Disusun oleh :
SISWANTO
1416000861
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. TUJUAN UMUM
2. TUJUAN KHUSUS
C. MANFAAT
1. Bagi penulis
2. Bagi pembaca
TINJAUAN PUSTAKA
B. PENYEBAB/ETIOLOGI
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stress.Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya.Faktor predisposisi
dapat meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis,
dan genetik.
1. Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan.
2. Faktor Sosiokultural
Berbagai factor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan
yang membesarkannya.
3. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stress yang berleihan, maka di dalam tubuhnya
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik nuorokimia
seperti buffofenon dan dimethytranferase (DMP).
4. Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda
bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan
stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi
realitas.
5. Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil
studi menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Factor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra
untuk menghadapinya.Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti
partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi,
objek yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering
menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan
stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat
halusinogenik
C. MANIFESTASI KLINIS
- Tanda dan Gejala
Menurut Hamid (2000)dalam Fitria (2013), perilaku klien yang terkait
dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
Bicara sendiri.
Senyum sendiri.
Ketawa sendiri.
Menggerakkan bibir tanpa suara.
Pergerakan mata yang cepat
Respon verbal yang lambat
Menarik diri dari orang lain.
Berusaha untuk menghindari orang lain.
Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
Sulit berhubungan dengan orang lain.
Ekspresi muka tegang.
Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
Tampak tremor dan berkeringat.
Perilaku panik.
Agitasi dan kataton.
Curiga dan bermusuhan.
Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
Ketakutan.
Tidak dapat mengurus diri.
Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
Menurut Stuart dan Sundeen (2014) dalam Fitria (2012), seseorang yang
mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas
yaitu:
D. PSIKOPATOLOGI/POHON MASALAH
F. PENGKAJIAN FOKUS
Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji
Perubahan Persepsi Subjektif :
Sensori : HALUSINASI Klien mengatakan mendengar sesuatu
Klien mengatakan melihat bayangan
Klien mengatakan dirinya seperti disengat
listrik
Klien mencium bau-bauan yang tidak
sedap seperti bau feses
Klien mengatakan kepalanya seperti
melayang di udara
Klien mengatakan ada sesuatu yang
berbeda pada irinya
Objektif :
Klien terlihat bicara atau tertawaa sendiri
Berhenti bicara di tengah-tengah
Disorientasi
Kosentrasi rendah
Pikiran cepat berubah-ubah
Kekacauan alur pikiran
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatanPerubahan persepsi sensori : Halusinasi
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
- Intervensi keperawatan untuk klien
Tujuan tindakan untuk klien yaitu.
Klien mengenal halusinasi yang dialami.
Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Klien mengikuti program pengobatan secara optimal.
Tindakan keperawatan
Membantu klien mengenali halusinasi
Melatih klien mengontrol halusinasi
- Intervensi keperawatan untuk keluarga klien
Tujuan tindakan untuk keluarga
Dapat merawat pasien di rumah dan menjadi sistem pendukung yang
efektif untuk klien.
Tindakan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Pertemuan Ke 1
a. Kondisi klien
Pasien terlihat bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
mendekatkan telinga ke arah tertentu, dan menutup telinga. Klien mendengar
suara atau penggaduhan, mendengar suara yang mengajaknya bercakap, dan
menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
b. Diagnosa keperawatan
- Diagnosa keperawatan halusinasi dengar
c. Tujuan
- Tujuan umum
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
- Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan criteria sebagai
berikut.
1) Ekspresi wajah bersahabat
2) Menunjukkkan rasa senang
3) Klien bersedia diajak berjabat tangan
4) Klien bersedia menyebutkan nama
5) Ada kontak mata
6) Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
7) Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
Membantu klien mengenal halusinasinya
Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik
halusinasi.
d. Intervensi Keperawatan
- Intervensi keperawatanBina hubungan saling percaya dengan prinsip
komunikasi terapeutik
Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
Perkenalkan diri dengan sopan
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
Jelaskan tujuan pertemuan
Jujur dan menepati janji
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar
klien.
- Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi
halusinasi, frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi
- Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.Tahapan
tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.
Jelaskan cara menghardik halusinasi
Peragakan cara menghardik halusinasi
Minta klien memperagakan ulang
Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien yang
sesuai
Masukkan dalam jadwal kegiatan klien
e. Strategi pelaksanaan
1) Fase Orientasi
“Selamat pagi, assalamualaikum... Boleh saya kenalan dengan bapak?
Nama saya....panggil saja saya.... saya mahasiswa keperawatan....saya
sedang praktik di sini pukul 08.00-13.00 siang nanti. Kalo boleh tahu
nama bapak siapa dan lebih suka dipanggil sebutan apa?”
a) Evaluasi/validasi
a) “Bagai mana perasaan bapak hari ini? Bagaimana tidurnya tadi
malam? Ada keluhan tidak?”
b) Kontrak :
a) Topic : gimana kalau kita ngobrol tentang suara yang di dengar
bapak tadi malam?
b) Waktu : berapa lama kira-kira mau ngobrolnya pak? 10 menit
cukup ngga pak?
c) Tempat : kita ngobrol disini aja ya pak?
2) Fase kerja
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang
dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang
paling sering bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami?
Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan
cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-
cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.
Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang
sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung
bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau
dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak
terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba
lagi! Ya bagus bapak sudah bisa”
3) Fase Terminasi
a) Evaluasi
a) Subjektif : tanyakan perasaan klien satelah interaksi
“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi?Ibu merasa
senang tidak dengan latihan tadi?”
b) Objektif : minta klien menyimpulkan / demonstrasi
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Ibu
simpulkan pembicaraan kita tadi.”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu
agar tidak muncul lagi.”
b) Rencana tindak lanjut
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Ibu coba
cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam
berapa saja latihannya?”
(Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian klien).
1) Topik
2) Waktu
Wassalamualaikum,……………