Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 3

Analisis Penyusunan Patient Safety Phatway Coronary Artery Disease (CAD)


Pro Percutaneous Coronary Intervention (PCI) di Instalasi Brain and Heart
Centre RS Dr. Moh. Hoesin Palembang Tahun 2015

Analysis of Patient Safety of Phatway Coronary Artery Disease (CAD) Pro Percutaneous
Coronary Intervention (PCI) in Dr. Moh. Hoesin Palembang Hospital, Year 2015

Harjito

Program Studi Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat


Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

*Email: harjitorsmh84@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang penyusunan patient safety phatway Coronary artery Disease (CAD ) pro
Percutaneous Coronary Intervention (PCI) di Instalasi Brain and Heart Centre RS dr. Moh. Hoesin
Palembang.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan observasi melalui pendekatan Cross
Sectional dengan wawancara mendalam terhadap tenaga admisi, perawat dan dokter .Hasil penelitian menyarankan
khusunya Komite mutu dan keselamatan pasien Rumah sakit perlu lebih meningkatkan dan mengembangkan
program patient safety dengan membuat Patient safety Pathway khususnya penyakit yang terbanyak, memiliki
resiko yang tinggi dan memiliki biaya yang mahal.dan membentuk kelompok kerja untuk mengevaluasi
pelaksanaan penerapan patient Safety di Rumah Sakit.

Kata kunci: patient safety pathway.

ABSTRACT

This studydiscusses the preparation of patient safety phatway Coronary artery disease (CAD) pro Percutaneous
Coronary Intervention (PCI) in the Installation Brain And Heart Centre dr. Moh. Hoesin Palembang.Research a
descriptive analytic with cross sectional observation through depth interviews with admissions personnel, nurses
and doctors The results of research suggest especially the Committee on quality and patient safety Hospitals need
to further improve and develop a patient safety program to make safety Patient Pathway most particularly
diseases, have a high risk and has cost expensive.and established a working group to evaluate the implementation
of the application of patient safety in hospitals

Keywords: patient safety pathway.

PENDAHULUAN maupun sosial serta penyelenggaraan kesehatan seperti


yang tertuang dalam undang – undang kesehatan no.
Pelayanan kesehatan merupakan hak bagi setiap orang 36 tahun 2009.
yang telah dijamin oleh Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang harus Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan
dapat diwujudkan dalam upaya meningkatkan derajat secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, untuk merata dan juga nondiskriminatif, pelayanan kesehatan
dapat mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien
pemerintah ikut bertanggungjawab atas ketersediaan sesuai dengan yang diucapkan Hipocrates kira-kira
lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik 2400 tahun yang lalu yaitu primum, non nocere (first,

Jurnal ARSI/Juni 2016 231


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 3

do no harm) dengan semakin berkembangnya ilmu lain, sehingga akan menutup rapat bila terjadi suatu
dan teknologi pelayanan kesehatan - khususnya di kesalahan atau cedera medis yang terjadi.
rumah sakit - menjadi semakin kompleks dan berpotensi
terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/ adverse Adanya kebiasaan menyalahkan terhadap individu
event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati yang berbuat salah dan ketakutan akan tuntutan hukum
,pelayanan kesehatan yang aman bagi masyarakat mengakibatkan para petugas kesehatan tidak pernah
belajar dari kesalahan yang telah terjadi.hal ini
Sejak bulan November 1999 American Hospital mengakibatkan juga suatu kejadian tidak diharapkan
asosiation (AHA) telah mengidentifikasikan bahwa (KTD) tidak pernah dilaporkan dan dibahas bersama,
penerapan keselamatan pasien merupakan suatu bila pun ada hanya mencari kesalahan bukan mencari
prioritas yang strategik . Pada tahun 2000 Institute of pemecahan mengapa dan bagaimana kesalahan
Medicine, Amerika Serikat melaporkan bahwa terdapat tersebut terjadi ( Cahyono,2012 )
sekitar 3-16% kejadian yang tidak diharapkan dalam
pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit .Pada tahun Penerapan keselamatan pasien di Rumah Sakit
2004 WHO menindaklanjuti dari penemuan ini ditegaskan dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri
dengan mencanangkan World Alliance for Patient Kesehatan no.1691 tahun 2011 tentang keselamatan
Safety, program bersama dengan berbagai negara pasien Rumah Sakit dan sebelumnya telah di buat
untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah Kepmenterikes Nomor 496/Menkes/SK/IV/2005
sakit. tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang
tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Mustikawati medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical
(2011) menyebutkan laporan insiden keselamatan error dan memberikan keselamatan bagi pasien di
pasien di berbagai provinsi 2007 ditemukan di DKI Rumah sakit.
Jakarta 37,9 %, Jawa Tengah 15,9 %, DIY 13,8 %,
Jawa Timur 11,7 %, Sumatera Selatan 6,9 %, Jawa Proses keselamatan pasien di Rumah Sakit telah
Barat 2,8 %, Bali 1,4 %, Aceh 10,7 %, Sulawesi dimulai sejak pasien masuk rumah sakit sampai pasien
Selatan (0,7 %). Walaupun data ini telah ada secara pulang , hal ini menunjukkan bahwa setiap langkah
umum di Indonesia, catatan pelaporan insiden dan tindakan, perawatan, pengobatan yang diberikan
keselamatan pasien di rumah sakit belum dikembangkan mengacu pada sistem dan prosedur yang diawasi
secara menyeluruh oleh semua rumah sakit sehingga secara ketat dan terpadu, oleh sebab itu sistem yang
catatan pelaporan insiden keselamatan pasien masih terpadu dan profesional dalam penerapan keselamatan
sangat terbatas pasien ini akan mengurangi terjadinya kejadian yang
tidak diinginkan. Hal ini diperlukan suatu alat
Keselamatan pasien rumah sakit menurut Permenkes mekanisme evaluasi penilaian risiko untuk dapat
no. 1691 tahun 2011 adalah suatu sistem dimana mendeteksi terjadinya kesalahan aktif (active errors)
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang dan laten (latent/system errors) dalam menjaga serta
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan berupa suatu prosedur tindakan atau protokol tindakan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden sesuai dengan sasaran keselamatan pasien Rumah
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk Sakit sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan no.
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah 1691/menkes/Per/VIII/2011 yang mewajibkan bahwa
terjadinya cedera yang disebabkan oleh berbagai setap Rumah Sakit untuk mengupayakan pemenuhan
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau sasaran keselamatan pasien yang meliputi tercapainya
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. 6 (enam) hal sebagai berikut :Identifikasi pasien
dengan tepat, tingkatkan komunikasi yang efektif,
Petugas kesehatan baik dokter maupun yang lain tingkatkan keamanan obat yang perlu diwaspadai
merasa enggan atau menutup-nutupinya dalam (high-alert ), pastikan tepat lokasi, tepat prosedur, tepat
membicarakan kesalahan atau cedera medis karena pasien operasi, mengurangi resiko infeksi terkait
takut akan tuntutan hukum bila diketahui oleh orang pelayanan kesehatan dan pengurangan resiko pasien
jatuh.

Jurnal ARSI/Juni 2016 232


Harjito., Analisis Penyusunan Patient Safety Phatway Coronary Artery Disease (CAD) Pro Percutaneous Coronary Intervention (PCI) di
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2Tahun
Instalasi Brain and Heart Centre RS Dr. Moh. Hosein Palembang Nomor 3
2015

Penyakit jantung koroner merupakan jenis penyakit wajib mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan
jantung terbanyak di Instalasi Brain And heart Centre pasien, mengacu kepada Nine Life-Saving Patient
dengan jumlah pada tahun 2014 sebesar 6.962 terdiri Safety Solutions dari WHO mengenai patient Safety
dari 247 dengan ST-Elevasi Miocard Infark (STEMI ), (2007) yang digunakan oleh Komite Keselamatan
1890 dengan Non ST-Elevasi Miocard Infark Pasien Rumah Sakit PERSI ( KKPRS PERSI ) dan
(NSTEMI ) dan 4825 dengan stabil angina. Data dari Joint Commission International (JCI). Sasaran
penyakit terbanyak yang menimbulkan kematian di keselamatanpasienmerupakansyaratuntuk diterapkan di
Ruang rawat inap Instalasi Brain And Heart Centre semua Rumah Sakit , diantaranya adalah:
adalah acut NSTEMI dengan jumlah 23 pada tahun  Sasaran I: Identifikasi pasien dengan tepat
2014 mengalami kenaikan sebesar 0,26% yang  Sasaran II: Tingkatkan komunikasi yang efektif
sebelumnya berjumlah 17 pada tahun 2013 (Medical  Sasaran III: Tingkatkan keamanan obat yang perlu
record RSMH .2014 ). diwaspadai (high-alert)
 Sasaran lV: Pastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur,
CoronaryArtery Disease (CAD) merupakan Sindroma tepat-pasien operasi
koroner akut yang ditandai dengan nyeri dada khas  Sasaran V: Kurangi risiko infeksi terkait pelayanan
infark tanpa disertai dengan peningkatan segmen ST kesehatan
pada temuan Elektrokardiografi (EKG), hal inilah  Sasaran VI: Kurangi risiko pasien jatuh
yang memerlukan penegakkan diagnosa dan
penanganan yang tepat serta sesuai dengan standar METODE PENELITIAN
keselamatan pasien.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik
Rumah Sakit sebagai instansi pelayanan kesehatan dengan melakukan observasi. Adapun pendekatan
yang harus memberikan rasa aman terhadap pasien yang digunakan adalah kualitatif observasi disertai
terhadap suatu kejadian yang tidak diharapkan yang wawancara mendalam untuk mendapatkan kejelasan
kejadiannya sendiri terjadi di lingkungan rumah sakit, suatu aktifitas pelayanan yang dilakukan dalam
oleh karena itu Rumah Sakit harus selalu meningkatkan penerapan keselamatan pasien Coronary artery
mutu pelayanan dan memastikan keamanan pasien . Disease (CAD) pro Percutaneous Coronary
untuk memastikan kemanan pasien tersebut maka Intervention (PCI) berdasarkan Standar keselamatan
perlu dibuat suatu konsep pelayanan yang mencakup pasien, dan divalidasi dengan hasil dokumentasi di
seluruh kegiatan pecapaian 6 sasaran keselamatan dalam rekam medis. Pada penelitian ini diawali dengan
pasien di Rumah Sakit yang dijalani pasien sejak awal melakukan pengamatan terhadap petugas medis, non
masuk sampai keluar Rumah Sakit. Konsep pelayanan medis dan administrasi dalam menerima pasien mulai
tersebut dibuat dalam bentuk pathway yang dengan dari pasien masuk melalui rawat jalan, pasien dirawat
rinci dan mendetail menggambarkan kegiatan penerapan hingga pasien pulang sembuh .penelitian ini melibatkan
keselamatan pasien. juga tenaga kesehatan (perawat atau dokter) untuk
membantu dalam penelitian namun tidak diketahui
Belum adanya pathway untuk patient safety khususnya oleh informan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
untuk penyakit CAD tersebut terutama yang dilakukan bias dalam hasil penelitian.
Percutaneous Coronary Intervention ( PCI ) maka
penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam Setelah data dari hasil observasi dan wawancara secara
menegenai penyusunan pathway terhadap patient langsung telah terkumpul, maka tahap berikutnya
safety penyakit CAD pro PCI di Instalasi Brain And adalah melihat dokumen/ catatan dalam rekam medis
Heart Centre yang sebagai Instalasi unggulan RS dr. mengenai tindakan yang telah dilakukan, data dari hasil
Mohammad Hoesin dibidang pelayanan penyakit pengamatan langsung , wawancara dan rekam medis
jantung. dicatat dalam formulir isian tindakan penerapan
Patient Safety. data formulir isian tindakan penerapan
TINJAUAN PUSTAKA patient safety dimasukkan dalam ceklist kegiatan
utilisasi.,data dari pengamatan langsung yang telah
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan no 1691 tahun dilakukan checklist dianalisa sesuai 6 sasaran keselamatan
2011 pasal 8 menjelaskan bahwa setiap rumah sakit pasien di setiap ruangan yang kemudian dimasukkan

Jurnal ARSI/Juni 2016 233


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 3

dalam format Patient safety Phatway. melakukan didasarkan pada penerapan patient safety terutama
penyusunan Patient safety Phatway. pada mengurangi resiko infeksi dan pengawasan
terhadap penggunaan obat, hal ini sesuai dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN pernyataan yang diungkapkan oleh Soetoto, tahun
2013 bahwa bila keselamatan pasien diterapkan
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan masuknya dengan baik maka angka kejadian yang tidak
pasien dengan Coronary arteri Disease ( CAD ) yang diharapkan akan semakin berkurang dan mutiu
akan dilakukan tindakan Percutaneous Coronary pelayanan akan semakin baik yang menjadikan long
Intervention ( PCI ) di ruang Chateterizatio Laboratory of stayakan dapat menjadi lebih pendek dan terkendali.
Intervention Instalasi Brain And Heart Centre RS
Mohammad Hoesin Palembang. Data yang diperoleh Diagnosa Penyakit Penyerta
berdasarkan dari observasi langsung, wawancara dan
data sekunder dari buku registrasi di ruang poliklinik Dari penelitian ini diperoleh adanya penyakit penyerta
rawat jalan ,perawatan kelas, CVCU, ruang Chatlab di yaitu Hipertensi Heart Disease (HHD) , Congestive
Instalasi Brain And Heart Centre. Heart Failure (CHF) dan AV Block yang dapat
mengakibatkan waktu lama rawat lebih panjang,
Setelah proses pengumpulan data kemudian dilakukan namun untuk pelaksanaan tindakan Percutaneous
pencatatan identitas dan kegiatan petugas kesehatan coronary intervention tidak dipengaruhi oleh penyakit
dalam menerapkan enam sasaran keselamatan pasien penyerta hal ini karena sesuai dengan clinical pathway
menurut JCI Acreditation standars for hospital 4th CAD di RS yang bila harus segera dilakukan tindakan
edition tahun 2010 yang kemudian dimasukkan dalam intervensi maka tidak dapat ditunda.
formulir isian tindakan penerapan patient safety dan
ceklist utilisasi sejak pasien masuk ke Rumah Sakit Rincian Aktifitas Penerapan 6 Sasaran Patient
hingga pasien pulang, sehingga diperoleh gambaran Safety CAD Pro PCI Sesuai Patient Safety Pathway
penggunaan layanan untuk patient safety sebagai
syarat dalam penyusunan suatu patient safety pathway. Identifikasi Pasien

Karakteristik Pasien a. Kegiatan identifikasi pasien dibagian admisi, sesuai


dengan standar akreditasi Rumah Sakit (KARS
Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa pasien 2011) bahwa pasien diidentifikasi menggunakan
CAD yang dilakukan tindakan Percutaneous dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan
Coronary Intervention ( PCI ) terbanyak pada nomor kamar atau lokasi pasien dan diperkuat juga
kelompok umur kurang dari 60 tahun sebesar 13 ( 54,2 menurut darmawan, 2013 yang menyatakan
% ) dan jenis kelamin laki–laki sebesar 15 ( 62,5 % ) penggunaan tiga sistem identitas pasien yaitu nama
lebih dominan menderita CAD dibanding jenis dengan 2 suku kata, tanggal,bulan dan tahun
kelamin perempuan 9 ( 37,5 % ).hal ini sesuai yang kelahiran serta nomor rekam medis sehingga akan
dinyatakan oleh Gray,Huon etc. 2012 dalam Lecture sangat mengurangi kesalahan identifikasi bila
note cardiologist bahwa penyakit CAD jarang terjadi memiliki nama pasien yang sama. petugas dalam
pada perempuan merupakan konsep yang salah mengisi umur pasien tidak melakukan penulisan
walaupun memang jumlah perempuan peenderita sesuai panduan atau standar akreditasi yaitu dengan
CAD lebih sedikit dari laki-laki. menuliskan tanggal, bulan dan tahun kelahiran.
Dari 24 pasien hanya 20 pasien atau sekitar 83 %
Lama Hari Rawat saja yang menuliskannya sesuai standar hal ini
menunjukkan masih kurangnya pengetahuan
Rata- rata lama rawat pasien CAD yang tidak memiliki petugas dalam penulisan tanggal, bulan dan tahun
komplikasi di Instalasi Brain And Heart Centre adalah kelahiran, dan masih kurangnya sosialisasi
4,8 hari hal ini sesuai dengan clinical pathway CAD mengenai panduan keselamatan pasien terhadap
yang memiliki lama rawat 5-8 hari .bila dilihat petugas admisi mengingat telah ada buku panduan
berdasarkan diagnosis utama dengan CAD maka akan mengenai identifikasi pasien, hasil wawancara juga
lebih cepat lama perawatan 2 hari hal ini dapat diperoleh bahwa petugas belum mengetahui

Jurnal ARSI/Juni 2016 234


Harjito., Analisis Penyusunan Patient Safety Phatway Coronary Artery Disease (CAD) Pro Percutaneous Coronary Intervention (PCI) di
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume Tahun
Instalasi Brain and Heart Centre RS Dr. Moh. Hosein Palembang 2 Nomor 3
2015

bilamana pasien juga tidak mengetahui tanggal rentan terjadi kesalahan terutama bagi pasien yang
,bulan dan tahun kelahiran sehingga petugas hanya terdapat gangguan pendengaran maupun pasien
menurut seperti apa yang disebutkan oleh pasien. yang belum begitu sadar maka dikhawatirkan
Penulisan umur menurut penulis dikhawatirkan terjadi kesalahan identifikasi apalagi bila tidak
dapat menimbulkan kesalahan identitas bilaman mencocokan dengan identitas di gelang pasien
terdapat nama dan umur yang sama namun dapat hingga akan dapat terjadi kesalahan dalam
mengurangi kesalahan bila nama sama dapat pelayanan atau pengobatan.
melihat tanggal, bulan dan tahun kelahiran yang
memiliki kemungkinan yang sama dan bila mana d. Sesuai dengan standar akreditasi Rumah Sakit
sama dapat dilihat juga nomer rekam medis. (KARS, 2011 ) yang menyatakan bahwa keadaan
yang dapat mengarahkan terjadinya kesalahan-
b. Proses identifikasi pasien, menurut Cahyono, 2012 kesalahan dalam mengidentifikasi pasien adalah
bahwa kesalahan identifikasi pasien sangat salah satunya mungkin bertukar tempat tidur,
mungkin terjadi khusunya pelayanan di rumah kamar, lokasi dalam rumah sakit oleh karena itu
sakit karena kompleksitasnya pelayanan dan harus selalu dilakukan identifikasi, proses
keterbatasan petugas , demikian juga identifikasi identifikasi sebelum dilakukan tindakan PCI di
yang dilakukan sebelum pemeriksaan penunjang ruang perawatan petugas kesehatan sebagian
tidak semua pasien dilakukan identifikasi seperti masih belum sepenuhnya melakukan identifikasi
yang dikatakan oleh dr. Daniel Foley dalam hal ini menunjukkan masih kurangnya pemahaman
Darmawan, 2013 bahwa meskipun anda telah atau kepatuhan perawat terhadap panduan yang
benar 99,99 %, anda tidak ingin mengalami telah dibuat, kehawatiran terjadinya kesalahan
kesalahan 0,01 % yang mengakibatkan cedera, masih dapat terjadi karena belum identifikasi,
diharapkan dapat tercapai identifikasi 100 %.di petugas masih merasa hal tersebut biasa karena
ruang poli rawat jalan BHC sebagian tenaga medis hanya sedikit pasien yang akan dilakukan tindakan
melakukan identifikasi terhadap 18 (75 %) pasien PCI namun hal ini sangatlah memiliki resiko
dan sisanya 6 (25 %) pasien tidak dilakukan kesalahan yang besar.
identifikasi dengan menanyakan nama pasien
sebelum dilakukan pemeriksaan atau tindakan dari e. Sesuai Standar akreditasi rumah sakit ( KARS
hasil wawancara juga dinyatakan bahwa 2011 ) bahwa tahap sebelum dilakukannya insisi
identifikasi sudah dilakukan oleh perawat sehingga atau tindakan invasif atau pelaksanaan time out
pada waktu pemeriksaan tidak perlu diulang memungkinkan setap pertanyaan yang belum
kembali, hal ini menunjukkan masih kurangnya terjawab atau kesimpangsiuran dibereskan, time
pemahaman tenaga medis didalam identifikasi out melibatkan seluruh anggota tim sehingga
pasien karena hal ini juga dapat menimbulkan permasalahan dapat diselesaikan sebelum dilakukan
kesalahan dalam pemeriksaan terhadap pasien tindakan invasif Identifikasi, di ruang chateterisasi
yang seharusnya. belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik,
pelaksanaan sign in, time Out dan sign out masih
c. Kegiatan identifikasi sesuai dengan standar tidak sesuai dengan panduan keselamatan
akreditasi Rumah Sakit ,KARS 2011 menyatakan pembedahan hal ini menunjukkan bahwa petugas
bahwa maksud dari identifikasi dengan cara yang masih belum memahami tujuan dari sign in, time
dapat dipercaya/reliable mengidentifikasi pasien Out dan sign out itu sendiri, petugas merasa bahwa
sebagai individu yang dimaksudkan untuk pelaksanaan di ruang chateterisasi sangat berbeda
mendapatkan pelayanan atau pengobatan, diruang dengan diruang operasi yang dilakukan pembedahan
perawatan jantung baik di ruang CVCU maupun namun diruang cahateterisasi ini juga merupakan
di ruang kelas sebagian tenaga medis dan tenaga tindakan invasif yang perlu pengawasan ketat,
perawat tidak melakukan identifikasi pasien namun pada dokumentasi berupa check list
sebelum pemeriksaan hal ini dikhawatirkan terjadi pelaksanaan sign in, time Out dan sign out terisi
kesalahan dalam mengidentifikasi, petugas kesehatan lengkap hal ini tidak sesuai dengan yang
tidak meminta pasien untuk menyebutkan namanya dilaksanakan, semua ini menunjukan bahwa
namun melakukan justifikasi, tindakan ini sangat pelaksanaan ini hanya sebagai dokumen untuk

Jurnal ARSI/Juni 2016 235


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 3

akreditasi saja, namun pada kenyatannya tidak SBAR tidak dilakukan hal ini dikhawatirkan terjadi
dilaksanakan. kesalahpahaman atau kekeliruan terhadap apa
yang akan dilakukan terhadap pasien sehingga
f. Proses identifikasi setelah dilakukan tindakan PCI dapat terjadi kesalahan pasien yang akan dilakukan
di ruang perawatan petugas kesehatan sebagian tindakan invasif.
masih belum sepenuhnya melakukan identifikasi
hal ini menunjukkan masih kurangnya pemahaman c. Sesuai Standar akreditasi rumah sakit ( KARS
atau kepatuhan terhadap panduan yang telah 2011 ) bahwa tahap sebelum dilakukannya insisi
dibuat, kesalahan masih dapat terjadi karena belum atau tindakan invasif atau pelaksanaan time out
dilakukan identifikasi, petugas merasa pasien yang memungkinkan setap pertanyaan yang belum
melakukan tindakan PCI sedikit namun ini tidak terjawab atau kesimpangsiuran dibereskan, time
sesuai dengan standar akreditasi Rumah Sakit out melibatkan seluruh anggota tim sehingga
(KARS, 2011) yang menyatakan bahwa pasien permasalahan dapt diselesaikan sebelum dilakukan
harus selalu dilakukan identifikasi sebelum tindakan invasif .Komunikasi efektif di ruang
dialkukan pemeriksaan atau tindakan Cahteterisasi belum sepenuhnya dilaksanakan
dengan baik, pelaksanaan sign in, time Out dan
Komunikasi Efektif sign out masih tidak sesuai dengan panduan
keselamatan pembedahan hal ini menunjukkan
a. Pada proses komunikasi efektif menurut Darmawan, bahwa petugas masih belum memahami tujuan
2013 bahwa komunikasi itu penting untuk semua dari sign in, time out dan sign out itu sendiri, petugas
aspek kehidupan, komunikasi efektif adalah dasar merasa bahwa pelaksanaan di ruang chateterisasi
saling pengertian dan kepercayaan, salah komunikasi sangat berbeda dengan diruang operasi yang
menyebabkan salah pengertian, salah prosedur dilakukanpembedahannamundiruangcahateterisasi
tindakan dan berdampak terhadap pasien, ini juga merupakan tindakan invasif yang perlu
komunikasi buruk menyebabkan ketidakpuasan pengawasan ketat, namun pada dokumentasi
pasien dan keluarga sehingga dapat timbul berupa check list pelaksanaan sign in, time Out dan
tuntutan, medikolegal dan etika.yang dilakukan sign out terisi lengkap hal ini tidak sesuai dengan
diruang perawatan oleh tenaga medis dan tenaga yang dilaksanakan,semua ini menunjukan bahwa
perawat yang dilakukan lewat telepon atau ketika pelaksanaan ini hanya sebagai dokumen untuk
overan pasien tidak sesuai dengan tahapan SBAR , akreditasi sajanamunkenyatannyatidak dilaksanakan.
hal ini dikhawatirkan akan dapat menyebabkan
sistem komunikasi kurang efektif sehingga dapat d. Pada pelaksanaan komunikasi efektif seperti yang
menyebabkan salah pengertian, salah langkah, dijelaskan oleh Cahyono, 2013 bahwa petugas
salah prosedur tindakan dokter atau perawat kesehatan tidak dapat bekerja dengan baik bila
terhadap pasien. tidak berkomunikasi dengan baik. Komunikasi
efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan
b. Pada pelaksanaan komunikasi efektif seperti yang yang dipahami oleh penerima pesan akan
dijelaskan oleh Cahyono, 2013 bahwa petugas mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
kesehatan tidak dapat bekerja dengan baik bila peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi
tidak berkomunikasi dengan baik. Komunikasi dapat berbentuk elektronik (telepon, sms), lisan,
efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan atau tertulisdi ruang perawatan setelah tindakan
yang dipahami oleh penerima pesan akan PCI masih sebagian tidak melaksanakan
mengurangi kesalahan, dan menghasilkan komunikasi sesuai tahapan SBAR, tidak dilakukan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi ini dikhawatirkan terjadi kesalahpahaman atau
dapat berbentuk elektronik (telepon, sms), lisan, kekeliruan terhadap apa yang akan dilakukan
atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi terhadap pasien sehingga dapat terjadi kesalahan
kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah pasien terhadap tindakan atau pengobatan terhadap
diberikan secara lisan atau melalui telepondi ruang pasien yang telah dilakukan tindakan PCI ini,
perawatan sebelum tindakan PCI masih sebagian demikian juga saat overan pasien ( hand over )
tidak melaksanakan komunikasi sesuai tahapan

Jurnal ARSI/Juni 2016 236


Harjito., Analisis Penyusunan Patient Safety Phatway Coronary Artery Disease (CAD) Pro Percutaneous Coronary Intervention (PCI) di
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2Tahun
Instalasi Brain and Heart Centre RS Dr. Moh. Hosein Palembang Nomor 3
2015

harus dapat dilaksanakan sesuai tahapan SBAR kesimpangsiuran dibereskan, time out melibatkan
agar kemungkinan kesalahan dapat dihilangkan. seluruh anggota tim sehingga permasalahan dapt
diselesaikan sebelum dilakukan tindakan invasif di
Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai ruang Cahteterisasi belum sepenuhnya
dilaksanakan dengan baik, pelaksanaan sign in,
a. Kegiatan untuk keamanan obat yang perlu time Out dan sign out masih tidak sesuai dengan
diwaspadai menurut standar akreditasi Rumah panduan keselamatan pembedahan hal ini
Sakit KARS 2011 dan juga Cahyono, 2014 bahwa menunjukkan bahwa petugas masih belum
untuk mengurangi kesalahan Instalasi Farmasi memahami tujuan dari sign in, time Out dan sign
Rumah Sakit ( IFRS ) harus membuat daftar obat out itu sendiri, petugas merasa bahwa pelaksanaan
High alert yang dapat diinformasikan keseluruh di ruang chateterisasi sangat berbeda dengan
belum ada daftar obat-obatan High alert dan LASA diruang operasi yang dilakukan pembedahan
di ruang perawatan hal ini dapat mengakibatkan namun diruang cahateterisasi ini juga merupakan
ketidaktahuan tenaga medis khususnya perawat tindakan invasif yang perlu pengawasan ketat,
terhadap obat-obatan yang termasuk dalam High namun pada dokumentasi berupa check list
alert atau LASA. Dengan ketidaktahuan obat-obat pelaksanaan sign in, time Out dan sign out terisi
tersebut maka dikhawatirkan dapat terjadi KTD lengkap hal ini tidak sesuai dengan yang dilaksanakan,
apalagi bila tulisan dari tenaga medis tidak dapat semua ini menunjukan bahwa pelaksanaan ini
dibaca, masih adanya penulisan tenaga medis hanya sebagai dokumen untuk akreditasisajanamun
pada pemberian obat yang tidak dapat atau sulit kenyatannyatidak dilaksanakan.
dibaca .kemungkinan ini terjadi karena merasa
obat-obatan itulah yang sering diberikan jadi d. Proses keamanan obat yang perlu diwaspadai post
perawat akan tahu obat apa yang diberikan hal ini tindakan PCI menurut standar akreditasi Rumah
sesuai dengan hasil wawancara dengan tenaga Sakit KARS 2011 dan juga Cahyono, 2014 bahwa
medis bahwa obat-obat itulah yang biasa diberikan, untuk mengurangi kesalahan Instalasi Farmasi
namun hal ini tidak sesuai dengan standar dan Rumah Sakit ( IFRS ) harus membuat daftar obat
panduan untuk keamanan obat. High alert yang dapat diinformasikan keseluruh
ruangan masih ditemukan tulisan yang tidak dapat
b. Proses keamanan obat yang perlu diwaspadai terbaca pada rekam medis pasien yang telah
sebelum tindakan PCI ruangan menurut KARS dialakukan tindakan PCI,hal ini dapt juga
2012 bahwa permasalahan yang berhubungan terjadinya kesalahan ataupun KTD penulisan
dengan tulisan tangan yang tidak terbaca (illegible dalam perencanaan tindakan dan pengobatan yang
handwritting) dan pemakaian singkatan adalah tidak terbaca menunjukkan masih kurangnya
faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi yang pemahaman petugas medis dalam memberikan
menimbulkan kesalahan, masih ditemukan tulisan order bila tulisan tidak terbaca akan snagat potensial
yang tidak dapat terbaca pada rekam medis pasien terjadi kekeliruan dalam membaca sehingga
hal ini menunjukkan masih kurangnya pemahaman dikawatirkan terjadi kejadian yang tidak diinginkan,
petugas medis dalam memberikan order bila apalagi tidak adanya daftar nama obat-obatan yang
tulisan tidak terbaca akan sangat potensial terjadi termasuk memerlukan pengawasan ketat baik high
kekeliruan dalam membaca sehingga dikawatirkan alert maupun LASA.
terjadi kejadian yang tidak diinginkan, apalagi tidak
adanya daftar nama obat-obatan yang termasuk Ketepatan Lokasi, Prosedur dan Pasien Operasi
memerlukan pengawasan ketat baik high alert
maupun LASA. Ketepatan operasi, prosedur dan pasien Sesuai Standar
akreditasi rumah sakit ( KARS 2011 ) bahwa tahap
c. Kewaspadaan obat high alert, Sesuai Standar sebelum dilakukannya insisi atau tindakan invasif atau
akreditasi rumah sakit ( KARS 2011 ) bahwa tahap pelaksanaan time out memungkinkan setap pertanyaan
sebelum dilakukannya insisi atau tindakan invasif yang belum terjawab atau kesimpangsiuran dibereskan,
atau pelaksanaan time out memungkinkan setap time out melibatkan seluruh anggota tim sehingga
pertanyaan yang belum terjawab atau permasalahan dapat diselesaikan sebelum dilakukan

Jurnal ARSI/Juni 2016 237


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 3

tindakan invasif di ruang Chatetrisasi Laboratory yang baru-baru ini diterbitkan dan sudah diterima
Intervention. secara umum ( a.l. dari WHO patient safety).

Di Ruang Chateterisasi ini belum sepenuhnya b. Pada tindakan mengurangi infeksi di ruang
dilaksanakan dengan baik, pelaksanaan sign in, time perawatan telah dilakukan cuci tangan sebagai
Out dan sign out masih tidak sesuai dengan Standar pencegahan penularan atau infeksi namun masih
keselamatan pasien khususnya diruang operasi, ruang ada sebagian tenaga medis dan tenaga perawat
chatlab walaupun bukan ruang operasi namun ini tidak melakukan cuci tangan sebelum melakukan
merupakan ruangan tindakan invasif sehingga segala pemeriksaan terhadap pasien hal ini menyebabkan
pelaksanannya harus mengacu kepada standar akan terkontaminasi oleh kuman yang berasal dari
keselamatan diruang operasi, hanya saja pada ruang pasien tersebut dan dapat menularkannya kepada
chatlab tidak diperlukan site marking karena pasien lain yang ditangani kemudian. Hal ini sesuai
merupakan organ tunggal yaitu jantung yang akan dengan pernyataan Cahyono, 2012 bahwa Cuci
dilakukan intervensi, namun tindakan lain harus tangan merupakan komponen pencegahan infeksi
dilakukan seperti Sign in, Time Out dan Sign Out hanya yang paling penting, bisa menggunakan sabun di
pelaksanannya berbeda seperti pada kasus tindakan bawah air mengalir, atau dengan menggunakan
pembedahan. antiseptik/handrub.Bila tangan tampak kotor dan
mengandung bahan berprotein menggunakan air
Tidak dilakukannya prosedur Sign in, Time Out dan mengalir dan sabun.Bila tidak tampak kotor,
Sign Out menunjukkan bahwa petugas masih belum dekontaminasi dengan alkohol handsrub.
memahami tujuan dari sign in, time Out dan sign out
itu sendiri, dan walaupun dilaksanakan seperti hanya c. Dalam kegiatan untuk mengurangi resiko infeksi
kewajiban saja melaksanakan namun tidak sesuai sebelum tindakan PCI terutama pelaksanaan cuci
dengan panduan keselamatan pembedahan yang telah tangan sudah sesuai dengan standar baik tahapan
dibuat oleh rumah sakit, petugas masih merasa bahwa maupun momen untuk melakukan cuci tangan hal
pelaksanaan di ruang chateterisasi sangat berbeda ini menunjukkan bahwa pemahaman dan juga
dengan diruang operasi yang dilakukan pembedahan kesadaran akan pencegahan infeksi dan penularan
namun diruang cahateterisasi ini juga merupakan penyakit sudah baik karena menurut WHO bahwa
tindakan invasif yang perlu pengawasan ketat, namun Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-
pada dokumentasi berupa check list pelaksanaan sign infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang
in, time Out dan sign out terisi lengkap hal ini tidak tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca
sesuai dengan yang dilaksanakan,semua ini kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi
menunjukan bahwa pelaksanaan ini hanya sebagai nasional dan internasional.
dokumen untuk akreditasi saja namun kenyatannya
tidak dilaksanakan.. d. Proses tindakan untuk mencegah resiko infeksi di
ruang Chatlab telah dilakukan sepenuhnya dengan
Mengurangi Resiko Infeksi benar terutama pelaksanaan cuci tangan sudah
sesuai standar baik dalam tahapan maupun
a. Kegiatan dalam mengurangi resiko infeksi di ruang momen pelaksanaan cuci tangan. Dalam hal
poli rawat jalan masih sebagian tenaga medis tidak pencegahan infeksi selama tindakan juga telah
melakukan cuci tangan sesuai tahapan cuci tangan, sesuai prosedur, hal ini menunjukan bahwa
hasil wawancara dikatakan bahwa yang terpenting pelaksanaan pencegahan infeksi telah dipahami
menurutnyaadalahtelahmeratanyacairandesinfektan, oleh seluruh petugas di alam ruangan chateterisasi
tidak perlu tahapannya hal ini menunjukkan masih yang memang membutuhkan kesterilan dan
kurangnya pemahaman tahapan cuci tangan dan pengawasan yang ketat.
masih kurangnya kepatuhan untuk melakukan cuci
tangan, menurut WHO sesuai dengan standar e. Dalam kegiatan untuk mengurangi resiko infeksi
akreditasi Rumah sakit tahun 2012 bahwa tahapan post tindakan PCI terutama pelaksanaan cuci
cusi tangan harus sesuai pedoman hand hygiene tangan sebagian masih belum sesuai dengan
standar baik tahapan maupun momen untuk

Jurnal ARSI/Juni 2016 238


Harjito., Analisis Penyusunan Patient Safety Phatway Coronary Artery Disease (CAD) Pro Percutaneous Coronary Intervention (PCI) di
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2Tahun
Instalasi Brain and Heart Centre RS Dr. Moh. Hosein Palembang Nomor 3
2015

melakukan cuci tangan hal ini menunjukkan Rumah sakit, hal ini sesuai dengan pernyataan
bahwa pemahaman dan kesadaran akan Darmawan, 2013 bahwa penilaian resiko jatuh
pencegahan infeksi dan penularan penyakit belum adalah upaya untuk mengenali apakah sorang
baik karena menurut WHO bahwa Pusat dari pasien memiliki resiko jatuh sehingga tinadakan
eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain pencegahan dapat dilakukan.
adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.
Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan c. Tindakan pencegahan cedera akibat jatuh menurut
WHO, dan berbagai organisasi nasional dan Darmawan, 2013 bahwa penilaian resiko jatuh
internasional. adalah upaya untuk mengenali apakah sorang
pasien memiliki resiko jatuh sehingga tinadakan
Mengurangi Risiko Jatuh pencegahan dapat dilakukan di ruang perawatan
telah dilakukan perawat telah melakukan
a. Kegiatan dalam mengurangi resiko jatuh menurut assesment resiko jatuh sesuai panduan keselamatan
KARS 2012 dan Darmawan, 2013 bahwa pasien Rumah Sakit pada setiap pasien yang baru
Rumah sakit menerapkan asesmen awal resiko masuk, dalam rekam medis juga terlampir
pasien jatuh dan juga bahwa Rumah sakit asesment pengkajian awal resiko jatuh hal ini
sebaiknya mengambil langkah yang tepat untuk menunjukkan bahwa tenaga kesehatan telah
menangani dan mencegah KTD jatuh ,langkah mengetahui pelaksanan pengkajian resiko jatuh
yang dapat dilakukan meliputi penilaian awal agar pasien dapat dikenali apakah mempunyai
resiko jatuh, asesmen awal resiko pasien jatuh, resiko jatuh sehingga petugas dapat mengambil
penataan lingkungan dan sarana, peningkatan langkah-langkah pencegahan agar tidak terjadi
pelayanan kepada pasien dan memperbaiki kondisi cedera karena jatuh.
intrinsik pasien itu sendiri pada pasien yang berada
diruang admisi juga telah dilakukan oleh petugas d. Pencegahan resiko jatuh sebelum pelaksanaan
admisi dengan melakukan skrening awal tindakan PCI belum sepenuhnya petugas kesehatan
identifikasi pasien jatuh yaitu dengan melihat melaksanakan assesment resiko jatuh dengan baik,
selintas pasien yang akan melakukan pendaftaran masihadanyapetugastidak melaksanakan assesmen
mengenai cara berjalan, atau dibantu dalam menunjukkan bahwa kepatuhan dan pemahaman
berjalan ataupun menggunakan alat bantu dalam terhadap kemungkinan cedera akibat jatuh masih
berjalan. Sebagian petugas admisi melakukan rendah , petugas hanya melihat secara fisik saja
skering awal pasien jatuh pada pasien yang namun tidak dikaji secara mendalam tentang
melakukan pendaftaran namun masih ada pasien kelemahan pasien yang berpotensi jatuh, sesuai
yang tidak dilakukan skrening awal jatuh, hal ini dengan standar akreditasi Rumah Sakit bahwa
dikhawatirkan dapat terjadi resiko pasien jatuh bila langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi
petugas tidak mengetahui keadaan pasien yang risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen
akan mendaftar dalam keadaan lemah. Namun dianggap berisiko jatuh. Langkah-langkah dimonitor
rumah sakit di bagian admisi telah menyediakan hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera
kursi roda dan brankar yang memiliki pagar akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak
pengaman sesuai standar.( 100 % ) sesuai dengan diharapkan.
standar akreditasi Rumah sakit.
e. Dalam pelaksanaan mengurangi resiko jatuh
b. Kegiatan di rawat jalan dalam mengurangi resiko diruang chatlab ini juga sudah sepenuhnya
jatuh seluruh petugas sudah melakukan melaksanakan sesuai standar yang meliputi
pencegahan resiko jatuh hal ini sesuai dari hasil pengkajian resiko jatuh setelah dilakukan tindakan
observasi telah dilakukannya assesmen awal resiko PCI, pemasangan pagar pengaman selama
jatuh dan juga telah terdokumentasi di assesmen dilakukan observasi, hal ini menunjukkan adanya
awal pasien. hal ini menunjukkan bahwa pemahaman didalam pelaksanaan untuk mencegah
pemahaman perawat sudah cukup baik dalam cedera yang diakibatkan oleh jatuh.
melakukan pengkajian awal resiko jatuh sehingga
dapat mencegah terjadinya KTD dilingkungan

Jurnal ARSI/Juni 2016 239


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 3

f. Panduan nasional keselamatan pasien Rumah sakit pathway pada penyakit CAD pro PCI di RSMH
oleh Depkes ( 2006 ) bahwa pelaksanaan evaluasi Palembang, Penyusunan Patient Safety Pathway CAD
untuk resiko pasien jatuh dilakukan secara terus Pro Percutaneous coronary intervention di Instalasi
menerus melihat keadaan pasien dan dilakukan Brain And Heart Centre RS dr Mohammad Hoesin
pengkajian skala Jatuh dapat dilakukan :pada saat Palembang dapat dilaksanakan.,Aktifitas enam
pasien masuk RS ,setiap hari pada shift pagi, saat sasaran Patient Safety CAD Pro Percutaneous
kondisi pasien berubah atau ada suatu perubahan coronary intervention di Instalasi Brain And Heart
dalam terapi medik yang dapat menimbulkan Centre RS dr Mohammad Hoesin Palembang pada
resiko jatuh pada pasien, saat pasien dipindahkan setiap ruangan telah mencapai penuh ( 80 – 100 % )
ke unit lain dan setelah kejadian jatuhPencegahan kecuali ketepatan prosedur operasi, lokasi dan pasien
resiko jatuh setelah pelaksanaan tindakan PCI (66,7 % ) Penyusunan Patient Safety Pathway ini dapat
sudah sesuai standar petugas kesehatan menjaga mutu layanan yang aman di Rumah Sakit,
melaksanakan assesment resiko jatuh dengan baik, khusunya pada pasien CAD yang dilakukan penelitian
masih hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan dan namun tidak menutup kemungkinan penyakit lain
pemahaman terhadap kemungkinan cedera akibat dapat juga diterapkan penggunaan Patient Safety
jatuh sudah baik. Pathway ini. Hal ini menunjukkan bahwa Patient
Safety Pathway dapat diterapkan di RS dr. Mohammad
Patient Safety Pathway pada CAD Pro PCI Hoesin Palembang.

Dari penelitian ini dapat tersusun suatu draf Patient Saran


Safety Pathway yang berdasarkan atas semua kegiatan
penerapan enam sasaran keselamatan pasien yang Rumah Sakit khusunya Komite mutu dan keselamatan
dilakukan terhadap pasien Coronary Artery Disease ( pasien Rumah sakit perlu lebih meningkatkan dan
CAD ) yang dilakukan tindakan invasif berupa mengembangkan program patient safety dengan
Percutaneous Coronary Intervention ( PCI ) dan membuat Patient safety Pathway khususnya penyakit
rekapan utilisasi segala kegiatan yang dilakukan oleh yang terbanyak, memiliki resiko yang tinggi dan
petugas kesehatan baik dokter, perawat dan tenaga memiliki biaya yang mahal, membentuk kelompok
administrasi dalam menerapkan enam sasaran kerja untuk mengevaluasi pelaksanaan penerapan
keselamatan Rumah Sakit sesuai JCI Acreditation patient Safety di Rumah Sakit, meninjau kembali
standars for hospital 4th edition,2010 yang dilakukan kebijakan mengenai pedoman dan SPO yang
sejak pasien datang sampai pasien diperbolehkan berkaitan dengan pelaksanaan patient safety di Rumah
pulang dan kembali untuk melakukan kontrol Sakit yang masih belum diatur.
dipoliklinik jantung. Dengan tersusunnya patient safety
pathways ini maka dapat memberikan arah atau alur DAFTAR PUSTAKA
dalam melaksanakan penerapan keselamatan pasien
Bila alur tatakelola ini dilakukan maka mutu pelayanan Azwar, Azrul.2010PengantarAdministrasiKesehatan, Edisi Ketiga,PTBinarupa Aksara,
Jakarta.
dan keselamatan pasien akan terjaga. Berdasarkan hal BidangPelayananMedik,LaporanTahunan2014RSMHPalembang.
tersebut maka tidak menutup kemungkinan Patient BurgesJF Jr, 2012, Innovation and efficiency in health care:doesanyone really know what
theymean?,HealthSystems.
safety Pathway ini dapat diterapkan pada penyakit lain Darmawan Hardi,dkk, 2013 ; Menuju pelayanan kesehatan yang aman, cetakan ke 5,
dan juga dapat digunakan sebagai pedoman dalam kanisius,Yogyakarta.
Cahyono,suharjo.JB 2012; Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek
pelaksanaan standar keselamatan pasien di Rumah kedokteran,edisi5,Kanisius,Yogyakarta.
Sakit. Canadian Patient Safety Institute, 2009 ; The safety Competencies, first edition, enhancing
patientSafetyAcrossthehealthProfessions.
Departemenkesehatan RepublikIndonesia,2006;PanduanNasionalKeselamatanPasien
KESIMPULAN DAN SARAN RumahSakit(PatientSafety);DepartemenKesehatanRI.
DepkesRI,2012;PetaJalanMenujuJaminanKesehatanNasional2012-2019,Jakarta.
DepkesRI. UndangUndangRINomor44Tahun2009TentangRumahSakit.Jakarta.
Kesimpulan Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indoneia Nomor. 129 Tahun 2009
TentangStandarPelayananMinimalRumahSakit.Jakarta.
Djuhaeni,H.2009.ManajemenPelayananMedikDiRumahSakit.Jakarta.
Hingga saat ini Rumah Sakit dr. Mohammad Hoesin Gray,Huon,etall2012;Lecturenotescardiologi,ErlanggaMedicalseries,Jakarta.
Hana Permana, Indikator Kinerja Rumah Sakit, http://www.kebijakankesehatani
Palembang belum memiliki Patient Safety Pathway. ndonesia.net/sites/default/files/file/2011/INDIKATOR%20KINERJA%20RS.p
dengan penelitian ini telah tersusun Patient Safety df,diunduh18Januari2015.

Jurnal ARSI/Juni 2016 240


Harjito., Analisis Penyusunan Patient Safety Phatway Coronary Artery Disease (CAD) Pro Percutaneous Coronary Intervention (PCI) di
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume Tahun
Instalasi Brain and Heart Centre RS Dr. Moh. Hosein Palembang 2 Nomor 3
2015

Handayani, Sri. 2014; Patient Safety , http;//srihandayani.com/2010/10/pasien-safety.html RoskoMD,MutterRL,2010, InefficiencyDifferencesbetweenCriticalAccessHospitalsand


diaksespada4agustus2014.Jam20.30WIB. ProspectivelyPaidRuralHospitals,JournalofHealthPolitics,PolicyandLaw
Hughes,Ronda.G.2008.PatientSafetyandQualityanEvidenceBasedHandbookofNurses. RuizM, Bottle A, Aylin P, A,2013; retrospective study ontheimpact of thedoctors’strike in
RockvilleMD:AgencyforHealthcareResearchandQualityPublications,diakses Englandon21June2012,JRSocMed,0:1-8.
20Oktober2014,http://www.ahrg.gov/QUAL/nursehdbk. Sabarguna, B.S. 2008; Manajemen Kinerja Pelayanan Rumah Sakit. Penerbit CV Sagung
KARS, 2011; Standar Akreditasi Rumah Sakit , Direktorat jendral Bina Pelayanan medik, Seto.Jakarta.
Jakarta. Scott,VaughanL,BellD,2009;Effectivenessofacutemedicalunitsinhospitals:asystematic
Kementerian KesehatanRI, 2013. IndikatorKinerjaRumahSakit Badan Layanan Umum, review,InternationalJournalforQualityinHealthCare,21:397-407.
BagianProgramdanInformasiSetditjenBinaUpayaKesehatanKemenkesRI. Singer AJ, MD, ED 2006;Crowding: Challenges And Solutions.The Stony Brook
Kementerian Kesehatan RI. 2013 Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2010- Experience,StonyBrookMedicine,NewYork.
2014.Jakarta. Stowell A, et al, 2013; Hospital out-lying through lack of beds and its impact on care and
Laporan Bulanan Bid yanmed RSUP dr. Moh Hoesin Palembang. Laporan bulan patient outcome, Scandinavian Journal of Trauma, Resuscitation and Emergency
September2014. Medicine.
Laporan Semesteran Instalasi Brain And Heart Centre RSUP dr. Mohammad Hoesin Sutoto,2013;ClinicalPathwayssebagaikendalimutudanbiayadalamsistempembiayaan
Palembang,2014. BPJS.MakalahdalambimbinganakreditasiRS.
LaporanTahunanRSUPdr.MohHoesinPalembangTahun2014. TheAustralianCouncilforSafetyand Qualityin HealthCare,2005.; NationalPatientSafety
Mardiyoko,Ibnu,2014;identifikasipasien,Artikel,centerforhealthinformationmanagemen Education,SafetyQualityCouncil.
development. Wibowo, 2014; Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan, Penerbit RajaGrafindo,
Moertjahjo,AAK,2012;JaminanKesehatanNasional(JKN)Jakarta. Jakarta.
Moleong,2013,MetodologiPenelitianKualitatif,edisirevisi,PenerbitRosdakarya,Bandung. WiseMP,FrostPJ,2010Hospitalmortalityandjuniordoctors’handover:theroleofmedical
Notoatmodjo,S.2010, Etika&HukumKesehatan.PenerbitPTAsdiMahasatya.Jakarta. schoolsandconsultants,QJMed2010,103:895-896.
Richardson DB, Theaccess-blockeffect:relationshipbetweendelayto reachinganinpatient WongJ,Beglaryan H,2004;StrategiesforHospitalsto ImprovePatientSafety :Areviewof
bedandinpatientlengthofstay,MJA2002,177:492-495. theResearch;TheChangeFoundation.
RivanyR.;2006HubunganClinicalPathwaydenganDRG’sCasemix.INA-version. World Health Organization ( WHO ) 2009; Conceptual Framework for the International
Rivany, R , 2010 ; Quo Vadis Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial nasional, Jurnal ClassificationforPatientSafety,versi1.1.finaltechnicalreportJanuary.
ManajemenPelayananKesehatanVol13. Yolanda,EP.2008.Tesis:Evaluasi ImplementasiKebijakanKewajibanMenuliskanResep
Rivany, R, 2009 ; Indonesia Diagnosis Related Groups, Jurnal Kesehatan Masyarakat ObatGenerikDiRSUCilegonTahun2007. ProgramKARSFakultasKesehatan
NasionalVol.4. Masyarakat.UniversitasIndonesia.

Jurnal ARSI/Juni 2016 241


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 3

Tabel. 1. Distribusi Kelompok Umur dan Jenis Kelamin pada Pasien CAD Pro PCI di
Instalasi Brain and Heart Centre RSMH Palembang Bulan Maret- April 2015

No Karakteristik pasien N ( kasus ) Persentase ( % )


< 60 tahun 13 54,2
1. Umur
 60 tahun 11 45,8
Laki – laki 15 62,5
2. Jenis kelamin
Perempuan 9 37,5

Tabel 2. Distribusi Lama Hari Rawat Pasien CAD pro PCI di Instalasi Brain and Heart
Centre RSMH Palembang Bulan Maret- April 2015
No Lama hari rawat N ( kasus ) Persentase ( % )
1 2 hari 10 41,6
2 3 hari 8 33,3
3 4 hari 3 12,5
4 6 hari 2 8,3
5 9 hari 1 4,2

Tabel 3. Distribusi Penyakit Penyerta CAD di Instalasi Brain And Heart Centre
RSMH Palembang Bulan Maret- April 2015
No Penyakit penyerta N ( kasus ) Persentase ( % )
1. CHF 1 20
2. AV Blok 1 20
3. HHD 3 60

Tabel 4. Total Penilaian Identifikasi Pasien


Kegiatan Adm RJ Kls Chlb CVCU Tot. n.max
Sebelum pemberian obat, darah atau
- 10 5 10 10 35 40
produk darah
Sebelum pengambilan darah dan spesimen
- 5 10 - 10 25 30
lain utk pemeriksaan
Sebelum pemberian pengobatan - 5 10 5 10 30 40
Sebelum memberikan tindakan - 5 10 10 10 35 40
Menyiapkan gelang 10 - - - - 10 10
Memasang gelang - - 10 - 10 20 20
TOTAL 155 180

Tabel 5. Total Penilaian Komunikasi Efektif


Kegiatan Adm RJ Kls Chlb CVCU Tot. n.max
Melakukan serah terima pasien - - 5 - 10 10 20
Melaporkan hasil pemeriksaan darah - 5 10 - 10 25 30
Melaporkan hasil EKG - 5 5 - 5 15 30
Melaporkan pasien baru - 5 10 10 10 35 40
Melaporkan kondisi pasien - 5 5 10 10 30 40
TOTAL 115 130

Tabel 6. Total Penilaian Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai


Kegiatan Adm RJ Kls Chlb CVCU Tot. n.max
Menyimpan obat - - 10 10 10 30 30
Menuliskan jenis obat / peresepan - 5 5 - 5 15 30
Memberikan obat - 5 10 10 10 35 40
Melakukan pencatatan obat yang telah - 10 10 10 10 40 40
diberikan
TOTAL 120 140

Jurnal ARSI/Juni 2016 242


Harjito., Analisis Penyusunan Patient Safety Phatway Coronary Artery Disease (CAD) Pro Percutaneous Coronary Intervention (PCI) di
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2Tahun
Instalasi Brain and Heart Centre RS Dr. Moh. Hosein Palembang Nomor 3
2015

Tabel 7. Total Penilaian Tepat Lokasi, Prosedur dan Pasien


Kegiatan Adm RJ Kls Chlb CVCU Tot. n.max
Melakukan Sign In - - - 10 - 10 10
Melakukan Time Out - - - 5 - 10 10
Melakukan Sign Out - - - 10 - 10 10
TOTAL 25 30

Tabel 8. Total Penilaian Mengurangi Risiko Infeksi


Kegiatan Adm RJ Kls Chlb CVCU Tot. n.max
Mencuci tangan sebelum kontak dgn - 10 10 10 10 40 40
pasien
Mencuci tangan sebelum tindakan aseptik - 10 10 10 10 40 40
Mencuci tangan setelah beresiko kontak - 10 10 10 10 40 40
dgn cairan tubuh
Mencuci tangan setelah kontak dgn - 5 5 10 10 30 40
pasien
Mencuci tangan setelah kontak dgn - 0 0 10 10 20 40
lingkungan pasien
Menjaga kesterilan slang kateter - - 10 10 10 30 30
Menjaga kebersihan / kesterilan slang - 10 10 10 10 40 40
IVFD
Memakai spuit sekali pakai - 10 10 10 10 40 40
TOTAL 280 310

Tabel 9. Total Penilaian dalam Mengurangi Resiko Jatuh


Kegiatan Adm RJ Kls Chlb CVCU Tot. n.max
Melakukan asesmen resiko jatuh 5 5 10 10 10 40 50
Memasang pagar tempat tidur - - 10 10 10 30 30
Menyediakan bel didekat pasien dan mudah dijangkau - - 10 - 10 20 20
Memberikan pencahayaan yg terang namun tdk menyilaukan - - 10 10 10 30 30
Mengurangi penghalang seperti keset, noda basah dilantai, kain - - 5 - 10 15 20
kusut di TT
Menyediakan kursi roda / brankar yg bereling 10 10 10 10 10 50 50
TOTAL 185 200

Tabel 10. Patient Safety Pathway CAD


NO SASARAN KEGIATAN UTILITY / RUANGAN TOTAL U
Sebelum pemberian obat, darah atau produk darah
Sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klini
1 Identifikasi Pasien Sebelum memberian pengobatan
Sebelum memberikan tindakan
Menyiapkan gelang
Memasang gelang
Melakukan serah terima pasien ( hand off )
Melaporkan hasil pemeriksaan darah
2 Komunikasi efektif melaporkan hasil EKG
Melaporkan pasien baru
Melaporkan kondisi pasien
Menyimpan obat
Keamanan obat
menuliskan jenis obat / peresepan
3 yang perlu
Memberikan obat
diwaspadai
Melakukan pencatatan obat yang telah diberikan
Pastikan tepat Melaksanakan Sign in
4 operasi, prosedur Melaksanakan Time out
dan pasien Melaksanakan Sign out
Mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien
Mencuci tangan sebelum tindakan aseptik
Mencuci tangan setelah berisiko kontak dg cairan tubuh
Kurangi Resiko Mencuci tangan setelah kontak dengan pasien
5
Infeksi Mencuci tangan setelah kontak dengan lingkungan pasien
Menjaga kebersihan / kesterilan slang kateter
Menjaga kebersihan / kesterilan pemasangan IFVD
Memakai spuit sekali pakai
6 Melakukan asesment resiko jatuh

Jurnal ARSI/Juni 2016 243


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 3

NO SASARAN KEGIATAN UTILITY / RUANGAN TOTAL U


Memasang pagar tempat tidur
Menyediakan bel didekat pasien dan mudah dijangkau
Memberikan pencahayaan yang terang namun tidak menyilaukan
terutama pada gang, kamar mandi dan jalan masuk
Mengurangi penghalang seperti keset, noda basah dilantai, kain
Kurangi Resiko yang kusut disamping tempat tidur
jatuh Menyediakan kursi roda atau brankar yg bereling
TOTAL UTILITY

Jurnal ARSI/Juni 2016 244

Anda mungkin juga menyukai