Anda di halaman 1dari 4

Elmunafi, dkk.

, (2015) didalam penelitiannya mengevaluasi kinerja MQL


menggunakan minyak jarak sebagai cairan pemotongan terhadap benda kerja stainless steel 48
HRC yang dikeraskan. Hasilnya bahwa menggunakan debit 50 ml/jam menghasilkan umur
pahat yang lebih lama, kekasaran permukaan dan gaya potong yang lebih baik dibandingkan
dengan pemotongan kering (dry machining). Dari hasil tersebut, MQL dapat menjadi teknik
yang baik sebagai piranti pemesinan pada baja stainless yang dikeraskan menggunakan pahat
coated carbide dengan kecepatan potong 170 m/menit dan feed 0,24 mm/rev.

Tabel Hasil pemotongan kering dan MQL

Gambar grafik Umur pahat vs kecepatan potong dan feed pada kondisi dry dan MQL minyak
jarak
Gambar grafik Kekasaran permukaan vs kecepatan potong pada kondisi dry dan MQL
minyak jarak

Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan hasil pengujian yang didapatkan selama percobaan
dengan teknik pemotongan kering dan MQL. Secara umum, umur pahat terpanjang diperoleh
pada kecepatan potong (100 m/min) dan feed rate rendah (0,16 mm/rev) dan umur pahat
terpendek adalah pada kombinasi antara kecepatan potong (170 m/min) dan feed rate tinggi
(0,24 mm/rev). Teknik MQL menggunakan minyak jarak mampu meningkatkan masa pakai
pahat coated carbide dibandingkan dengan dry machining. Hal ini disebabkan oleh
pengurangan panas di zona pemotongan dan gesekan antara benda kerja dengan ujung pahat.
Tool life dengan teknik MQL menggunakan minyak jarak meningkat dua kali lipat dibanding
pemesinan kering. Cutting fluids dengan teknik MQL mampu menembus jauh kedalam
antarmuka pahat dan benda kerja sehingga dapat bekerja lebih baik pada kondisi kecepatan
pemotongan yang tinggi dan menghasilkan masa pakai pahat yang lebih baik. Namun,
pemesinan dengan teknik MQL dibatasi oleh temperatur pemotongan, karena pada kecepatan
tinggi efek kabut minyak menjadi menguap. (Elmunafi, dkk., 2015)
Ibrahim, dkk., (2018) didalam penelitiannya dengan teknik MQL menggunakan minyak
kelapa sawit pada proses pemesinan frais terhadap benda kerja magnesium. Dengan tujuan
penelitian untuk mendapatkan efek dari penambahan cutting fluids terhadap nilai kekasaran
permukaan pada benda kerja magnesium. Didalam penelitiannya menggunakan beberapa jenis
cutting fluids yaitu synthetic oil, minyak kedelai, dan minyak kelapa sawit yang akan
dibandingkan hasilnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kekasaran minimum 1,147
μm dicapai dengan menggunakan minyak kelapa sawit dimana hasil tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan nilai kekasaran maksimum 5,925 μm. Hasil pengujian menggunakan
minyak synthetic oil dan minyak kedelai pada pemesinan frais tidak memberikan pengaruh
yang besar.

Grafik pengaruh metode pelumasan terhadap nilai kekasaran permukaan

Gambar 2. menunjukkan kecenderungan bahwa nilai kekasaran permukaan


menggunakan minyak kelapa sawit lebih rendah dibandingkan dengan minyak synthetic oil,
minyak kedelai dan pada dry machining. Terlihat bahwa nilai kekasaran hasilnya semakin
rendah untuk setiap peningkatan kecepatan potong yang digunakan. Sehingga dikatakan bahwa
semakin besar kecepatan potong maka semakin kecil kekasaran permukaan yang dihasilkan.
Pada saat temperatur pemotongan yang tinggi, minyak kelapa sawit mampu mempertahankan
viskositasnya sehingga mampu memberikan lapisan pelumas yang lebih baik pada temperatur
pemotongan yang tinggi dibanding minyak kedelai dan minyak synthetic oil. Dalam penelitian
ini, teknik MQL menggunakan minyak kedelai tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga
tidak memberikan efek perubahan terhadap kwalitas nilai kekasaran permukaan. Hal ini
mungkin dikarenakan oleh partikel fluida tidak mampu mencapai zona pemotongan dimana
pendinginan diperlukan. Akan tetapi fuida yang dikabutkan menyebar di sekitar area pahat dan
benda kerja sehingga mengurangi kemampuan pelumasannya.

Anda mungkin juga menyukai