a. Latar Belakang
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus skizofrenia selalu diikuti
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat
menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya,
hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari
sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.
Pada TAK stimulasi persepsi ini klien diharapkan mampu mengenal
stimulasi maladaptif yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien
dievaluasi dan ditingkatkan dengan proses ini diharapkan respon klien
mengenali stimulus maladaptif yang mengganggunya mulai dari isi
halusinasi, waktu terjadi halusinasi, situasi terjadi halusinasi, dan perasaan
saat halusinasi dan Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus skizofrenia
selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi. Terjadinya
halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap
lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya
sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.
Oleh karena itu, diruang Puri Nurani (Nafza) perlu dilakukan terapi
aktivitas kelompok halusinasi untuk membantu pasien mengontrol
halusinasinya. Kegiatan terapi aktivitas kelompok halusinasi yaitu untuk
mengetahui kemampuan pasien dalam mengenl tanda gejala halusinasi dan
langsung melakukan terapi aktivitas kelompok halusinasi diruang Puri
Nurani, yaitu dengan cara menghardik.
b. Topik
Sesi v : Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat
c. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan dari TAK stimulasi sensori persepsi sesi v diharapkan klien
mampu mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
b. Tujuan Khusus
- Klien klien memahami pentingnya patuh minum obat.
- klien memahami akibat tidak patuh minum obat.
- klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
d. Landasan Teori
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart,
2015).
Halusinasi merupakan gangguan akan perubahan persepsi sensori dimana
klien mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi . Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang mengalami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus atau
persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang
pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Yusuf, 2015).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien dengan gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
penglihaan, pengecapan, perabaan, atau penghidupan tanpa stimulus nyata.
(Budi Anna Keliat, 2011).
Halusinasi adalah persepsi yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal)
atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan relitas/kenyataan seperrti
melihat bayangan atau suara-suara yang sebenarnya tidak ada. Pencerapan
tanpa adanya rangsang apapun dari panca indra, dimana orang tersebut sadar
dan dalam keadaan terbangun yang disebabkan oleh psikotik, gangguan
fungsional, organic atau histerik. (Wijayaningsih, 2015).
Pengertian TAK stimulasi persepsi menurut Budi Anna Keliat dan Akemat
(2005) adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan
terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternative penyelesaian masalah.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang bertujuan
mengubah perilaku pasien dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Cara
ini cukup efektif karena di dalam kelompok akan terjadi interaksi satu
dengan yang lain, saling memengaruhi, saling bergantung, dan terjalin satu
persetujuan norma yang diakui bersama, sehingga terbentuk suatu sistem
sosial yang khas yang di dalamnya terdapat interaksi, interelasi, dan
interdependensi (Yusuf, 2015).
e. Klien
a. Karakteristik/kriteria
Klien yang mengalami gangguan sensori persepsi : halusinasi,
yang mampu berinteraksi dengan orang lain, dapat berkomunikasi
secara verbal
Klien sehat secara fisik (tidak mengalami gangguan penglihatan
dan pendengaran)
Klien yang kooperatif dapat diajak bekerjasama/dapat mengikuti
arah perintah
Klien tidak sedang agitasi (membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan)
b. Proses Seleksi
Merupakan pasien kelolaan dan resume
Berdasarkan observasi dan wawancara
Menindak lanjuti masalah keperawatan
Informasi dan keterangan diri klien sendiri dan perawatan
Penyelesaian masalah berdasarkan masalah keperawatan
Klien cukup kooperatif dan dapat memahami pertanyaan yang
diberikan
c. Mengadakan kontrak dengan klien
Pasien yang mengikuti terapi aktivitas kelompok ini adalah pasien
yang telah diberitahu sebelumnya dan menyatakan setuju/mau untuk
mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok
d. Jumlah klien
Peserta yang mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok ini 6 - 10
orang.
1. Tn. M 6. Tn. A
2. Tn. W 7. Tn. L
3. Tn. M.R 8. Tn. S
4. Tn. S 9. Tn. E
5. Tn. H 10. Tn. P
f. Pengorganisasian
Sesi I
a. Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Selasa / 7 Agustus 2018
Waktu : Jam 13:30 – 14:00 WIB
Alokasi waktu : 1. Fase Orientasi (10 menit)
2. Fase Kerja (10 menit)
3. Fase Terminasi (10 menit)
Tempat : di selasar Ruang Nurani NAPZA
Keterangan :
L : Leader
CL : Co Leader
F : Fasilitator
O : Observer
P : Pasien
2. Tim Terapis
1. Leader : Ayu Supyati
2. Co-Leader : Tiana Bella
3. Observer : Anita Fadilawati
4. Fasilitator : 1. Leni Anjasmita
2. Wiwik Sugiyarty
3. Uraian Tugas
1. Leader
Uraian Tugas:
Mengkoordinasi seluruh kegiatan
Memimpin jalannya terapi kelompok
Memimpin diskusi
2. Co-Leader
Uraian Tugas:
Membantu leader mengorganisasikan kelompok
Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader atau
sebaliknya
Mengingatkan leader jika kegiatannya menyimpang
3. Observer
Uraian Tugas:
Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan
waktu, tempat dan jalannya acara
Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua
anggota kelompok dengan evaluasi kelompok
4. Fasilitator
Uraian Tugas:
Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah
kegiatan
Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan
Membimbing kelompok selama permainan diskusi
Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
a. Tahap Terminasi
1. Evaluasi
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
2. Rencana tindak lanjut
Leader menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang
telah di pelajari jika halusinasi muncul.
Memasukkan kegiatan minum obat ke dalam jadwal kegiatan
harian klien.
3. Kontrak yang akan datang
Leader mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk
mengontrol halusinasi
Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan
indikasi klien
m. Evaluasi
1. Evaluasi
Evaluasi di lakukan saat TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dinilai adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK.
Formulir evaluasi sebagai berikut:
Sesi V: TAK
Stimulasi persepsi : halusinasi
Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi
Menyebutkan
Menyebutkan
Nama Menyebutkan 5 benar akibat tidak
No keuntungan
Klien cara minum obat patuh minum
minum obat
obat
1
2
3
4
5
6
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan 5
benar cara minum obat, manfaat dan akibat tidak minum obat beri
tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak mampu.
n. Proses Pelaksanaan Tindakan
1. Fase oreintasi
a. Salam Terapeutik
Selamat Pagi! Perknaan nama saya adalah perawat Ayu Supyati,
saya biasa dipanggil perawat Ayu, saya disini sebagai leader,
disamping kanan saya ada perawat Tiana Bela sebagai co-leader.
Disamping perawat Tiana Bela ada perawat Anita dan Leni
anjasmita sebagai fasilitator , dan di depan saya ada perawat Wiwik
Sugiyarty sebagai observer.
f. Fase Terminasi
Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang dengan saya ? apakah
ibu sudah paham ?”
Evaluasi Objektif
“Coba ibu sebutkan kembali cara penggunaan obat secara teratrur
dan benar?”
g. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
“Ibu selama kita tidak bertemu, silahkan bapak melakukan apa
yang sudah saya ajarkan tadi tentang cara penggunaan obat secara
teratur dan benar, kemudian ibu masukan kedalam jadwal kegiatan
ibu ia, nanti saya akan periksa jadwal kegiatan ibu.”
o. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika TAK, misalnya
kemampuan mencertiakan atau menyebutkan penyebab perilaku
kekerasan, mengenal tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan
yang dilakukan, akibat yang dirasakan, anjurkan klien mengingat dan
menyampaikan jika semua dirasakan selama dirumah sakit.
Daftar Pustaka