Anda di halaman 1dari 79

KELOMPOK 2 AC

FARMAKOTERAPI 1
Talitha Amalia Salwa Fahiratunnisa

(11181020000001) (11181020000026)
Winda Trya Wulandari
Anggi Rosalina
(11181020000032)
(11181020000002)
Harry Rhamadhan Atina Munfarikhatin

(11181020000043)
(11181020000012)
Annisa Triana Yusman

(11181020000049)
MATERI
01 Acne Vulgaris

02 KASUS 2

03 Gagal Ginjal

04 KASUS 4
Acne Vulgaris

Akne vulgaris (AV) didefinisikan sebagai


penyakit kulit akibat inflamasi kronik unit
pilosebasea yang terdiri atas lesi non
inflamasi seperti komedo terbuka dan
komedo tertutup serta lesi inflamasi berupa
papul, pustul dan nodul.
Etiologi Acne Vulgaris
Penyebab pasti terjadinya AV dewasa belum dapat dipastikan. Namun beberapa faktor yang berperan
dalam munculnya AV antara lain akibat hipersekresi hormon androgen, meningkatnya sekresi sebum,
bertambahnya jumlah P. acnes, hiperkeratosis yang membentuk mikrokomedo, dan meningkatnya respon
inflamasi.

01 HORMON AV muncul ketika adrenarche yaitu masa pubertas saat terjadi lonjakan produksi hormon adrenal yang pada
akhirnya akan menstimulasi perkembangan kelenjar sebasea dan produksi sebum. Pemicu AV dewasa
bukan hanya produksi sistemik namun juga produksi lokal hormon androgen.

02 BAKTERI Penggunaan antibiotik untuk AV dalam durasi waktu yang berkepanjangan akan menyebabkan P.acnes
menjadi resisten terhadap antibiotik standar untuk terapi AV.

03 KOSMETIK Peran kosmetik secara langsung pada AV tidak ditemukan namun kosmetik dapat memicu folikel untuk
membentuk akne.
Androgen dan Akne
Patogenesis
Dehidroepiandrosteron (3β-hydroxy-5-androsten-17-one, DHEA) disekresikan oleh korteks
adrenal, traktus gastrointestinal, gonad dan otak. Bentuk metabolit sulfatnya adalah DHEAS
yang merupakan hormon steroid yang paling banyak bersikulasi di dalam tubuh. DHEA dan
DHEAS menyediakan 50% androgen laki-laki dan 75% estrogen perempuan premenopause.
Kadar DHEA/DHEAS akan menurun dengan bertambahnya usia.

Androgen memiliki peranan terhadap perkembangan dan pengaturan kelenjar sebasea dalam
sekresi sebum pada laki-laki maupun perempuan. Ketika tahap prepubertas kelenjar sebasea
mengalami regresi namun ketika mencapai pubertas kelenjar ini membesar dengan cepat dan
menyekresikan banyak sebum. Pada pasein AV dewasa ditemukan kadar serum DHEAS,
testosteron dan DHT berada pada rentang normal hingga tinggi.

Pada pasien AVM dewasa yang resisten terhadap terapi memiliki hiperandrogenisme ovarium
dan kadar estrogen yang rendah, Studi lain menunjukkan adanya peningkatan kadar
testosteron pada 90% perempuan yang menderita AV. Hal ini menjadi bukti bahwa pada AV
terjadi abnormalitas produksi androgen.
KLASIFIKASI JERAWAT:

1. Blackhead dan whitehead, merupakan


pori-pori yang tertutup oleh minyak, sel kulit
mati, dan bakteri.
2. Papules merupakan pori-pori yang
mengalami iritasi cukup parah sehingga
menyebabkan munculnya tonjolan kulit pink
kemerahan. Biasanya jenis jerawat ini tidak
terdapat cairan di dalamnya.
3. Pustules menyerupai Papules namun dengan
cairan nanah kekuningan di tengahnya.
4. Nodules dan Cysts merupakan jerawat yang
sudah meradang terlalu parah hingga
menyebabkan munculnya tonjolan yang besar
dan menyebabkan rasa sakit
Berdasarkan tingkat keparahannya jerawat bisa diklasifikasikan menjadi:

Jerawat tingkat pertama adalah Jerawat tingkat kedua dapat dilihat


komedo dan cukup umum ditemui dari banyaknya jumlah komedo
pada remaja. whitehead dengan sebagian pustules
dan papules kecil.

Jerawat tingkat ketiga adalah jenis Jerawat tingkat keempat adalah


jerawat yang paling umum jerawat dengan tingkat keparahan
ditemui. Jerawat pada kategori ini tertinggi, yang dapat dilihat dari
berupa papules dan pustules yang adanya Nodules dan Cysts yang
mengalami iritasi. berwarna keunguan hingga kehitaman
KASUS 2

Ny LP (22 tahun) datang dengan keluhan jerawat yang tumbuh


di dahi, dagu dan pipi semakin bertambah parah selama 3
bulan terakhir. Menggunakan Ortho novum 1/35 (kontrasepsi
oral) selama 4 bulan terakhir. Di diagnosis : Jerawat karena
pemakaian oral kontrasepsi.

Rekomendasikan pengobatan wanita tersebut!


OBAT ORTHO-NOVUM 1/35
(Ethinyl estradiol dan norethindrone)
Dosis Kontraindikasi Indikasi
Ortho-Novum 1/35
Untuk pemkaian dewasa Ortho-Novum 1/35 digunakan pada pasien
kontrasepsi : 1 tablet untuk mencegah kehamilan,
merupakan
membuat cairan vagina
secara oral sekali sehari kontraindikasi pada lebih kental, mengubah
pasa waktu yang sama pasien dengan kanker lapisan rahim (rahim),
setiap hari dapat membuat menstruasi
payudara, Anda lebih teratur,
kardiovaskular, serangan mengurangi kehilangan
Norethindrone 0,5 mg, darah dan nyeri haid,
jantung, tekanan darah
EThinyl Estradiol 0,035 mg menurunkan risiko kista
tinggi ovarium
Interaksi
Kontrasepsi oral kombinasi (COC) mengandung estrogen dan progestin untuk mencegah ovulasi
(pelepasan sel telur dari ovarium), mengencerkan lapisan rahim, dan mengentalkan lendir serviks
sehingga tidak dapat ditembus sperma.
Efek Samping

01 Membutuhkan Perhatian Medis Segera


02 Tidak Membutuhkan PerhatianMedis
Segera

1. kegelisahan. 1. Kembung.
2. perubahan warna kulit.
2. Bercak bercak di kulit yang terbuka.
3. panas dingin. sembelit.
4. diare.
3. Keputihan.
5. detak jantung cepat. 4. Kesulitan tidur.
6. gatal-gatal dan kulit gatal. 5. Pembesaran atau nyeri payudara
7. mual.
8. kemerahan pada kulit.
REKOMENDASI OBAT
Spironolactone (Antiandrogen)

Terapi hormone meliputi anti androgen therapy. Androgen adalah faktor


endogen terpenting dalam patogenesis jerawat. Agen antiandrogen mengurangi atau
antagonis androgen aktif yang menghambat produksi prekursor androgen atau
bekerja pada enzim metabolisme androgen dan reseptor androgen di kulit. Terapi
antiandrogen mengurangi sekresi sebum dan meningkatkan jerawat. Agen
antiandrogen yang umum termasuk estrogen, progesteron, spironolakton, dan
sensitizer insulin.
Spironolakton merupakan golongan aldosteron antagonis yang mempunyai
fungsi diuretik dan anti androgen. Sebagai diuretik, spironolakton sering digunakan
untuk terapi hipertensi, gagal jantung, asites, dan lain-lain. Sebagai antiandrogen,
spironolakton dapat digunakan untuk terapi hirsutisme, alopesia dan akne.
Spironolactone
MEKANISME
DOSIS KONTRAINDIKASI INTERAKSI
AKSI

Menghambat reseptor Dosis spironolakton untuk Spironolakton merupakan Spironolakton harus digunakan
androgen dan menghambat jerawat adalah 25-200 mg / kontraindikasi pada pasien dengan hati-hati pada pasien
5α-reduktase. Dengan hari dalam satu hingga dua dengan anuria, insufisiensi yang saat ini menggunakan
penghambatan reseptor dosis terbagi. Sebuah ginjal akut atau kronis, atau penghambat enzim pengubah
androgen, maka penelitian yang menggunakan hiperkalemia dan harus angiotensin (ACE),
dehidrotestosteron (DHT) tidak 50 mg spironolakton dua kali digunakan dengan hati-hati penghambat reseptor
dapat berikatan dengan sehari pada hari ke 5 hingga 21 pada pasien yang mengalami angiotensin, aliskiren,
reseptor androgen yang ada di siklus menstruasi wanita kondisi yang mempengaruhi siklosporin, dan obat
kelenjar sebaseus yang memiliki tingkat keberhasilan mereka terhadap antiinflamasi nonsteroid
menyebabkan produksi sebum yang tinggi dengan insiden ketidakseimbangan elektrolit. (NSAID [mis., Ibuprofen])
berkurang dan dengan efek samping yang rendah. karena berpotensi menurunkan
demikian menyebabkan fungsi ginjal.Spironolakton
perbaikan gejala jerawat. juga terbukti mengurangi efek
warfarin.
EFEK SAMPING
Efek samping dari pemberian spironolakton meliputi
Bentuk Sediaan : Tablet hiperkalemia, menstruasi tidak teratur, nyeri payudara,
sakit kepala, dan lemah. Juga mempunyai risiko
feminization pada janin laki-laki apabila diberikan pada
wanita hamil. Kombinasi spironolakton dengan
kontrasepsi oral dapat mengurangi gejala menstruasi
tidak teratur.
PENGGANTIAN JENIS KB

01 02
Jika wanita tersebut telah menggunakan metode Jika metode wanita sebelumnya adalah kontrasepsi
hormonal secara konsisten dan benar atau jika suntik, kontrasepsi pil kombinasi (KPK),
cukup yakin bahwa dia tidak hamil, maka kontrasepsi hormonal kombinasi transdermal
kontrasepsi pil kombinasi (KPK), kontrasepsi (KHKT), dan cincin vagina kontrasepsi kombinasi
hormonal kombinasi transdermal (KHKT), dan (CVKK) harus dimulai ketika suntikan ulang akan
cincin vagina kontrasepsi kombinasi (CVKK) dapat diberikan. Tidak diperlukan perlindungan
segera dimulai; tidak perlu menunggu periode kontrasepsi tambahan.
menstruasi berikutnya.
Pil KB Diane®

01 kandungan Cyproterone acetate 2mg dan etinilestradiol 0,035 mg

Cyproterone acetate menekan fungsi testosterone dan


02 Mekanisme
Kerja
metabolitnya yang disebut dihydrotestosteron, menghambat
sekresi hormone luteinizing hormone (LH) sehingga
mengurangi produksi hormone testosterone (mencegah
kehamilan). etinil estradiol mampu menstimulasi sel
sekretorik sehingga terjadi peningkatan jumlah lendir
serviks serta kandungan air di dalamnya.

mulai hari pertama menstruasi sehari 1 tab selama 21 hari,


03 Aturan Pakai
lalu 7 hari tanpa tab, mulai lagi sehari 1 tab selama 21 hari.
demikian seterusnya sekurang – kurangnya 3 – 4 bulan
04 Indikasi gejala androgenasi pada wanita, hirsutisme ringan, alopesia
androgenic

kehamilan, menyusui, gangguan fungsi hati parah, sindrom


05 Kontra
Indikasi Dubin Johnson, sindrom rotor, proses tromboembolik,
anemia sickle cell, kanker payudara atau peranakan,
gangguan metabolism lemak, riwayat herpes, otosklerosis
selama kehamilan yang lalu, diabetes parah dengan
perubahan vascular.
1. Penggunaan bersama dengan obat kontrasepsi hormonal
yang kandungannya sama dengan pil KB Diane ini dapat
06 Interaksi
Obat menyebabkan kegagalan kontrasepsi bahkan
menyebabkan pendarahan.
2. Penggunaan pil KB Diane bersamaan dengan obat –
obatan yang mengandung microsomal enzil seperti
phenytoin, barbiturate, primidone, carbamazepine,
rifanpisin dapat menyebabkan penurunan hormone seks
yang berujung pada penurunan libido.
3. Penggunaan pil KB Diane bersamaan dengan antibiotic
jenis penisillin dan tetrasiklin dapat menurunkan sirkulasi
entrohepatik dari esterogen.
4. Penggunaan pil KB Diane dapat memengaruhi hasil tes
lab terhadap parameter hati, tiroid, adrenal, dan ginjal,
parameter protein seperti globulin dan lipid atau
lipoprotein, parameter metabolism karbohidrat, serta
parameter koagulasi dan fibrinolysis
TERAPI NON FARMAKOLOGI

Asupan gizi seimbang juga


Menggosok kulit Penggunaan zat bermanfaat membantu menjaga
(scrubbing) atau mencuci pembersih yang lembut kesehatan kulit usahakan untuk
wajah secara berlebihan dan yang tidak tetap rileks.
tidak perlu dilakukan menyebabkan kering

01 02 03 04 05 06

Tidak biarkan rambut menutupi


Tidak memencet atau
daerah wajah. Rambut terutama memecahkan jerawat karena Hindari kosmetik
yang kotor, dapat memperburuk dapat meninggalkan bekas yang berminyak
kondisi pori-pori yang berupa jaringan parut pada dan pelembab
tersumbat. kulit.
KESIMPULAN
KASUS 2

Pada kasus 2 ini dapat disimpulkan bahwa, kelebihan hormon androgen


dapat menyebabkan timbulnya jerawat atau acne vulgaris, salah satunya
adalah akibat penggunaan pil kb yang tidak sesuai dengan penerima atau
pil kb yang hanya berisikan hormon progestin. Oleh karena itu,
pengobatan yang dilakukan adalah dengan pemberian antiandrogen,
salah satunya adalah pironolactone. Dan dilakukan pergantian pil kb
menjadi pil kb diane yg juga memiliki aktivitas penekan hormon
androgen
Gagal Ginjal
Gagal ginjal kronik(GGK) adalah merupakan
menurunnya fungsi ginjal yang berlangsung lama
dan bertahap, sifatnya progresif dengan kreatinin
klirens (Sidabutar,1983). Penurunan atau kegagalan
fungsi ginjal berupa fungsi ekskresi, fungsi
pengaturan, dan fungsi hormonal dari ginjal. Sebagai
kegagalan sistem sekresi menyebabkan
menumpuknya zat-zat toksik dalam tubuh yang
kemudian menyebabkan sindroma uremia
Etiologi Gagal Ginjal
1. Glomerulonefritis
Inflamasi nefron, terutama pada glomerulus.. Glomerulonefritis akut seringkali terjadi akibat
respon imun terhadap toksin bakteri tertentu (kelompok streptokokus beta A). Glomerulonefritis
kronis tidak hanya merusak glomerulus tetapi juga tubulus. Inflamsi ini mungkin diakibatkan
infeksi streptokokus, tetapi juga merupakan akibat sekunder dari penyakit sistemik lain atau
glomerulonefritis akut (Sloane, 2004).
2. Pielonefritis kronis
Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri. Inflamasi dapat
berawal di traktus urinaria bawah (kandung kemih) dan menyebar ke ureter, atau karena infeksi
yang dibawa darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi kaktus urinaria terjadi akibat pembesaran
kelenjar prostat, batu ginjal, atau defek kongenital yang memicu terjadinya pielonefritis (Sloane,
2004).
3. Batu ginjal
Batu ginjal atau kalkuli urinaria terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium,
asam urat, atau sistein. Batu-batu kecil dapat mengalir bersama urine, batu yang lebih besar
akan tersangkut dalam ureter dan menyebabkan rasa nyeri yang tajam (kolik ginjal) yang
menyebar dari ginjal ke selangkangan (Sloane, 2004).
4. Penyakit polikistik ginjal
Ditandai dengan kista multiple, bilateral, dan berekspansi yang lambat laun mengganggu dan
menghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan (Price dan Wilson, 2012).

5. Penyakit endokrin (nefropati diabetik)


Nefropati diabetik (peyakit ginjal pada pasien diabetes) merupakan salah satu penyebab
kematian terpenting pada diabetes mellitus yang lama. Lebig dari sepertiga dari semua pasien baru
yang masuk dalam program ESRD (End Stage Renal Disease) menderita gagal ginjal. Diabetes
mellitus menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam berbagai bentuk. Nefropati diabetik adalah
istilah yang mencakup semua lesi yang terjadi di ginjal pada diabetes mellitus (Price dan William,
2012)
Patofisiologi

Pada diabetes melitus, terjadi hambatan aliran pembuluh darah sehingga terjadi
nefropati diabetik, dimana terjadi peningkatan tekanan glomerular sehingga
terjadi ekspansi mesangial, hipertrofi glomerular. Semua itu akan menyebabkan
berkurangnya area filtrasi yang mengarah pada glomerulosklerosis (Sudoyo,
2009).
Tekanan darah yang tinggi menyebabkan perlukaan pada arteriol aferen ginjal
sehingga dapat terjadi penurunan filtrasi, terjadi peningkatan kadar air dan
natrium dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena gangguan ginjal dapat
mengganggu keseimbangan glomerulotubular sehingga terjadi peningkatan intake
natrium yang akan menyebabkan retensi natrium dan meningkatkan volume
cairan ekstrasel. Reabsorbsi natrium akan menstimulasi osmosis air dari lumen
tubulus menuju kapiler peritubular 12 sehingga dapat terjadi hipertensi .Hipertensi
akan menyebabkan kerja jantung meningkat dan merusak pembuluh darah ginjal.
Rusaknya pembuluh darah ginjal mengakibatkan gangguan filtrasi dan
meningkatkan keparahan dari hipertensi (Rahman, 2013).
Ginjal juga memiliki fungsi menghasilkan hormon eritropeitin, yaitu hormon yang mengatur sel darah
merah. Pada kondisi gagal ginjal, kadar eritropein yang dihasilkan akan menurun dan berdampak pada
menurunnya produksi sel darah merah. Kondisi ini turut menyebabkan turunnya kadar Hemoglobin atau
Hb serta hemotokrit. Selain itu, dengan terjadinya Anemia, akan menyebabkan penurunan fungsi fisik dan
gangguan mental pasien.
Leukosit sangat penting sebagai pertahanan tubuh. Infiltrasi endotelium yang permeabel oleh leukosit
akan mengaktifkan cascade inflamasi, termasuk di dalamnya leukosit, sitokin, kemokin dan zat inflamasi
lainnya. Penderita GGK yang memiliki angka Leukosit tinggi (> 4-10x109 /L) memiliki risiko untuk
mempunyai kualitas hidup lebih buruk dibandingkan dengan penderita GGKT dengan angka leukosit normal.
Glukosa darah
Kreatinin dan Peningkatan kadar ureum dalam darah merupakan indikator adanya kerusakan ginjal.
Uremia menyebabkan aktivitas pembuatan critropoietin oleh kapiler peritubular endothelium ginjal tertekan
sehingga stimulasi terhadap sumsung tulang untuk memproduksi sel darah merah menurun. Pada pasien
yang mengalami kerusakan ginjal akan memiliki kadar ureum dan kreatinin yang lebih tinggi dari normalnya.

Kadar kalium dalam darah harus dipertahankan dalam batas normal. Pada beberapa pasien,
kadar kalium darah meningkat disebabkan karena asupan kalium dari makanan yang berelebihan
atau obat-obatan yang berlebihan .
TAHAPAN SISTEM GAGAL JANTUNG

Stage A Stage B
Pasien penyakit jantung struktural tetapi
Pasien dengan risiko tinggi mengalami tanpa gagal jantung
gagal jantung .
Infark miokard sebelumnya, hipertrofi
Contohnya Hipertensi, penyakit arteri ventrikular kiri, disfungsu sistolik
koroner , diabetes ventrikular kiri yang asimtomatik.

Stage C Stage D
02
Pasien penyakit Jantung struktral dengan
03 04 05
Pasien dengan gejala walaupun dengan
gejala sekarang atau sebelumnya. terapi maksimal.

Disfungsi sistolikventrikular kiri dan dispnea, Pasien dengan gejala terapi refraktori
lelah, retensi cairan, atau gejala lain dari gagal pada saat istirahat walaupun sudah
jantung. menggunakan farmakoterapi yang
Stage C termasuk pasien yang asimtomatik maksimal yang masih dapat ditoleransi ,
yang sebelumnya sudah menerima terapi pasien masih membutuhkan penanganan
terhadap gejala gagal jantung.
rawat inap dan penanganan khusus
seperti alat bantu mekanik.
PENDEKATAN UMUM GAGAL JANTUNG
Target pengobatan pada tahap ini adalah identifikasi dan pengurangan faktor
Tahap A risiko untuk mencegah pengembangan penyakit jantung struktual dan
subsequent HF.
Strategi pengobatan meliputi : Penghentian kebiasaan merokok, serta
pengontrolan hipertensi , DM, dan dislipidemia menurut pedoman penaganan
yang berlaku. Penggunaan senyawa ACE Inhibitor dapat direkomendasikan
untuk terapi antihipertensi pada pasien dengan faktor risiko aterosklerosis
vaskuler
Target pengobatan pada tahap ini adalah meminimalisasi pertambahan
keparahan dan mencegah atau memperlambat proses remodellig pada pasien
Tahap B yang memiliki penyakit jantung struktural namun tidak menampakkan gejala
klinis
Strategi pengobatan : Tambahan dari tahap A, pasien dengan riwayat IM
haarus diberikan senyawa ACE Inhibitor dan B bloker. Pasien dengan EF
(Ejection Fraction) teredukasi (<40%) juga harus menerima kedua perawatan
senyawa tersebut
PENDEKATAN UMUM GAGAL JANTUNG
Pada tahap C, pasien kebanyakan harus diberi 4 jenis pengobatan, yakni
Tahap C sebagai berikut : ACE Inhibitor, B bloker, Diuretik, dan Digoksin
Beberapa pasien terkadang juga memerlukan perlakuan tambahan seperti
pemberian senyawa antagonis reseptor aldosteron, bloker reseptor angiotensin
dan hidralazin/Isosorbid Dinitrat. Penanganan lainnya yang mungkin
dilakukan adalah peniadaan konsumsi Na, pengukuran bobot harian, imunisasi
terhadap influenza maupun pneumokokus, pembatasan aktifitas fisik, dan
penghindaran konsumsi obat yang dapat memperparah Gagal Jantung

Pasien harus beristirahat sepenuhnya, disamping pengobatan maksimal yang


Tahap D
dilakukan, juga harus dipertimbangkan terapi yang terspesialisasi seperti,
suport mekanisme sirkulatori, terapi inotropi positif yang berkelanjutan,
transplantasi jantung maupun perawatan inap di rumah sakit
KASUS 4
Seorang wanita 59 th, BB 73 kg, tinggi 156 cm. masuk RS dengan keluhan utama pusing yang
terasa berputar sejak 10 hari sebelum masuk RS, mual , muntah dan tekanan darah meningkat.
Didiagnosa awal penyakit hipertensi, suspek gagal jantung kongestif dan gagal ginjal kronis.
Pasien merasa tubuhnya lemas, nyeri pada dada dan sesak. Setelah 3
hari dirawat timbul gangrene pada jari tangan.
Pasien pernah didiagnosa DM sekitar 3 th yg lalu disertai penyakit jantung dan 1 th yg lalu
mengalami gangrene pada kaki
Hasil Laboratorium
KASUS 4
Tabel Pemakaian Obat

Lakukan Analisa DRP pada


pasien tersebut diatas !
Ringer Asetat
Indikasi
Ketidakseimbangan elektrolit (pionas) Hypokalaemia.

Kontraindikasi Hiperkalemia dan penyakit terkait (misalnya insufisiensi adrenal, dehidrasi, dehidrasi akut, kram
panas, kerusakan jaringan parah akibat trauma atau luka bakar),

Efek Samping
01

Signifikan: reaksi hipersensitivitas / infus (mis. Anafilaksis, menggigil) Gangguan GI: Mual,
muntah, perut kembung, sakit perut atau ketidaknyamanan, diare, perdarahan gastrointestinal,
I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
ulserasi, perforasi
PowerPoint (oral).thatKomplikasi
Presentation is beautifully cedera,
designed.keracunan dan prosedur: Reaksi di tempat cedera
02

(misalnya nyeri, flebitis). Berpotensi Fatal: Hiperkalemia parah.


I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
03

Peringatan Pastikan kecukupan asupan kalori. Kurangi penggunaan Al hidroksida seiring dengan adanya
perbaikan gejala uremia. Monitor kadar Ca serum secara berkala.
I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
Dosis PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
04

➔ Dewasa: Jalur perifer atau sentral: ≤10 mEq / jam. Infus jalur sentral:> 10 mEq / jam,
pemantauan EKG berkelanjutan sangat disarankan. Max: 20 mEq / jam; 2-3 mEq / kg sehari.

Interaksi Obat Peningkatan risiko hiperkalemia dengan ACE inhibitor (misalnya kaptopril), antagonis reseptor
angiotensin II, ciclosporin
Analisis DRP
Analisis Kode Keterangan

Problem (Masalah) P 2.1 Kemungkinan akan terjadi resiko hiperkalemia karena ada kombinasi obat dengan
golongan obat ACE Inhibior

Kombinasi obat yang tidak tepat dengan gol obat kaptopril yang merupakan obat golongan
Causes (Penyebab) C 1.4 ACE inhibitor sehingga bisa terjadi resiko hiperkalemia
01

I hope and I believeTidak adaTemplate


that this hasil lab will
yang menginformasikan
your kadar
Time, Money and elektrolitGet
Reputation. pada pasien tersebut
a modern
C 8.4
PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
02

I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
Prescrier hanya menginformasikan rute obat yang dipakai. Tidak ada informasi kapan obat
Intervensi yang direncanakan PowerPoint
I 1.1 Presentation that is beautifully designed.
tersebut dipakai dan dosis yang diguanakan
03

I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
Intervensi diterima dan diimplementasikan
04

Penerimaan Intervensi A 1.1

Masalah terpecahkan
Status DRP O 1.1
Catopril
Indikasi Hipertensi ringan sampai sedang (sendiri atau dengan terapi tiazid) dan hipertensi berat yang resisten terhadap pengobatan
lain; gagal jantung kongestif (tambahan); setelah infark miokard; nefropati diabetik (mikroalbuminuri lebih dari 30 mg/hari)
pada diabetes tergantung insulin.

Kontraindikasi Hipersensitif terhadap penghambat ACE (termasuk angiodema); penyakit renovaskuler (pasti atau dugaan); stenosis aortik
atau obstruksi keluarnya darah dari jantung;

Efek Samping hipotensi; pusing, sakit kepala, letih, astenia, mual (terkadang muntah), diare, (terkadang konstipasi), kram otot, batuk kering
yang persisten, gangguan kerongkongan, perubahan suara, perubahan pencecap (mungkin disertai dengan turunnya berat badan)

Peringatan diuretika; dosis pertama mungkin menyebabkan hipotensi terutama pada pasien yang menggunakan diuretika, dengan diet
rendah natrium, dengan dialisis, atau dehidrasi; penyakit vaskuler perifer atau aterosklerosis menyeluruh karena risiko penyakit
renovaskuler yang tidak bergejala; pantau fungsi ginjal sebelum dan selama pengobatan, dan kurangi dosis pada gangguan
ginjal; mungkin meningkatkan risiko agranulositosis pada penyakit vaskuler kolagen (disarankan hitung jenis);

Dosis Gagal jantung (tambahan), awalnya 6,25 - 12,5 mg di bawah pengawasan medis yang ketat (lihat keterangan di
atas); dosis penunjang lazim 25 mg 2 - 3 kali sehari; maksimal 150 mg sehari.. hipertensi, digunakan sendiri,
awalnya 12,5 mg 2 kali sehari; jika digunakan bersama diuretika (lihat keterangan), atau pada usia lanjut; awalnya
6,25 mg 2 kali sehari (dosis pertama sebelum tidur); dosis penunjang lazim 25 mg 2 kali sehari; maksimal 50 mg 2
kali sehari (jarang 3 kali sehari pada hipertensi berat).

Interaksi Obat Meningkatkan konsentrasi dan toksisitas litium. Peningkatan risiko leukopenia dengan prokainamid dan imunosupresan.
Penurunan klirens ginjal dengan probenesid. Meningkatkan efek hipotensi dari TCA dan antipsikotik. Penurunan efek
antihipertensi dengan agen simpatomimetik. Peningkatan efek hipotensi dengan agen penghambat adrenergik dan NSAID
(misalnya indometasin, ibuprofen).
Analisis DRP

Problem (Masalah) P 2.1 Kemungkinan akan terjadi yaitu meningkatkan efek hipotensif ,
dapat memunculkan efek aditif yang dapat menyebabkan
hipovolemia , dan dapat menurunkan bioavailabilitas oral kaptopril

Causes (Penyebab) C 1.4 Kombinasi kaptopril–isosorbid dinitrat dapat meningkatkan efek hipotensif dari
isosorbid dinitrat, mencegah toleransi nitrat, dan meningkatkan efek isosorbid dinitrat
sehingga diperlukan monitoring tekanan darah rutin

http://jurnal.unpad.ac.id/ijcp/article/download/12945/pdf

C 1.4 Interaksi dari kaptopril–furosemid dapat memunculkan efek aditif


yang dapat menyebabkan hipotensi akut dan hipovolemia sehingga
diperlukan monitoring pada tekanan darah, diuresis, elektrolit, dan
fungsi renal

C 1.4 Interaksi kaptopril–natrium bikarbonat dapat menurunkan bioavailabilitas oral


kaptopril sehingga diperlukan pemisahan pada waktu pemberian kaptopril 1 sampai 2
jam setelah natrium bikarbonat
Analisis DRP

C 3.2 Dosis obat yang dipakai terlalu tinggi. Walaupun pemakaian dosis nya tidak
over. Pemakaian dosis ini dari awal-akhir (hari ke-8) tidak ada penurunan
dosis

C 8.4 informasi terkait tekanan darah tidak lengkap/tidak dicantumkan

Intervensi yang I 1.3 intervensi diusulkan kepada prescriber terkait penuruna dosis yang
direncanakan diberikan

I 1.4 Prescriber menjelaskan terkait dengan hal-hal yang akan terjadi


pada kondisi pasien dikarenakan adanya beberapa efek dari
kombinasi obat kaptopril dengan yang lainnya

I 3.2 Dosis obat diubah menjadi 2 x 6,25 mg Dosis ini dipakai pada
pemberian awal untuk pasien lanjut usia. Kemudian bisa
ditingkatkan dosis nya jika kondisi tekanan darah pasien sudah
mencapai normal dan selama perawatan pasien terkontrol secara
optimal.
Analisis DRP

Penerimaan Intervensi A 1.1 intervensi diterima dan diimplementasikan sepenuhnya

Status DRP O 1.1 masalah terpecahkan sepenuhnya


Isosorbid Dinitrat
Indikasi profilaksis dan pengobatan angina; gagal jantung

Kontraindikasi hipersensitivitas terhadap nitrat; hipotensi atau hipovolemia; kardiopati obstruktif hipertrofik, stenosis aorta,
tamponade jantung, perikarditis konstruktif, stenosis mitral; anemia berat, trauma kepala, perdarahan otak
glaukoma sudut sempit

Efek Samping Hipotensi berat (signifikan) , bradycardia , palpitasi, edema perifer , takikardia , pusing , Hipoksemia, hemolisis;
methaemoglobinaemia

Peringatan gangguan hepar atau ginjal berat; hipotiroidisme, malnutrisi, atau hipotermia; infrak miokard yang masih baru; sistem
transdermal yang mengandung logam harus diambil sebelum kardioversi atau diatermi; toleransi

Dosis Gagal jantung


Dws: 30-160 mg / hr dlm dosis terbagi. Maks: 240 mg setiap hari
Penatalaksanaan angina
Dws: 20-120 mg / hr dlm dosis terbagi. Tingkatkan secara bertahap sesuai dengan respons pasien. Maks:
240 mg setiap hari.

Interaksi Obat
Efek berkurang dengan disopiramid (sublingual). Efek hipotensi aditif dengan obat antihipertensi atau fenotiazin.
Berpotensi Fatal: Risiko hipotensi berat, iskemia miokard, atau sinkop dengan inhibitor PDE5 (misalnya sildenafil).
Analisis DRP
Analisis Kode Keterangan

Problem (Masalah) P 2.1 Adanya efek yang sangat signifikan pada sistem limfatik gangguan darah seperti anemia,
hipoprothrombinaemia, trombositopenia. Selain itu adanya kombinasi obat dengan kaptopril
dapat menunrunkan tekanan darah

P 3.1 Obat yang diresepkan 3x5mg artinya pasien hanya minum 15 mgtiap hari (Dosis obat
01

diturunkan )
I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
Causes (Penyebab) PowerPoint
C 1.5 PresentationPenggunaan
that is beautifully designed.
kombinasi obat yang dapat berinteraksi. Isosorbid dinitrat dapat berinteraksi
02

dengan obat-obat antihipertensi karena keduanya memiliki kerja yang dapat menurunkan
tekanan darah dalam tubuh; ISDN (vasodilator) dan kaptopril (antihipertensi)
I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
03

Intervensi yang I 3.2 Intervensi dibahas dengan prescriber mengenai penurunan dosis obat
direncanakan
I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
IPowerPoint
1.4 PresentationIntervensi
that is beautifully designed.
di disuksikan kepada precriber terkait dengan efek samping obat
04

Penerimaan Intervensi A 1.1 intervensi diterima dan diimplementasikan sepenuhnya

Status DRP O 1.1 masalah terpecahkan sepenuhnya


Asetosal
Indikasi
Stroke iskemik akut, Angina pektoris, Infark miokard , Demam, Nyeri ringan sampai sedang , Gangguan
rematik , Profilaksis kejadian kardiovaskular pada pasien berisiko tinggi.

Kontraindikasi
anak di bawah 16 tahun dan yang menyusui (sindrom Reye) (4.7.1); tukak peptik yang aktif; hemofilia dan
gangguan perdarahan lain.

Efek Samping
bronkospasme; perdarahan saluran cerna (kadang-kadang parah), juga perdarahan lain (misal
subkonjungtiva).Signifikan: Sensitivitas salisilat, tinitus. Gangguan darah dan sistem limfatik: Anemia,
hipoprothrombinaemia, trombositopenia.

Peringatan asma; hipertensi yang tak terkendali, tukak peptik, gangguan hati, gannguan ginjal, kehamilan.

Interaksi Obat Adanya interaksi dengan kaptopril dengan level signifikan 4 yang masih dikategorikan aman. Peningkatan risiko
perdarahan GI dan ulserasi dengan kortikosteroid. Peningkatan risiko perdarahan dengan antikoagulan kumarin
(misalnya heparin, warfarin, fenindione)
Dosis
Stroke iskemik akut, Angina pektoris, Infark miokard

Dewasa: Untuk pencegahan primer: Memuat: 150-300 mg.

Demam, Nyeri ringan sampai sedang

Dewasa: Awal 300-900 mg, diulang tiap 4-6 jam sesuai kebutuhan klinis. Maks: 4 g setiap hari.

Gangguan rematik

Dws: 4-8 g / hr dlm dosis terbagi utk ggn akut. 5,4 g / hr dlm dosis terbagi utk kondisi kronis.

Profilaksis kejadian kardiovaskular pada pasien berisiko tinggi

Dewasa: Jangka panjang: 75-150 mg 1 kali sehari. Jangka pendek: 150-300 mg setiap hari.
Analisis DRP

Analisis Kode Keterangan

Problem (Masalah) P 2.1 Terjadi penurunan fungsi dan pembersihan ginjal . Selain itu adanya efek samping yang signifikan tejadinya anemia

Causes (Penyebab) C 1.4 Adanya kombinasi dengan obat kaptopril dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Interaksi ini dengan level signifikansi 4 sehingga
masih dikategorikan aman
01

C 1.4 I hope andAdanya kombinasi


I believe that dengan obat amoxixilin
this Template mengakibatkan
will your terjadinyaand
Time, Money penurunan pembersihan
Reputation. Getginjal
a modern
PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
02

Intervensi yang direncanakan I 1.4 Intervensi didiskusikan dengan penulis resep/precriber mengenai kemungkinan terjadinya efek akibat interaksi obat lainnya

I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
03

I 3.1 Obat diubah menjadi obat alternatif dalam kondisi interaksi serius dengan kaptopril karena banyak jumlah kasus adanya kombinasi antara
asetosal dengan kaptopril. Sehingga prescriber menurunkan dosis obat tersebut.

I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
04

Penerimaan Intervensi A 1.2 intervensi diterima dan diimplementasikan sebagian

Status DRP O 1.2 masalah terpecahkan sebagian


NaCl 0,9 %

Indikasi Hipernatremia , Penggantian cairan dan elektrolit , Irigasi pembersihan kandung kemih, mata,
kulit secara umum dan luka , Hidung tersumbat , Profilaksis kram otot selama hemodialisis
rutin , Kondisi kehilangan garam kronis , Kebersihan mulut ,

Kontraindikasi Kondisi dimana pemberian natrium klorida akan merugikan. Tidak untuk digunakan untuk
menimbulkan emesis. Tablet rilis berkelanjutan: Gangguan GI terkait dengan striktur atau
divertikula.

Efek Samping Hipernatremia; haus, berkurangnya air liur dan lachrymation, demam, takikardia, hipertensi, sakit
kepala, pusing, gelisah, lekas marah dan lemah. Berpotensi Fatal: Inj intra-amnion larutan
hipertonik: Koagulasi intravaskular diseminata, nekrosis ginjal, lesi serviks dan uterus, emboli
paru, pneumonia, dan kematian.

Peringatan Hipertensi, gagal jantung, edema perifer atau paru, gangguan fungsi ginjal, sirosis hati,
preeklamsia. Pertahankan asupan air yang cukup. Pantau keseimbangan cairan, elektrolit serum
dan keseimbangan asam basa terutama selama pengobatan jangka panjang. Hati-hati bila
digunakan pada pasien yang menerima kortikosteroid atau kortikotropin.
Dosis Hipernatremia
Dewasa: Dosis, kecepatan, dan lama pemberian tergantung pada usia, berat badan, kondisi klinis,
dan respon laboratorium terhadap pengobatan.
Penggantian cairan dan elektrolit
Dewasa: Dosis, kecepatan, dan durasi pemberian harus disesuaikan dengan kebutuhan individu
dan tergantung pada usia, berat badan, kondisi cairan / elektrolit, dan respons klinis dan
laboratorium pasien terhadap pengobatan.

Interaksi Obat
Dapat mempengaruhi konsentrasi serum litium
Analisis DRP

Analisis Kode Keterangan

Problem (Masalah) P 2.1 Tekanan darah pada pasien akan meningkat dikarenakan hal ini
merupakan efek samping dari obat tersebut

Causes (Masalah) C 5.2 Informasi terkait dosis dan waktu pemberian pada pasien tidak tersedia

C 8.4 Tidak ada hasil lab yang menginformasikan kadar elektrolit pada pasien tersebut.

Intervensi yang 1.4 Intervensi di disuksikan kepada precriber terkait dengan efek samping
direncanakan obat

I 2.2 informasi yang diberikan hanya rute pemberian obat nya saja

Penerimaan A 1.1 intervensi diterima dan diimplementasikan sepenuhnya


Intervensi

Status DRP O 1.1 masalah terpecahkan sepenuhnya


Natrium Bicarbonat

Indikasi Diberikan secara oral untuk keadaan asidosis kronis seperti asidosis pada uremia
atau asidosis tubular (Pionas)

Kontraindikasi Gangguan metabolik atau respiratory alkalosis; hypernatraemia, (Konsentrasi


natrium yang tinggi dalam darah.) severe pulmonary oedema; hypocalcemia
(Kondisi ketika darah memiliki terlalu sedikit kalsium.), hypochlorhydria
01

(MIMS,2020)
I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
Efek Samping PowerPoint
Anorexia, Presentation
nausea, abdominalthat is beautifully
distention, designed.
flatulence, flushing, bronchospasm,
02

(MIMS,2020)
I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
Peringatan Pastikan kecukupan
PowerPoint asupan
Presentation that iskalori. Kurangi
beautifully penggunaan Al hidroksida seiring
designed.
03

dengan adanya perbaikan gejala uremia. Monitor kadar Ca serum secara berkala.

Dosis ➔ IPowerPoint
hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
4,8 g tiapPresentation
hari (57 mmol tiap Na+ dan HCO-) (MIMS,2020)
that is beautifully designed.
04

Interaksi Obat Interaksi dengan efek captopril dapat menurunkan efek dari captopril serta
menurunkan absorpsi dengan mekanisme interaksi yang tidak ditentukan
(Medscape)
Analisis Kode Keterangan
Analisis DRP Problem P1.2 Pengaruh terapi obat tidak optimal
(Masalah)

Cause C1.1 Obat tidak sesuai dengan formularium


(Penyebab)
C3.1 Dosis obat terlau rendah

C3.5 Interaksi dosis waktu salah, tidak jelas, atau hilang


01

C7.1 Pasien menggunakan obat yang lebih sedikit dari yang


ditentukan
I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
Intervensi yang I1.3 Intervensi diusulkan kepada prescriber
02

direncanakan
I1.4
I hope and I believe that this Intervensi
Template will your Time,didiskusikan dengan Get
Money and Reputation. prescriber
a modern
PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
03

I3.2 Dosis diubah menjadi 4,8 g setiap hari

I3.4
I hope and I believe that this Instruksi
Template will your Time,pemberian diberikanGet1-2
Money and Reputation. jam
a modern setelah pemberian
PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
catopril
04

Penerimaan A1.1 Intervensi diterima dan diimplementasikan sepenuhnya


Intevensi

Status DRP O1.1 Masalah terpecahkan sepenuhnya


Asam Folat

Indikasi Untuk profilaksis pada hemolisis kronis atau dialisis ginjal, defisiensi anemia megaloblastik (Pionas ;
MIMS,2020)

Kontraindikasi Anemia pernisiosa yang tidak diobati (Penurunan jumlah sel darah merah saat tubuh tidak bisa
menyerap cukup vitamin B-12.) (MIMS,2020)

Efek Samping Anorexia, nausea, abdominal distention, flatulence, malaise, bronchospasm (MIMS,2020)

Peringatan
Jangan diberikan secara tunggal untuk anemia pernisiosa Addison dan penyakit defisiensi vitamin B12
lainnya (Pionas)

Dosis Untuk profilaksis pada hemolisis kronis atau dialisis ginjal, cukup diberikan asam folat 5 mg sehari atau
bahkan seminggu, tergantung dari asupan dan kecepatan hemolisis (MIMS,2020)

Interaksi Obat Dapat menurunkan konsentrasi fenitoin, Penyerapan menurun dengan sulfasalazine dan triamterene,
Kloramfenikol, metotreksat, dan kotrimoksazol dapat mengganggu metabolisme folat, Dapat
meningkatkan kemanjuran litium (MIMS,2020)
Mempunyai interaksi minor dengan asetosal dengan menghambat penyerapan di GI (Medscape)
Analisis DRP

Analisis Kode Keterangan


Problem P1.2 Pengaruh terapi obat tidak optimal
(Masalah)

Cause C3.1 Dosis obat terlalu rendah

C7.1 Pasien menggunakan obat yang lebih sedikit dari yang ditentukan

Intervensi yang I1.3 Intervensi diusulkan kepada prescriber


direncanakan
I1.4 Intervensi dibahas dengan prescriber

I3.2 Dosis diubah menjadi 5mg/hari

Penerimaan A1.1 Intervensi diterima dan diimplementasikan sepenuhnya


Intevensi

Status DRP O1.1 Masalah terpecahkan sepenuhnya


Amoxicillin
Indikasi Profilaksis endokarditis (Infeksi lapisan dalam jantung, biasanya melibatkan katup jantung), bakteriuria
(MIMS,2020)

Kontraindikasi Hipersensitivitas dengan obat penisilin lain (MIMS,2020)

Efek Samping Ruam makulopapular, nausea, vomiting, diarrhoea, hipersensitivitas, anemia (MIMS,2020)

Peringatan Riwayat alergi, gangguan ginjal, ruam eritematous umumnya pada glandular fever, infeksi sitomegalovirus
(Pionas)

Dosis 250-500 mg setiap 24jam (MIMS,2020)

Interaksi Obat - Dapat meningkatkan efek antikoagulan


- Meningkatan risiko reaksi alergi dengan alopurinol,
- kadar darah meningkat dan berkepanjangan dengan probenesid.
(MIMS,2020)
-Dengan asetosal dapat meningkatkan kadar masing-masing dengan menurunkan pembersihan ginjal
(Medscape)
Analisis DRP
Analisis Kode Keterangan

Problem P1.3 Gejala atau indikasi yang tidak diobati


(Masalah)

P2.1 Jika digunakan bersama asetosal akan menyebabkan penurunan


Kejadian obat pembersihan ginjal
yang mungkin
terjadi

Cause C1.1 Obat tidak sesuai dengan pedoman


(Penyebab)

Intervensi yang I1.3 Intervensi diusulkan kepada prescriber


direncanakan

I1.4 Intervensi dibahas dengan prescriber

I3.1 Obat diubah menjadi clindamycin

Penerimaan A1.1 Intervensi diterima dan diimplementasikan sepenuhnya


Intervensi

Status DRP O1.1 Masalah terpecahkan sepenuhnya


Transfusi PCR

Indikasi Digunakan untuk mengobati perdarahan dan anemia serta untuk meningkatkan pengiriman
oksigen jaringan

Kontraindikasi Resiko overload cairan misalnya pada anemia kronik & gagal jantung (S Anwar, 2015)

Efek Samping Untuk pasien gagal ginjal sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan berbagai
komplikasi baik saat transfusi maupun setelahnya

Dosis 1 unit PRC


Analisis DRP
Analisis Kode Keterangan

Problem P1.1 Tidak ada efek dari perawatan obat


(Penyebab)

P2.1 Kerugian obat yang mungkin terjadi ; memiliki kontraindikasi


terhadap overload cairan pada gagal jantung

Cause C9.2 Digunakan untuk pasien yang mempunyai Hb < 7 g/dl


(Masalah) Penyebab
lain

Intervensi yang I3.5 Obat diberhentikan


direncanakan

Penerimaan A1.1 Intervensi diterima dan diimplementasikan sepenuhnya


Intervensi

Status DRP O1.1 Masalah terpecahkan sepenuhnya


Keto Acid

Indikasi diindikasikan untuk gangguan ginjal kronik hingga gejala gagal ginjal

Kontraindikasi Hiperkalsemia, gangguan metabolisme asam amino, ibu hamil, anak.


01

Efek Samping Menyebabkan hiperkalsemia (kadar kalsium dalam darah tinggi) dan gangguan metabolisme asam
I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
aminoPowerPoint Presentation that is beautifully designed.
02

Peringatan Pastikan kecukupan asupan kalori. Kurangi penggunaan Al hidroksida seiring dengan adanya
perbaikan gejala uremia. Monitor kadar Ca serum secara berkala.
I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
Dosis ➔ Dewasa dengan BB 70 kg Insufisiensi ginjal kronik 4-8 tablet 3 x/hari.
03

➔ Sebaiknya diberikan bersama makanan (Berikan pada saat makan, telan utuh)
I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
Interaksi Obat dapat berinteraksi dengan kalsium.
04
Keto Acid

Poin PCNE Keterangan

P1.2 Efek obat tidak optimal. Karena dosis terlalu rendah

C3.1 Dosis obat terlalu rendah. Karena dosis yang seharusnya adalah 4-8 tablet 3 x/hari

I1.4 Intervensi didiskusikan dengan penulis resep. Karena memiliki efek samping yang mungkin
membahayakan pasien, jadi perlu didiskusikan kepada dokter terkait.

A1.1 Intervensi diterima dan dilaksanakan sepenuhnya.

O1.1 Masalah teratasi sepenuhnya


D5

Indikasi Penggantian cairan & kalori. Pelarut untuk pemberian obat melalui infus IV drip.

Kontraindikasi Sindroma malabsorpsi glukosa-galaktosa, koma diabetikum.

Efek Samping Demam, infeksi atau jaringan nekrosis pada tempat suntikan, trombosis vena atau flebitis di lokasi suntikan,
hipernatremia.

Peringatan Kecepatan infus yang lambat, monitor kadar glukosa darah & urin. Hentikan terapi jika terjadi trombosis.
Hati-hati pada pasien yang mendapat kortikosteroid atau kortikotropin.

Dosis Dws 500 mL secara infus IV lambat.

Interaksi Obat Kortikosteroid atau kortikotropin; vit B kompleks.


D5

Poin PCNE Keterangan

P2.1 Efek obat yang merugikan yang mungkin terjadi. Kerena memiliki Efek Samping
Demam, infeksi atau jar nekrosis pd tempat suntikan, trombosis vena atau flebitis di
lokasi suntikan, hipernatremia.

C8.1 Tidak ada monitoring hasil.Karena tidak ada hasil lab yang menerangkan

I1.3, I1.4, - Intervensi diajukan kepenulis resep


- Intervensi didiskusikan dengan penulis resep

Didiskusikan apakah pada hari ke-8 masih perlu diberikan intravena D5 atau tidak

A1.1 Intervensi diterima dan dilaksanakan sepenuhnya

O1.1 Masalah teratasi sepenuhnya


Ringer Laktat

Indikasi Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi.

Kontraindikasi ➔ Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, laktat asidosis.


➔ Pasien dengan gagal jantung kongestif, hiperkalemia, insufisiensi ginjal berat dan kondisi klinis dimana terdapat
edema dengan retensi natrium atau kalium.

Efek Samping
➔ Panas, infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan,
ekstravasasi.
➔ Reaksi alergi misalnya urtikaria lokal atau umum dan pruritus. Edema periorbital, fasial, dan / atau laring. Batuk,
bersin, dan / atau kesulitan bernapas.

Peringatan Perhatian pada alkalosis metabolik atau pernapasan. Penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan alkalosis
metabolik. Tidak boleh diberikan bersamaan dengan darah melalui pengaturan yang sama karena risiko koagulasi. Dapat
menyebabkan kelebihan cairan dan / atau zat terlarut. Tidak untuk digunakan dalam pengobatan asidosis laktat. Pantau
keseimbangan cairan, elektrolit dan keseimbangan asam-basa selama pengobatan jangka panjang. Kehamilan.

Dosis Penggantian cairan dan elektrolit Dosis tergantung usia, berat badan, dan keadaan klinis pasien. Diberikan infus IV.

Interaksi Obat Larutan mengandung fosfat.


Ringer Laktat

Poin PCNE Keterangan

P2.1 Efek obat yang merugikan yang mungkin terjadi. Penggunaan ringer laktat juga harus berhati-hati pada pasien dengan
gagal jantung kongestif dan insufisiensi ginjal berat karena dapat memperberat kerja jantung dan ginjal.

C1.2 Pemilihan obat tidak tepat. Karena memiliki kontraindikasi berupa kelainan ginjal sedangkan pengobatan diajukan pada
pasien dengan indikasi penyakit ginjal

I3.5 Obat dihentikan. Karena obat ini tidak memiliki efek terapi yang baik bahkan dapat memperparah kondisi pasien

A1.1 Intervensi diterima dan dilaksanakan sepenuhnya

O1.1 Masalah teratasi sepenuhnya


Kalsium Polistiren

Indikasi
Hiperkalemia karena gagal ginjal akut & kronik.

Kontraindikasi
Obstruksi usus.

Efek Samping Perforasi & obstruksi usus, konstipasi, mual, anoreksia, rasa tidak enak pada lambung. Hipokalemia.

Peringatan
Monitor kadar K & Ca serum scr teratur selama terapi. Stenosis usus, tukak GI, hipertiroid, mieloma multipel.

Dosis
Dewasa : 15-30 g/hr terbagi dalam 2-3 dosis, dilarutkan dalam 30-50 mL air, diberikan dalam 3-4 dosis terbagi. An

Interaksi Obat
Antasida & laksatif yg mgd Al, Mg, atau Ca. Digitalis.
Kalsium Polistiren

Poin PCNE Keterangan

P1.1 Obat tidak efektif atau pengobatan gagal. Karena pasien tidak mengalami
hiperkalemia

C1.3 Pengobatan tanpa indikasi. Karena pasien tidak mengalami indikasi hiperkalemia
seperti indikasi pada obat ini

I3.5 Obat diberhentikan. Karena tidak sesuai

A1.1 Intervensi diterima dan dilaksanakan sepenuhnya

O1.1 Masalah teratasi sepenuhnya


Furosemid

Indikasi
udem karena penyakit jantung, hati, dan ginjal. Terapi tambahan pada udem pulmonari akut dan udem otak yang
diharapkan mendapat onset diuresis yang kuat dan cepat.

Kontraindikasi
gagal ginjal dengan anuria, prekoma dan koma hepatik, defisiensi elektrolit, hipovolemia, hipersensitivitas.

Efek Samping sangat umum: gangguan elektrolit, dehidrasi, hipovolemia, hipotensi, peningkatan kreatinin darah. Umum:
hemokonsentrasi, hiponatremia, hipokloremia, hipokalemia, peningkatan kolesterol darah, peningkatan asam urat
darah, gout, enselopati hepatik pada pasien dengan penurunan fungsi hati, peningkatan volume urin.

Peringatan
hipotensi, pasien dengan risiko penurunan tekanan darah, diabetes melitus, gout, sindrom hepatorenal,
hipoproteinemia, bayi prematur.

Dosis
Oral: Udem. Dewasa, dosis awal 40 mg pada pagi hari, penunjang 20-40 mg sehari, tingkatkan sampai 80 mg sehari
pada udem yang resistensi.

Interaksi Obat glukokortikoid, karbenoksolon, atau laksatif: meningkatkan deplesi kalium dengan risiko hipokalemia. Antiinflamasi
non-steroid (AINS), probenesid, metotreksat, fenitoin, sukralfat; Antihipertensi: berpotensi menurunkan tekanan darah
secara drastis dan penurunan fungsi ginjal. Probenesid, metotreksat: menurunkan eliminasi probenesid dan
metotreksat.
Furosemid

Poin PCNE Keterangan

P2.1 Efek obat yang merugikan yang mungkin terjadi. Karena memiliki kontraindikasi berupa gagal ginjal.

C1.4 Kombinasi obat-obat yang tidak tepat. Jika dikombinasiin dengan obat antihipertensi (captopril)
akan menurunkan fungsi ginjal

I3.5 Obat dihentikan. Karena tidak sesuai

A1.1 Intervensi diterima dan dilaksanakan sepenuhnya

O1.1 Intervensi diterima dan dilaksanakan sepenuhnya


REKOMENDASI OBAT
kasus 4
Clindamycin
Indikasi Infeksi serius akibat bakteri anaerob atau bakteri aerob gram positif. Infeksi serius saluran nafas (emfiema, pnemonitis
anaerob, abses paru), infeksi serius jaringan lunak dan kulit, septikemia, infeksi intra-abdomen (peritonitis, abses
intra-abdomen), infeksi ginekologi (endometritis, selulitis pelvis pasca operasi vagina, abses tuboovarium non-gonokokal,
salpingitis, atau inflamasi pelvis ketika diberikan bersamaan dengan antibiotik untuk bakteri aerob gram negatif) (Pionas)

Kontraindikasi Hipersensitivitas. Topikal dan vagina: Riwayat penyakit radang usus, enteritis regional, kolitis ulserativa, atau kolitis terkait
antibiotik. Neonatus (parenteral) (MIMS, 2020)

Efek Samping - Umum: kolitis pseudomembran, diare, nyeri abdomen, gangguan pada tes fungsi hati, ruam makulopapular.
- Tidak umum: eosinofilia, dysgeusia, hipotensi, cardiorespiratory arrest, mual, muntah, urtikaria, pada pemberian
injeksi: nyeri dan abses.
- Jarang: eritema multiforme, poliartritis, pruritus (Pionas)

Peringatan Pasien dengan riwayat penyakit gastrointestinal (misalnya kolitis); individu atopik, Tidak ditujukan untuk pengobatan
meningitis. Tidak dianjurkan untuk jerawat nodulocystic parah (losion topikal), gangguan hati berat. Pasien yang lemah.
Anak-anak. Kehamilan dan menyusui. (MIMS, 2020)

Dosis 150-450 mg setiap 6 jam (MIMS,2020)

Interaksi Obat Dapat meningkatkan aksi agen penghambat neuromuskuler. Dapat melawan efek parasimpatomimetik. Dapat menurunkan
efek terapeutik dengan rifampisin. Dapat mengurangi klirens dengan inhibitor CYP3A4 dan CYP3A5. Eritromisin dapat
mengurangi efek terapeutik klindamisin (topikal). (MIMS, 2020)
Glibenklamid
Indikasi Diabetes Melitus Tipe 2

Kontraindikasi Riwayat reaksi alergi terhadap sulfonilurea atau sulfonamida. Diabetes mellitus tipe 1, ketoasidosis diabetik dengan atau tanpa
koma, koma diabetik dan pra-koma, porfiria akut; infeksi parah, keadaan terkait stres (misalnya trauma, prosedur pembedahan).
Ggn hati dan ginjal berat. Lansia (> 70 tahun). Kehamilan. Penggunaan bersamaan dengan bosentan.

Efek Samping Perut kembung, sakit perut dan distensi, diare, mual, muntah, LFT abnormal, trombositopenia, pneumatosis cystoidis intestinalis.
Jarang, ileus, ikterus, hepatitis, reaksi kulit dan edema.

Peringatan Pasien dengan defisiensi G6PD, insufisiensi adrenal atau hipofisis; kondisi yang meningkatkan risiko pengembangan
hipoglikemia (misalnya selama olahraga berlebihan, waktu makan tidak teratur / terlewat, dan asupan kalori atau glukosa yang
tidak mencukupi); penyakit KV aterosklerotik. Pasien yang telah menjalani bypass lambung, gastrektomi lengan. Ggn ginjal dan
hati ringan sampai sedang. Pasien yang lemah dan kurang gizi. Laktasi.

Dosis dosis awal 5 mg 1 kali sehari; segera setelah makan pagi (dosis lanjut usia 2.5 mg, tetapi hindari- lihat keterangan di atas)
disesuaikan berdasarkan respon: dosis maksimum 15 mg sehari).

Interaksi Obat Efek hipoglikemik yang ditingkatkan dengan azapropazone, phenylbutazone, chloramphenicol, ciprofloxacin, kotrimoksazol,
sulfonamid, tetrasiklin, antikoagulan, disopiramid, TCAs, MAOIs, allopurinol, sulphinpyrazone, probenecid, ACE inhibitor,
testosterid. Efek hipoglikemik yang ditingkatkan dan menutupi gejala hipoglikemia dengan penyekat β. Efek hipoglikemik yang
berkurang dengan rifampisin, barbiturat, diazoksida, klorpromazin, loop dan diuretik tiazid, estrogen, progesteron, kontrasepsi
oral, kortikosteroid, hormon tiroid. Peningkatan konsentrasi plasma dengan mikonazol, flukonazol. Efek aditif dengan clofibrate.
Dapat meningkatkan kadar ciclosporin plasma. Dapat mengubah efek antikoagulan warfarin. Mengurangi konsentrasi plasma
dan eksposur dengan colesevelam.

Berpotensi Fatal: Peningkatan risiko hepatotoksisitas dengan bosentan.


Mengatur asupan Protein; Kalori (35 kal/kgBB ideal/hari); Lemak
(30 – 40% dari kalori total dan mengandung jumlah yang sama
antara asam lemak bebas jenuh dan tidak jenuh); Karbohidrat (50 –
TERAPI NON
60% dari kalori total); Garam (NaCl) sekitar 2 – 3 gram/hari; Kalium FARMAKOLOGI
(40 – 70 mEq/kgBB/hari); Fosfor (5 – 10 mg/kgBB/hari) untuk GAGAL GINJAL
pasien hemodialisa: 17 mg/hari; Kalsium (1400 – 1600 mg/hari);
Besi (10 – 18mg/hari); Magnesium (200 – 300 mg/hari); Asam folat
pada pasien hemodialisa 5mg; Air (jumlah urin 24 jam + 500ml)
(insensible water loss).
KESIMPULAN REKOMENDASI OBAT GAGAL GINJAL
OBAT YANG
DIGUNAKAN

OBAT YANG DOSIS DIGUNAKAN UNTUK KETERANGAN LAIN


DIGUNAKAN

D5% 500 mL secara infus IV Penggantian cairan & kalori. D5 digunakan sebagai penambah cairan, dan
lambat. iv ini tidak menimbulkan ES yang berbahaya
untuk pasien.

Catopril Dosis atau pada usia Hipertensi dan Gagal jantung Diindaikasikan ntuk gagal jantung dn
lanjut; awalnya 6,25 mg 2 memiliki efek anti-hipertensi (hipotensif)
kali sehari . seiring dengan kombinasi obat ISDN
ditingkatkan menjadi 2x 25
mg dengan pengontrolan
TD yg optimal

Isosirbid Dinitrat 3 x 5 mg (oral) Gagal jantung Sebagai terapi tambahan untuk gagal jantung
dan memberikan efek hipotensif pada
kombinasi dengan kaptopril

Asetosal 1x80 mg Angina Untuk pengobatan sesak dada akibat


penyakit gangguan pada jantung (angina)

Ketoacid 4-8 tablet 3 x/hari. diindikasikan untuk gangguan ginjal kronik dosis ditingkatkan dari 3x1 kap menjadi 3x
hingga gejala gagal ginjal 4-8 tablet/hari
Natrium Bicarbonat 4,8 g setiap hari Untuk menurunkan kadar ureum Terdapat interaksi dengan captopril yang
pasien menyebabkan penurunan penyerapan
kadar Na Bicarbonat. Oleh karena itu
instruksi pemberiannya diberikan 1-2 jam
setelah pemberian catopril, agar penyerapan
(absorbsi) nya tidak terganggu

Asam Folat 5 mg per hari Untuk anemia, pada pasien gagal Pada pasien nilai Hb tidak kunjung
ginjal disebabkan akibat adanya membaik, kemungkinan disebabkan
penurunan hormon eritropoetin akibat dosis yang diberikan pada pasien
(hormon yang berfungsi untuk tidak sesuai (dalam tabel pemakaian obat
mengatur produksi sel darah merah kasus diberikan 3 mg/hari), sehingga
di sumsum tulang) hasil tidak optimal

Clindamycin 150-450 mg setiap 6 jam Untuk infeksi gangrene Merupakan obat pengganti amoxicillin
karena amoxicillin dapat menimbulkan
Anemia sebagai Efek samping dan
terdapat peringatan obat pada pasien
gagal ginjal

Glibenklamide 5 mg per hari Untuk menormalkan/menstabilkan Pada pasien GGK yang memiliki DM
(penyesuaian dosis gula darah atau DM agar tidak harus diobati secara berkala, agar tidak
jika ada interaksi obat menimbulkan penyakit lain. memperburuk keadaan pasien.
) Walaupun memiliki interaksi dengan
banyak obat, dilakukanlah penyesuain
dosis.
OBAT YANG TIDAK
DIGUNAKAN

OBAT YANG TIDAK DOSIS KETERANGAN


DIGUNAKAN

Ringer Laktat IV Karena kontraindikasi dengan pasien dengan penyakit kelainan ginjal

Kalsium Polistiren 3x5g Karena kadar kalium pasien tidak bermasalah (normal)

Furosemide 1 x 40 mg Karena memiliki kontraindikasi dengan pasien dengan penyakit gagal


ginjal, efek samping berupa meningkatnya kadar kreatinin darah, dan
interaksi obat yang berbahaya dengan captopril

Transfusi PCR 1 unit Pada pasien gagal ginjal sebaiknya dihindari karena dapat
menimbulkan berbagai komplikasi baik saat transfusi maupun
setelahnya, serta memiliki kontraindikasi terhadap resiko overload
cairan misalnya pada anemia kronik & gagal jantung

NaCl IV Dikarenakan obat ini memiliki peringatan pada pasien yang


mengalami hipertensi dan gagal jantung

Ringer Asetat IV Dikarenakan adanya interaksi dengan obat kaptopril mengakibatkan


peningkatan reisko hiperkalemia. Selain itu, obat ini memiliki
peringatan untuk pasien yang mengalami penyakit gagal jantung.
THANK YOU
DAFTAR PUSTAKA
Ameliani, Hikmah, Suwendar, and Umi Yuniarni. "Survei Gambaran Pengetahuan dan Pola Swamedikasi
Jerawat pada Mahasiswa FMIPA Universitas Islam Bandung." Prosiding Farmasi Vol 5 No 2, 2019: 305 - 312.
Blair, Glen S. et al. 2011. Pharmacology: Spironolactone Use for Women With Acne or Hirsutism. Journal of
the Dermatology Nurses' Association Vol 3 Page 374-376. Diakses melalui:
https://www.nursingcenter.com/journalarticle?Article_ID=1276102&Journal_ID=849729&Issue_ID=1275755. (24
Oktober 2020 / pukul 17.35 WIB)
BPOM RI. Natrium Bikarbonat. Diperoleh melalui http://pionas.pom.go.id/node/13455/bikarbonat-oral.
Pada tanggal 25 Oktober 2020 Pukul 8.20 WIB
BPOM RI. Klindamisin. Diperoleh melalui http://pionas.pom.go.id/monografi/klindamisin Pada tanggal 30
Oktober 2020 Pukul 00.19 WIB
BPOM RI. Amoksisilin. Diperoleh melalui http://pionas.pom.go.id/monografi/amoksisilin Pada tanggal 25
Oktober 2020 Pukul 8.16 WIB
BPOM RI. Furosemid. Diakses melalui http://pionas.pom.go.id/monografi/furosemid. Pada 26 Oktober 2020, Pukul
19.47 WIB
BPOM RI. Indapamide. Diakses melalui http://pionas.pom.go.id/monografi/indapamid. Pada 30 Oktober 2020, Pukul
13.50 WIB
BPOM RI. Isosorbide Dinitrate. Diakses melalui http://pionas.pom.go.id/monografi/isosorbid-dinitrat Pada 26
Oktober 2020, Pukul 09.50 WIB
BPOM RI. Kaptopril. Diakses melalui http://pionas.pom.go.id/monografi/kaptopril Pada 27 Oktober 2020, Pukul
11.50 WIB
Gunawan, Ari, Rudy Adipranata, and Gregorius Satia Budhi. "Pembuatan Aplikasi Segmentasi Dan Klasifikasi Jerawat
Dengan Metode Region Growing Dan Self Organizing Map." Proceedings Template - WORD. 2017.
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1235999&val=6503&title=Pembuatan%20Aplikasi%20
Segmentasi%20Dan%20Klasifikasi%20Jerawat%20Dengan%20Metode%20Region%20Growing%20Dan%20Self
%20Organizing%20Map (accessed 10 30, 2020).
Hendra Tarigan Sibero , I Wayan Ardana Putra , Dwi Indria Anggraini. 2019. Tatalaksana Terkini Acne
Vulgaris. Current Management of Acne Vulgaris, Universitas Lampung. Diakses melalui :
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/JK/article/download/2520/2464. (24 Oktober 2020 / pukul
17.31 WIB).
Loganathan, T. Chapter II - Repository (USU - Universitas Sumatera Utara. n.d.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/40262/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y
(accessed 10 25, 2020).
Medscape. 2020. Drug Interaction. Diperoleh melalui https://reference.medscape.com/drug-interactionchecker Pada
tanggal 26 Oktober 2020 20.16 WIB
MIMS. 2020. Sodium Bicarbonat. Diperoleh melalui
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/sodium%20bicarbonate?mtype=generic. Pada tanggal 25 Oktober 2020
Pukul 8.14 WIB
MIMS. 2020. Amoxicillin. Diperoleh melalui https://www.mims.com/indonesia/drug/info/amoxicillin?mtype=generic
Pada tanggal 25 Oktober 2020 Pukul 8.02 WIB
Monica, Cindy. "KAJIAN DRUG RELATED PROBLEM (DRPs) PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK
STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI HEMODIALISA RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG." 2017. http://scholar.unand.ac.id/24549/5/5.%20Tugas%20akhir%20ilmiah%20utuh.pdf (accessed 10 30,
2020).
MIMS. 2020. D5. Diakses melalui https://www.mims.com/indonesia/drug/info/infusan-d5?type=brief&lang=id. Pada
26 Oktober 2020, Pukul 16.07 WIB
MIMS. 2020. Folic Acid. Diperoleh melalui
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/folic%20acid?mtype=generic#:~:text=Description%3A%20Folic%2
0acid%20is%20essential,%2D1%20hour%20(oral). Pada tanggal 25 Oktober 2020 Pukul 8.10 WIB
MIMS. 2020. Indapamide. Diakses melalui https://www.mims.com/indonesia/drug/info/indapamide?mtype=generic.
Pada 30 Oktober 2020 Pukul 14.10 WIB
MIMS. 2020. Kalitake. Diakses melalui https://www.mims.com/indonesia/drug/info/kalitake?type=brief&lang=id.
Pada tanggal 26 Oktober 2020 pukul 19.07 WIB
MIMS. 2020. Clindamycin. Diperoleh melalui
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/clindamycin?mtype=generic Pada tanggal 30 Oktober 2020
Pukul 00.19 WIB
MIMS.2020. Ringer Laktat. Diakses melalui
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/lactated%20ringers%20solution?mtype=generic. Pada 26 Oktober
2020, Pukul 17.00 WIB
Nurkamila dan Hidayati, Titiek.2013. Gambaran Darah Rutin dan Kualitas Hidup Domain Fisik Penderita Gagal Ginjal
Kronik Terminal. Diakses melalui : https://journal.umy.ac.id/index.php/mm/article/download/1062/1146 pada Rabu
28 Oktober 2020.
Rahmawati, Asri., Sukanto, Hari. 2012. Terapi Hormonal pada Akne Vulgaris. Diakses melalui :
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-bik30233c87e7dfull.pdf. (24 Oktober 2020 / pukul 17.33 WIB).
Rivandi, Janis dan Yonata, Adi. 2015. Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Gagal Ginjal . Diakses melalui :
http://repository.lppm.unila.ac.id/22414/1/DM%20vs%20Ginjal%20Kronik.pdf pada Rabu 28 Oktober 2020.
Pusparini. 2000. Perubahan Respon Imun Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis. Diakses
melalui https://univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Vol.19_no.3_4.pdf pada Jumat 30 Oktober 2020, pukul
17.30 .
Sihotang,Retta C dkk.2018. Efikasi dan Keamanan Obat Anti Diabetik Oral pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan
Penyakit Ginjal Kronik . Diakses melalui http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/202/164
pada Jumat, 30 Oktober 2020 pukul 22.00.
Sukandar, Elin Yulinah, Retnosari Andrajatai, Josepj I Sigit, I Ketu Adnyana, Adji Prayitno Setiadi, and Kusnandar.
2011. ISO FARMAKOTERAPI - Buku 2. Jakarta: IsfiPenerbitan.
Susilawati, Novia. 2014. Hubungan Kadar Ureum dengan Nilai Hematokrit Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik.
http://repository.poltekkesbdg.info/items/show/558 . pada Rabu 28 Oktober 2020.
Teresa, Astrid. 2020. Akne Vulgaris Dewasa : Etiologi, Patogenesis dan Tata Laksana Terkini. Jurnal
Kedokteran Vol. 8 No.1. diakses melalui : https://core.ac.uk/download/pdf/327189172.pdf
MIMS. 2020. Kalium Chloride. Diakses
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/potassium%20chloride?mtype=generic pada 26 Oktober 2020 pukul
08.00 WIB
MIMS. 2020. Sodium Chloride. Diakses https://www.mims.com/indonesia/drug/info/sodium%20chloride?mtype=generic
Pada tanggal 26 Oktober 2020 pukul 20.07 WIB
MIMS. 2020. Sodium Chloride. Diakses https://www.mims.com/indonesia/drug/info/aspirin?mtype=generic pada tanggal
28 Oktober 2020 pukul 00.21 WIB
Widriyanti et all. 2008. KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PENYAKIT GAGAL JANTUNG RAWAT INAP DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2008. Semarang : Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim diakses pada 29/10/2020 pukul 00.21 WIB

Anda mungkin juga menyukai