Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 1

ADMINISTRASI DAN ASPEK HUKUM PEMBANGUNAN

DOSEN :
ELIATUN, ST., MT.

OLEH :

ENDAH WIDIASTUTI, ST
1820828320031

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL
BANJARMASIN
2019
1. Pelajari dan analisa serta buat catatan penting mengenai UU No. 11 Tahun 2014
Tentang Keinsinyur dan Peraturan Pelaksananya PP No. 25 Tahun 2019

A. UU No. 11 Tahun 2014


 BAB I KETENTUAN UMUM
Bab ini berisi beberapa definisi dari kata dan istilah yang berhubungan dengan
Keinsinyuran. Kata-kata dan istilah penting ini akan menjadi dasar dari peraturan
dalam undang-undang ini.

 BAB II ASAS, TUJUAN DAN LINGKUP


Bab ini terdiri atas 3 pasal yaitu pasal 2 sampai dengan pasal 3. Dimana pasal 2
berisi tentang peraturan Keinsinyuran yang berdasarkan Pancasila dan menyebutkan
asas dari peraturan Keinsinyuran tersebut. Pasal 3 membahas tujuan dari peraturan
Keinsinyuran dan pasal 4 membahas lingkup dari peraturan Keinsinyuran tersebut.

 BAB III CAKUPAN KEINSINYURAN


Pada bab ini membahas mengenai cangkupan disiplin teknik Keinsinyuran dan
cakupan bidang Keinsinyuran. Dan untuk rincian lebih lanjut mengenai cakupan
disiplin teknik Keinsinyuran dan bidang Keinsinyuran dapat dilihat pada Peraturan
Pemerintah No. 25 tahun 2019 Bab II.

 BAB IV STANDAR KEINSINYURAN


Bab ini membahas mengenai pengembangan standar profesi Keinsinyuran
yang terdiri atas standar layanan Insinyur, standar kompetensi Insinyur dan standar
program profesi Insinyur. Dimana standar layanan Insinyur ditetapkan oleh Menteri
atas usul PII (Persatuan Insinyur Indonesia), standar kompetensi Insinyur ditetapkan
oleh Dewan Insinyur Indonesia, dan standar program profesi Insinyur ditetapkan
oleh Menteri yang disusun atas usul perguruan tinggi bersama Menteri dan Dewan
Insinyur Indonesia.

 BAB V PROGRAM PROFESI INSINYUR


Bab ini terdiri atas 3 pasal yaitu pasal 7 sampai dengan pasal 9. Pasal 7
membahas mengenai syarat untuk mengikuti Program Profesi Insinyur untuk
memperoleh gelar profesi Insinyur, dimana program ini diselenggarakan melalui
mekanisme rekognisi pembelajaran lampau. Dalam pasal 7 ini dijelaskan bahwa
syarat untuk mengikuti Program Profesi Insinyur adalah sarjana di bidang teknik
atau sarjana terapan bidang teknik baik lulusan dalam negeri maupun luar negeri,
serta sarjana pendidikan bidang teknik atau sarjana bidang sains yang disetarakan
dengan sarjana bidang teknik melalui program penyetaraan. Pasal 8 membahas
mengenai Program Profesi Insinyur yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
yang bekerja sama dengan kementerian, PII dan kalangan industri terkait. Untuk
ketentuan lebih lanjur mengenai program profesi insinyur dapat dilihat pada
Peraturan Peerintah No. 225 tahun 2019 Bab III. Pasal 9 membahas mengenai gelar
“Ir” yng diberikan oleh perguruan tinggi penyelenggara program profesi yang
bekerja sama dengan kementerian terkait dan PII.

 BAB VI REGISTRASI INSINYUR


Bab ini terdiri atas 8 pasal yaitu dari pasal 10 sampai dengan pasal 17. Pasal
10 membahas mengenai dalam melakukan praktik Keinsinyuran harus memiliki
Surat Tanda Registrasi Insinyur yang dikeluarkan oleh PII. Pasal 11 menjelaskan
untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi Insinyur, Insinyur harus memiliki
Sertifikat Kompetensi Insinyur yang didapatkan setelah lulus uji kompetensi yang
dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi profesi. Pasal 12 membahas mengenai Surat
Tanda Registrasi Insinyur yang mmemuat jenjang kualifikasi profesi dan masa
berlaku. Pasal 13 dimana masa berlakunya selama 5 (lima) tahun dan diregistrasi
ulang setiap 5 (lima) tahun sesuai dengan persyaratan pada pasal 11 dan persyaratan
pengembangan keprofesian berkelanjutan.
Pasal 14 membahas mengenai hal-hal yang menyebabkan Surat Tanda
Registrasi tidak berlaku lagi. Salah satu penyebabnya karena adanya malapraktik
atau pelanggaran kode etik Keinsinyuran oleh yang bersangkutan. Pasal 15
membahas mengenai sanksi administratif jika Insinyur melakukan kegiatan
Keinsinyuran tanpa memiliki Surat Tanda Registrasi Insinyur. Sanksi administratif
berupa peringatan tertulis dan/ atau penghentian sementara kegiatan
Keinsinyurannya. Sedangkan Insinyur yang tidak memiliki Surat Tanda Registrasi
dan dalam kegiatannya menimbulkan kerugian materiil akan dikenai sanksi
administratif berupa denda. Pada pasal 16 membahas mengenai sanksi administratif
bagi insinyur yang telah mendapatkan Surat Tanda Registrasi Insinyur namun dalam
kegiatannya menimbulkan kerugian administratif. Sanksi administratif yang didapat
hampir sama dengan insinyur yang tidak memiliki Surat Tanda Registrasi Insinyur,
yang membedakan adalah adanya pembekuan atau pencabutan Surat Tanda
Registrasi Insinyur bagi Insinyur yang memilikinya. Pada pasal 17 menjelaskan
bahwa untuk ketentuan lebih lanjut mengenai Surat Tanda Registrasi di PP No. 25
Tahun 2019 Bab IV dan tata cara sanksi administratif di PP No. 25 Tahun 2019 Bab
VII.
 BAB VII INSINYUR ASING
Bab ini terdiri atas 5 pasal yaitu dari pasal 18 sampai dengan pasal 22. Pasal
18 membahas mengenai syarat dari Insinyur Asing untuk bekerja di Indonesia adalah
harus memiliki surat izin tenaga Asing dan untuk mendapatkannya Insinyur Asing
harus memiliki Surat Tanda Registrasi Insinyur dari PII berdasarkan surat tanda
registrasi atau sertifikat kompetensi insinyur menurut hukum degaranya. Jika tidak
maka harus memenuhi syarat dalam pasal 11. Pasal 19 menjelaskan tentang alih ilmu
pengetahuan dan teknologi yang harus dilakukan Insinyur Asing, dan diawasi oleh
Dewan Insinyur Indonesia. Pasal 20 menjelaskan Insinyur Asing yang bekerja dalam
penanganan bencana atau konsultasi yg bersifat insidental tidak perlu memiliki surat
izin kerja, cukup memberitahukan kepada kementerian terkait.
Pasal 21 membahas mengenai sanksi administratif jika Insinyur Asing tidak
memenuhi persyaratan seperti pada pasal 18. Pasal 22 menjelaskan bahwa ketentuan
lebih lanjut untuk pasal 18 sampai pasal 20 ada di PP No. 25 Tahun 2019 Bab V dan
tata cara sanksi administratif untuk pasal 21 ada di PP No. 25 Tahun 2019 Bab VII.

 BAB VIII PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN


Bab ini membahas mengenai tujuan dari pengembangan keprofesian
berkelanjutan. Dimana pengembangan ini diselenggarakan oleh PII dan biasanya
bekerja sama dengan lembaga pelatihan dan pengembangan profesi. Untuk standar
pengembangan keprofesia berkelanjutan ditetapkan Dewan Insinyur Indonesia.
Pengembangan keprofesian berkelanjutan ini adalah syarat untuk perpanjangan Surat
Tanda Registrasi Insinyur.

 BAB IX HAK DAN KEBAWAJIBAN


Pada bab ini terdiri atas 3 (tiga) bagian, pada bagian kesatu membahas
mengenai hak dan kewajiban Insinyur (pasal 24 dan 25). Bagian kedua membahas
hak dan kewajiban pengguna Keinsinyuran yang dijelaskan dalam pasal 26 dan 27.
Bagian ketiga membahas mengenai hak dan kewajiban pemanfaat keinsinyuran yang
dijelaskan pada pasal 28 dan 29.

 BAB X DEWAN INSINYUR INDONESIA


Bab ini terdiri atas 6 pasal yaitu dari pasal 30 sampai dengan pasal 35. Pasal
30 membahas mengenai bentuk dari Dewan Insinyur Indonesia baik dari segi
anggota sampai masa jabatannya. Pasal 30 membahas mengenai fungsi dan tugas
dari Dewan Insinyur Indonesia. Pasal 33 membahas wewenang Dewan Insinyur
Indonesia dan pasal 34 membahas pendanaan Dewan Insinyur Indonesia. Pasal 35
menjelaskan bahwa ketentuan lebih lanjut diatur dalam peraturan presiden.

 BAB XI PERSATUAN INSINYUR INDONESIA


Bab ini terdiri atas 9 pasal yaitu dari pasal 36 sampai dengan pasal 44. Pasal
36 menjelaskan PII secara umum. Pada pasal 37, 38 dan 39 mAsing-mAsing
membahas mengenai fungsi, tugas dan wewenang PII. Pada pasal 40, 41 dan 42
menjelaskan mengenai PII yang bertugas menyusun dan menegakkan kode etik
Insinyur sebagai pedoman dan landasan. Pasal 43 menjelaskan mengenai pendanaan
PII.

 BAB XII PEMBINAAN KEINSINYURAN


Bab ini terdiri atas 5 pasal yaitu dari pasal 45 sampai dengan pasal 49. Bab ini
secara keseluruhan membahas mengenai pembinaan keinsinyuran. Dimana
pemerintah yaitu menteri dan menteri terkait yang bertanggung jawab atas
pembinaan Keinsinyuran. Pemerintah menetapkan norma, standar, prosedur dan
kriteria untuk praktik Keinsinyuran. Pemerintah juga dapat melakukan audit kinerja
Keinsinyuran. Ketentuan lebih lanjut dapat dilihat pada PP No. 25 Tahun 2019 Bab
VI.

 BAB XIII KETENTUAN PIDANA


Bab ini terdiri atas 2 pasal yaitu dari pasal 50 dan pasal 51. Pada pasal 50
membahas mengenai pidana untuk setiap orang bukan insinyur yang menjalankan
Praktik keinsinyuran dan bertindak sebagai Insinyur akan dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Dan jika mengakibatkan kecelakaan, cacat,
hilangnya nyawa seseorang, kegagalan pekerjaan Keinsinyuran, dan/atau hilangnya
harta benda dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Pada pasal
51 membahas mengenai jika Insinyur atau Insinyur Asing tugas profesinya tidak
memenuhi standar Keinsinyuran sehingga mengakibatkan kecelakaan, cacat,
hilangnya nyawa seseorang, kegagalan pekerjaan Keinsinyuran, dan/atau hilangnya
harta benda dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

 BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN


Bab ini membahas mengenai ketentuan peralihan dimana pada saat Undang-
Undang ini berlaku maka setiap orang yang telah mendapatkan gelar Insinyur
sebelum Undang-Undang ini berlaku tetap berhak menggunakan gelarnya. Setiap
Insinyur, sarjana teknik, sarjana teknik terapan yang telah tersertifikasi dinyatakan
sebagai Insinyur teregistrasi dan harus menyesuaikannya dengan Undang-Undang
ini paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Setiap Insinyur yang telah melakukan Praktik Keinsinyuran dengan memiliki izin
kerja, tetapi belum tersertifikasi sebelum Undang-Undang ini diundangkan
dinyatakan sebagai Insinyur teregistrasi dan harus menyesuaikannya dengan
Undang-Undang ini paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini
diundangkan. Selain itu anggaran dasar dan anggaran rumah tangga PII harus
disesuaikan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini dan mendapatkan
persetujuan dari Menteri paling lambat 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-
Undang ini diundangkan.

 BAB XV KETENTUAN PENUTUP


Bab ini membahas mengenai ketentuan penutup, dimana Peraturan pelaksana
dari Undang-Undang ini ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak
Undang-Undang ini diundangkan. Dewan Insinyur Indonesia dibentuk paling lambat
1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan. Undang-Undang ini
mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

B. PP No. 25 Tahun 2019


 BAB I KETENTUAN UMUM
Bab ini terdiri atas 2 (dua) pasal, dimana pada pasal 1 membahas mengenai
definisi dari kata dan istilah yang berhubungan dengan Keinsinyuran. Ada beberapa
istilah yang tidak ada pada UU No. 11 Tahun 2014 ini salah satunya adalah istilah
Persatuan Insinyur Indonesia (PII) yang merupakan organisasi wadah berhimpun
Insinyur yang melaksanakan penyelenggaraan Keinsinyuran di Indonesia. Pada pasal
2 membahas mengenai lingkup peraturan yang dibahas dalam peraturan pemerintah
ini. Dimana lingkup peraturan ini diantaranya meliputi disiplin teknik Keinsinyuran,
program profesi dan registrasi insinyur, insinyur Asing, dan pembinaan
Keinsinyuran.

 BAB II DISIPLIN TEKNIK KEINSINYURAN DAN BIDANG


KEINSINYURAN
Bab ini terdiri atas tiga bagian, bagian kesatu membahas secara umum
mengenai disiplin teknik Keinsinyuran dan bidang Keinsinyuran. Bagian kedua
membahas mengenai cangkupan disiplin teknik Keinsinyuran secara terperinci.
Cangkupan disiplin teknik Keinsinyuran antara lain meliputi : kebumian dan energi,
rekayasa sipil dan lingkungan terbangun, industri, konservasi dan pengelolaan
sumber daya alam, pertanian dan hasil pertanian, teknologi kelautan dan perkapalan
serta aeronotika dan astronotika. Bagian ketiga membahas mengenai cangkupan
bidang Keinsinyuran secara terperinci. Cangkupan bidang Keinsinyuran meliputi :
pendidikan dan pelatihan teknik/teknologi; penelitian, pengembangan, pengkajian
dan komersialisasi; konsultansi, rancang bangun, dan konstruksi; teknik dan
manajemen industri, manufaktur, pengolahan, dan proses produk; ekplorasi dan
eksploitasi sumber daya mineral; penggalian, penanaman, peningkatan dan
pemuliaan sumber daya alami; dan pembangunan, pembentukan, pengoperasian, dan
pemeliharaan aset.

 BAB III PROGRAM PROFESI INSINYUR


Bab ini membahas mengenai Program Profesi Insinyur secara terperinci, mulai
dari tujuan Program Profesi Insinyur, pelaksanaan Program Profesi Insinyur melalui
program studi Program Profesi Insinyur, persyaratan perguruan tinggi agar bisa
menyelenggarakan program studi Program Profesi Insinyur, syarat untuk mengikuti
program studi Program Profesi Insinyur, program penyetaraan, serta Program Profesi
Insinyur dengan mekanisme rekognisi pembelajaran lampau. Poin-poin di atas
dijelaskan secara lebih jelas pada Bab III PP ini.

 BAB IV REGISTRASI INSINYUR


Bab ini membahas mengenai registrasi Insinyur. Pada pasal 17 membahas
mengenai Surat Registrasi Insinyur secara umum. Pada pasal 18 di jelaskan cara
memperoleh Surat Tanda Registrasi Insinyur, dimana seorang Insinyur harus
memiliki Sertifikat Kompetensi Insinyur terlebih dahulu. Dan sertifikat tersebut
didapatkan setelah lulus uji kompetensi. Sertifikat ini berlaku selama 5 tahun dan
diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi profesi. Pada pasal 20 di jelaskan deskripsi
Surat Tanda Registrasi Insinyur yang mencantumkan palig sedikit jenjang kualifikasi
profesi dan masa berlaku. Pada pasal 21 dijelaskan mengenai kriteria jenjang
kualifikasi profesi. Pada pasal 22 membahas mengenai masa berlaku Surat Tanda
Registrasi Insinyur serta pengembangan Keprofesian berkelanjutan.
 BAB V INSINYUR ASING
Bab ini membahas mengenai Insinyur Asing yang melakukan praktik Keinsinyuran
di Indonesia. Mulai dari cara mendapatkan surat izin kerja tenaga Asing secara lebih
jelas sampai cara Insinyur Asing melakukan alih ilmu pengetahuan dan teknologi.

 BAB VI PEMBINAAN
Bab ini membahas mengenai pembinaan keinsinyuran. Pada bab tentang
pembinaan ini dengan jelas dijelaskan mengenai pembinaan Keinsinyuran mulai dari
tujuan pelaksanaannya, cara pelaksanaannya, yang bertanggung jawab dalam hal
pembinaan, pedoman dalam praktik keinsinyuran yang berupa norma, standar,
prosedur dan kriteria.

 BAB VII SANKSI ADMINISTRATIF


Pada bab ini penjelasan mengenai sanksi administratif dibagi menjadi dua
bagian. Bagian kesatu mengenai jenis pelanggaran dan jenis sanksi. Pada bagian ini
penjelasan mengenai jenis pelanggaran dan jenis sanksi sudah cukup jelas baik
untuk insinyur maupun insinyur Asing. Bagian kedua menjelaskan mengenai tata
cara pengenaan sanksi. Dalam bagian ini dijelaskan tata cara mengenai pengenaan
sanksi dari awal dugaan pelanggaran, pemeriksaan, pelanggaran terbukti, sampai
pengenaan sanksi tersebut.

 BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN


Bab ini membahas mengenai ketentuan peralihan ketika peraturan pemerintah
ini sudah mulai berlaku khususnya untuk Insinyur Asing.

 BAB IX KETENTUAN PENUTUP


Bab ini menjelaskan bahwa Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.

C. Catatan
Lingkup pengaturan Undang-Undang No.11 Tahun 2014 tentang Keinsinyuran
ini adalah cakupan Keinsinyuran, standar Keinsinyuran, Program Profesi Insinyur,
Registrasi Insinyur, Insinyur Asing, Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, hak
dan kewajiban, kelembagaan Insinyur, organisasi profesi Insinyur, dan pembinaan
Keinsinyuran.
Undang-Undang ini mengatur bahwa Keinsinyuran mencakup disiplin teknik
Keinsinyuran dan bidang Keinsinyuran. Sementara itu, untuk menjamin mutu
kompetensi dan profesionalitas layanan profesi Insinyur, dikembangkan standar
profesi Keinsinyuran yang terdiri atas standar layanan Insinyur, standar kompetensi
Insinyur, dan standar Program Profesi Insinyur.
Dalam Undang-Undang ini diatur pula bahwa setiap Insinyur yang melakukan
Praktik Keinsinyuran harus memiliki Surat Tanda Registrasi Insinyur yang
dikeluarkan oleh PII dan berlaku selama 5 (lima) tahun serta diregistrasi ulang setiap
5 (lima) tahun. Selain itu, diatur bahwa Insinyur Asing yang melakukan Praktik
Keinsinyuran di Indonesia harus memiliki surat izin kerja tenaga kerja asing sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan memenuhi ketentuan dalam
Undang-Undang ini.
Dalam rangka meningkatkan profesionalitas profesi Insinyur, diselenggarakan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang bertujuan untuk memelihara
kompetensi dan profesionalitas Insinyur dan mengembangkan tanggung jawab sosial
Insinyur pada lingkungan profesinya dan masyarakat di sekitarnya. Kelembagaan
Keinsinyuran terdiri atas 2 (dua) lembaga, yaitu Dewan Insinyur Indonesia dan
Persatuan Insinyur Indonesia (PII). Dewan Insinyur Indonesia mempunyai fungsi
merumuskan kebijakan penyelenggaraan dan pengawasan pelaksanaan Praktik
Keinsinyuran, sementara itu, PII merupakan lembaga yang berfungsi melaksanaan
Praktik Keinsinyuran. Pembinaan Praktik Keinsinyuran merupakan tanggung jawab
Pemerintah yang dilakukan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan dan menteri lainnya yang terkait.
Undang-Undang ini juga mengatur ketentuan peralihan guna memberikan
kepastian hukum terkait dengan kenyataan bahwa kegiatan Keinsinyuran telah lama
dipraktikkan dalam masyarakat sebelum lahirnya Undang-Undang ini, terutama
mengenai pengakuan dan status Insinyur yang sudah bekerja secara profesional di
bidang Keinsinyuran sebelum lahirnya Undang-Undang ini.
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2019 memberikan rincian pengaturan
dalam Praktik Keinsinyuran, yakni untuk memberikan landasan dan kepastian hukum
serta pelindungan hukum kepada Insinyur, Pengguna Keinsinyuran, Dan Pemanfaat
Keinsinyuran. Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan juga untuk memberikan arah
pertumbuhan dan peningkatan profesionalisme Insinyur serta untuk meningkatkan
kualitas hidup, serta kesejahteraan Insinyur dan masyarakat.

2. Buat analisa persamaan dan perbedaan antara UU No.2 Tahun 2017 tentang
JasKon dan UU No. 11 Tahun 2014 tentang keinsinyuran beserta peraturan
pelaksananya PP No. 25 Tahun 2019.
 Persamaan dari kedua UU ini adalah sama-sama menjadi pedoman bagi orang-orang
yang bekerja di bidang konstruksi.
 Perbedaan pada kedua UU ini antara lain :
1) UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi membahas secara umum dan
lebih keseluruhan mengenai jasa konstruksi (tidak spesifik). sedangkan pada UU
No. 11 Tahun 2014 Tentang Keinsinyuran lebih membahas secara khusus atau
spesifik mengenai Keinsinyuran;
2) UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi lebih fokus pada aktivitas.
sedangkan pada UU No. 11 Tahun 2014 Tentang Keinsinyuran lebih fokus pada
pelaku usahanya atau SDM nya;

3) UU No. 2 Tahun 2017 :


Pada UU ini dibahas mengenai Tenaga Kerja Konstruksi pada Bab VII
undang-undang ini. Pada bab ini Tenaga kerja konstruksi di kualifikasikan dalam
3 (tiga) jabatan, yaitu : operator, teknisi atau analis, dan ahli. Dibahas juga
mengenai pelatihan Tenaga Kerja Konstruksi yang diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan dan pelatihan kerja yang diregistrasi oleh Menteri. Pada UU ini
dibahas bahwa setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja di bidang jasa
konstruksi wajib memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja. Sertifikat ini diperoleh
melalui uji kompetensi sesuai dengan standar kompetensi kerja yang dilakukan
oleh lembaga sertifikasi profesi. Sertifikat Kompetensi Kerja ini diregistrasi oleh
Menteri. Untuk lebih lanjut UU ini juga membahas mengenai Registrasi
Pengalaman Profesional. Untuk mendapatkan pengakuan pengalaman
profesional, setiap tenaga kerja konstruksi harus melakukan registrasi kepada
menteri. Registrasi ini dibuktikan dengan tanda daftar pengalaman profesional.

UU No. 11 Tahun 2014 :


Pada UU ini secara rinci dan jelas dibahas mengenai Keinsinyuran mulai dari
cakupan Keinsinyuran, standar Keinsinyuran, Program Profesi Insinyur,
Registrasi Insinyur, Insinyur Asing, Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan,
hak dan kewajiban, kelembagaan Insinyur, organisasi profesi Insinyur, dan
pembinaan Keinsinyuran. Sementara itu, untuk menjamin mutu kompetensi dan
profesionalitas layanan profesi Insinyur, dikembangkan standar profesi
Keinsinyuran yang terdiri atas standar layanan Insinyur, standar kompetensi
Insinyur, dan standar Program Profesi Insinyur. Pada UU ini dijelaskan bahwa
setiap insinyur yang akan melakukan Praktik Keinsinyuran di indonesia dalam
melakukan praktik Keinsinyuran harus memiliki Surat Tanda Registrasi Insinyur
yang dikeluarkan oleh PII. Untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi Insinyur,
Insinyur harus memiliki Sertifikat Kompetensi Insinyur yang didapatkan setelah
lulus uji kompetensi yang dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi profesi. Sertifikat
Kompetensi Insinyur tersebut masa berlakunya selama 5 (lima) tahun dan
diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun. UU ini juga membahas mengenai hal-hal
yang menyebabkan Surat Tanda Registrasi tidak berlaku lagi serta mengenai
sanksi administratif jika Insinyur melakukan kegiatan Keinsinyuran tanpa
memiliki Surat Tanda Registrasi Insinyur maupun bagi insinyur yang telah
mendapatkan Surat Tanda Registrasi Insinyur selain itu rincian mengenai UU No.
2 Tahun 2017 ini di detailkan lagi pada PP No. 25 Tahun 2019.
4) Terdapat perbedaan juga dalam bagian Tenaga Kerja Konstruk Asing dan
Insinyur Asing.

3. Bagaimana harmonisasi ke-2 UU ini menurut pendapat Bapak/Ibu


Menurut saya kedua UU ini belum selaras atau berharmonisasi. Salah satu hal
ini dapat dilihat pada bagian Tenaga Kerja Konstruksi pada UU No. 2 Tahun 2017
yang belum selaras dengan UU No. 11 Tahun 2014 tentang Insinyur. Pada pebedaan
yang sudah diuraikan di atas, datap terlihat perbedaan yang cukup mencolok
mengenai aturan tentang Tenaga Kerja Konstruksi dengan Keinsinyuran. Agar tidak
memunculkan ambiguitas atau multi tafsir sebaiknya dilakukan sinkronisasi fokus
aspek sertifikasi dan registrasi pada Tenaga Kerja Konstruksi agar UU keinsinyuran
dan UU Jasa Konstruksi ini terkolerasi.

Anda mungkin juga menyukai