Obat yang termasuk kelompok bulking agent memiliki cara kerja meningkatkan kandungan air
dari tinja, dan merangsang pergerakan saluran cerna, serta menurunkan lama makanan diam
di saluran cerna. Obat kelompok ini dapat dipilih paling pertama untuk mengatasi konstipasi
karena aman, efektif, dan tidak mempengaruhi perkembangan janin. Contoh obat bulking
agent adalah psyllium dengan dosis sebanyak 6,4 – 10 gram/hari, metilselulosa sebanyak 4,8
– 9,6 gram/hari dan polycarbophil sebanyak 2 – 8 gram/hari.
Hal yang perlu perhatian:
Tidak cocok digunakan untuk mengatasi konstipasi secara cepat karena perlu waktu 2-3 hari
(48-72 jam) untuk bekerja.
Jangan digunakan jika konstipasi yang dialami terjadi disebabkan oleh obat golongan opioid.
Sebaiknya obat tidak diminum segera sebelum tidur karena dapat mengganggu waktu tidur
Anda.
Kelompok pencahar osmotik merupakan obat pilihan kedua, jika bulking agent tidak dapat
memberikan hasil yang diharapkan. Cara kerja obat ini adalah meningkatkan tekanan
osmosis saluran cerna sehingga dapat meningkatkan kandungan air tinja. Contoh obat dan
jumlah yang digunakan per hari: Laktulosa 15-30 mL/hari, sorbitol 15-30 mL/hari, PEG
(polyethylene glycol) 17-34 mL/hari
Hal yang perlu perhatian:
Cara kerja obat kelompok pelunak tinja adalah menurunkan tegangan permukaan sehingga
dapat membantu masuknya air ke dalam tinja dan melunakkan tinja. Contoh obat dan jumlah
yang diperlukan dalam sehari: sodium docusate 50-500 mg/hari setiap 1-4 kali sehari atau
menggunakan bentuk gel enema sebanyak 0,12 gram yang dimasukkan melalui lubang anus.
Hal yang perlu perhatian:
Obat akan bekerja secara optimal setelah 24-72 jam (1-3 hari)
Obat kelompok ini hanya digunakan jika pilihan obat kelompok 1-3 tidak dapat mengatasi
konstipasi
Jangan menggunakan minyak jarak (castor oil) selama kehamilan karena dapat memicu
kelahiran prematur.
Cara kerja obat kelompok pencahar minyak mineral adalah dengan melapisi tinja sehingga
lebih lunak dan lebih mudah untuk dikeluarkan karena bagian luar dari tinja terlapisi oleh
lapisan pelumas berupa minyak mineral. Contoh obatnya adalah minyak mineral dan paraffin,
tetapi obat kelompok ini umumnya tidak digunakan selama kehamilan karena dapat
mengakibatkan gangguan penyerapan nutrisi terutama vitamin yang larut dalam lemak
(vitamin A, D, E, dan K). Gangguan pada penyerapan vitamin K dapat memicu terjadinya
kekurangan protrombin darah (hypoprotrombinemia) dan perdarahan (hemorrhage).