PRE-EKLAMSI
A. Definisi
Pre Eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odem dan
protein uria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam triwulan ke 3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya. Misalnya
terdapat Molahydatidosa (Sarwono : 2013). Kadang-kadang disertai konvulsi
sampai koma. Pre-eklamsi dapat berkembang dari pre-eklamsi ringan sampai
pre-eklamsi yang berat. Diagnosis pre-eklamsia ditegakkan berdasarkan
adanya dua dari tiga gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan,
edema, hipertensi dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan
bila terjadi kenaikan 1 Kg seminggu berapa kali. Edema terlihat sebagai
peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Tekanan
darah > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat >30 mmHg atau
tekanan diastolik >15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30
menit.( Prawirohardjo, S. 2013).
B. Etiologi
Penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-
teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya.
Oleh karena itu disebut “penyakit teori”. Namun belum ada memberikan
jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai sebagai penyebab
pre-eklamsi adalah teori “iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat
menerangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit ini. Teori yang dapat
diterima haruslah dapat menerangkan :
1. Frekuensi menjadi tinggi pada : primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion dan mola hidatidosa.
2. Frekuensi bertambah seiring dengan tuanya kehamilan, umumnya pada
triwulan ke III.
3. Frekuensi menjadi lebih rendah pada kehamilan berikutnya dan penyebab
timbulnya hipertensi, proteinuria, edema dan konvulsi sampai koma.
4. Terjadi perbaikan keadaan penyakit, bila terjadi kematian janin dalam
kandungan.
Dari hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa bukan hanya satu faktor,
melainkan banyak faktor yang menyebabkan pre-eklamsi dan eklamsi.
C. Patofisiologi
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh
vasospasme dan iskemia. Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat
mengalami peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti
prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi
platelet. Penumpukan trombus dan pendarahan dapat mempengaruhi sistem
saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal dan
kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus
dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan
nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap
kardiovaskuler meliputi penurunan volume intravaskular, meningkatnya
cardiac output dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan
hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trombositopeni. Infark
plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat
bahkan kematian janin dalam rahim.
Skema Patofisiologis Pre-Eklamsi
Perubahan Plasentasi
PGE2/PGI 2
Renin/ Disfungsi
angiotensin II Tromboksan Endotel
Endotelin No
DIC
Edema
D. Manisfestasi Klinis
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan :
pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan
akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia ringan tidak ditemukan gejala –
gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah
prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau
muntah. Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang
meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul.
E. Klasifikasi
Dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1) Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
a. Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau
lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu
kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal.
f. Trombositopeni
H. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
1. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali
tanda-tanda sedini mungkin (pre-eklamsi ringan), lalu diberikan
pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
2. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklamsi
kalau ada faktor-faktor predisposisi.
3. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan
serta pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak serta karbohidrat
dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang
berlebihan.
b. Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah :
1. Hendaknya janin lahir hidup
2. Trauma pada janin seminimal mungkin
c. Pengobatan
1. Pre-eklamsi Ringan
- Pengobatan hanya bersifat simpomatis dan selain rawat inap maka
penderita dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang
lebih sering, misalnya 2 kali seminggu.
- Penanganan pada penderita rawat jalan atau rawat inap adalah
dengan istirahat ditempat tidur, diet rendah garam dan berikan
obat-obatan seperti valium tablet 5mg dosis 3 kali sehari.
- Diuretika dan obat antihipertensi tidak dianjurkan karena obat ini
tidak begitu bermanfaat bahkan bias menutupi tanda gejala
preeklamsi berat.
- Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap, monitor
keadaan janin : kadar estriol urin, lakukan amnioskopi dan
ultrasografi.
- Bila keadaan mengizinkan, barulah dilakukan induksi partus pada
usia kehamilan minggu 37 ke atas.
2. Pre-eklamsi Berat
a. Pre-eklamsi berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu
Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru,
maka penanganannya :
- Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr
intramuskuler setiap 4 jam.
- Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas
magnesikus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai
criteria pre-eklamsi ringan.
- Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa dan keadaan janin dimonitor
serta berat badan ditimbang.
Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru
janin, maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan
diatas 37 minggu.
b. Pre-eklamsi berat pada kehamilan diatas 37 minggu
- Penderita dirawat inap
- Berikan obat antihipertensi : injeksi katapres 1 ampul i.m dan
selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 kali ½ tablet atau
2 kali ½ tablet sehari
- Diuretika tidak diberikan
- Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua dilakukan
induksi partus dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi
dipakai oksitosin 10 satuan dengan infus tetes
- Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau porseps
jadi ibu dilarang mengedan
- Jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi
perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
c. Protap pemberian MgSo4 secara i.v
1. Dosis awal : 4 gr MgSO4 diberikan secara drip
- 10 ml MgSO4 40 % atau 20 ml MgSO4 20 % dilarutkan
dalam 100 ml D5%
- Diberikan secara drip dengan kecepatan 20-24 tpm
2. Dosis maintenance : 6 gr MgSO4 diberikan secara drip
- 15 ml MgSO4 40% atau 30 ml MgSO4 20% dilarutkan dalam
500m D5%
- Diberikan secara drip dengan kecepatan 20-24 tpm
3. MgSO4 diberikan bila : 24 jam pascapersalinan, 6 jam setelah
terjadi normotensif
4. Syarat pemberian MgSO4 : output urin >30 ml/jam, reflek patella
(+), pernapasan diatas 16 kali/menit.
5. Gejala toksisitas : frekuensi nafas turun sampai henti nafas,
reflek patella turun atau hilang, kesadaran menurun.
6. Antidotum toksisitas : kalsium glukonas 1 gr (1 amp) diberikan
i.v dalam 10 menit.
DAFTAR PUSTAKA
I. PENGKAJIAN DATA
Hari / Tanggal : Senin /17 Juni 2019
Jam : 13.00 Wita
No. RMK : 105. 32. 88
Tanggal MRS : Sabtu / 15 Juni 2019
A. Data Subjektif
1. Identitas
Istri Suami
Nama : Ny. N Tn. A
Umur : 41 Tahun 30 Tahun
Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia Banjar / Indonesia
Agama : Islam Islam
Pendidikan : D3 SD
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Swasta
Alamat : Jl. Kanda Rt.9 Rw.4 Jl. Kanda Rt 9 Rw. 4
Tanjung Selok Pulau Tanjung Selok Pulau
Laut Selatan Kotabaru Laut Selatan Kotabaru
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya masih terasa sakit, luka bekas operasi masih
terasa nyeri, dan kaki tidak bengkak.
3. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : + 28 hari
Lamanya : 5-6 hari
Banyaknya : 2-3 x sehari ganti pembalut
Dismenorhoea : Tidak ada
4. Status Perkawinan
Kawin : Ya
Usia kawin : 37 Tahun
Lama perkawinan : 4 tahun 1 bulan
Istri ke berapa dari suami sekarang : 1 (Pertama)
8. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti asma,
jantung, diabetes melitus dan ibu tidak pernah menderita penyakit
menular seperti TBC, Hepatitis, dan lain-lain.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari pihak keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan
seperti asma, jantung, diabetes melitus dan keluarga tidak ada
yang menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, dan lain-
lain.
9. Riwayat Kontrasepsi
Metode : Pil
Lama : 6 bulan
Masalah : Tidak ada
b. Pola Aktivitas
1) Saat Hamil
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak terlalu berat
seperti, memasak, menyapu dan mencuci pakaian.
2) Sesudah Melahirkan
Ibu tidak melakukan aktivitas apa-apa karena masih terbaring
lemah bekas operasi, ibu hanya melakukan mobilisasi dini
dengan miring kanan dan miring kiri.
c. Pola Eliminasi
1) BAB (Buang Air Besar)
Saat Hamil
Frekuensi : 2 x sehari
Warna : Kuning
Konsistensi : Lembek
Masalah : Tidak ada
Sesudah Melahirkan
Ibu belum ada BAB
2) BAK (Buang Air Kecil)
Saat Hamil
Frekuensi : 3-5 x sehari
Warna : Kuning, agak keruh
Bau : Amoniak
Masalah : Tidak ada
Sesudah Melahirkan
Ibu menggunakan kateter, urin berwarna kuning agak
keruh, volume ± 200 cc.
e. Personal Hygiene
1) Saat Hamil
Frekuensi mandi : 2-3 x sehari
Frekuensi gosok gigi : 2 x sehari
Frekuensi ganti pakaian : 2 x sehari setiap selesai mandi
Kebersihan vulva : Ibu mencuci kemaluannya setiap
selesai BAB dan BAK dengan cara
membasuhnya dari arah depan ke
belakang untuk mencegah infeksi
yang disebabkan oleh kuman dan
bakteri.
2) Sesudah Melahirkan
Ibu belum bisa menjaga kebersihan dirinya sendiri karena
masih lemah setelah operasi, ibu dibantu oleh petugas
kesehatan menyeka tubuhnya dan vulva hygiene.
f. Pola Seksual
1) Saat Hamil
Frekuensi : 2 x seminggu
Masalah : Tidak ada
2) Sesudah Melahirkan
Frekuensi : -
Masalah : Ibu masih dalam masa nifas
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
- Kepala : Rambut terlihat keriting, hitam, bersih dan
tidak rontok.
- Muka : Tidak terlihat ada oedem, tidak pucat dan
tidak ada cloasma gravidarum.
- Mata : Terlihat simetris, skelera tidak ikterik dan
konjungtiva tidak anemis.
- Telinga : Terlihat simetris, bersih, tidak ada serumen
dan peradangan.
- Hidung : Terlihat bersih, tidak ada polip dan tidak
ada cairan yang abnormal.
- Mulut : Bibir terlihat tidak pecah-pecah, tidak ada
stomatitis dan lidah terlihat bersih.
- Leher : Tidak terlihat ada pembesaran kelenjar
thyroid dan kelenjar limfe, tidak ada
pelebaran vena jugularis.
- Mammae : Payudara terlihat simetris, papila menonjol,
areola berwarna kehitaman, tidak ada
benjolan yang abnormal.
- Abdomen : Terdapat ada luka bekas operasi ditutupi
kasa dan plester.
- Genetalia
Pengeluaran pervaginam
Lochea : Rubra (merah)
Banyaknya : 2 x ganti pembalut
Bau : Amis
Perineum dan anus
Oedem : Tidak ada
Luka jahit : Tidak ada
- Ektrimitas : Terdapat odema pada kaki, tidak ada varises
dan kuku jari tidak sianosis.
b. Palpasi
- Leher : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar
thyroid dan kelenjar limfe, tidak teraba
pembesaran vena jugularis.
- Mammae : Tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada
nyeri tekan, kolostrum belum keluar.
- Abdomen
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : Baik
- Ektrimitas : Teraba oedem pada kaki, tidak ada varises.
c.. Auskultasi
Tidak dilakukan
d. Perkusi
Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 12 gr %
Protein urin : 3+
II. ASSESMENT
P3A2 post partum sectio caesarea hari ke-1 atas indikasi preeklamsia berat
III. PLANNING
No Planning Rasionalisasi Evaluasi
1. Menjalin hubungan Dengan menjalin hubungan baik Antara ibu dan
baik antara bidan dengan ibu diharapkan dapat bidan sudah
dan ibu, bersikap terbina sebuah hubungan baik terjalin hubungan
ramah dan sopan dengan ibu dan ibu dapat baik dan saling
serta mendengarkan menjelaskan segala keluhannya percaya.
semua keluhan ibu, dengan nyaman karena privasi
dan menjaga privasi klien tetap kita jaga.
ibu dengan menutup (www.Askep.net/pdf/rasionalisasi-
sampiran pada saat masalah-keperawatan.html)
melakukan
pemeriksaan.
2 Melakukan Dengan melakukan observasi Ibu mengetahui
observasi keadaan keadaan umum klien diharapkan hasil observasi
umum dan tanda- dapat mengetahui kondisinya sebagai berikut :
tanda vital 1 jam sekarang. Keadaan umum
pertama setiap 15 (www.Askep.net/pdf/rasionalisasi- ibu baik
menit, 1 jam kedua masalah-keperawatan.html) Rahim ibu
setiap 30 menit. berkontraksi
dengan baik
Tanda-tanda vital
- TD: 130/90
mmHg
- N : 86
- R : 20 x/menit
T : 36,7 oC
3 Menjelaskan kepada Dengan memberitahu ibu kapan Ibu mengerti
ibu bahwa pada 8 ibu boleh minum dan kapan boleh dengan penjelasan
jam pertama setelah makan agar tidak terjadi yang diberikan
operasi ibu boleh komplikasi – komplikasi yang dan berjanji akan
minum 1 sendok mungkin timbul pada pasca melaksanakannya.
tiap satu jam agar operasi. Setelah 8 jam pertama ibu
keseimbangan boleh minum sedikit – demi
antara cairan yang sedikit karena gerakan peristaltik
masuk dengan infus, usus masih kurang dan belum
dan cairan yang pulih seperti biasa. Kemudian 24 –
keluar tetap terjaga, 48 jam ibu boleh makan karena,
jika jumlah cairan biasanya usus mulai bergerak
yang masuk normal dengan gejala mules,
berlebihan akan kadang-kadang disertai dengan
menyebabkan perut sedikit kembung. ( Sarwono
edema paru- paru. Prawirohardjo, Ilmu Kandungan
kemudian setelah 24 2009)
– 48 jam pertama
post operasi ibu
harus di beri
makanan cairan
sesudah itu apalagi
jika ibu sudah keluar
platus ibu dapat
diberi makanan
lunak yang bergizi
dan kemudian
menjadi makanan
biasa seperti
sebelumnya.