Disusun oleh :
Fahira Adipramesti
1102015068
Pembimbing :
dr. Joko Nafianto, Sp.S
BAB I
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. H
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 57 tahun
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Alamat : Cibubur
Tanggal masuk RS : 5 Agustus 2019
Tanggal pemeriksaan : 6 Agustus – 7 Agustus 2019
Ruang Perawatan : Ruang Nuri 1
II. Anamnesis
Secara autoanamnesis dan alloanamnesis (adik pasien) pada tanggal 6
Agustus dan 7 Agustus 2019 di ruang Nuri 1
Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan lemas pada sisi kiri tubuh sejak satu bulan
yang lalu.
Keluhan tambahan :
Tidak makan sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit, batuk
berdahak, dan penglihatannya buram.
Riwayat penyakit sekarang :
Tn. H berusia 57 tahun datang ke IGD RS POLRI dengan keluhan lemas
pada tubuh sisi sebelah kiri. Satu bulan yang lalu, pasien merasa nyeri
kepala yang disertai lemas pada tangan kiri yang diikuti dengan bicara
pelo. Pasien dibawa ke RS PON dan dilakukan pemeriksaan CT Scan
ditemukan massa multipel pada otak sebelah kanan dan kiri. Sejak saat
itu, kelemahan pada tubuh sisi kiri pasien semakin memburuk.
Selain itu, pasien tidak makan sejak tiga hari sebelum masuk rumah
sakit karena tidak bisa menelan. Menurut keterangan adik pasien, setiap
pasien diberikan minum satu sendok, pasien akan mengeluarkannya
kembali. Pasien juga mengalami batuk berdahak.
Saat ini, pasien mengalami penurunan kesadaran, tidak dapat
menggerakan ektremitas atas dan bawah sebelah kiri, bicara hanya satu
sampai dua kata dan kurang jelas, penglihatannya buram, dan
menggunakan NGT. Pada saat pemeriksaan pasien kurang kooperatif.
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes : disangkal
Riwayat Jantung : disangkal
Riwayat Trauma : disangkal
Riwayat Epilepsi : disangkal
Riwayat Kejang : disangkal
Riwayat Maag : Ada
Riwayat TB : disangkal
Riwayat Psikiatri : Ada, Skizofrenia
Riwayat Penyakit Keluarga :
Disangkal adanya sakit serupa dalam keluarga
Riwayat Kebiasaan
Alkohol : Terakhir 10 tahun yang lalu.
Narkoba : Pernah menggonsumsi ganja 20 tahun
yang lalu
Merokok : Berhenti 1 bulan yang lalu
Status Neurologis
o GCS : 13
E = 4, M = 6, V = 3 (Saat Pemeriksaan)
o Tanda Rangsang Meningal :
Kanan Kiri
Kaku kuduk - -
Kernig sign - -
Laseque sign - -
Brudzinski I - -
Brudzinski II - -
o Saraf Kranial
Kanan Kiri
N II (OPTICUS)
N. V (TRIGEMINUS)
Sensorik
V1 Normal Normal
V2 Normal Normal
V3 Normal Normal
Motorik
N. VII (FACIALIS)
Motorik
N. VIII (VESTIBULOCOCHLEAR)
Garpu Tala
N. IX (GLOSSOPHARYNGEAL)
N.X (VAGUS)
N. XI (ACCESSORY)
N. XII (HYPOGLOSSUS)
o Pemeriksaan Motorik
Kanan Kiri
Kekuatan
Klonus
Patella - -
Kaki - -
Refleks Fisiologis
Biceps ++ ++
Triceps ++ ++
Patella ++ ++
Achilles ++ ++
Refleks Patologis
- -
- -
Hoffmann + -
Tromner - -
Babinski - -
Chaddock - -
Schaefer - -
Gordon
Oppenheim
o Pemeriksaan Sensorik
Kanan Kiri
Raba Halus
Nyeri
Suhu
Getar
o Otonom
BAB Tidak BAB 2 minggu
BAK Normal
o Fungsi Luhur
Memori Tidak dilakukan
o Koordinasi
Disdiadokokinesis Tidak dilakukan
Hematokrit 37 40 – 48 %
Kimia Klinik
5-6-2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Kejernihan KERUH
Protein - Negatif
Bilirubin - Negatif
Glukosa - Negatif
Keton ++ Negatif
Darah/Hb ++ Negatif
Nitrit - Negatif
Leukosit - Negatif
Sedimen silider -
Kristal -
Lain-lain Bakteri : +
Pencitraan
o Rontgen Thorax
Lain-lain :-
V. Follow up
7 Agustus 2019
A SOL Mestastasis
VI. Resume
Seorang laki-laki berusia 71 tahun datang ke IGD RS POLRI dengan
keluhan kedua kaki lemas tidak dapat dibuat jalan sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit dengan gejala tambahan berupa kesemutan dan tidak
BAB. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi (+), jatung (-), paru
(-), dan diabetes (-).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang dengan
GCS E4M6V5, tekanan darah pasien 120/80 mmHg, frekuensi
pernapasan 20 /menit, denyut nadi 81x/menit dan suhu tubuh 36,3°C.
Status generalis pada pemeriksaan abdomen ditemukan hipertimpani
dan bising usus (-). Pada pemeriksaan motorik melemah pada
ekstremitas bawah 3333/4444, reflex ekstremitas bawah -/- dan saraf
otonom ditemukan pasien sudah tidak BAB selama 7 hari.
VII. Diagnosis
Diagnosis klinik : paraparesis, konstipasi
Diagnosis topis : Lesi UMN setinggi vertebrae thoracal 1-4
Diagnosis etiologis : Infeksi Mycobacterium tuberculosa
Diagnosis Patologi : Spondilitis Tuberculosis
IX. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Non-medikamentosa :
X. Prognosis
Quo ad vitam :
Quo ad sanationam :
Quo ad functionam :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tumor sekunder
Definisi
Space occupied lession (SOL) ialah lesi fisik substansial, seperti neoplasma,
perdarahan, atau granuloma, yang menempati ruang. SOL Intrakranial
didefinisikan sebagai neoplasma, jinak atau ganas, primer atau sekunder, serta
hematoma atau malformasi vaskular yang terletak di dalam rongga tengkorak.
Tumor intrakranial termasuk dalam SOL yang memberikan tanda dan gejala
akibat tekanan intrakranial, intracranial shift, atau herniasi otak, sehingga dapat
mengakibatkan ‘brain death’ (siska kalorina)
Tumor sistem saraf pusat terbagi kedalam tumor primer dan tumor sekunder.
Tumor primer berasal dari sel-sel sistem saraf pusat sendiri sedangkan tumor
sekunder merupakan metastasis dari tempat lain. Lesi yang multipel dengan
gambaran edema yang luas merupakan ciri khas dari tumor metastasis (Kapsel)
Epidemiologi
Metastasis otak adalah tumor otak sekunder yang jumlahnya empat kali
melebihi jumlah tumor otak primer. Di Amerika Utara terdapat 98.000- 170.000
kasus baru metastasis otak per tahunnya. Angka ini akan terus bertambah
dengan meningkatnya populasi lanjut usia serta meningkatnya tatalaksana
diagnostik yang lebih baik dan kemajuan terapi mutakhir pada keganasan lokal
dan sistemik. Tumor primer dapat berasal dari kanker paru (50%), payudara
(15-25%), melanoma (5-20%), kolorektal dan ginjal. Sebanyak 15% paien
metastasis otak tidak diketahui lokasi tumor primernya. (PNPKO) menurut
buku kapita selekta (kapsel), metastasis ke SSP paling sering terjadi pada pasien
kanker payudara dan prostat.
Diagnosis (ppokotak)
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, ditemukan tanda dan gejala seperti pada
tumor otak primer, yang dapat berupa:
3. Kejang
Pemeriksaan penunjang
CT Scan
Pada 50% kasus pemeriksaan CT scan otak terdapat gambaran lesi metastasis
soliter (tunggal) sejak pasien pertama kali mendapatkan gangguan klinis
neurologis. Gambaran CT scan umumnya dapat berupa lesi bulat, berbatas tegas
dengan peritumoral edema yang lebih luas (fingers of edema). Bila terdapat lesi
multipel maka jumlah lesi terbanyak yang tampak adalah jumlah yang paling
benar (Chamber’srule).
MRI Otak
Bila dilanjutkan dengan MRI otak hanya <30% pasien didapatkan lesi soliter.
Pemeriksaan MRI lebih sensitif daripada CT scan terutama di daerah fossa
posterior.
3. Tumor marker
Tatalaksana
Pembedahan
Pada metastasis soliter dapat dilakukan operasi kraniotomi dan eksisi tumor
apabila:
1. Satu lesi dapat dicapai dengan operasi terbuka dan lesi tersebut
menyebabkan gejala klinis yang jelas dan atau mengancam jiwa
Radiasi ekterna
Sampai saat ini masi belum ada kesepakatan mengenai dosis dan fraksinasi
paling optimal untuk WBRT. Namun umumnya digunakan dosis adalah 30 Gy
dalam 10 fraksi diberikan selama 2 minggu.Untuk pasien dengan performa yang
buruk, 20 Gy/5 fraksi merupakan pilihan yang baik untuk dapat
dipertimbangkan.
SRS dapat dilakukan dengan linear accelerator (linac-based SRS), gamma knife
(Cobalt-based SRS), atau proton.
Dosis biasanya dipreskripsikan pada isodosis 50% untuk gamma knife, dan
80% untuk linac-based SRS. Dosis marginal maksimal adalah 24, 18 atau 15 Gy
sesuai dengan volume tumor yang direkomedasikan.
Terapi Medikamentosa
Terapi medikamentosa yang dapat diberikan pada tumor otak sekunder, antara
lain:
Algoritma tatalaksana tumor metastasis multipel
Penurunan kesadaran
Definisi
Patofisiologi