Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus adalah penyakit multisistem


kronik yang berhubungan dengan ketidaknormalan
produksi insulin, ketidakmampuan penggunaan insulin
atau keduanya (Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher, &
Camera, 2011; American Diabetes Association, 2011).
Sedangkan menurut Polikandrioti (2012) diabetes
melitus adalah gangguan metabolisme kronis yang
ditandai dengan hiperglikemia yang sangat terkait
dengan komplikasi kesehatan jangka pendek dan jangka
panjang.
Diabetes melitus adalah masalah kesehatan yang
serius di seluruh dunia karena prevalensi yang
meningkat cepat (Lewis et al., 2011). Menurut laporan
Center for Disease Control and Prevention/ CDC (2008)
jumlah klien diabetes melitus tipe 1 kurang lebih 5-
10% sedangkan diabetes melitus tipe 2 mencapai 90 –
95% dan banyak dialami oleh orang dewasa tua lebih
dari 40 tahun serta lebih sering terjadi pada individu
obesitas (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010;
Suyono, 2009).
Diabetes melitus merupakan penyakit yang paling
kompleks dan menuntut banyak perhatian maupun usaha
dalam pengelolaannya dibandingkan dengan penyakit
kronis lainnya, karena penyakit diabetes melitus tidak
dapat diobati namun hanya dapat dikelola. Tujuan

1
2

terapi pada tiap tipe diabetes adalah mencapai kadar


glukosa normal tanpa terjadi hipoglikemia serta
memelihara kualitas hidup yang baik. Untuk mencapai
tujuan terapeutik tersebut ada lima komponen yang
harus diperhatikan dan diikuti pasien dalam
penatalaksanaan umum diabetes, yaitu diet, latihan,
pemantauan kadar glukosa darah, terapi serta
pendidikan (Smeltzer et al., 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) dalam
Kemenkes RI (2011) dan PD Persi (2011), memprediksi
kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus di
Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Sedangkan
International Diabetes Federation (IDF) dalam Kemenkes
RI (2011) dan PD Persi (2011), memperkirakan kenaikan
jumlah penyandang diabetes melitus dari 7 juta tahun
2009 menjadi 12 juta pada tahun 2030. Meskipun
terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya
menunjukan adanya peningkatan jumlah penyandang
diabetes sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030
(Kemenkes RI, 2011; PD Persi, 2011).
Menurut Diabetes Care (2010) dalam Kemenkes RI
(2011) dan PD Persi (2011) Indonesia menduduki
rangking ke 4 (empat) dunia setelah Amerika Serikat,
China, dan India dalam prevalensi diabetes.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia
(2003) dalam Kemenkes RI (2011) dan PD Persi (2011),
diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas
20 tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan prevalensi
diabetes sebesar 14,7% pada daerah urban dan 7,2% pada
3

daerah rural, maka diperkirakan pada tahun 2003


terdapat sejumlah 8,2 juta penyandang diabetes di
daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural. Selanjutnya
berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan
pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk di
Indonesia yang berusia diatas 20 tahun dengan asumsi
prevalensi diabetes pada daerah urban (14,7%) dan
rural (7,2%) maka diperkirakan terdapat 12 juta
penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di
daerah rural.
Dari hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukan bahwa
prevalensi diabetes melitus di daerah urban Indonesia
untuk usia 15 tahun sebesar 5,7% (1,5% terdiri dari
pasiendiabetes yang sudah terdiagnosis sebelumnya,
sedangkan 4,2% baru diketahui diabetes saat
penelitian). Sementara itu, menurut Propinsi diperoleh
prevalensi diabetes melitus tertinggi terdapat di
Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masingmasing 11,1%)
sedangkan prevalensi diabetes melitus terendah di
Papua (1,7%).
Indonesia menepati urutan ke-empat terbesar dalam
jumlah penderita diabtes militus di dunia. Pada tahun
2014, terdapat sekitar 8,426,000 juta penduduk
indonesia yang mengidap penyakit diabetes. Di
perkirakan pada tahun 2030 jumlah penduduk Indonesia
yang menderita diabetes militus akan mengalami
kenaikan sebanyak 21,257,000 jiwa. Lebih dari 60%
jumlah penderita diabetes di dunia berada di Asia. Di
Asia tenggara, pasien diabetes militus naik 69%, dari
71 juta menjadi 191 juta. Di Kalimantan selatan ada
4

sekitar 10,91% penderita diabetes militus.(WHO 2014).


Data terbaru dari International Diabetes Federation
(IDF) Atlas tahun 2017 menunjukkan bahwa Indonesia
menduduki peringkat ke-6 dunia dengan jumlah diabetesi
sebanyak 10,3 juta jiwa. Jika tidak ditangani dengan
baik, World Health Organization (WHO) bahkan
mengestimasikan angka kejadian diabetes di Indonesia
akan melonjak drastis menjadi 21,3 juta jiwa pada
2030.
IDF memperkirakan pada tahun 2035 jumlah insiden
Diabetes Mellitus akanmengalami peningkatan menjadi 55
% (592 juta )di antara usia penderita Diabetes
Mellitus 40-59 tahun (IDF, 2013).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013, prevalensi Diabates Mellitus
di Indonesia cukup tinggi, mengalami peningkatan dari
1,1 % ditahun 2007 meningkat menjadi 2,4% ditahun 2013
dari keseluruhan penduduk sebanyak 250juta jiwa. Di
Indonesia terdapat empat provinsi dengan prevalensi
tertinggi sesuai diagnosis dokter yaitu D.I Yogyakarta
(2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara,(2,4%), dan
Kalimantan Timur (2,3%),angka kejadian Diabates
Mellitus di daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yaitu
3,0% lebih tinggi dari angka nasional yaitu 2,1%.
Hasil RISKESDAS tahun 2013, Diabates Mellitus
menempati lebih dari 1.000 kasus baru yang terdiagnosa
di DIY, serta kasus komplikasinya semakin tinggi
(Depkes, 2013 )
Di Kalimantan Selatan, prevalensi penderita
Diabetes Melitus itu sendiri diperkirakan sekitar 1,4
5

% atau sekitar 38.113 jiwa dari total jumlah penduduk


berumur >14 tahun yaitu 2.722.366 jiwa (Infodatin,
2014).Di kabupaten Banjar,jumlah penderita Diabetes
Mellitus sebanyak 2357 orang ( menurut profil
kesehatan Kabupaten Banjar Tahun 2017)
Penyebab Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan
metabolisme yang ditandai dengan adanya hiperglikemi
akibat sekresi insulin dan kerja insulin terganggu .
(Goldenberg et.al 2015). Diabetes Mellitus merupakan
penyakit degeneratif yang menjadi ancaman utama pada
manusia sejak abad ke 21,merupakan penyakit tidak
menular yang prevalensinya semakin tinggi dari tahun
ketahun . Diabetes Mellitus sering disebut dengan The
Great Imitator, yaitu penyakit yang mengenai semua
organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Penyakit ini timbul secara perlahan, sehingga
seseorang tidak menyadari bahwa adanya berbagai macam
perubahan padanya. Tanda dan gejala yang sering muncul
pada pasien DM adalah poliuria , rasa haus
berlebihan,dan nafsu makan yang meningkat. (Mirza
2014).
Akibat Diabetes Mellitus Ada dua tipe jenis
diabetes melitus , yang pertama adalah Diabetes
Melitus tipe 1, yaitu penyakit yang terjadi akibat
dekstruksi sel beta. Diabetes Melitus tipe 1 umumnya
menjurus ke defisiensi insulin absolut yang disebabkan
oleh kelainan autoimun, tetapi juga bisa idiopatik.
Diabetes Melitus tipe 1 umumnya didapat sejak masa
kanak-kanak. Jenis kedua adalah Diabetes Melitus tipe
2 yang disebabkan oleh resistensi insulin disertai
6

defisiensi insulin relatif, sampai yang dominan yaitu


defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
Diabetes Melitus tipe 2 umumnya didapat setelah
dewasa. Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit
diabetes paling banyak diderita di Indonesia (PERKENI,
2015).
Diabetes melitus dapat mengenai semua organ tubuh
dan menimbulkan berbagai macam keluhan dengan gejala
yang sangat bervariasi. Jika dibiarkan tidak dikelola
dengan baik dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik
akut maupun kronik (Waspadji, 2009). Salah satu
komplikasi umum dari diabetes melitus adalah masalah
kaki diabetes. Kaki diabetes yang tidak dirawat dengan
baik akan mudah mengalami luka, dan cepat berkembang
menjadi ulkus kaki (Monalisa & Gultom, 2009). Sekitar
15% klien diabetes melitus dalam perjalanan
penyakitnya mengalami komplikasi ulkus diabetik
terutama ulkus di kaki (Cahyono, 2007).
Hasil penelitian Pencegahan primer dalam
penatalaksanaan kaki diabetes adalah mencegah cedera
kaki. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan dan praktik perawatan kaki pada
pasien diabetes tipe 2 di Kalimantan Selatan.
Penelitian ini bersifat deskriptif penelitian
korelasional dengan desain cross sectional dan
merekrut 106 sampel. Chi Hasil analisis Square
menunjukkan korelasi yang signifikan antara
pengetahuan dan praktek perawatan kaki pada pasien
diabetes tipe 2 (p = 0,04). Faktor pengetahuan
memiliki kesempatan 2,38 kali untuk melakukan praktik
7

perawatan kaki. Studi ini direkomendasikan pentingnya


pengembangan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kaki dan kaki pemeriksaan( Noordiani 2016).
Menurut penelitian Hasnain dan Sheikh (2009)
tentang pengetahuan dan praktek perawatan kaki pada
klien diabetes didapatkan hasil sekitar sepertiga dari
klien diabetes memiliki pengetahuan kurang tentang
perawatan kaki dan sedikit klien memiliki praktik yang
baik untuk perawatan kaki. Penelitian Jinadasa dan
Jeewantha (2011) tentang pengetahuan dan praktek
perawatan kaki pada klien dengan ulkus diabetes kronis
dengan sampel 110 didapatkan hasil yang signifikan
antara pengetahuan perawatan kaki dan praktek
perawatan kaki. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang
cukup pada penyakit kaki diabetik, namun praktek
pencegahan perawatan kaki masih rendah. Penelitian
menurut Hoong (2011) tingkat pengetahuan klien dari
aspek asupan gizi, cara pemantauan gula darah,
perawatan kaki, komplikasi, gejala klinis dan
pengontrolan penyakit diabetes melitus jumlah sampel
sebesar 75 orang didapatkan sebagian besar tingkat
pengetahuan klien terhadap penyakit diabetes melitus
masih kurang. Penelitian Desalu et al. (2011)
menunjukkan adanya kesenjangan pengetahuan dan praktik
perawatan kaki pada klien diabetes melitus sehingga
perlu adanya program pendidikan untuk mengurangi
komplikasi kaki diabetik.
Penderita DM perlu adanya dukungan dan dorongan
untuk melakukan perawatan kakinya supaya tidak terjadi
komplikasi. Dukungan pada keluarga sangatlah terdekat
8

dalam mengatasi masalah terut Diabetes Mellitus tidak


boleh mengkonsumsi gula jika ingin kadar gulanya
darahnya terkontrol. Dan 10 penderita DM dilakukan
wawancara tentang perawatan kaki , ada yang mengetahui
tentang diet untuk penderita Diabetes Mellitus tetapi
mereka ada yang jenuh, ingin mencoba makanan yang
enak, ada yang mengatakan tidak bisa menghilangkan
ngemil dan makan sembarangan. Berdasarkan wawancara
dengan perawat yang bertanggung jawab terhadap program
pencegahan dan penanganan penyakit Diabetes Mellitus
di Puskesmas Martapura I, mengatakan bahwa selama ini
perawat sudah melaksanakan kegiatan pendidikan
kesehatan dan kegiatan lain seperti pendidikan
kesehatan tentang merawat kaki dan Senam Diabetes
tetapi masih banyak masyarakat yang belum menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan data yang
didapat pada permasalahan diatas, maka peneliti
merencanakan untuk memberikan pendidikan kesehatan
dengan tujuan untuk mengetahui adakah pengaruh
pendidikan kesehatan dengan media video terhadap
perawatan kaki pada penderita diabetes mellitus.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin
mengetahui lebih lanjut apakah adapengaruh pendidikan
kesehatan dengan media video terhadap tingkat dan
masalah kesehatan (dimyati 2013).
Tindakan tersebut diantaranya melalui pendidikan
kesehatan, peningkatan mutu pelayanan kesehatan
masyarakat bagi penderita diabetes mellitus yang
bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi dan
pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan
9

kesehatan tentang perawatan kaki DM, dimulai dari


penyuluhan yang rutin diberikan untuk meningkatkan
pengetahuan penderita DM mengenai pentingnya menjaga
kesehatan dan menanggulangi kejadian penyakit yang
terjadi ,serta pemberian penyuluhan kesehatan, promosi
kesehatan kepada penderita DM khususnya agar bisa
diterapkan ke keluarga ,kemudian pemerintah
bekerjasama dengan UNICEF dalam membangun Indonesia
sehat yang berfokus pada kesehatan dan merawat kaki
penderita Diabetes Mellitus .(Ibrahim, Hartati, 2011).
Hal tersebut didukung oleh penelitian IDF bahwa
memperkirakan pada tahun 2035 jumlah insiden Diabetes
Mellitus akan mengalami peningkatan menjadi 55 % (592
juta )di antara usia penderita Diabetes Mellitus 40-59
tahun (IDF, 2013). Dan menurut hasil penelitian
(mulyadi 2016) bahwa Kalimantan Selatan, prevalensi
penderita Diabetes Melitus itu sendiri diperkirakan
sekitar 1,4 % atau sekitar 38.113 jiwa dari total
jumlah penduduk berumur >14 tahun yaitu 2.722.366
jiwa. Berdasarkan dari gambaran diatas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video
terhadap pengetahuan penderita Diabetes Mellitus tipe
2 tentang perawatan kaki diwilayah kerja Puskesmas
Martapura 1.
10

B. Rumusan Masalah

1. Pernyataan Masalah
Diabetes militus atau lebih dikenal oleh
masyarakat dengan penyakit kencing manis adalah
penyakit keturunan bukan menular.Penyakit ini
ditandai dengan tinggi nya kadar gula dalam darah
yang melebihi batas normal.
Tingginya insedin Dm saat ini salah satu
diakibatkan masih banyak penderita diabetes melitus
kurang menjaga kesehatan dan kurang nya pengetahuan
tentang diabetes Mellitus tentang perawatan kaki
,dampaknya menyebabkan peningkatan kadar gula serta
dapat mengakibatkan masalah-masalah dalam beberapa
bagian tubuh anggota badan atau disebut dengan
komplikasi. Salah satu komplikasi umum dari diabetes
melitus adalah masalah kaki diabetes. Kaki diabetes
yang tidak dirawat dengan baik akan mudah mengalami
luka, dan cepat berkembang menjadi ulkus kaki.
Oleh karena itu harus ada solusinya untuk
menegurangi dampak komplikasi diabetes , Sehingga
untuk peningkatan pengetahuan masyarakat khususnya
penderita Diabetes Mellitus dalam mengenal dan
mencegah masalah penyakit terbanyak pada Diabetes
Mellitus dengan adanya diperlukan tindakan
pendidikan kesehatan dengan media video tentang
perawatan kaki .
2. Pertanyaan masalah
Berdasarkan pernyataan masalah tersebut di
atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan masalah
penelitian yaitu
11

“PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO


TERHADAP PENGETAHUAN PENDERITA DIABETES MELLIUS TIPE
2 TENTANG PERAWATAN KAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MARTAPURA 1 TAHUN 2018 “

C. Ruang Lingkup

1. Ruang lingkup keilmuan


Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu
keperawatan Medikal Bedah, yang berisikan tentang
Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Video
terhadap penderita Diabetes Mellitus tipe 2 tentang
perawatan kaki di wilayah kerja Puskesmas Martapura
1 di Kabupaten Banjar tahun 2018.
2. Lingkup sasaran
Sasaran yang diteliti adalah masyarakat yang
memiliki penyakit diabetes melitus di Wilayah kerja
Puskesmas Martapura 1 .
3. Lingkup ruang
Ruang penelitian karya tulis ilmiah ini
dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Martapura 1.
4. Lingkup waktu
Lingkup penelitian ini dilaksanakan pada bulan
November 2018 sampai Januari 2019.
5. Lingkup metode
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah
menggunakan kuesioner
12

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di


atas maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai
berikut :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan
dengan Media Video terhadap penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki di wilayah
kerja Puskesmas Martapura 1 di Kabupaten Banjar
tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum penelitian dapat
dirumuskan tujuan khusus senbagai berikut :
a. Mengidentifikasi pengetahuan sebelum dilakukan
metode pendidikan kesehatan dengan media video
terhadap pengetahuan penderita Diabetes Mellitus
Tipe 2 tentang perawatan kaki di wilayah kerja
Puskesmas Martapura 1 .
b. Mengidentifikasi pengaruh pengetahuan sesudah
dilakukan metode pendidikan kesehatan dengan media
video terhadap pengetahuan penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 tentang perawatan kaki di wilayah
kerja Puskesmas Martapura 1 .
c. Menganalisis sebelum dan sesudah pengaruh
pengetahuan sesudah dilakukan metode pendidikan
kesehatan dengan media video terhadap pengetahuan
penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 tentang
perawatan kaki di wilayah kerja Puskesmas
Martapura 1 .
13

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden
Dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
dalam mengenal masalah kesehatan yang terjadi pada
penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 tentang perawatan
kaki, serta sebagai bahan pemikiran bahwa penderita
diabetes mellitus tentang perawatan kaki merupakan
suatu mekanisme untuk mendeteksi adanya perawatan
penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan pendidikan
kesehatan ,sehingga sangat diharapkan pengetahuan
dan sikap masyarakat yang benar dalam
mengenal,mengatasi,dan mencegah penyakit Diabetes
Mellitus tipe 2 .
2. Bagi Dinas Kesehatan
Diharapkan dapat memberikan informasi kepada
dinas kesehatan dan instansi terkait dalam
menentukan pembuatan kebijakan tentang pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki , sehingga
dapat memperbaiki status kesehatan masyarakat dan
menurunkan angka penderita Diabetes Mellitus.
3. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat memberikan data
objektif kepada puskesmas tentang pengetahuan
penderita Diabetes Mellitus tipe 2 sebagai bahan
masukan untuk meningkatkan kepatenan diagnosis dan
pengobatan serta pencegahan yang sesuai dengan
penyebab terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat atau penderita Diabetes Mellitus tipe 2
14

dan menurunkan angka kematian Penderita Diabetes


Mellitus tipe 2 .
4. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
masukan untuk pelaksanaan pelayanan keperawatan,
khusus nya dalam meningkatkan pengetahuan orang
tua(ibu atau bapak),keluarga dan masyarakat.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai masukan
atau referensi pada peneliti selanjutnya.

F. Sistematika Penelitian

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis


menggunakan sistem sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN menguraikan tentang : Latar
belakang, Rumusan masalah, Ruang lingkup, Tujuan
Penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA menguraikan tentang :
konsep dasar mengenai gambaran pengetahuan, sikap
penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 tentang perawatan
kaki , kerangka teori dan kerangka konsep penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN menguraikan tentang :
desain penelitian, kerangka kerja, populasi, sampel,
sampling, waktu dan tempat penelitian, variable
penelitian, definisi operasional, instrument
penelitian, metode pengumpulan data, pengolahan dan
analisa data.
15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN menguraikan tentang:


gambaran umum lokasi penelitian dan hasil pengukuran
serta pengamatan terhadap variabel yang diteliti,
analisa/pembahasan masalah dan pemecahan/cara
mengatasi masalah tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN menguraikan tentang :
kesimpulan penelitian yang merupakan jawaban dari
masalah penelitian, serta saran yang berisikan solusi
masalah atau rekomendasi untuk melakukan penelitian
lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai