Anda di halaman 1dari 4

Tugas Komunikasi dan Konseling

Tabel Interpretasi Data Klinik Komponen Pengatur Cairan Tubuh & Elektrolit

Disusun oleh:

1. Hesti Sofiarini 260112130553


2. Rosi Jannati 260112130554
3. Dadali Hamukti Wicaksono 260112130571
4. Handoko Susilo 260112130573
5. Widya Norma Insani 260112130582
6. Regya Gaistyadi 260112130594

Program Studi Profesi Apoteker


Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
2014
KOMPONEN PENGATUR KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH & ELEKTROLIT
No. Komponen Fungsi Nilai Normal Keterangan
1. Hematokrit (Hct) Menunjukan persentase sel darah Pria: 40-50% Hct < 20% menyebabkan gagal jantung & kematian;
merah terhadap volume darah total. Wanita: 35-45% Hct > 60% menyebabkan dengan pembekuan darah
Mempengaruhi kerja jantung dan spontan.
pembekuan darah.
2. Hemoglobin Sebagai alat transportasi O2 dan CO2 Pria: 13-18 g/dL atau 8.1- Nilai Hb < 5g/dL memicu gagal jantung dan kematian;
(Hb) serta berfungsi sebagai dapar. 11.2 mmol/L Nilai Hb > 20 g/dL memicu kapiler clogging akibat
Wanita: 12-16 g/dL atau hemokonsentrasi.
7.4-9.9 mmol/L Pantau Hb dan HCt untuk TDM Anemia.
3. RBC (Red Blood Sebagai alat transportasi O2 dan CO2 Pria: 4.4-5.6 x 106 sel/ Pantau RBC pada pasien yang menerima obat
Corpuscles) oleh Hb. mm3 antiretroviral, sitostatika, kondisi anemia leukimia,
Wanita: 3.8-5 x 106 sel/ penurunan fungsi ginjal.
mm3
4. WBC Berperan untuk melawan infeksi, 3200-10000/mm3 Jumlah leukosit diatas 20.000/mm3 dapat disebabkan
(White Blood memfagosit organisme asing, dan leukimia.
Corpuscles) mendistribusikan antibodi Nilai krisis kondisi leukositosis: 30.000/mm3
3 3
5. Trombosit Berperan pada pembekuan darah. 170-380 x 10 /mm Transfusi trombosit dilakukan jika jumlah trombosit < 20
(Platelet) x 103/mm3 atau terjadi perdarahan lesi tertentu.
2+
6. Kalsium (Ca ) Berperan dalam aktivitas saraf, otot, 8.8-10.4 mg/dL Nilai < 6 mg/dL: menyebabkan kejang.
dan proses koagulasi darah. Nilai > 13 mg/dL: menyebabkan koma,kardiotoksisitas dan
Konsentrasi kalsium di plasma aritmia.
dipengaruhi oleh tingkat albumin di Tindakan untuk hiperkalsemia parah: Salin IV untuk
plasma. meningkatkan ekskresi, Pamidronat IV 30-50 mg untuk
menganggu aktifitas osteoklas, Fosfat IV, Kalsitonin.
7. Kalium (K+) Berperan dalam bekerjanya otot dan 3.6-4.8 mmol/L Bila terjadi hipokalemia (< 3.5 mmol/L) tangani dengan
sistem saraf otonom yang merupakan garam KCl. Jika kadar K+ < 3 mmol/L berikan KCl injeksi
pengendali detak jantung, serta (termasuk high alert mediacation). Pantau EKG pasien.
mempengaruhi regulasi asam-basa
8. Klorida (Cl-) Memelihara keseimbangan asam basa 97-106 mEq/L atau 97-106 Nilai kritis klorida < 70 atau > 120 mEq/L.
tubuh dan cairan. mmol/L Nilai klorida berguna dalam memonitor gangguan asam-basa
yang menyertai gangguan fungsi ginjal.
+
8. Natrium (Na ) Berperan dalam osmolaritas dalam 135-144 mmol/L Nilai kritis Natrium:
darah dan pengaturan volume ekstra <120 mmol/L : lemah, dehidrasi
sel, juga penting bagi bekerjanya sistem 90-105 mmol/L : gejala neurologi parah, penyebab vaskular
saraf, kontraksi otot, keseimbangan >155 mmol/L: gejala kardiovaskular & ginjal
asam-basa. > 160 mmol/L : gagal jantung
9. Fosfat anorganik Pembentukan jaringan tulang, Pria > 20 tahun : 2.6-4.6 Tindakan untuk kondisi hiperfosfatemia: Pemberian
(PO4) metabolisme glukosa dan lemak, mg/dL atau 0.89-1.48 cairan IV untuk meningkatan ekskresi, pemberian kalsium
pemelihara keseimbangan asam basa, mmo/L IV untuk mengikat fosfat, dan hemodialisis. (pada pasien
penyimpanan energi dalam tubuh. Wanita > 17 tahun: 2.6-4.6 gagal ginjal)
mg/dL atau 0.84-1.48
mmo/L
10. Magnesium Dibutuhkan bagi ATP untuk sumber 1.7-2.3 mg/dL atau 0.85- Pencegahan hipomagnesium: Pantau kadar Mg2+ pada pasien
(Mg2+) energi, metabolisme karbohidrat, 1.15 mmol/L koma diabetik.
sintesa protein, pengaturan iritabilitas Pencegahan hipermagnesium: Pantau kadar Mg2+ pada
neuromuskular. Kelebihan: pasien yang menerima obat aminoglikosida dan
bradikarida. Kekurangan tremor otot. siklosporin.
11. Asam Urat Merupakan produk penguraian asam Pria: 3.6-8.5 mg/dL Pantau asam urat pada kondisi pasien yang menerima
nukleat. Wanita: 2.3-6.6 mg/dL tiazid, salisilat, siklosporin, gagal ginjal, kemoterapi,
metabolit asidosis.
12. Glukosa (Fasting Diperlukan sebagai sumber energi sel 10-100 mg/dL Pantau kadar glukosa tetap dibawah 17-20 mmol/L untuk
Blood Glucose) pencegahan koma diabetik ketoasidosis
11. pH Menggambarkan keseimbangan asam 7.35-7.45 Nilai kritis: < 7.25 atau > 7.55
basa tubuh Jika pH melewati retang normal, berikan ringer laktat atau
dekstrose untuk menyeimbangkan pH
12. Urinalisis Untuk evaluasi fungsi ginjal, fungsi Berat jenis : 1.001-1.035 -
hati, adanya ISK, dan komplikasi DM. pH : 4.5-8.5
Protein, Glukosa, Keton,
Darah, Pewarnaan Gram:
Negatif
14. PT – INR Mengukur kelainan secara potensial PT: 10-15 detik Digunakan untuk memantau penggunaan anti platelet
dalam sistem tromboplastin ekstrinsik. INR: 0.8-1.2 (terutama warfarin)
15. GAP (Anion- Untuk mendiagnosis asidosis 13-17 mEq/L Tindakan untuk menormalkan kadar GAP / kondisi
GAP) metabolik asidosis metabolik dapat diberikan transfusi albumin
16. Sistem Buffer Untuk menyeimbangkan pH darah 21-28 mEq/L Peningkatan bikarbonat menunjukan asidosis respiratori,
Bikarbonat penurunan menunjukan alkalosis respiratori atau asidosis
metabolik.
17. Kreatinin Kreatinin merupakan hasil 0.6-1.3 mg/dL Kreatinin serum 2-3 mg/dL menunjukkan fungsi ginjal
metabolisme kreatinin fosfat pada otot. yang menurun 50%-30% dari fungsi ginjal normal.
Konsentrasinya pada darah berfungsi Lakukan adjustment dosis untuk obat-obat tertentu yang
sebagai indikator fungsi ginjal. diberikan ke pasien sesuai perhitungan Cl.Cr.
DAFTAR PUSTAKA

Hughes J. Use of Laboratory Test Data: Process Guide and Reference for Pharmacists. 2004. Pharmaceutical Society of Australia.
Kailis SG, Jellet LB, Chisnal W, Hancox DA. A Rational Approach to Interpretation of Blood and Urine Pathology Test. 1980. Aust J Pharm(April): 221-230
KDOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. 2000. National Kidney Foundation.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Pedoman Interpretasi Data Klinik. 2011. Kementerian
Kesehatan RI.
DiPiro, J.T, Talbert R, Yee G, Matzke G, Wells B. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 7th Edition. 2008. The McGraw-Hill Companies.
Stein SM. BOH’s Pharmacy Practice Manual: a Guide to The Clinical Experience 3rd Edition. 2010. Lippincott Williams & Wilkins
Sweetman, Sean. C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-sixth edition. London Pharmaceutical Press.

Anda mungkin juga menyukai