. Tinjauan penggunaan 1. Mengetahui patofisiologi penyakit dan Mampu menjelaskan proses terjadinya penyakit
obat pasien pengaruhnya terhadap pemilihan obat. meliputi gejala, tanda-tanda dan epidemiologi dari
kelompok besar penyakit yang biasa terjadi pada
masyarakat dan kemungkinan masalah obat tinggi
(Pneumonia, ISK anak, Hipertensi geriatri, ISPA ibu
menyusui, trauma kepala dewasa, angina pectoris,
Gangguan Ginjal Akut dewasa, Hepatitis B, vaksinasi
Ikatan Apoteker Indonesia 56
anak, TBC, Keluarga Berencana, DM).
2. Melakukan interpretasi data Mampu menunjukkan nilai normal data laboratorium
laboratorium dan data pendukung dan data pendukung diagnostik lain terkait dengan
diagnostik lain terkait penggunaan pengguaan obat (contoh hematologi, fungsi hepar,
obat. fungsi renal, fungsi ginjal, kadar gula, elektrolit dan
lain-lain)
Mampu melakukan intrepretasi data laboratorium jika
mengalami penurunan atau kenaikan dari nilai normal
dan menjelaskan hubungannya dengan penggunaan
obat.
3. Pemahaman pedoman terapi dan Mampu menentukan prioritas pilihan obat berdasarkan
penerapannya sebagai referensi pedoman terapi
tinjauan pemilihan terapi obat.
4. Mengetahui farmakologi obat yang Mampu menjelaskan profil obat dari segi farmakologi
dipilih (mekanisme kerja, dosis, dan farmakokinetika dasar (LADME) serta kegunaan
indikasi, kontraindikasi, efek samping, secara terapetik sesuai dengan kondisi klinis pasien
interaksi obat). Mampu melakukan perhitungan dosis baik untuk bayi,
anak, dewasa dan usia lanjut.
5. Mempertimbangkan kesesuaian Mampu memutuskan kesesuaian pengobatan (pilihan
pilihan obat dengan kondisi penyakit obat dan rejimennya) dengan mempertimbangkan
pasien. kondisi penyakit, karakteristik pasien dan sifat obat.
6. Memahami pemeriksaan laboratorium Mampu menjelaskan fungsi dan keterbatasan
yang umumnya dilakukan dan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain yang
pemeriksaan lain yang bermakna bagi mempengaruhi terapi obat pasien tertentu.
pasien tertentu. Mampu melakukan interpretasi hasil laboratorium dan
pemeriksaan lain yang berhubungan dengan
manifestasi klinik akibat pengobatan pasien
7. Menerapkan pedoman terapi atau Mampu melakukan pengkajian ilmiah/literature atau
Evidence Based Medicine (EBM) berdasarkan Pedoman Terapi untuk evaluasi
dalam evaluasi penggunaan obat pengobatan kasus penyakit yang sesuai
Ikatan Apoteker Indonesia 57
pasien.
3. Analisis DTP (Drug 1. Analisis Drug Terapeutic Problem Mampu menjelaskan 8 masalah terapi obat :
Therapy Problem) (DTP) faktual maupun potensial pada Indikasi yang tidak diberi terapi
proses pengobatan yang sedang Pasien memperoleh obat tanpa ada indikasi
berlangsung. Pemilihan obat yang tidak tepat,
Dosis subterapi,
Dosis berlebihan,
Pasien tidak mendapatkan obat.(pasien tidak
menggunakan obat sesuai jadwal)
Pasien mengalami reaksi obat tidak dikehendaki
(ROTD),
Interaksi obat,
Mampu menetapkan DTP pasien dihubungkan dengan
luaran klinik (clinical outcome ).
2. Menunjukkan pendekatan yang logis Mampu identifikasi situasi ketika intervensi sangat
dalam mencegah, menyelesaikan atau diperlukan oleh pasien.
meminimalisir dampak DTP yang Mampu mengusulkan penyelesaian DTP dan atau hal-
teridentifikasi dengan hal yang terkait dengan kepatuhan pasien
mempertimbangkan kepatuhan.
3. Mengkaji dan memilih alternatif yang Mampu menghitung dosis obat untuk pasien yang
paling sesuai untuk mencapai luaran memerlukan penyesuaian dosis seperti berat badan,
klinik pasien. fungsi ginjal, fungsi hati, dan umur
Mampu melakukan komunikasi secara jelas, alasan
4. Memberikan usulan/rekomendasi yang
yang rasional dari rekomendasi yang diberikan kepada
sesuai kepada dokter atau tenaga
dokter atau tenaga kesehatan lain, baik dalam bentuk
kesehatan lain.
lisan maupun tertulis.
4. Dukungan kemandirian 1. Memulai komunikasiasi dengan Mampu identifikasi kebutuhan pasien akan alat bantu
pasien dalam penggunaan dokter/tenaga kesehatan lain/pasien penggunaan obat seperti pemotong obat, inhaler,
obat mengenai hal-hal yang mempengaruhi modifikasi bentuk sediaan atau intervensi lain yang
kepatuhan dan atau memperbaiki dapat meningkatkan kepatuhan dan luaran klinik
Ikatan Apoteker Indonesia 58
luaran klinik pasien. pasien.
Mampu melakukan komunikasi dengan efektif kepada
pasien berkaitan dengan perubahan terapi yang
dilakukan..
2. Pemberian motivasi pasien untuk Mampu menjelaskan kepada pasien akan perlunya
melakukan perubahan gaya hidup yang sinergisitas antara terapi obat dengan perubahan gaya
dapat mempengaruhi terapi obat. hidup yang akan menunjang keberhasilan terapi
3. Pemberian motivasi supaya pasien Mampu menjelaskan pentingnya kepatuhan minum
patuh terhadap pengobatan untuk obat dan manfaatnya untuk keberlangsungan
menunjang keberhasilan terapi. pengobatan
4. Pemberian penjelasan obat kepada Mampu menjelaskan terkait nama obat, tujuan
pasien. pengobatan, jadwal pengobatan, cara penggunaan
obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-
tanda toksisitas, cara penyimpanan obat, dan
penggunaan obat-obat lain
5. Penggalian permasalahan yang ada Mampu melaksanakan konseling untuk mengatasi
pada pasien terkait penggunaan obat permasalahan pasien terkait obat
dan pemberian solusinya. Mampu menjelaskan kemungkinan efek samping atau
alergi yang dapat terjadi selama pengobatan
berlangsung dan cara mengatasinya
Membantu pasien agar paham akan pengobatan yang
dijalani dan mampu mengelola diri selama pengobatan
berlangsung.
6. Pemeriksaaan kembali pemahaman Mampu membuat pasien menjelaskan kembali apa
pasien setelah pemberian informasi yang dipahami dari penjelasan apoteker mengenai obat
obat.
5. Monitoring parameter 1. Penentuan parameter pemantauan Mampu menyusun daftar parameter pemantauan
keberhasilan pengobatan efektivitas obat (terapi dan toksisitas ) harian pasien yang dapat menunjukkan perkembangan
dan luaran klinik pasien terapi obat

Ikatan Apoteker Indonesia 59


Mampu menjelaskan parameter keberhasilan terapi
2. Penetapan tujuan pengobatan yang
yang dapat dipantau secara mandiri oleh pasien selama
akan dicapai.
pengobatan
6. Evaluasi hasil akhir terapi 1. Penggalian informasi terkait kualitas Mampu menentukan parameter peningkatan kualitas
obat hidup pasien setelah menjalani terapi. hidup pasien yang dapat diukur secara konkrit

Unit Kompetensi 3.2 Monitoring dan Telaah Terapi Obat Pasien

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Tindak lanjut hasil 1. Memastikan obat digunakan sesuai Mampu melakukan komunikasi efektif dengan pasien
monitoring pasien petunjuk. atau pendamping pasien untuk menilai apakah
tertentu penggunaan obat dilakukan dengan benar
2. Melakukan penelusuran efek klinik Mampu menjelaskan hubungan antara waktu dan
yang tidak diharapkan akibat obat. riwayat penggunaan obat dengan kejadian awal efek
klinik yang tidak diharapkan
3. Memastikan bahwa pasien toleran Mampu menjelaskan efek samping yang dapat
terhadap obat. diprediksi dan sering terjadi.
Mampu identifikasi dan menjelaskan tanda-tanda
toksisitas
Mampu mengakses informasi mengenai efek samping
obat dan toksisitas dalam waktu cepat.
4. Melakukan dokumentasi dan Mampu mengisi form MESO dan menjelaskan
pelaporan efek samping obat atau mekanisme pelaporan.
alergi.
2. Intervensi farmasi 1. Membantu pemahaman pasien Mampu melakukan komunikasi secara efektif kepada
mengenai terapi obat. pasien atau pendamping pengobatannya baik secara
tertulis maupun lisan tentang informasi yang relevan,
akurat dan lugas mengenai indikasi, rejimen, teknik
penggunaan, penyimpanan dan efek samping pada
Ikatan Apoteker Indonesia 60
umumnya
2. Penggalian kepatuhan pasien dalam Mampu mendapatkan kesimpulan apakah pasien patuh
minum obat dan modifikasi gaya atau tidak minum obat dan memperbaiki gaya
hidup. hidupnya selama menjalani terapi obat.
3. Mendorong kemandirian pasien. Mampu identifikasi kebutuhan pasien akan alat bantu
penggunaan obat yang dapat mengoptimalkan
penggunaan obat, tindakan yang perlu dilakukan bila
mengalami efek samping, toksisitas dan kondisi klinis
lain.
4. Pemahaman kondisi pasien dan Mampu menggali informasi dari pasien terkait
perkembangannya , fungsi terapetik perbaikan gejala penyakit dan efek yang dirasakan
obat yang diterima, dan dosis yang setelah meminum obat.
diminum untuk mengetahui efikasi dan
keamanan pengobatan.
5. Rekomendasi untuk dilakukan Mampu menjelaskan hubungan antara konsentrasi obat
Therapeutics Drug Monitoring (TDM) dalam darah dengan efek terapetik, toksik dan faktor
sesuai pedoman dan interpretasi hasil yang mempengaruhi indikator farmakokinetik ( steady
jika indikasi. state, loading dose, t-max)
Mampu identifikasi obat dengan indeks terapi sempit
yang memerlukan TDM
Mampu menjelaskan indikasi pasien memerlukan
TDM
Mampu menjelaskan dan mendapatkan informasi
tentang waktu dan frekuensi pengambilan sampel
darah yang tepat (t peak, t trough).
Mampu interpretasi validitas hasil untuk keperluan
penyesuaian dosis dan perubahan rejimen obat (dosis,
frekuensi, jarak waktu penggunaan obat) dan waktu
pengambilan monitoring

Ikatan Apoteker Indonesia 61


Mampu identifikasi keterbatasan diri dan atau
pengetahuan sebagai dasar merujuk kepada yang ahli
atau informasi jika diperlukan
6. Merujukkan pasien kepada Mampu identifikasi dan menjelaskan manfaat bagi
dokter/tenaga kesehatan yang lebih pasien jika dirujuk kepada dokter atau tenega
ahli sesuai kebutuhan kesehatan yang lebih ahli
3. Dokumentasi obat pasien 1. Menjaga dokumen pengobatan pasien Mampu melakukan dokumentasi pengobatan pasien
akurat dan terkini konsisten dengan mengikuti metode penulisan sesuai ketentuan dan
standar profesional dan kesepakatan ketetapan lokal (misal: POMR, MAR).
local
2. Melakukan dokumentasi saran dan Mampu melakukan dokumentasi saran dan
rekomendasi serta luaran klinik yang rekomendasi secara sistematis
dicapai Mampu melakukan monitoring pencapaian luaran
klinik sehubungan dengan proses tindak lanjut saran
dan rekomendasi

Unit Kompetensi 3.3 Pelayanan Kesehatan Dasar

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Kerjasama dengan tenaga 1. Kolaborasi ilmu pengetahuan antar Mampu bekerjasama dalam melakukan kegiatan
kesehatan lain dalam profesi untuk mengatasi masalah promosi kesehatan di masyarakat
menangani masalah kesehatan di masyarakat
kesehatan di masyarakat
2. Survey masalah obat di 1. Melakukan pengumpulan data yang Mampu membuat kesimpulan urutan masalah
masyarakat diperlukan untuk penentuan penyebab kesehatan masyarakat berdasarkan data yang
(penyakit), efek (obat) dan diperoleh (prevalensi, insidensi penyakit, efek
penyembuhan penyakit. samping obat, kepatuhan minum obat, biaya,
karakteristik peresepan, kesalahan dispensing,
pengobatan mandiri)
Ikatan Apoteker Indonesia 62
3. Identifikasi dan prioritas 1. Membuat alternatif penyelesaian Mampu melakukan penyelesaian masalah
masalah kesehatan di terhadap masalah kesehatan yang berdasarkan skala prioritas
masyarakat berdasar data muncul
1. Membuat program promosi kesehatan Mampu memberikan penjelasan kepada masyarakat
4. Promosi kesehatan
berdasar urutan prioritas kesehatan terkait masalah kesehatan yang muncul
masyarakat
yang ada
5. Evaluasi pelaksanaan 1. Membuat parameter keberhasilan Mampu merumuskan rekomendasi untuk pelaksanaan
program program promosi kesehatan
Mampu menyusun dokumentasi dan merunut
6. Dokumentasi 1. Melakukan dokumentasi pelaksanaan
pelaksanaan program promosi kesehatan di
pelaksanaan program program
masyarakat

Unit Kompetensi 3.4 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Sosialisasi pentingnya Mampu menjelaskan pentingnya Monitoring Efek


pelaporan efek samping 1. Pemberian informasi baik kepada
Samping Obat ( MESO) kepada pihak lain yang
obat tenaga kesehatan lain , pasien dan
berhubungan dengan kejadian efek samping obat
keluarga pasien terkait pentingnya
pelaporan kejadian tidak Mampu berkolaborasi dengan profesi kesehatan lain
menyenangkan seputar penggunaan untuk kepada dokter atau tenaga kesehatan lain
obat mencegah, mengurangi atau menghilangkan efek
samping obat tesebut
2. Kumpulkan informasi 1. Pengumpulan data terkait Mampu melakukan pengumpulan data dari berbagai
untuk pengkajian efek kemungkinan terjadinya efek samping sumber sebagai bahan pengkajian efek samping obat
samping obat obat (meliputi : obat, penyakit, dan
pasien) melalui rekam medis,
wawancara dll
3. Kajian data yang 1. Pengkajian data yang didapat untuk Mampu melakukan analisis data pasien, obat dan
dikumpulkan mendapatkan alternatif penyelesaian penyakit untuk memperoleh alternatif penyelesaian
Ikatan Apoteker Indonesia 63
problem yang terjadi Efek Samping Obat (ESO) yang muncul
4. Pemantauan keluaran 1. Memantau secara langsung maupun Mampu identifikasi keluaran klinis yang mengarah ke
klinis yang mengarah ke tidak langsung terhadap keluaran ESO
timbulnya efek samping klinis yang mengarah pada timbulnya
efek samping obat aktual maupun
potensial
1. Menerima dan melakukan klarifikasi Mampu melakukan klarifikasi terhadap laporan ESO
5. Pelaporan ESO laporan efek samping obat dari pasien yang diterima
maupun tenaga kesehatan lain
1. Menentukan penyelesaian masalah Mampu menentukan dan menjelaskan alternatif
6. Tentukan alternatif
yang harus dilakukan baik itu penyelesaian terhadap masalah ESO yang terjadi
penyelesaian masalah
pencegahan maupun pengatasan
yang terjadi
masalah
1. Melakukan dokumentasi MESO yang Mampu melakukan dokumentasi ESO beserta
7. Dokumentasikan kegiatan
dilaporkan beserta penyelesaian penyelesaian masalahnya.
MESO
masalah.

Unit Kompetensi 3.5 Evaluasi Penggunaan Obat

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Buat skala prioritas obat 1. Melakukan penyusunan skala prioritas Mampu menyusun skala prioritas obat yang akan
yang akan dievaluasi obat yang akan dievaluasi dievaluasi berdasarkan pertimbangan tertentu, misal :
obat -obat yang banyak digunakan, Indeks Terapi
sempit, sering menyebabkan ESO, obat mahal,obat
untuk penyakit kardiovaskular, obat gawat darurat,
analgetik narkotik, antibiotik profilaksis, dll
2. Buat indikator dan 1. Menyusun indikator dan kriteria Mampu menetapkan indikator dan kriteria evaluasi
kriteria evaluasi serta evaluasi serta penetapan standar penggunaan obat
penetapan standar pembanding
Ikatan Apoteker Indonesia 64
pembanding
3. Data pengobatan yang 1. Mengumpulkan data terkait Mampu mengumpulkan informasi yang dibutuhkan
dijalani pasien pengobatan yang dijalani pasien, untuk mengevaluasi penggunaan obat
penyakit yang diderita, dan kondisi
pasien sebelum dan sesudah terapi
4. Analisis penggunaan Mampu evaluasi data penggunaan obat (indikasi,
1. Menganalisis/evaluasi data yang telah
obat dari data yang telah frekuensi, durasi dan rute)
diperoleh terkait penggunaan obat
diperoleh
5. Kesimpulan dan 1. Menyimpulkan evaluasi pengunaan Mampu menyimpulkan hasil evaluasi penggunaan
rekomendasi alternatif obat dan menentukan intervensi yang obat.
intervensi harus dilakukan Mampu menentukan bentuk intervensi yang dapat
dilakukan, misal berupa penggantian obat, penaikan
/penurunan dosis, dll
6. Tindak lanjut dari 1. Menindaklanjuti hasil evaluasi Mampu melakukan tindak lanjut dari intervensi yang
rekomendasi penggunaan obat yang telah dilakukan diberikan
7. Dokumentasi evaluasi 1. Mendokumentasikan kegiatan evaluasi Mampu melakukan pendokumentasian kegiatan yang
penggunaan obat penggunaan obat yang telah dilakukan dilakukan dengan valid.

Unit Kompetensi 3.6 Pelayanan Klinik Berbasis Farmakokinetik*

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Mempersiapkan kebutuhan Mampu menjelaskan persiapan sarana prasarana yang


1. Persiapkan kelengkapan pelaksanaan pelayanan klinik berbasis diperlukan untuk melakukan pelayanan klinik
pelaksanaan pelayanan farmakokinetik berbasis farmakokinetik (misal : alat untuk melakukan
klinik berbasis Therapeutic Drug Monitoring)
farmakokinetik Mampu menjelaskan/merancang sistem dan prosedur
monitoring obat pada pasien
2. Analisis kebutuhan dan 1. Melakukan analisis kebutuhan dan Mampu menjelaskan golongan obat yang memerlukan
Ikatan Apoteker Indonesia 65
prioritas golongan obat prioritas golongan obat yang monitoring parameter farmakokinetik
memerlukan monitoring parameter
farmakokinetik Mampu identifikasi kebutuhan parameter
farmakokinetik yang harus dimonitoring saat
penggunaan obat
3. Assessment kebutuhan 1. Melakukan assesment kebutuhan Mampu melakukan assesment kebutuhan parameter
monitoring terapi obat monitoring obat pasien berdasarkan monitoring obat berdasarkan kondisi klinis dan
pasien kondisi klinis dan patologis pasien patologis dari pasien
4. Praktik pelayanan terapi 1. Melakukan prosedur pelayanan terapi Mampu memastikan kondisi klinis pasien secara
berbasis farmakokinetik berbasis farmakokinetik langsung dihubungkan pengambilan sampel darah
Mampu memberikan saran kepada petugas
laboratorium mengenai saat yang tepat untuk
melakukan pengambilan sampel.
Mampu mengusulkan kepada dokter pemeriksaan lain
apabila diperlukan untuk mendukung indikator terapi
Mampu menghitung kadar obat dalam darah dan atau
cairan tubuh lain dan menggunakan perkiraan dari
nilai populasi untuk menetapkan indikator
farmakokinetik
Mampu melakukan interpretasi indikator
farmakokinetik untuk menetapkan dan
merekomendasikan rejimen obat sesuai kondisi
individu pasien dan mengkomunikasikan dengan
dokter yang merawat
Mampu merancang dan menetapkan waktu dan
frekuensi monitoring serta indikator indikator yang
diperlukan
Mampu melakukan monitoring perubahan kondisi
klinik pasien serta pencapaian tujuan terapi dengan
melakukan kunjungan ke pasien setiap hari

Ikatan Apoteker Indonesia 66


5. Evaluasi pelaksanaan 1. Melakukan evaluasi proses Mampu melakukan evaluasi proses monitoring yang
program TDM pelaksanaan pelayanan klinis berbasis telah dilakukan , bila perlu dilakukan pengambilan
farmakokinetik sampel kembali, rekalkulasi dan penetapan regimen
kembali dalam rangka optimalisasi terapi dan terhindar
dari efek toksis berdasar kondisi klinik terkini pasien
1. Melakukan dokumentasi kegiatan Mampu melakukan dokumentasi pelaksanaan program
6. Dokumentasi pelayanan
pelayanan klinis berbasis TDM dan pelayanan farmakokintetika klinis terkait
farmakokinetika klinis
farmakokinetik yang telah dilakukan dengan benar

Unit Kompetensi 3.7 Pengobatan Mandiri

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Keterlibatan dalam 1. Melakukan pelayanan obat secara Mampu memberikan kemudahan bagi masyarakat
pelayanan obat secara langsung kepada pasien untuk komunikasi secara langsung kepada Apoteker
langsung ke pasien
2. Peningkatan pemahaman 1. Melakukan berbagai kegiatan untuk Mampu menjelaskan contoh kegiatan pendidikan bagi
masyarakat terkait meningkatkan pemahaman masyarakat masyarakat dengan berbagai media baik secara
pengobatan mandiri terkait pengobatan mandiri individu ataupun kelompok mengenai obat-obat yang
bisa digunakan untuk pengobatan mandiri dan hal-hal
yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat
tersebut
3. Pelaksanaan pelayanan 1. Melakukan praktek pengobatan Mampu menilai kelayakan permintaan obat dari
pengobatan mandiri mandiri kepada pasien masyarakat dengan memperhatikan situasi dan
kepada masyarakat kondisi yang ada dan peraturan yang berlaku.
Mampu melakukan komunikasi yang efektif dengan
masyarakat yang ingin melakukan pengobatan
mandiri dengan memperhatikan hak-hak mereka
Mampu menjelaskan faktor-faktor yang menunjukkan
bahwa masyarakat baik individu maupun kelompok
Ikatan Apoteker Indonesia 67
telah memahami tentang pengobatan mandiri.
Mampu membuat materi pendidikan kepada
masyarakat mengenai penyimpanan obat yang aman
dan cara pemusnahannya.
4. Dokumentasi kegiatan 1. Melakukan dokumentasi obat yang Mampu melakukan dokumentasi obat yang
pengobatan mandiri digunakan dan kegiatan yang digunakan dalam pengobatan mandiri secara
dilakukan sistematis
Mampu melakukan dokumentasi seluruh kegiatan
pelayanan yang diberikan selama mendampingi
masyarakat yang melakukan pengobatan mandiri.

Unit Kompetensi 3.8 Penatalaksanaan Sitostatika/Obat khusus*

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Penilaian kesesuaian 1. Melakukan penilaian tentang Mampu menjelaskan informasi yang diperlukan
pemakaian sitostastika kesesuaian penatalaksanaan untuk penggunaan obat sitostatika
pemakaian sitostaika Mampu melakukan analisa toleransi pasien
sehubungan efek samping sitostatika
Mampu melakukan rekalkulasi dosis sitostatika
Mampu melakukan analisis DRP regimen
pengobatan sitostatika
Mampu melakukan prioritas penyelesaian DRP aktual
maupun potensial
2. Pelaksanaan monitoring, 1. Melakukan monitoring , evaluasi dan Mampu menjelaskan indikator monitoring tanda dan
evaluasi dan tindak lanjut tindak lanjut pengobatan sitostatika gejala yang muncul sebagai respon pasien terhadap
pelaksanaan pengobatan terapi sitostatika yang diterimanya.
sitostatika
Mampu menganalisis kesesuaian antara gejala yang
Ikatan Apoteker Indonesia 68
muncul dengan tujuan terapi
2. Melakukan monitoring, evaluasi dan Mampu menjelaskan hal yang perlu dilakukan
tindak lanjut prosedur pemberian monitoring dan evaluasi petugas terhadap kepatuhan
prosedur kerja yang ditetapkan dan prosedur
pengamanan yang dilakukan
Mampu melakukan dokumentasi terhadap kegiatan
monitoring, evaluasi dan tindak lanjut.

Unit Kompetensi 3.9 Konsultasi Obat/Konseling

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Persiapan sarana 1. Mempersiapkan sarana prasarana dan Mampu menjelaskan sarana prasarana termasuk
prasarana yang kelengkapan baik fisik maupun persiapan mental, sikap, tempat, serta prosedur tetap
diperlukan konseling individu yang akan terlibat dalan pelaksaan konsultasi
farmasi konseling Mampu menunjukan sikap empati, menunjukkan
ketertarikan, perhatian, bersahabat, asertif, dan
mentaati protap yang berlaku
Mampu mengenali dan mengatasi hambatan
komunikasi baik lingkungan, personal, pasien,
administratif, finansial maupun waktu
2. Pelaksanaan konseling 1. Melakukan identifikasi masalah Mampu menghargai privasi dan kerahasiaan pasien
farmasi kepatuhan obat pasien
Mampu memulai proses konsultasi dengan
mengucapkan salam dan menyebutkan nama pasien
diikuti dengan memperkenalkan diri
Mampu menggali informasi tentang sejarah
pengobatan pasien (medication -history review) baik
dari pasien langsung, keluarga pasien, medical
record, maupun dari sejawat dan tenaga kesehatan
Ikatan Apoteker Indonesia 69
lain
Mampu mendengarkan dengan seksama keluhan
pasien untuk memahami permasalahan pasien yang
sesungguhnya terutama berhubungan dengan
kepatuhan terapi obat pasien
2. Menjelaskan dan diskusi masalah Mampu membantu pasien menjelaskan masalah yang
kepatuhan obat dialami dalam terapi obat dengan mengajukan
pertanyaan secara fokus , faktual dan menghindari
penggunaan kata mengapa untuk menghindari bias
Mampu mengenali bahasa non verbal seperti ekspresi
wajah, kontak mata, posisi tubuh, suara, dll untuk
mengidentifikasi perhatian pasien (patient concern)
Mampu mendiskusikan bersama pasien penyelesaian
masalah terapi obatnya dengan cara yang jelas,
mempertimbangkan kenyamanan pasien, dan dapat
diterima pasien
Mampu menjelaskan dan memperagakan cara
penggunaan obat dan alat bantunya dengan baik dan
benar
3. Melakukan evaluasi pemahaman Mampu mengukur pemahaman pasien dengan
materi konseling oleh pasien melihat umpan balik yang diberikan oleh pasien
Mampu melakukan follow up rekomendasi
pengatasan masalah yang diberikan
4. Dokumentasi kegiatan 1. Membuat dokumentasi permasalahan Mampu mendokumentasikan secara sistematis semua
konseling penggunaan obat dan kegiatan yang permasalahan yang dialami pasien dalam penggunaan
dilakukan obat
Mampu mendokumentasikan seluruh kegiatan
konseling yang dijalankan

Ikatan Apoteker Indonesia 70


LINGKUP 4. DISPENSING

Unit Kompetensi 4.1 Penilaian Resep


ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Keabsahan resep 1. Memeriksa keabsahan resep Mampu melakukan identifikasi keabsahan resep
Mampu melakukan identifikasi kelengkapan resep
Mampu melakukan identifikasi obat/ produk obat yang
sering disalahgunakan dan penggunaan yang salah
2. Konfirmasi keabsahan resep Mampu menjelaskan persyaratan keabsahan resep
berdasarkan peraturan perundangan
Mampu menjelaskan persyaratan keabsahan resep
berdasarkan pedoman peresepan (Good Prescribing
Practice) dan pedoman farmakoterapi
Mampu menunjukkan cara melakukan verifikasi
terhadap resep yang diterima lewat elektronik/telepon
atau teknologi lain.
3. Bertindak terhadap resep yang tidak Mampu melakukan identifikasi resep yang diduga
abash tidak absah
Mampu menjelaskan dan melakukan tindakan yang
diperlukan bila resep yang diterima meragukan atau
diduga palsu
2. Klarifikasi Permintaan 1. Membaca resep Mampu melakukan identifikasi informasi yang kurang
Obat lengkap yang tertulis di resep.
Mampu melakukan identifikasi tentang obat dan
regimen obat
2. Melakukan komunikasi dengan Mampu memberikan penjelasan tentang cara
pasien atau dokter jika ada regimen komunikasi dengan pasien atau dokter untuk
klarifikasi tentang regimen obat
Ikatan Apoteker Indonesia 71
yang perlu diklarifikasi Mampu melakukan klarifikasi atas regimen obat
3. Melakukan identifikasi obat dengan Mampu menjelaskan perbedaan obat generik dan obat
nama generik dan nama dagang dengan berbagai nama dagang
4. Mengumpulkan informasi yang Mampu melakukan identifikasi informasi tambahan
diperlukan untuk meracik obat yang diperlukan untuk meracik obat
Mampu memutuskan apakah obat dapat diracik atau
tidak.
5. Melakukan dokumentasi atas Mampu melakukan dokumentasi terhadap perubahan
tindakan dan atau perubahan resep yang dilakukan pada resep meliputi intervensi,
keputusan atas resep, hasil komunikasi dengan tenaga
kesehatan dan atau pasien
3. Ketersediaan Obat 1. Melakukan identifikasi ketersediaan Mampu menggunakan sumber rujukan lain untuk
obat klarifikasi ketersediaan obat
2. Menetapkan obat yang memerlukan Mampu menjelaskan cara pengadaan yang
pengadaan khusus dan akan berpengaruh terhadap ketersediaan obat sesuai
berpengaruh pada ketersediaan obat peraturan perundangan yang berlaku
3. Melakukan kerja sama dengan dokter Mampu melakukan identifikasi, komunikasi, usulan
bila mengalami kesulitan dan merekomendasikan alternatif obat yang
mendapatkan obat yang diperlukan diresepkan
pasien
4. Bertanggung jawab untuk Mampu menjelaskan kepada dokter maupun pasien
menjelaskan kepada pasien atas mengenai keterlambatan pelayanan karena
keterlambatan pelayanan karena ketersediaan secara professional.
ketersediaan Mampu menetapkan waktu yang tepat dan penyalur
atau tempat lain yang dapat memenuhi kebutuhan obat
kapan dan dimana disaat persediaan obat tidak ada

Ikatan Apoteker Indonesia 72


Unit Kompetensi 4.2 Evaluasi Obat yang Diresepkan
ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Pertimbangan Obat yang 1. Memahami kemanfaatan terapeutik Mampu menjelaskan kegunaan obat dalam terapi,
diresepkan atau farmakologi obat yang atau segera mencari informasi terkait obat
diresepkan Mampu menjelaskan alasan obat yang diresepkan
untuk pasien.
2. Mempertimbangkan data umum Mampu menjelaskan data umum pasien,( umur,
pasien, obat dan bentuk sediaan yang kondisi sakit , berat badan, alergi,hamil/menyusui dan
berpengaruh terhadap efektifitas dan sebagainya), aspek formulasi (penggunaan pengawet ,
keamanan terapi obat stabilitas, sterilitas dsb) dan aspek obat
(bioavailabilitas, farmakokinetik, toksisitas dsb)
yang berpengaruh terhadap efektifitas dan keamanan
terapi obat
2. Telaah obat yang 1. Melakukan pendekatan sistematik Mampu mendapatkan (akses) riwayat pengobatan
diresepkan kaitannya untuk akses dan telaah riwayat pasien (termasuk yang tersimpan dalam elektronik)
dengan riwayat pengobatan yang telah dan sedang untuk menilai perubahan terapi, pola penggunaan dan
pengobatan dan terapi dijalani pasien kepatuhan, alergi dan efek samping obat yang pernah
terakhir yang dialami dialami, interaksi obat maupun kontraindikasi
pasien 2. Mengumpulan informasi tambahan Mampu mengidentifikasi informasi tambahan yang
yang dibutuhkan terkait dengan diperlukan untuk memastikan keamanan dan atau
farmakoterapi pasien ketepatan obat
Mampu menetapkan keputusan profesional pada saat
mencari informasi tambahan yang dibutuhkan
3. Menggunakan sumber informasi yang Mampu menyadari keterbatasan pengetahuan diri
yang tersedia sesuai kebutuhan dalam penggunaan sumber informasi yang
direkomendasikan
Mampu melakukan identifikasi berbagai sumber
informasi relevan

Ikatan Apoteker Indonesia 73


4. Mempertimbangkan kesesuaian Mampu membuat keputusan professional tentang
rejimen obat dalam resep kesesuaian obat, bentuk sediaan, dan rejimen untuk
pasien tertentu dengan mempertimbangkan faktor
yang terkait (pasien dan obat)
5. Melakukan identifikasi DTP Mampu membuat keputusan profesional adanya DTP
potensial maupun aktual yang potensial maupun aktual secara klinis
bermakna secara klinis
Mampu menjelaskan keadaan pasien terutama pola
6. Melakukan identifikasi faktor yang
hidup yang dapat berpengaruh pada kepatuhan (misal
mungkin berpengaruh terhadap
bentuk obat, bahasa, rejimen, pola efek samping,
kepatuhan
penglihatan, ras, agama dsb)
3. Promosi Terapi Obat 1. Melakukan rencana penyelesaian Mampu mengenali resep yang harus diintervensi
Optimal DTP secara sistematis dan atas dasar demi kepentingan pasien
bukti yang dapat Mampu menjelaskan rencana yang harus dilakukan
dipertanggungjawabkan untuk menyelesaikan DTP
2. Memberikan alternatif pilihan Mampu mengidentifikasi pilihan penyelesaian DTP
penyelesaian DTP kepada penulis
resep Mampu menjelaskan alasan rasional terhadap pilihan
penyelesaian DTP
3. Melakukan komunikasi dengan Mampu menjelaskan kepada dokter dan pasien
dokter dan pasien terkait mengenai keputusan kapan alat bantu diperlukan
penyelesaian masalah kepatuhan pasien untuk meningkatkan kepatuhan dan
optimalisasi penggunaan obat.
4. Dokumentasi intervensi resep Mampu melakukan dokumentasi secara sistematis
atas intervensi resep yang dilakukan

Ikatan Apoteker Indonesia 74


Unit Kompetensi 4.3 Penyiapan dan Penyerahan Obat yang Diresepkan
ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Menerapkan standar 1. Menggunakan keputusan profesional Mampu membuat keputusan profesional urutan
prosedur operasional untuk menentukan prioritas resep prioritas resep yang harus disiapkan dan diserahkan
penyiapan dan yang harus disiapkan dan diserahkan terlebih dahulu dengan memperhatikan kebutuhan
penyerahan obat klinik yang mendesak, terkait keselamatan pasien dan
peryaratan legalitas.
2. Mengendalikan agar penyiapan obat Mampu melakukan dokumentasik proses dispensing,
berjalan sesuai dengan SPO pengemasan obat dan profil pengobatan pasien
dengan menggunakan komputer
Mampu menjelaskan proses dispensing sesuai dengan
SPO setempat.
Mampu menjelaskan proses dispensing yang benar
dengan menunjukkan bukti tertulis telah
menjalankan pemeriksaan secara berurutan
(sequential check) dan akurat
Mampu melakukan seleksi obat, bentuk sediaan dan
menghitung jumlah yang dibutuhkan secara akurat
Mampu menjelaskan faktor yang mempengaruhi
3. Mempertimbangkan faktor yang
stabilitas produk pada saat di-kemas ulang
mempengaruhi efektifitas, keamanan
(repacking).
dan stabilitas obat bila dikeluarkan
dari kemasan aslinya Mampu memilih kemasan yang menjamin efikasi dan
stabilitas obat yang di- kemas ulang repacking
4. Membuat dan menempatkan Mampu menjelaskan persyaratan label/etiket obat
label/Etiket dengan benar, jelas dan (misal jenis dan ukuran huruf, bahasa dan pesyaratan
lengkap legal) untuk memenuhi kebutuhan pasien (termasuk
kebutuhan khusus pasien)
Mampu menempatkan label/etiket pada bagian yang
tidak menutupi informasi penting lain seperti waktu
Ikatan Apoteker Indonesia 75
kadaluarsa, no batch, persyaratan penyimpanan atau
informasi dosis)
5. Menambah informasi lain pada Mampu menggunakan label/etiket tambahan yang
label/Etiket obat, selama tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
bertentangan dengan peraturan dan kebutuhan pasien.
perundangan dan ketentuan profesi
6. Menjamin obat yang disiapkan dan Mampu menggunakan resep sebagai sumber utama
diserahkan diberi Etiket/label sesuai untuk memeriksa kesesuaian antara obat dengan
dengan resep dan rejimennya. lebel/etiketnya.
7. Bertanggung jawab dalam Mampu memeriksa data pasien secara rinci meliputi
memastikan bahwa obat diserahkan nama dan alamat pada saat menyerahkan obat.
kepada pasien yang tepat
2. Melaksanakan 1. Melaksanakan dokumentasi atas Mampu menjelaskan persyaratan dokumentasi resep
dokumentasi resep sesuai peraturan perundangan
yang berlaku dan pedoman profesi
2. Melaksanakan dokumentasi Mampu menjelaskan dokumentasi medication error
medication error yang sesuai dan tindak lanjutnya
3. Kemandirian pasien 1. Melakukan identifikasi kebutuhan Mampu berkomunikasi dengan pasien untuk
terkait dengan informasi yang spesifik dan kondisi mengkonfirmasi pengetahuan dan pemahaman pasien
kepatuhan penggunaan yang dimungkinkan mempengaruhi terkait dengan penyakit dan obat yang diterima.
obat kepatuhan pasien
2. Mengklarifikasi perubahan terapi Mampu identifikasi perubahan terapi, bentuk dan
obat, bentuk obat dan kemasannya kemasan obat serta mengkomunikasikannya dengan
tenaga kesehatan lain atau pasien.
3. Menjelaskan indikasi penggunaan Mampu menjelaskan indikasi terapi, efek farmakologi
obat, kemanfaatan dan hal-hal yang dan hal-hal yang harus diwaspadai pasien pada saat
harus diwaspadai pada saat menggunakan obat
penggunaan obat. Mampu menggunakan teknik komunikasi yang sesuai
dalam rangka memberikan informasi obat
Mampu menggunakan sumber informasi tertulis yang

Ikatan Apoteker Indonesia 76


tepat sebagai sarana informasi obat (misal leaflet dsb)
4. Menekankan pentingnya Mampu menjelaskan dan memberikan contoh teknik
penyimpanan dan teknik penggunaan penggunaan obat yang sering digunakan seperti
obat. inhaler, tetes mata, tetes hidung, tetes telinga dan lain-
lain.
5. Memberikan informasi kepada pasien Mampu melakukan identifikasi dan menjelaskan efek
tentang kemungkinan efek samping samping yang paling sering terjadi dan mendiskusikan
yang sering terjadi dan tindakan yang dengan pasien tanpa menimbulkan kecemasan
harus dilakukan.
6. Memastikan bahwa pasien Mampu melakukan evaluasi bahwa informasi yang
memahami tujuan pengobatan, alasan disampaikan kepada pasien sudah dimengerti dan
pemilihan obat, manfaat yang dipahami
diharapkan dan cara penggunaan
7. Menjelaskan beberapa hal yang akan Mampu menjelaskan faktor pasien yang berpengaruh
berdampak pada kepatuhan pasien pada kepatuhan
Mampu mengidentifikasi situasi yang tepat saat pasien
memerlukan bantuan
Mampu memberikan contoh cara penggunaan obat
dengan alat bantu.

Ikatan Apoteker Indonesia 77


LINGKUP 5. FORMULASI DAN STERILISASI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

Unit Kompetensi 5.1 Persiapan Peracikan Obat

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Klarifikasi ketersediaan 1. Mengenali lingkungan kerja yang Mampu identifikasi obat yang dapat diracik di ruang
peralatan peracikan sesuai untuk tiap jenis obat. produksi yang membutuhkan kondisi non
aseptic/aseptic dalam ruang bersih (clean room),
(contoh tetes mata, nutrisi parenteral)
Mampu identifikasi sediaan sitotoksik yang harus
diracik pada isolator sitotoksik atau unit preparasi
setara (cytogard, BSC =basic safety cabinet)
2. Identifikasi peralatan yang Mampu memilih peralatan yang sesuai untuk
dibutuhkan untuk peracikan obat. peracikan obat dengan metode tertentu dan
mendukung akurasinya (contoh: pemilihan timbangan,
anak timbang, minimal jumlah yang ditimbang,
ukuran pengukuran yang optimal).
3. Konfirmasi peralatan yang Mampu untuk melakukan konfirmasi bahwa peralatan
dibutuhkan sudah sesuai dengan yang dibutuhkan telah bersih dan terkalibrasi dan
kebutuhan. sertifikasi).
2. Penilaian ulang 1. Memilih standar formulasi yang Mampu untuk mendapatkan formulasi atau referensi
formulasi berhubungan dengan spesifikasi obat. yang digunakan di tempat kerja
2. Mengembangakan formulasi yang Mampu mengembangkan formulasi untuk pasien
belum ada standarnya. secara individual berdasarkan referensi dan sumber
informasi lain atau konsultan/pakar
Mampu berkonsultasi dengan pakar di bidang
formulasi dan sumber informasi formulasi non standar
3. Memahami instruksi formulasi, Mampu melakukan interpretasi tehadap terminologi
termasuk metode peracikan. dan singkatan dari formulasi yang spesifik (contoh :
ingredient, instruction, dosage forms, quantities)
Ikatan Apoteker Indonesia 78
Mampu untuk identifikasi nama dagang, generik, dan
nama umum dari kandungan aktif
4. Memahami kebutuhan teknik Mampu untuk menjelaskan dan menunjukkan teknik
penanganan terhadap bahan obat penanganan yang aman untuk bahan obat yang
yang potensial mengakibatkan potensial membahayakan/mengakibatkan cedera.
cedera.
5. Membedakan antara bahan aktif dan Mampu membedakan antara bahan aktif dan bahan
bahan penolong. penolong (contoh : bahan aktif, pembawa/vehicle,
flavouring, preservative) dan menjelaskan tujuan dari
penggunaan tiap bahan dalam formulasi

Unit Kompetensi 5.2 Peracikan Bahan Formulasi

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Pertimbangan 1. Mematuhi SPO peracikan dan standar Mampu menjelaskan peracikan SPO di tempat kerja
persyaratan kebijakan profesi yang berlaku di tempat kerja
dan peraturan peracikan untuk peracikan obat
dan formulasi
2. Persiapan dan menjaga 1. Memahami nilai pentingnya Mampu menyebutkan kelengkapan kertas kerja dan
dokumentasi obat menggunakan lembar kerja. alasan-alasannya (pelacakan batch, memeriksa
jumlah, dan beberapa kasus keluhan pasien atau
kejadian yang tidak lazim)
2. Menghitung jumlah/kuantitas, Mampu menghitung jumlah kebutuhan kuantitas
pengenceran, persentase yang bahan formula, pelarut atau persentasenya secara
dibutuhkan tiap bahan tepat
formula(kandungan aktif dll) yang Mampu menghitung jumlah kebutuhan bahan
dibutuhkan dalam obat. formula untuk meracik dengan satuan jumlah yang
berbeda

Ikatan Apoteker Indonesia 79


3. Menyiapkan label hasil racikan sesuai Mampu menyiapkan label yang benar, jelas dan
dengan rincian kertas kerja, konsisten dengan yang tertulis rinci di kertas kerja,
kebutuhan legal dan Standar profesi. kebutuhan legal dan standar praktek profesi
3. Pencampuran zat aktif 1. Memilih kandungan utama dan Mampu memilih zat aktif (bentuk sediaan dan
dan zat tambahan peralatan secara tepat kekuatan) dan peralatan (botol, spuit, timbangan,
peralatan lain yang mempunyai ukuran) sesuai
dengan yang tertulis di kertas kerja.
2. Memahami pentingnya teknik Mampu menjelaskan pengaruh kelembaban,
penyiapan dan memilih kemasan oksigenasi, cahaya, panas, dan kontaminasi
penyimpanan terakhir yang menjadi mikrobiologi pada stabilitas efektivitas dan
faktor penting untuk efikasi obat. umur/masa kadaluwarsa obat.
4. Aplikasi prinsip-prinsip 1. Mengukur jumlah kebutuhan di Mampu menimbang dan mangambil bahan formula
dan teknik-teknik dalam kertas kerja dengan ukuran akurat
penyiapan obat non 2. Menggunakan proses secara Mampu menunjukkan teknik penyiapan
steril sistematik dalam melakukan penghancuran, pencampuran, penambahan dan
pencampuran kandungan formula, dengan menggunakan alat yang tepat dan telah
sesuai dengan praktik peracikan terkalibrasi.
bahan-bahan farmasi Mampu menunjukkan teknik pembuatan/peracikan
berbagai bentuk sediaan secara sistematik (krim,
emulsi, solutio, dll)
3. Menggunakan teknik yang Mampu menunjukkan teknik dan kebersihan diri yang
menghindarkan kontaminasi obat meminimalkan kemungkinan terjadinya kontaminasi
pada obat.
4. Menguji akhir obat dalam hal Melakukan cek akhir secara visual terhadap
kontaminasi dan homogenitas keseragaman pencampuran dan adanya kontmainasi.
5. Aplikasi prinsip-prinsip 1. Mengukur jumlah kebutuhan di Mampu menimbang dan mangambil bahan formula
dan teknik-teknik dalam kertas kerja dengan ukuran akurat.
penyiapan obat steril 2. Menggunakan proses secara Mampu menunjukkan teknik penyiapan
sistematik dalam melakukan penghancuran, pencampuran, penambahan dan
pencampuran kandungan formula, dengan menggunakan alat yang tepat dan telah
Ikatan Apoteker Indonesia 80
sesuai dengan praktik peracikan terkalibrasi
bahan-bahan farmasi
Mampu menunjukkan teknik pembuatan/peracikan
berbagai bentuk sediaan secara sistematik (krim,
emulsi, solutio, dll)
3. Menggunakan teknik yang Mampu menunjukkan teknik dan kebersihan diri yang
menghindarkan kontaminasi obat meminimalkan kemungkinan terjadinya kontaminasi
pada obat.
4. Menguji akhir obat dalam hal Melakukan cek akhir obat secara visual terhadap
kontaminasi dan homogenitas keseragaman pencampuran dan adanya kontaminasi
atau homogenitas.
6. Optimalisasi kemasan, 1. Membuat label pada obat sehinggan Mampu menjelaskan kebutuhan tambahan informasi
label/penandaan dan terjaga stabilitasnya, benar cara dalam label untuk obat yang memerlukan
penyimpanan penggunaan dan penyimpanannya penyimpanan dan penggunaan khusus (suhu simpan,
lama digunakan setelah terbuka, dll)
2. Memilih kemasan yang tidak Mampu memilih kemasan (plastic/botol, warna
berpengaruh terhadap stabilitas obat coklat/bening, dll) yang tepat untuk mendukung
penggunaan, menjaga kestabilan dan waktu
kadaluwarsa.

Unit Kompetensi 5.3 Penatalaksanaan Sitostatika/ Obat khusus*

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Penatalaksanaan 1. Merancang dan mempersiapkan Melakukan studi kelayakan tentang kemungkinan


Sitostatika sumber daya yang diperlukan untuk pelayanan sitostaika dan obat setara dengan
penanganan sitostatika. memperhatikan keseimbangan antara aspek klinis dan
ekonomis.
Merancang tempat/ ruang kerja mengacu standar
Clean room for aseptic preparation yan gdisesuaikan
Ikatan Apoteker Indonesia 81
dengan tujuan dan anggaran RS
Merancang pemenuhan standar clean base space
untuk minimalisasi partikel, aliran udara, suhu,
pencahayaan, pengaturan tekanan dan kelembaban.
Merancang tempat keraj peracikan dalam lingkuangn
bebas partkikel dilengkapi citotoxic drugs safety
cabinet atau alternative lain sejauh dapat
dipertanggungjawabkan.
Merancang dan membuat system dan prosedur kerja
bersama dengan panitian kanker atau bagian lain
yang terkait.
Merencanaan dan menyiapkan sumber daya manusia
sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan.
2. Melakukan penyiapan pencampuran Mampu menjelaskan sarana dan prasarana sesuai
sitostatika. standar clean room dan pengamanan tempat
peracikan.
Mampu menunjukkan bahwa peralatan yang
digunakan mempunyai ukuran yang sesuai dan
mempunyai system pengaman yang berfungsi baik (
misalnya syringe iv catheter memakai teknologi luer
lock dll)
Mampu menunjukkan kelengkapan alat pelindung
diri dan cara menggunakan dengan baik, benar dan
menjamin kemanan.
Melakukan peracikan berdasarkan prosedur teknik
aseptik dan protokol standar yang berlaku.
Mampu menjelaskan proses peracikan menggunakan
syringe yang terbebas dari udara, cara mematahkan
ampul dgn benar, upaya meminimalkan ceceran dan
limbah.
Ikatan Apoteker Indonesia 82
Mampu menjelaskan alat pembawa dan kelengkapan
label Obat yang telah diracik
Mampu menjelaskan cara membuang sisa bahan, obat
maupun alat sesuai standard an peosedur (wadah
limbah, label, tempat sesuai persyaratan.
Mampu melakuakan dokumentasi semua kegiatan
peracikan termasuk penanganan limbah (nama pasien,
nama obat, regimen, nama petugas, waktu, tanggal
dll).
3. Melakukan pengamanan sitostatika Mampu menjelaskan penyimpan obat ditempat yang
terhadap petugas, pasien dan memenuhi syarat kestabilan dan terpisah dari obat
kelestarian lingkungan. lain.
Mampu menjelaskan materi pelatihan bagi petugas
sesuai prosedur dan persyaratan kerja yang
ditetapkan.
Mampu menunjukkan penggunaan alat pelindung diri
dengan benar (kelengkapan, urutan pemakaian)
Mampu menjelaskan pembersihkan ruang dan tempat
kerja sesuai prosedur yang ditetapkan (frekuensi,
waktu dan lingkup) .
Mampu menjelaskan prosedur utama pencampuran
sitostatika.
Mampu menjelaskan persyaratan label dengan benar (
isi label, warna, tanda).
Mampu menjelaskan jenis transportasi obat yang
aman (jenis wadah, penandaan).
Mampu menjelaskan penanganan limbah sitotatika
(memilih tempat sampah, menyimpan, pemusnahan).
Mampu melakukan dokumentasi/administrasi
kegiatan pengamanan sitostatika.
Ikatan Apoteker Indonesia 83
4. Melakukan penanganan jika terjadi Mampu menjelaskan “Spill kit” (fungsi, isi,
kecelakaan Melakukan penanganan maintenance).
jika terjadi kecelakaan Mampu menjelaskan SPO jika terjadi kecelakaan.
Mampu menjelaskan stakeholder masalah kecelakaan
kerja karena sitostatika (terkait respon emergensy,
limbah, laporan, dokumentasi).
Mampu melakukan dokumentasi setiap terjadinya
kecelakaan (temepat, uraian, area, petugs, tindakan
dll).

Unit Kompetensi 5.4 Persiapan Sterilisasi Alat Kesehatan

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Klarifikasi: ruang kerja 1. Mengenali lingkungan kerja yang Mampu identifikasi tahapan kegiatan sterilisasi yang
dan peralatan sesuai untuk tahapan kegiatan membutuhkan area kotor,bersih dan steril.
sterilisasi. Mampu identifikasi persyaratan area yang berbeda
(contoh : area kotor tekanan udara negatip, area bersih
tekanan udara positif, area steril ; tekanan udara positif
dan jumlah mikroba terkendali ).
2. Melakukan identifikasi peralatan Mempu memilih peralatan yang sesuai untuk masing 2
yang dibutuhkan untuk kegiatan tahapan , metoda yang digunakan yang mendukung
sterilisasi. akurasinya ( contoh ; pemilihan mesin cuci instrument,
mesin sterilisasi).
3. Konfirmasi peralatan yang Mampu melakukan konfirmasi bahwa peralatan yang
dibutuhkan sudah sesuai dengan dibutuhkan telah tervalidasi dan terkalibrasi (sertifikat)
ketentuan.
4. Melakukan kontrol kesiapan alat Mampu menunjukkan cara menggunakan indikator
sterilisasi. Bowie-Dick.
Ikatan Apoteker Indonesia 84
5. Konfirmasi alat kesehatan yang Mampu melakukan konfirmasi bahwa alat kesehatan
dibutuhkan sudah sesuai dengan yang dibutuhkan telah sesuai dengan jenis dan jumlah
ketentuan. nya
2. Tinjauan bahan dasar 1. Memilih metode tahapan kegiatan Mampu menyebutkan alat kesehatan yang
alat kesehatan yang akan sterilisasi yang sesuai. memerlukan kondisi steril.
disterilkan Mampu menjelaskan jenis bahan alat kesehatan yang
memerlukan metode sterilisasi spesifik. (contoh :
laparascopy).
Mampu menentukan metoda sterilisasi berdasarkan
jenis bahan dasar (contoh : alat kesehatan berbahan
dasar plastik, berbahan dasar logam)
3. Kualitas pemilihan 1. Membedakan antara jenis kandungan Mampu membedakan antara jenis kandungan dalam
bahan sterilisasi bahan dan alat kesehatan. alat kesehatan (contoh : jenis kandungan bahan baku
dalam kassa, kapas, instrument) dan menjelaskan
tujuan dari penggunaan tiap jenis kandungannya.
4. Pengelolaan 1. Memahami sifat-sifat desinfektan dan Mampu untuk identifikasi nama dagang, generik dan
desinfektan antiseptik. nama umum dari kandungan aktif bahan yang
digunakan
Mampu menjelaskan fungsi, batasan, dampak
desinfektan mapun antiseptik .
2. Memahami kebutuhan teknik Mampu menjelaskan dan menunjukkan teknik
compounding, penyimpanan, compounding, syarat penyimpanan, penandaan
penandaan terhadap kandungan yang kandungan yang potensial
potensial mengakibatkan cidera. membahayakan/mengakibatkan cidera.

Ikatan Apoteker Indonesia 85


Unit Kompetensi 5.5 Tahapan Kegiatan Sterilisasi

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Pertimbangan 1. Mematuhi standar prosedur Mampu menjelaskan SPO tahapan kegiatan sterilisasi
persyaratan dan operasional dan standar profesi yang di tempat kerja ( SPO Dekontaminasi, SPO
prosedur kerja sterilisasi berlaku di tempat kerja untuk tahapan Pengemasan, SPO Sterilisasi, SPO Penyimpanan,
kegiatan sterilisasi. SPO Distribusi).
2. Dokumentasi sterilisasi 1. Memahami nilai pentingnya Mampu menyebutkan kelengkapan kertas kerja dan
alat kesehatan menggunakan lembar kerja. alasan-alasannya (pelacakan batch, memeriksa
jumlah, beberapa kasus keluhan pengguna jasa dan
perubahan indikator tidak maksimal).
2. Menghitung jumlah/kuantitas, Mampu menghitung jumlah kebutuhan kuantitas
pengenceran, persentase yang bahan formula, pelarut atau persentasenya secara
dibutuhkan tiap bahan formula tepat
(kandungan aktif dan lain-lain) yang Mampu menghitung jumlah kebutuhan bahan
dibutuhkan dalam tahapan kegiatan formula untuk disiapkan dengan satuan jumlah yang
sterilisasi. berbeda
3. Menyiapkan label alat kesehatan Mampu menyiapkan label yang benar dan jelas
sesuai dengan rincian kertas kerja, konsisten dengan yang tertulis rinci pada kertas
kebutuhan legal dan standar profesi. kerja, kebutuhan legal dan standar praktek profesi
3. Menyiapkan set alat 1. Memilih alat kesehatan utama dan Mampu memilih bentuk dan ukuran alat kesehatan
kesehatan steril utama alat kesehatan penunjangnya secara utama (instrument, jarum, benang bedah, plat screw ,
dan alat kesehatan tepat. catheter jantung/non jantung) dan alat kesehatan
penunjangnya penunjangnya (slang, kassa, kapas) sesuai dengan
yang tertulis pada kertas kerja .
2. Memahami pentingnya teknik setting Mampu menjelaskan pengaruh suhu, kelembaban,
dan memilih wadah dan pengemas tekanan, oksigenasi, cahaya, panas, dan kontaminasi
yang menjadi faktor penting untuk mikrobiologi pada sterilitas dan umur/masa
efikasi alat kesehatan steril. kadaluwarsa alat kesehatan steril.

Ikatan Apoteker Indonesia 86


4. Aplikasi prinsip-prinsip 1. Mengukur jumlah kebutuhan sesuai Mampu menghitung dan mangambil sediaan farmasi
dan teknik-teknik tertulis pada kertas kerja. dengan jumlah dan ukuran yang akurat ( contoh:
penyiapan sediaan desinfektan)
farmasi 2. Menggunakan proses secara Mampu menunjukkan teknik penyiapan ,
sistematik dalam melakukan pencampuran, pelarutan secara sistematis dan dengan
penyiapan sediaan farmasi sesuai menggunakan alat yang tepat (contoh: desinfektan)
dengan praktik penyiapan sediaan
farmasi.
3. Menggunakan teknik yang Mampu menunjukkan teknik dan kebersihan
menghindarkan kontaminasi pada peralatan yang meminimalkan kemungkinan
sediaan farmasi. terjadinya kontaminasi.
Mampu menunjukkan teknik
dekontaminasi/desinfeksi secara manual dan elektrik
(washer disinfector, ultrasonic cleaner)
Melakukan cek akhir secara visual terhadap hasil
4. Menguji hasil akhir dalam hal akhir
kontaminasi.

5. Aplikasi prinsip-prinsip 1. Mengukur jumlah kebutuhan di Mampu menghitung dan mengambil alat kesehatan
dan teknik-teknik dalam kertas kerja. dengan jumlah, jenis dan ukuran yang akurat.
penyiapan alat 2. Menggunakan proses secara Mampu menunjukkan teknik penyiapan, penataan,
kesehatan steril sistematik dalam melakukan penataan penambahan secara sistematis dan dengan
alat kesehatan sesuai dengan praktik menggunakan wadah dan bahan pengemas yang
setting. sesuai.
3. Menggunakan teknik yang Mampu menunjukkan teknik dan kebersihan
menghindarkan kontaminasi pada alat peralatan yang meminimalkan kemungkinan
kesehatan. terjadinya kontaminasi.
4. Menguji hasil akhir dalam hal Melakukan cek akhir secara visual terhadap kemasan
kontaminasi. sebelum dilakukan sterilisasi.
6. Pengemasan, 1. Membuat label/penandaan pada alat Mampu menjelaskan kebutuhan tambahan informasi

Ikatan Apoteker Indonesia 87


label/penandaan dan kesehatan sehingga terjaga ketepatan dalam label untuk ketepatan penggunaan dan lama
indikator eksternal. pada penggunaannya. simpan.
2. Memberikan indikator proses pada Mampu memilih indikator eksternal sesuai dengan
kemasan. metode sterilisasi yang akan digunakan.
3. Memilih wadah dan bahan pengemas Mampu memilih wadah dan bahan pengemas(bak
yang menjamin kondisi isi kemasan. instrument, kertas, linen, dll) yang tepat untuk
mendukung penggunaan, menjamin kondisi dan
waktu kadaluwarsa.
7. Aplikasi prinsip-prinsip 1. Menata alat kesehatan dalam Mampu menunjukkan teknik penataan alat kesehatan
sterilisasi alat kesehatan chamber dalam chamber sterilisator sesuai teknik sterilisasi
steril. yang akan digunakan.
2. Memilih dan menggunakan metode Mampu memilih dan menentukan metode sterilisasi
sterilisasi yang sesuai. yang sesuai dengan jenis dan sifat alat kesehatan yang
akan disterilkan.
Mampu menjelaskan teknik penggunaaan berbagai
jenis sterilisator (sterilisator uap, sterilisator kering,
sterilisator gas: Ethylene Oxide, Formaldehyde,
Plasma)
Mampu menjelaskan kontrol fungsi operasional
sterilisator.
3. Memonitor mutu proses sterilisasi Mampu menjelaskan kualitas hasil sterilisasi
menggunakan indikator eksternal dan indikator
biologi.
8. Aplikasi prinsip-prinsip 1. Menyimpan dan menjaga kualitas alat Mampu menjelaskan teknik menyimpan alat
penyimpanan dan kesehatan steril. kesehatan steril sesuai standar .
distrubusi alat kesehatan Mampu menjelaskan teknik mengontrol kualitas alat
steril. kesehatan steril selama dalam penyimpanan secara
visual.(kemasan terbuka, lembab)
2. Melakukan pengujian alat kesehatan Mampu menunjukkan cara menyiapkan sampel,
steril dengan uji mikrobiologi membuat jadwal pelaksanaan uji mikrobiologi
Ikatan Apoteker Indonesia 88
Mampu memilih dan memberikan rekomendasi
Laboratorium untuk pemeriksaan mikrobiologi.
Mampu memberikan jaminan mutu sterilitas alat
kesehatan steril kepada pengguna jasa.
3. Melakukan inventory control alat Mampu menjelaskan teknik inventory control alat
kesehatan steril. kesehatan steril selama penyimpanan (contoh
:menggunakan kartu stok).
4. Mendistribusikan dan menjaga Mampu menjelaskan teknik pendistribusian alat
kualitas alat kesehatan steril dalam kesehatan steril dengan peralatan tertentu ( troli
transportasi tertutup, lift khusus)
Mampu menjamin kualitas distribusi alat kesehatan
steril (ketepatan waktu, jenis dan jumlah)

Unit Kompetensi 5.6 Penatalaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Penatalaksanaan 1. Melakukan penanganan jika terjadi Mampu menjelaskan SPO jika terjadi kecelakaan
Peralatan dan sediaan kecelakaan. (kebakaran, ledakan, keracunan)
farmasi Mampu menjelaskan penanganan sementara jika
terjadi kecelakaan. (pemilihan dan penggunaan
antidotum)
Mampu menunjukkan teknik penanganan limbah
medis dengan “spill kit”
Mampu melakukan dokumentasi setiap kali terjadi
kecelakaan
2. Panatalaksanaan Alat 1. Menyusun tata cara penggunaan Alat Mampu menjelaskan teknik penggunaan APD dengan
Pelindung Diri (APD) Pelindung Diri (APD). tepat
Mampu memilih dan menentukan jenis dan jumlah

Ikatan Apoteker Indonesia 89


APD yang
sesuai.

Ikatan Apoteker Indonesia 90


LINGKUP 6 PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

Unit Kompetensi 6.1 Seleksi sediaan farmasi dan alat kesehatan

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Kriteria seleksi 1. Memahami faktor yang berpengaruh Mampu melakukan analisis masalah kesehatan yang
terhadap proses seleksi sedang dan sering terjadi

Mampu memilih sediaan farmasi dan alat kesehatan


yang dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat
dengan memperhatikan pola prevalensi penyakit,
ketersediaan sarana pelayanan kesehatan, faktor sosial
ekonomi dan budaya masyarakat, mampu sumber daya
manusia, faktor genetika, demografi dan lingkungan.

Mampu menentukan kriteria seleksi sediaan farmasi


dan alat kesehatan yang absah, bermutu, aman dan
bermanfaat (didukung dengan bukti ilmiah)
2. Daftar kebutuhan 1. Memahami struktur dan proses Mampu menetapkan pilihan kebutuhan sediaan farmasi
sediaan farmasi dan alat penyusunan kebutuhan sediaan dan alat kesehatan berdasarkan yang paling banyak
kesehatan farmasi dan alat kesehatan diketahui bukti ilmiahnya, mempunyai farmakokinetika
yang paling bermanfaat, mudah diperoleh serta dengan
harga terjangkau.

Unit Kompetensi 6.2 Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

Ikatan Apoteker Indonesia 91


1. Rencana pengadaan 1. Memahami metode penghitungan Mampu menetapkan metode penghitungan kebutuhan
kebutuhan yang sesuai dengan pola penggunaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan
Mampu menghitung kebutuhan sediaan farmasi dan
alat kesehatan dengan tepat.
2. Pemilihan pemasok 1. Mengetahui kriteria pemasok yang Mampu memilih pemasok yang memenuhipersyaratan
baik perundangan yang berlaku, penjaminan mutu,
ketepatan waktu dan aspek ekonomi
3. Pemilihan metode 1. Memahami metode pengadaan Mampu memilih dan menetapkan metode pengadaan
pengadaan yang sesuai untuk sediaan farmasi dan alat kesehatan
4. Pelaksanaan pengadaan 1. Memahami manajemen rantai Mampu memilih sistem rantai pasokan yang efektif
pasokan dan efisien.
2. Memahami prosedur dan ketentuan Mampu menjelaskan prosedur dan ketentuan peraturan
peraturan perundangan dalam perundangan dalam pengadaan obat (narkotika dan
pengadaan obat psikotropika, obat life-saving, obat program
pemerintah, obat emergensi)

Unit Kompetensi 6.3 Penyimpanan dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Pelaksanaan 1. Melaksanakan good storage practice Mampu merancang tempat penyimpanan sesuai
penyimpanan sediaan (cara penyimpanan sediaan farmasi peraturan perundangan untuk menjamin sediaan farmasi
farmasi dan alat dan alat kesehatan yang baik) dan alat kesehatan
kesehatan yang tepat
Mampu melakukan penerimaan sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang baik dan benar

2. Pelaksanaan distribusi 1. Melaksanakan pendistribusian Mampu melakukan distribusi, administrasi sediaan

Ikatan Apoteker Indonesia 92


sediaan farmasi dan alat sediaan farmasi dan alat kesehatan farmasi dan alat kesehatan dengan baik serta
kesehatan dari pabrik sampai ke tangan pasien menjamin mutu keamanan dan kemanfaatan.
dalam kondisi yang menjamin mutu,
keamanan dan kemanfaatan Mampu memilih cara transportasi yang menjamin
mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan
alat kesehatan

Mampu memilih metode distribusi yang sesuai dengan


kondisi pasien.

3. Pengawasan mutu 1. Memahami faktor-faktor yang Mampu melakukan pengawasan mutu terhadap sediaan
penyimpanan sediaan berpengaruh terhadap penurunan farmasi dan alat kesehatan yang diterima dan disimpan
farmasi dan alat mutu, keamanan dan kemanfaatan sehingga terjamin mutu, keamanan dan kemanfataan
kesehatan sedia an farmasi dan alat kesehatan
sediaan farmasi dan alat kesehatan

Mampu menjaga tingkat persediaan sediaan farmasi


dan alat kesehatan

Mampu identifikasi sediaan farmasi dan alat kesehatan


yang mengalami penyimpanan kualitas
Mampu mengendalikan faktor yang berpengaruh
terhadap mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan
farmasi dan alat kesehatan.

Unit Kompetensi 6.4 Pemusnahan Sediaan Farmasi

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Pemusnahan sediaan 1. Memahami ketentuan peraturan Mampu menjelaskan ketentuan peraturan perundang-
Ikatan Apoteker Indonesia 93
farmasi perundang-undangan dan persyaratan undangan dan persyaratan keamanan berkaitan dengan
keamanan berkaitan dengan pelaksanaan pemusnahan obat.
pemusnahan obat
2. Memahami kriteria obat yang harus Mampu menjelaskan kriteria obat harus dimusnahkan
dimusnahkan (obat rusak, kadaluwarsa (obat rusak, kadaluwarsa dsb).
dsb) Mampu melaksanakan pemusnahan sediaan farmasi
sesuai peraturan perundang-undangan, sifat bahan dan
dampak lingkungan.
Mampu membuat dokumentasi pemusnahan sediaan
farmasi

Unit Kompetensi 6.5 Penarikan Obat

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Informasi tentang 1. Mendapatkan informasi yang dipercaya Mampu menjelaskan alasan penarikan obat
penarikan obat tentang penarikan obat
2. Memahami perbedaan penyebab Mampu menjelaskan perbedaan penyebab penarikan
penarikan produk obat obat
3. Memahami metode komunikasi risiko
Mampu menjelaskan komunikasi risiko yang
yang digunakan oleh instansi yang
digunakan oleh instansi yang berwenang
berwenang
2. Perencanaan dan 1. Menilai pengaruh dan eskalasi dari Mampu menjelaskan cara pengambilan data distribusi
pelaksanaan penarikan penarikan produk obat obat (nama pasien, rincian yang dapat dihubungi,
produk obat tanggal pembelian, jumlah yang dibeli)
Mampu menilai pengaruh dan akibat eskalasi
penarikan produk obat
2. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan Mampu melakukan identifikasi tenaga kesehatan
lain untuk merencanakan strategi terkait untuk merencanakan strategi penarikan produk
penarikan obat obat.
Ikatan Apoteker Indonesia 94
3. Memahami tata laksana penanganan Mampu menjelaskan tata laksana (daftar distribusi,
penarikan obat dokumentasi pengembalian produk obat obat)
penarikan produk obat obat (wajib atau sukarela)

3. Komunikasi efektif 1. Menentukan dan menyusun informasi Mampu menjelaskan informasi penting yang akan
dengan pihak terkait kritis untuk disebarkan kepada pihak disosialisasikan kepada pihak terkait
terkait
2. Menerapkan metoda yang sesuai untuk Mampu melakukan sosialisasi yang tepat sesuai
sosialisasi kebutuhan

Unit Kompetensi 6.6 Pola Penggunaan Obat yang Tidak Tepat

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Identifikasi pola 1. Mengenal obat-obat yang berpotensial Mampu mengenali obat-obat yang berpotensial tinggi
penggunaan obat yang tinggi untuk digunakan secara tidak untuk digunakan secara tidak tepat
tidak tepat tepat
2. Melaporkan temuan menggunakan Mampu menjelaskan tanggung jawab Apoteker dalam
mekanisme yang sesuai menjamin penggunaan obat yang tepat
Mampu menjelaskan mekanisme pelaporan
penggunaan obat yang tidak tepat
Mampu mengidentifikasi pihak-pihak yang relevan
dalam bekerjasama menyelesaikan masalah-masalah
yang berhubungan dengan penggunaan obat yang tidak
tepat.

Unit Kompetensi 6.7 Penerapan manajemen pendukung dalam pengelolaan obat


Ikatan Apoteker Indonesia 95
ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Pemanfaatan Sistem dan 1. Memahami jenis data yang berperan Mampu menjelaskan proses analisis data menjadi
Teknologi Informasi dalam informasi pengendalian informasi yang diperlukan dalam pengendalian
dalam pengelolaan persediaan sediaan farmasi dan alat persediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
sediaan farmasi dan alat kesehatan Mampu menjelaskan manfaat teknologi informasi
kesehatan dalam pengendalian persediaan sediaan farmasi dan
alat kesehatan.
2. Penyusunan struktur 1. Menyusun struktur organisasi Mampu menjelaskan hubungan antara posisi dalam
organisasi pelayanan farmasi. struktur organisasi dengan fungsi pelayanan farmasi
2. Menyusun tugas, tanggung jawab dan Mampu menyusun dan menjelaskan tugas, tanggung
kewenangan yang jelas dari masing- jawab dan kewenangan yang jelas dari masing-masing
masing posisi dalam struktur organisasi posisi dalam struktur organisasi
3. Menempatkan sumber daya manusia Mampu menjelaskan kualifikasi SDM yang diperlukan
yang memiliki kualifikasi yang sesuai untuk posisi tertentu dalam struktur organisasi
untuk posisi tertentu dalam struktur
organisasi
3. Optimalisasi Sumber 1. Memanfaatkan SDM yang tersedia Mampu menjelaskan jenis SDM yang diperlukan
Daya Manusia secara optimal
2. Memastikan bahwa SDM yang ada Mampu menghitung kebutuhan SDM berdasarkan
memadai untuk jenis dan volume jenis dan volume pekerjaan
pekerjaan rutin

3. Memastikan SDM memahami tugas Mampu menjelaskan cara menilai pemahaman SDM
dan tanggung jawab sesuai dengan terhadap tugas dan tanggungjawab pekerjaannya.
posisinya
4. Memastikan SDM peduli terhadap Mampu menjelaskan cara menilai pemahaman SDM
peraturan ketenagakerjaan dan kondisi terhadap peraturan ketenagakerjaan dan kondisi yang
yang mempengaruhi kebijakan dan mempengaruhi kebijakan dan kegiatan di tempat kerja
kegiatan di tempat kerja

Ikatan Apoteker Indonesia 96


5. Merencanakan dan melaksanakan Mampu menyusun rencana program pelatihan SDM
program pelatihan SDM
4. Pengelolaan keuangan 1. Mengetahui faktor-faktor yang Mampu menghitung dan menetapkan harga sediaan
berpengaruh pada penetapan harga farmasi dan alat kesehatan
2. Memahami pembukuan dasar dan Mampu menginterpretasikan laporan keuangan
laporan-laporan keuangan
3. Memahami indikator-indikator Mampu menghitung parameter evaluasi keuangan
pengelolaan keuangan
4. Mengetahui sistem perpajakan yang Mampu menjelaskan system perpajakan yang
berkaitan dengan pelayanan berkaitan dengan pelayanan kefarmasian
kefarmasian
5. Penyelenggaraan 1. Memahami pentingnya “quality Dapat menjelaskan perbedaan antara “quality
pelayanan kefarmasian assurance” dan “quality improvement” assurance” dan “quality improvement”
yang bermutu dalam pelayanan kefarmasian Mampu menjelaskan metodologi dan jenis indicator
pengukuran dalam “quality assurance” dan “quality
improvement”.
2. Berperan aktif dalam mempertahankan Mampu menjelaskan aktivitas mempertahankan dan
dan meningkatkan kualitas pelayanan meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian yang
kefarmasian bisa atau pernah diikuti.
3. Menerapkan aktifitas “quality Mampu menjelaskan perubahan-perubahan yang
improvement” terjadi sebagai akibat langsung dari aktivitas “quality
improvement”

Ikatan Apoteker Indonesia 97


LINGKUP 7. KETERAMPILAN ORGANISASI DALAM PRAKTIK PROFESIONAL APOTEKER

Unit Kompetensi 7.1 Perencanaan dan Pengelolaan Waktu Kerja

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Perencanaan dan Mampu menjelaskan cara pengelolaan waktu kerja


1. Mengakui pentingnya mengelola
penggunaan waktu kerja yang baik (tepat waktu, efektif dan efisien dalam
waktu dengan hati-hati.
bekerja).
Mampu menjelaskan hal-hal yang harus dilaksanakan
2. Mengetahui tugas disesuaikan dengan agar tepat waktu.
perencanaan penggunaan waktu.

Mampu menjelaskan prioritas tugas yang terkait


3. Menetapkan prioritas tugas terkait dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan
dengan tujuan dan sasaran serta
karakter tugas. Mampu melakukan identifikasi faktor-faktor dan atau
kriteria yang berpengaruh terhadap penetapan prioritas
tugas
2. Pengelolaan waktu dan 1. Melakukan alokasi ketersediaan waktu Mampu menetapkan alokasi waktu terkait dengan
tugas untuk tugas yang diperlukan. beban kerja dan prioritas.
2. Mencari bantuan agar tugas selesai Mampu identifikasi bagian tugas yang dapat
tepat waktu. didelegasikan kepada staf/orang lain.
Mampu mengenali situasi yang memerlukan tambahan
3. Mencari informasi dan arahan untuk
informasi atau konsultasi dari para ahli untuk
menyelesiakan tugas tepat waktu.
menyelesaikan tugas.
4. Mengelola masalah-masalah yang Mampu menjelaskan cara mengelola pengganggu
mungkin menjadi hambatan untuk (telepon, interupsi), yang tidak ada kontribusinya
menyelesiakan tugas tepat waktu. terhadap penyelesaian tugas tetapi menghabiskan
waktu lama.

Ikatan Apoteker Indonesia 98


Mampu menggunakan keterampilan penyelesaian
masalah ( contoh : identifikasi langkah koreksi agar
pelaksanaan tugas tidak terhambat)
3. Penyelesaian pekerjaan 1. Bertanggung jawab untuk Mampu memberikan contoh kebiasaan baik untuk
tepat waktu menyelesaikan tugas tepat waktu. mengelola tugas ganda yang harus diselesaikan dalam
waktu yang bersamaan.
2. Menyelesaikan tugas tepat waktu. Mampu mematuhi jadwal yang sebelumnya telah
dibuat untuk penyelesaian tugas.
Mampu mengelola kerja yang terencana maupun tidak
terencana sesuai waktu yang telah ditetapkan.

Unit Kompetensi 7.2 Kontribusi Diri terhadap Pekerjaan

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Pemahaman lingkungan Mampu menjelaskan struktur organisasi tempat


1. Memahami struktur dimana bekerja.
bekerja bekerja.
2. Memastikan peran dan tanggung Mampu melakukan verifikasi peran dan tanggung
jawab dalam organisasi. jawabnya.
3. Memahami kondisi pekerjaan. Mampu menjelaskan kualitas kehidupan kerja.
2. Penilaian kebutuhan 1. Menilai kecukupan sumber daya Mampu menghitung kebutuhan sumber daya manusia.
sumber daya manusia manusia yang diperlukan.
3. Pengelolaan kegiatan 1. Alokasi sumber daya untuk Mampu membuat prioritas sumber daya disesuaikan
kerja menentukan prioritas yang tepat. dengan jenis pekerjaan.
2. Menggunakan sumber daya manusia Mampu identifikasi kebutuhan sumber daya untuk
yang ada untuk mendukung pekerjaan. menyelesaikan pekerjaan tertentu.
3. Menggunakan informasi, pedoman, Mampu menjelaskan penggunaan informasi, pedoman,
dan instruksi lain untuk kemajuan dan instruksi yang dibutuhkan demi mendukung
pekerjaan. selesainya pekerjaan.
Ikatan Apoteker Indonesia 99
4. Menjamin bahwa pekerjaan yang Mampu menjelaskan hubungan antara kebijakan,
dilakukan sesuai dengan peraturan pekerjaan dan prosedur dengan peraturan perundang-
perundang-undangan, kebijakan dan undangan
prosedur.
4. Evaluasi diri 1. Melakukan pengukuran kinerja diri Mampu menunjukkan pengukuran kinerja diri sendiri.
sendiri.
2. Merespon terhadap hasil pengukuran Mampu melakukan tindak lanjut dari evaluasi hasil
kinerja diri sendiri. pengukuran kinerja diri sendiri.

Unit Kompetensi 7.3 Bekerja dalam Tim

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Berbagi informasi yang 1. Menggunakan jalur komunikasi formal Mampu menjelaskan kontribusi diri dalam proses
relevan untuk memberikan umpan balik umpan balik yang wajar dilakukan.
berkaitan dengan sasaran dan langkah Mampu menggunakan buku harian untuk komunikasi
yang disepakati. hal-hal penting sebagai tindak lanjut dan atau
memberikan informasi ke staf atau petugas.
2. Memastikan bahwa orang lain Mampu menjelaskan tugas sehubungan dengan
menerima informasi tentang hal-hal informasi bagi setiap orang yang terkait tipe
yang relevan. pekerjaannya.
3. Menjelaskan dampak pekerjaan Mampu identifikasi dan atau menjelaskan situasi
seseorang pada orang lain. dimana pekerjaan seseorang berpengaruh pada orang
lain di tempat kerja.
2. Partisipasi dan kerjasama 1. Memahami tugas dan tanggung jawab Mampu menjelaskan tugas dan tanggung jawab
tim dalam pelayanan orang lain dalam tim. orang lain.
Mampu menunjukkan perilaku positif pada saat
2. Memahami nilai-nilai kerjasama kolaborasi dengan orang lain dalam tim.
dalam tim. Mampu mendorong untuk menimbulkan kerjasama
tim di tempat kerja.
Ikatan Apoteker Indonesia 100
3. Bekerjasama dengan orang lain dalam Mampu meberi contoh pendampingan sejawat dalam
memberikan pelayanan kepada pasien. pelaksanaan tugas.
Mampu untuk menjaga hubungan kolaboratif, saling
menghargai dengan tenaga profesional lain dan
keluarga/pendamping penggunaan obat dalam rangka
memberikan pelayanan pasien secara spesifik.

Unit Kompetensi 7.4 Kepercayaan Diri

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Pengenalan terhadap 1. Menjalankan standar profesi secara Mampu untuk identifikasi dan menyetujui atau
standar profesi konsisten. menolak atas permintaan obat dan alat kesehatan
yang tidak layak.
2. Mengenali standar profesi tenaga Mampu untuk menjelaskan ketidaklayakan
kesehatan dan profesi lain. permintaan obat dan alat kesehatan.
Mampu untuk menjamin permintaan obat dan alat
kesehatan yang layak.
2. Penetapan peran profesi 1. Menjelaskan peran masing-masing Mampu menjelaskan posisi dan peran masing-masing
apoteker. apoteker dengan jelas, ringkas dan rahasia.
2. Menyampaikan sasaran kerja dan Mampu untuk membuat pilihan jalan mana yang
aktivitas masing-masing apoteker. harus diambil untuk mencapai tujuan.
Mampu untuk membuat perubahan perilaku orang
lain.

Ikatan Apoteker Indonesia 101


Unit Kompetensi 7.5 Penyelesaian Masalah

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Penggalian masalah atau 1. Menerima tanggung jawab untuk Mampu untuk menunjukkan permasalahan yang
masalah yang potensial menyelesaikan masalah. muncul pada saat itu.
2. Mengenali masalah utama dan Mampu untuk identifikasi dan menerangkan terjadinya
masalah potensial. masalah atau potensial masalah.
Mampu untuk menerangkan dengan jelas penyebab
3. Menjelaskan akar masalah.
masalah atau faktor-faktor penyebab masalah.
4. Melakukan identifikasi pendekatan Mampu melakukan dokumentasi masalah-masalah,
yang tepat untuk menyelesaikan faktor-faktor penyebab dan alternatif pilihan untuk
masalah. menyelesaikan masalah.
Mampu identifikasi siapa yang berminat terhadap
5. Menggunakan pendekatan kolaboratif
masalah ini (individual atau kelompok)
untuk identifikasi penyelesaian
masalah. Mampu untuk mendorong dan menerima masukan dari
orang lain untuk menyelesaikan masalah.
Mampu untuk menerangkan penggunaan bermacam-
6. Menggunakan alternatif pendekatan
macam teknik (misal daftar tilik, diagram sebab
atau kegiatan untuk membantu
akibat, pareto ) untuk membantu menyelesaikan
menyelesaikan masalah.
masalah.
2. Penyelesaian masalah 1. Menyusun perencanaan untuk Mampu menerangkan bahwa lebih disukai untuk
menyelesaikan masalah. melakukan pendekatan dalam menyelesaikan masalah
dan memutuskan pilihan atas sebab-sebab dan
keluaran yang diharapkan.
2. Menyampaikan perencanaan Mampu menjelaskan perencanaan untuk
penyelesaian masalah. menyelesaikan masalah.
3. Melaksanakan perencanaan yang telah Mampu untuk mengajak orang terkait yang kooperatif
disetujui oleh masing-masing pihak. untuk menerapkan perencanaan penyelesaian masalah.
4. Mengenali kebutuhan untuk evaluasi Mampu untuk mendiskusikan kepentingan evaluasi
Ikatan Apoteker Indonesia 102
pelaksanaan yang direncanakan. pencapaian tujuan dengan mengkaji ulang hasil yang
sudah dicapai (misal penyelesaian yang tidak lengkap,
masalah lain yang muncul).
5. Menetapkan prosedur monitoring Mampu untuk menerangkan proses monitoring dengan
untuk menilai keberhasilan tolak ukur yang jelas bahwa telah dilakukan
perencanaan. penyelesaian masalah.
6. Menggunakan hasil monitoring untuk Mampu menunjukkan atau menerangkan bagaimana
kegiatan berikutnya bila diperlukan. monitoring hasil sudah digunakan untuk melihat
kegiatan selanjutnya.

Unit Kompetensi 7.6 Pengelolaan Konflik

ELEMEN KRITERIA KINERJA UNJUK KERJA

1. Klarifikasi keadaan 1. Mengenali tanda-tanda adanya konflik. Mampu untuk menerangkan tanda-tanda (misal
konflik perilaku tidak kooperaif, atau tekanan) yang ada
hubungan dengan keberadaan konflik.
2. Memposisikan konflik di tempat kerja Mampu melakukan identifikasi keberadan konflik
pada saat yang tepat. sebelum hal ini menyebabkan efek samping (misal,
moral rendah, ketidakhadiran, kesalahan sistem atau
pelayanan, perilaku agresif) di tempat kerja.
3. Mengumpulkan informasi yang Mampu identifikasi penyebab utama atas isu yang
relevan untuk melakukan klarifikasi terjadi dan siapa yang berpartisipasi dalam konflik
sumber-sumber dan kewajaran konflik. tersebut.
4. Menjelaskan kewajaran konflik secara Mampu untuk menerangkan kejadian dan sumber-
objektif. sumber konflik tanpa menyalahkan pihak terkait.
2. Tindakan Penyelesaian 1. Identifikasi alternatif pendekatan yang Mampu menerangkan jarak antara strategi pendekatan
konflik dapat digunakan untuk menyelesaikan yang efektif untuk menyelesaikan konflik ditempat
masalah. kerja (penyelesaian masalah secara kolaboratif,
menggunakan sistem mediasi, negosiasi menang-
Ikatan Apoteker Indonesia 103
menang, identifikasi keluaran sesuai kesepakatan).
2. Bekerjasama dengan orang lain untuk Mampu untuk menjelaskan dan memutuskan metode
konfirmasi pendekatan dengan yang terbaik untuk menyelesiakan masalah.
persetujuan satu sama lain.
3. Menerapkan keterampilan komunikasi Mampu untuk menggunakan keterampilan komunikasi
yang memadai untuk menyelesaikan verbal maupun non-verbal dan keterampilan lain
masalah. selama proses berlangsung dengan percaya diri.

Ikatan Apoteker Indonesia 104


PENUTUP

Ikatan Apoteker Indonesia 105


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1996, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 tentang Tenaga Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 1997, Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 1997, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 1997, Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 1999, Undang-undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2003, Competency Standards for Pharmacist in Australia 2003, Pharmaceutical Society of Australia
Anonim, 2003, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No HK.00.05.3.2522 tahun 2003 tentang Penerapan Pedoman Cara
Distribusi Obat Yang Baik, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI
Anonim, 2004, Kepmenkes Nomor 1027 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 2004, Kepmenkes Nomor 1197 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit , Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 2004, Standar Kompetensi Farmasis Indonesia, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta
Ikatan Apoteker Indonesia 106
Anonim, 2004, Undang-undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 2006, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No HK.00.05.3.0027 tahun 2006 tentang Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat Yang Baik, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI
Anonim, 2009, Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 2009, SK Kongres ISFI No.006/KONGRES XVIII/ISFI/2009 tentang Kode Etik Apoteker Indonesia, Konggres Nasional Jakarta
Anonim, 2009, Sistem Kesehatan Nasional ; Bentuk dan Cara Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 2009, Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 2010, Competency Standard for Pharmacist in Singapore, Singapore Pharmacy Council
Apsden, Philip et al, 2007, Preventing Medication Error, National Academies Press, Washington DC
Cipolle, R. J., Strand, L. M., Morley, P. C., 2004, Pharmaceutical Care Practice : The Clinician’s Guide, second edition, McGraw Hill
Companies, Inc
Kohn, Linda T., Corrrigan, Janet M., Donaldson, Molla S, 2000, To Err Is Human, Building a Safer Health System, National Academy Press,
Washington DC
Quick, J. D., et al., 1997, Managing Drug Supply second edition, revised and expanded Kumarian Press, Conecticut, USA
WHO, 1996, Good Pharmacy Practice (GPP) in Community and Hospital Pharmacy Setting, World Health Organization

Ikatan Apoteker Indonesia 107


Ikatan Apoteker Indonesia 108

Anda mungkin juga menyukai