Anda di halaman 1dari 2

Setelah obat larut didalam tubuh, akan terjadi proses absorpsi suatu obat atau

pengambilan obat dari permukan tubuh termasuk juga mukosa saluran cerna atau dari tempat-
tempat terntentu pada organ dalam ke dalam aliran darah atau ke dalam sistem pembuluh limfe.
Absorbsi obat umumnya terjadi secara pasif melalui proses difusi. Setelah proses absorbsi, obat
akan masuk ke dalam pembuluh darah untuk selanjutnya ditransportasikan bersama aliran darah
dalam sistim sirkulasi menuju tempat kerjanya. Distribusi obat dibedakan atas 2 fase berdasarkan
penyebarannya di dalam tubuh,yaitu:
1. Distribusi fase pertama Terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang
perfusinya sangat baik misalnya jantung, hati, ginjal, dan otak.
2. Distribusi fase kedua Jauh lebih luas yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak
sebaik organ di atas misalnya otot, visera, kulit, dan jaringan lemak.
Selain itu ada beberapa tempat lain seperti tulang, organ tertentu, dan cairan trans sel
yang dapat berfungsi sebagai gudang untuk beberapa obat tertentu. Distribusi obat ke susunan
saraf pusat dan janin harus menembus sawar khusus yaitu sawar darah otak dan sawar uri
(plasenta).
Perpindahan obat melalui plasenta pada umumnya berlangsung secara difusi sehingga
konsentrasi obat di darah ibu serta aliran darah plasenta akan sangat menentukan perpindahan
obat lewat plasenta. Plasenta memiliki sifat yang cukup selektif untuk mentransfer obat secara
perlahan atau cepat dari ibu ke janin tergantung pada variabel, seperti kualitas aliran darah
uteroplasenta, berat molekul dari substansi dalam obat (bahan yang berat molekulnya lebih kecil
dapat melintasi plasenta lebih mudah), kadar ionisasi dari molekul-molekul obat (bahan yang
lebih mudah terionisasi akan lebih mudah menembus plasenta), dan derajat kemampuan ikatan
obat dengan protein plasma plasenta (obat-obat yang mudah berikatan tidak mudah menembus
plasenta) melawan kemampuannya untuk berikatan dengan plasma protein janin. Selain itu,
plasenta juga memiliki aktivitas enzimatik tersendiri dalam biotransformasi suatu obat yang
dapat mempengaruhi janin (Hayes dan Kee, 1993).
Obat yang telah melewati plasenta akan masuk dalam sirkulasi janin melalui vena
umbilicus pada tali pusat, sekitar 40-60 % aliran darah dari vena umbilikus akan masuk kedalam
hati janin, sisanya tidak lewat hati dan masuk dalam sirkulasi umum janin. Obat yang masuk
sirkulasi hati, sebagian dapat dimetabolisme sebelum masuk sirkulasi janin (Katzung, 1998).
Hayes, E. R. dan J. Kee. 1993. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.

Katzung, B.G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 5: Obat Antijamur. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai