Pendahuluan
1
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian
Hipertiroid adalah gangguan endokrin kedua yang paling sering terjadi, kondisi ini
terjadi akibat pengeluaran hormone tiroid yang berlebihan yang disebabkan oleh
abnormalitas stimulasi kelenjar tiroid oleh iunoglobin sirkulasi. Gangguan ini lebih sering
dialami oleh wanita dibandingkan pria dan mencapai puncak antara decade kedua dan
keempat kehidupan. Kondisi ini dapat muncul setelah syok emosional, atres, atau infeksi,
tetapi signifikasi pasti dari hubunganini tidak dapat dipahami. Penyebab umum lainnya
mencakup tiroiditis dan kelebiha mengkonsumsi hormone tiroid.
Hipertiroidisme merupakan keadaan sindrom klinis Karen adanya kelainan atau
perubahan-perubahan fisiologis dan biokimia yang kompleks dari jaringan, akibat dari
kenaikan kadar hormone tiroid dalam sirkulasi. Hipertiroidisme menunjukan aktivitas
kelenjar tiroid yang berlebihan dalam menyintesisi hormone tiroid, sehingga meningkatkan
metabolism di jaringan perifer. (Mansjoer, A., dkk., 2001; Firdaus, I., 2007)
Hipotiroidisme merupakan suatu keadaan klinis yang diakibatkan karena kekurangan
hormone tiroid apapun sebabnya dan berdampak pada perlambatan pada semua proses
metabolism. Disfungsi tiroid yang disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis dan hipo
thalamus disebut hipotiroidisme sentral. Apabila defisiensi tiroid terjadi akibat autoimun
disebut tiroiditis hashimoto. Jika terjadi sejak lahir disebut kereatinisme. Kreatinisme dapat
terjadi karena kekurangan yodium selama kehamilan, obat anti tiroid selama kehamilan
dan efek pada perkembangan embrionik (Kowalak, J.P., dkk., 2001;Greenspan, E.S dan
Gardner, D.G., 2004).
hipotiroidisme paling sering dialami oleh wanita lansia. Penyebabnya antara lain
hipotiroiditis autoimun (tiroiditis Hash imoto iodine, pembedahan atau obat anti tiroid)
terapi radiasi untuk kanker kepala dan leher, penyakit infiltrat pada tiroid (amyloidosis dan
sklero derma.
2.2 Etiologi
Etiologi hipertiroid :
1. Penyakit graves
Penyakit ini ditemukan oleh Robert graves pada tahun 1835. Merupakan kelainan
autoimun akibat interaksi antara antibody terhadap reseptor TSH imunogloblin
IgGdengan reseptor TSH pada kelejar tiroid.
2. Struma toksik multiodular (15% kasus)
Strume berkepanjangan dapat menyebabkan hipertiroid. Sering terjadi relaps setelah
terapi dengan obat antitiroid, sehingga diperlukan pembedahan atau radioterapi.
3. Adenoma toksik (struma nodular tunggal 5% kasus)
Suatu nodul yang berfungsi secara otonom menyebabkan kelebihan hormoon tiroid
dan menekan sekresi TSH.
4. Tiroiditis hashimoto
Bersifat autoimun (berhubungan dengan antibody peroksidase tiroid), pembesaran
tiroid yang licin pada perabaan dapat menyebabkan hiper dan lalu hipotiroid.
5. Tiroiditis pasca melahirkan
Biasannya sembuh dengan sendirinnya
Etiologi hipotiroid
1. Tiroiditis hashimoto
Tiroiditis hashimoto terjadi akibat adanya antibody yang merusak jaringan kelenjar
tiroid.
2. Pengobatan terhadap hipertioid
Baik yodium radioaktif ataupun pembedahan pada kelenjar tiroid cenderung
mengakibatkan penurunan produksi hormone tiroid sehinga akhirnya memicu
hipotiroid.
3. Gondok/goiter/struma
Goiter adalah pembesaran kelenjar tiroid
4. Terapi karsinoma tiroid
Karsinoma tiroid disebabkan karena defisiensi yodium yang merangsang
proliferasi dan hyperplasia sel tiroid dan pajanan radiasi terutama pada saat masa
kana-kanak.
2.3 Patofisiologi
Hipertiroid
Peningkatan hormon tiroid karena beberapa penyebab (pada etiologi diatas) akan
berdampak pada seluruh sistem tubuh. Peningkatan hormon tiroid juga menyebabkan
hiperplasia sel sehingga ukuran kelenjar tiroid akan membesar 2-3 kali daripada ukuran
normal.
Hipertiroidisme pada penyakit graves disertai dengan eksoftalamus.Hal ini
disebabkan karena peningkatan produksi dari hidrofilik glycosaminoglycans (GAGs) pada
jaringan orbita. Terjadi juga infiltrasi dari sel-sel imunokompeten (yang didominasi oleh
limfosit T, migrofag, dan limfosit B), yakni golongan limfosit T tersering adalah CD akan
menggali antigen dan menyekresi sitokinin yang akan memperkuat reaksi imun yang terjadi
dengan mengaktifkan limfosit T CD dan memproduksi antibodi sel B.
Sitokinin sendiri merangsang terbentuknya molekul-molekul major histocampability
complex class II (MHC class II) dan heat shock protein 72 (HSP-72) yang berperan penting
pada pengenalan antigen. Sitokinin juga merangsang fibroblas untuk membentuk dan
menyekresi GAGs yang akan menarik cairan menuju ke ruang retro-orbita, sehingga terjadi
pembengkakan periorbita, proptosis, dan pembengkakan otot-otot eksraokuler.
Hipotiroid
Sekresi hormone tiroid (T₃ dan T₄) dipengaruhi oleh TSH dan TRH bila terjadi
penurunan kadar hormone tiroid (T₃ dan T₄ turun), maka tidak ada umpan balik negatip dari
kelenjar tiroid ke TSH. KIBATNYA TSH tetap di produksi dalam jumlah berlebih dan kelenjar
tiroid bekerja keras untuk mengatasi kekurangan T₃ dan T₄ sehingga akhirnya terjadi hipertrofi
atau perbesaran kelenjar tiroid penurunan hormone tiroid berdampak pada seluruh proses
metabolism tubuh.
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipo
thalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar hormone tiroid (HT)
yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar thyroid stimulating hormone (TSH) dan
thyroid releasing hormone (TRH) karena tidak adanya umpan balik negative oleh HT ada
hipofisis anterior dan hipotalamus.
3
Apabila hiporitoidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah
disebabkan oleh rendahnya kadar TSH, TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya
umpan balik negative dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfngsi
hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
2.4 Manifestasi
Hipertiroid
1. Kecemasan (hipereksitabilitas emosional), iritabilitas, ketakutan, ketidakmampuan, untuk
duduk diam; palpitasi nadi cepat saat istirahat dan ketika mengeluarkan tenaga.
2. Toleransi buruk tarhadap panas; berkeringat berlebihan; kulit yang memerah dengan
warna salmon yang khas, dan cenderung menjadi hangat, lunak, dan lembab.
6. Peningkatan nafsu makan dan asupan diet, penurunan berat badan secara progresif,
keletihan otot yang abnormal kelemahan, aminorea, dan perubahan fungsi usus
(konstipasi atau diare).
7. Nadi berkisar 90 dan 160 kali permenit ; tekanan darah sistolik (tetapi bukan diastolic)
meningkat (peningkatan tekanan nadi).
8. Fibrilasi atrial; dekompensasi jantung dalam betuk gagal jantung kongestif, terutama
pada lansia.
10. Efek jantung dapat mencakup takikardia sinus ata disritmia, peningkatan tekanan nadi,
dan palpitasi; hipertrofi miokardium dan gagal jantung dapat terjadi jika hipertiroidisme
berat dan tidak diatasi.
11. Dapat meliputi remisi dan eksaserbasi, diakhiri dengan pemulihan spontan dalam
beberapa bulan atau tahun.
12. Dapat terus berlanjut, menyebabkan badan kurus, gugup yang berlebihan, delirium,
disorientasi, dan pada akhirnya gagal jantung.
Hipotiroid
1. Kelebihan ekstrem
2. Kerontokan rambut, kuku rapuh, kulit kering, dan kebas serta kesemutan pada jari
tangan.
5. Hipotiroidisme berat; suhu dan frekuesi denyut nadi kurang dari normal; pertambahan
berat badan bukan karena asupan makanan; kakeksia.
6. Penipisan kulit, penipisan rambut atau aleopesia; tidak menunjukan ekspresi dan
tampilan wajah seperti topeng
4
7. Sensasi dingin di lingkungan yang hangat
8. Respon emosional pasif saat kondisi berlanjut; proses mental yang tumpul dan apati.
9. Bicara melambat; lidah, tangan, dan kaki membesar; konstipasi; kemungkinan tuli.
10. Hipotiroidisme lanjut : perubahan kepribadian dan kognitif, evusi pleura, evusi
pericardial dan kelemahan otot pernafasan.
11. Hipotermia : sensivtivitas abnormal terhadap agens sedative, opiate, dan anestesi (
obat-obatan ini diberikan sangat hati-hati).
12. Hipotiroidisme berat peningkatan kadar kolesterol serum, aterosklerosis, penyakit arteri
coroner, dan fungsi ventrikel kiri yang buruk.
2.5 Komplikasi
Hipertiroid
Suatu kondisi keadaan ketika tiba-tiba terjadi aktivitas kelenjar tiroid yang sangat
berlebihan. Krisis tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan
memerlukan tindakan segera.
2. Hipertermia
3. Gagal jantung
4. Edema paru
5. Syok
Hipotiroid
Ibu hamil dengan hipotiroidisme yang tidak diobati akan menyebabkan bayi lahir cacat
mental dan mengalami gangguan perkembangan fisik karena hormone tiroid sangat
berperan dalam perkembangan otak.
2. Koma miksedema
Koma miksedema adalah stadium akhir dari hipotiroidesme yang tidak di obati.
Ditandai oleh kelemahan progresif, stupor, hipotermia, hipoventilasi, bradikardia,
hipoglikemia, hiponatremia, intoksikasi air, syok dan meninggal, serta perubahan status
mental yang meliputi letargi, disfungsi kognitif, dan psikosis. Patofisiologi, koma
miksedema menyangkut 3 aspek utama, yaitu (a) retensi co₂ dan hipoksia, (b) ketidak
seimbangan cairan dan elekrolit, serta (c) hiptermia.
Retensi co₂ telah lama di kenal sebagai bagian internal dari koma miksedema yang di
akibatkan oleh faktor- faktor seperti obesitas, kegagalan jantung, ileus, imobilisasi,
pneumonia, efusi pleural atau peritoneal, serta depresi sistem saraf pusat dan otot- otot
dada yang lemah cukup turut berperan. Kegagalan pasien misedema berespon terhadap
hipoksia atau mendorong terjadinya koma miksedema termasuk gagal jantung, edema
paru, efusi pleural atau peritoneal, ileus, kelebihan pemberian cairan, atau pemberian
5
obat- obat sedative atau narkotik pada pasien dengan hipotiroidisme yang berat
(Greenspan, F.S. dan D.G.Gardner, 2000; Gaitonde, D.Y; dkk, 2012).
3. Gagal jantung
4. Infertilitas
Jika kadar hormone tiroid terlalu rendah, maka akan mempengaruhi ovulasi dan
emnyebabkan wanita sulit hamil. Meskipun diterapi dengan penggantian hormone, hal
ini tidak akan menjamin wanita ferltil kembali.
5. Neurologis
Hipertiroid
1. Pemeriksaan Laboratorium yang utama adalah TSH , T4 dan T3 TSH Merupakan indikator
yang sensitif adanya kelainan tiroid. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan terjadinya
umpan balik negative pada kelenjar pituitari sehingga kadar TSH turun , namun dengan
pemeriksaan TSH saja belum cukup sehingga tetap harus di periksa ketiganya.
Hipotiroid
1. Yang paling utama adalah TSH, T₄, dan T₃. TSH merupakan indicator yang sensitive adanya
kelainan tiroid. Peningkatan hormone tiroid menyebabkan terjadinya umpan balik
negative pada kelenjar pituitary sehingga kadar TSH turun. Namun, dengan pemeriksaan
TSH saja belum cukup sehingga tetap harus di periksa ketiganya.
2.7 Penatalaksanaan
Hipertiroid
1. Terapi Obat
6
Karbimazol menurunkan sintesis hormon tiroid .dosis awal 40-60 mg/hari, kemudian
dikurangi sampai tercapai dosis pemeliharaan. Dosisnya dititrasikan sesuai dengan fungsi
tiroid dan dilanjutkan selama 18 bulan.
Setelah di operasi , goiter multinodular toksik dan tidakkk mampu / tidak mau pengobatan
dengan obat antitiroid
3. Pembedahan
1. Pemberian levotiroksin
2. Operasi/pembedahan
3. Yodium radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid
sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang menolak untuk dioperasi maka
pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50%.
7
Penatalaksanaannya mencakup pemeliharaan berbagai fungsi vital meliputi
pemberian O₂ pemberian cairan harus hati-hati karena bahaya intoksikasi air, pengguaan
panas eksternal (misalnya banta pemanas) harus dihindari karena dapat meningkatkan
kebutuhan O₂ dan kolaps vascular, infus glukosa bila terjadi hipoglikemia, dan bila pasien
mengalami koma berikan infus hormone tiroid (synthroid) sampai kesadaran pulih kembali
(Smeltzer dan Bare, 2002).
8
Bab 3
Pembahasan
a. Pengkajian
Pasien tiroidisme pada saat dilakukan pengkajian akan ditemukan tanda-tanda seperti
berikut ini (Greenspan, F.S. dan D.G. Gardner, 2004; Anwar, Ruswana, 2005; Kowalak, J.P., dkk.,
2011; khandelwal, D. dan N. Tandon, 2012).
1. Pada kreatinisme didapatkan tanda dan gejala seperti retardasi mental, tubuh pendek,
bentuk wajah dan tangan bengkak/gemuk akibat infiltrasi kulit dengan air dan mulekul
karbohidrat. Sementara pada bayi pada hipotiroidisme ditemukan kelemahan otot
sehingga bayi tidak dapat duduk tanpa bantuan, perut membesar, hernia umbilikalis,
kesulitan bernafas, sianosis, jaundis, tidak mau menyusu, dan suara tangis serak.
2. Sistem neurologis
Pada sistem neuroligis didapati tanda-tanda letargi, bicara lambat suara kasar dan parau,
monoton, bicara tidak jelas, kerusakan memori, kognisi lambat, dan parau, monoton,
bicara tidak jelas, kerusakan memori, kognisi lambat, perubahan kepribadian (puas
dengan dirisendiri, tumpul, apatis), mudah tersinggung, nistagmus, niktalopia, kehilangan
pendengaran perspektif, tremor, refleks tendon profunda lambat, paresthesia, ataksia,
somnolen dan sinkop.
3. Sistem musculoskeletal
Otot kaku/sakit, nyeri sendi, kelemahan otot, kram, paresthesia, letih, cepat lelah (karena
penurunan basal metabolism rate (BMR) biasannya sering dijumpai sebagai tanda-tanda
kelainan pada sistem muskuluskeletal.
4. Sistem kardiovaskular
Pada sistem ini didapati adanya intoleransi terhadap dingin, keringat berkurang, tekanan
darah nadi dan suhu rendah, tekanan nadi menyempit, bunyi jantung berkurang, nyeri
prakordial, pembesaran jantung, disritmia, hipotensi, dan penurunan curah jantung.
5. Sistem pernafasan
Suara serak dan nafas sesak saat melakukan aktivitas merupakan gejala kelainan sistem
pernafasan yang banyak dijumpai
6. Sistem gastrointestinal
Peningkatan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, anoreksia, konstipasi, distensi
abdomen, asites, serta lidah besar dan tebal
9
8. Sistem integument
Kulit penderita sering terlihat pucat, dingin, kering, kasar, dan bersisik. Sering juga ditemui
adanya edema non-pitting (tangan, kaki, preorbital), rambut kasar dan tipis, kuku yang
rapuh, tumbuh lambat, dan tebal, kebas pada jari-jari tangan tangan, sinrom carpal tunel.
Hipotiroid berat yang disertai mikseidema akan ditemui tanda seperti kulit mejadi tebal
karena penumpukan mukopolisakarida, berat badan naik tanpa peningkatan asupan
makanan, wajah tanpa ekspresi dan mirip topeng. Muka tangan dan kaki sembab, kulit
kasar-kering, edema periorbital, rambut kering tipis, kuku tebal dan rapuh, mengeluh
dingin walaupun dalam lingkungan yang hangat, peningkatan kolesterol, aterosklerosis,
penurunan frekunsi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksidema), serta
penurunan curah jantung dan anemia.
10. Pada hipotiroid lanjut terjadi dimensia atau gangguan kognitif, gangguan kepribadian,
kelemahan otot pernafasan, bicara lambat, koma, depresi, dan emosi labil.
11. Anemia
Ada empat mekanisme yang menyebabkan anemia pada hipotiroidisme, yaitu gangguan
sintesis hemoglobin akibat defisiensi T₄ (tiroksin); (b) besi akibat menoragia; (c) defisiensi
folat akibat gangguan absorpsi folat oleh usus; (d) anemia prnisiosa dan megaloblastik
akibat autoimun atau miksidema.
b. Diagnosa keperawatan
Hipertiroid
Hipotiroid
2. Hipotermi b.d
10
c. Rencana keperawatan
Hipertiroid
1 020801 Keseimbangan 5
2 020803 Gerakan otot 5
no kode indikator SA ST
no kode indikator SA ST
1 000509 Kecepatan berjalan 5
b. Intervensi nic
11
2. Pengaturan posisi (306)
a. Menempatkan pasien pada posisi yang tidak bisa meningkatkan nyeri
b. Memposisikan pasien senyaman mungkin
c. Memposisikan pasien dengan menghindari penekanan luka
no kode indikator SA ST
no kode indikator SA ST
1 210901 Nyeri 5
2 210902 Cemas 5
3 210918 meringis 5
no kode indikator SA ST
12
b. Intervensi (NIC)
1. Manajemen diare (198)
Hipotiroid
No kode Indicator SA ST
13
2. Pergerakan (452)
No kode indikator SA ST
1 020801 Keseimbangan 5
No kode Indicator SA ST
b. Intervensi (NIC)
14
3. Manajemen nyeri (198)
2.hipotermi b.d
a. Kriteria hasil (NOC)
1. termoregulasi (564)
no kode indikator SA ST
2 080014 Dehidrasi 5
no kode indikator SA ST
1 080201 Suhu tubuh 5
no kode indikator SA ST
15
b. Intervensi (NIC)
16