Disusun Oleh
JURUSAN KEPERAWATAN
MALANG
2019
DAMPAK PSIKOSOSIAL AKIBAT BENCANA
LUMPUR LAPINDO
PENDAHULUAN
3. Comparasi
Jurnal 2:
Hasil:
Hasil uji statistik menujukkan bahwa ada perbedaan hasil sebelum dan setelah
penyegaran pengetahuan tentang manajemen bencana gempa bumi dan tsunami
pada perawat kesehatan jiwa masyarakat, dengan selisih mean 3,66 (p-value =
0,001) antara pre test dan post test. Hasil uji statistic menujukkan bahwa ada
perbedaan hasil sebelum dan setelah penyegaran pengetahuan tentang analisa risiko
bencana gempa bumi dan tsunami pada perawat kesehatan jiwa masyarakat, dengan
selisih mean 1,22 (p-value = 0,001) antara pre test dan post test. Hasil uji statistik
menujukkan bahwa ada perbedaan hasil sebelum dan setelah penyegaran
pengetahuan tentang dampak bencana gempa bumi dan tsunami pada perawat
kesehatan jiwa masyarakat, dengan selisih mean 3,08 (p-value = 0,001) antara pre
test dan post test. Hasil uji statistik menujukkan bahwa ada perbedaan hasil sebelum
dan setelah penyegaran pengetahuan tentang keterampilan bencana gempa bumi
dan tsunami pada perawat kesehatan jiwa masyarakat, dengan selisih mean 1,56 (p-
value = 0,001) antara pre test dan post test.
Kesimpulan:
Tahap ini adalah masa beberapa jam atau hari setelah bencana. Pada tahap
inikegiatan bantuan sebagian besar difokuskan pada menyelamatkan penyintas dan
berusaha untuk menstabilkan situasi. Penyintas harus ditempatkan pada lokasi yang
aman dan terlindung, pakaian yang pantas, bantuan dan perhatian medis,
serta makanan dan air yang cukup.
1. Kecemasan berlebihan
2. Rasa bersalah
3. Ketidaksatbilan emosi dan pikiran
2. Tahap Pemulihan
Setelah situasi telah stabil, perhatian beralih ke solusi jangka panjang. Disisi lain,
euforia bantuan mulai menurun, sebagian sukarelawan sudah tidak datang lagi
dan bantuan dari luar secara bertahap berkurang. Para korban mulai
menghadapi realitas. Pada tahap ini berbagai gejala pasca-trauma muncul,
misalnya "Pasca Trauma Stress Disorder," "Disorder Kecemasan Generalized,"
"Abnormal Dukacita, " dan " Post Traumatic Depresi ".
4. Tahap Rekonstruksi.
Satu tahun atau lebih setelah bencana, fokus bergeser lagi. Pola kehidupan yang
stabil mungkin telah muncul. Selama fase ini, walaupun banyak korbanmungkin
telah sembuh, namun beberapa yang tidak mendapatkan pertolongan dengan
tepat menunjukkan gejala kepribadian yang serius dan dapat bersifat permanen.
Pada tahap ini risiko bunuh diri dapat meningkat, kelelahan kronis, ketidakmampuan
untuk bekerja, kehilangan minat dalam kegiatan sehari-hari, dan kesulitan
berpikir dengan logis. Mereka menjadi pendendam dan mudah menyerang orang lain
termasuk orang-orang yang ia sayangi. Gangguan ini pada akhirnya merusak
hubungan korban dengan keluarga dan komunitasnya.
Pemberian bantuan yang tidak terpola pada akhirnya merusak etos kerja mereka dan
terjadi ketergantungan pada pemberi bantuan. Bencana fisik bisa menghancurkan
lembaga masyarakat, seperti sekolah dan komunitas agama, atau dapat mengganggu
fungsi mereka karena efek langsung dari bencana pada orang yang bertanggung
jawab atas lembaga-lembaga, seperti guru atau imam. Saat guru, tokoh adat atau
tokoh agama menjadi korban dari bencana dan tidak dapat mejalankan fungsinya,
maka sarana dukungan sosial dalam komunitas menjadi terganggung.
d. Tingkat keparahan,
e. Pengalaman traumatik
Selain itu korban bencana akan mengalami perubahan dalam kepribadian yang
berpengaruh pada tingkat fungsi dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya dan
bahkan mereka tidak mampu menata kembali hidup mereka. Sebagian besar dari
korban bencana mengalami gejala temporer. Gejala yang paling popular
adalah stres dan stres paska trauma yang seringkali menghinggapi korban-korban
bencana. Stres terjadi karena adanya situasi eksternal atau internal yang
memunculkan tekanan atau gangguan pada keseimbangan hidup individu.
Kaum perempuan di daerah bencana karena hidup dengan kondisi yang lebih lebih
buruk dari sebelumnya maka memunculkan perasaan gelisah, sedih, tak berdaya dan
bingung. Harapan hidupnya seolah-olah hilang. Depresi akan mucul akibat
ketidakmampuan melakukan perubahan. Individu dan komunitas mengalami situsi
belajar dari pengalaman dan situasi hidup bahwa mereka tidak mampu mengatasinya.
Trauma yang muncul ini bersifat kolektif dan memberikan dampak psikososial.
Beberapa gejala yang pada umumnya muncul akibat bencana adalah sebagai berikut:
3. Mimpi buruk
4. Gangguan tidur
7. Ketakutan
2. Remaja
a. Mengajaknya Sholat dan Zikir untuk relaksasi
b. Melakukan aktifitas social
c. Melakukan aktifitas olahraga
d. Melakukan aktifitas kesenian seperti menari, menyanyi, main musik, drama,
melukis, dan lain-lain
e. Menulis
f. Menonton film
3. Orang Dewasa
a. Ajak untuk perbanyak melakukan kegiatan agama
b. Temani mereka
c. Ajak bicara tentang apa saja sehingga ia tidak merasa sendiri
d. Menjadi pendengar yang baik terutama saat ia menceritakan perasaannya
tentang bencana yang menimpa
e. Dorong korban untuk banyak beristirahat dan makan yang cukup
f. Ajak korban melakukan aktifitas yang positif
g. Ajak korban untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari
h. Ajak bercanda dengan menggunakan humor ringan
i. Ajak berbincang-bincang tentang kondisi saat ini diluar
j. Membantu menemukan sanak saudara yang masih terpisah
k. Memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga menimbulkan harapan
4. Wanita
Dalam memulihkan diri sendiri :