Anda di halaman 1dari 11

TUGAS REKAYASA SUNGAI

(HSKB716)
BANGUNAN AIR UNTUK REKAYASA SUNGAI

OLEH :

ENDAH WIDIASTUTI
H1A112005

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
BANJARBARU
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga penyusun berhasil menyelesaikan tugas
Rekayasa Sungai tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah Rekayasa Sungai.
Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penyusun sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan
dan masukan dalam penyusunan tugas ini.
Dalam penulisan tugas ini penyusun merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik teknis penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan kita tentang Rekayasa Sungai.

Banjarbaru, November 2015

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang hampir 80% wilayahnya adalah air, karena itu
bencana alam seperti banjir, tanah longsor akibat gerusan air, dan lain sebagainya sering
terjadi. Salah satu cara untuk mengatasinya yaitu dalam rangka memperkecil besarnya
masalah/kerugian yang ditimbulkannya (flood damage mitigation) diperlukan berbagai
kegiatan baik yang bersifat fisik (struktur) berupa sarana pengendali banjir dan non fisik
(non struktur). Ada banyak sarana pengendali banjir seperti bangunan air untuk
rekayasa sungai diantaranya bendung, bendungan, dll.
Bendung atau Weir adalah suatu bangunan ditempatkan (dibangun) yang
melintang pada suatu aliran (sungai) dengan maksud untuk menaikkan tingi muka air
pada aliran sungai tersebut, agar dapat dialirkan ke daerah daerah yang letaknya lebih
tinggi dari dasar aliran sungai guna memamfaatkan untuk berbagai keperluan. Bendung
dapat

diklasifikasikan

berdasarkan

pertimbangan

untuk

keperluan

perencaan

teknis: bendung sementara (tumpukan batu atau gabion), bendung tetap (dibuat dari
pasangan batu atau beton)
Bendung adalah suatu bangunan yang dibuat dari pasangan batu kali, bronjong
atau beton, yang terletak melintang pada sebuah sungai yang tentu saja bangunan ini
dapat digunakan pula untuk kepentingan lain selain irigasi, seperti untuk keperluan air
minum, pembangkit lisrik atau penggelontoran suatu kota.
Komponen struktur bendung adalah sebagai berikut: badan bendung, pintu
penguras sedimen, tembok pemisah, tembok pengantar, pintu pengambilan intake.
Bendung gerak (dapat digerakkan naik dan turun). Tipe bendung gerak yaitu, bendung
gerak sederhana, tipe pintu stoney, bendung gerak selinder, bendung gerak sekmen,
bendung gerak klep, bendung gerak model atap.
Bendung sebagai salah satu contoh bangunan air mencangkup hampir
keseluruhan aspek bidang ketekniksipilan, yaitu struktur, air, tanah, geoteknik, dan
manajemen konstruksi di dalam perencanaan teknis strukturnya. Untuk mendapatkan
struktur bendung yang tepat perlu dilakukan analisis dan perhitungan yang detail dan

menyeluruh, hal ini dikarenakan adanya hubungan saling ketergantungan dari banyak
aspek dalam pelaksanaannya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari rekayasa sungai adalah bagaimana mendapatkan manfaat dari sungai
untuk kehidupan manusia dan mengurangi atau mencegah aspek negatif yang
ditimbulkannya serta untuk menjaga kelestarian sungai tersebut.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut akan dibahas lebih lanjut mengenai bendung,
maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja tipe-tipe bendung?
2. a. Apa definisi kala ulang bendung ?
b. Apa definisi umur rencana bendung ?
c. Jelaskan perbandingan kala ulang dan umur rencana bendung ?

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Tipe-Tipe Bendung
Ada 2 tipe bendung yang sering digunakandi Indonesia, yaitu :
a. Bendung tetap (fixed weir, uncontrolled weir)
Bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya tidak
dapat diubah, sehingga muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai yang
dikehendaki. Pada bendung tetap, elevasi muka air di hulu bendung berubah
sesuai dengan debit sungai yang sedang melimpas (muka air tidak bisa diatur
naik ataupun turun). Bendung tetap biasanya dibangun pada daerah hulu sungai.
Pada daerah hulu sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih curam
dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka elevasi muka air di
bendung tetap (fixed weir) yang dibangun di daerah hulu tidak meluber kemanamana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena terkurung oleh tebing-tebingya
yang curam.
b. Bendung gerak/bendung berpintu (gated weir, barrage)
Bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya
dapat diubah sesuai dengan yang dikehendaki. Pada bendung gerak, elevasi
muka air di hulu bendung dapat dikendalikan naik atau turun sesuai yang
dikehendaki dengan membuka atau menutup pintu air (gate). Bendung gerak
biasanya dibangun pada daerah hilir sungai atau muara. Pada daerah hilir sungai
atau muara sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih landai atau
datar dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka elevasi muka air
sisi hulu bendung gerak yang dibangun di daerah hilir bisa diturunkan dengan
membuka pintu-pintu air (gate) sehingga air tidak meluber kemana-mana (tidak
membanjiri daerah yang luas) karena air akan mengalir lewat pintu yang telah
terbuka kea rah hilir (downstream). Tipe bendung gerak ini hanya dibedakan dari
bentuk pintu-pintunya antara lain:

Pintu geser atau sorong, banyak digunakan untuk lebar dan tinggi bukaan
yang kecil dan sedang. Diupayakan pintu tidak terlalu berat karena akan
memerlukan peralatan angkat yang lebih besar dan mahal. Sebaiknya
pintu cukup ringan tetapi memiliki kekakuan yang tinggi sehingga bila
diangkat tidak mudah bergetar karena gaya dinamis aliran air.

Pintu radial, memiliki daun pintu berbentuk lengkung (busur) dengan


lengan pintu yang sendinya tertanam pada tembok sayap atau pilar.
Konstruksi seperti ini dimaksudkan agar daun pintu lebih ringan untuk
diangkat dengan menggunakan kabel atau rantai. Alat penggerak pintu
dapat dapat pula dilakukan secara hidrolik dengan peralatan pendorong
dan penarik mekanik yang tertanam pada tembok sayap atau pilar.

Selain bendung tetap dan gerak seperti yang disebutkan di atas, adapun beberapa
jenis bendung lainnya sebagai berikut :
a. Bendung Karet (Bendung Gerak Horisontal)
Bendung karet memiliki 2 bagian pokok, yaitu : Tubuh bendung yang
terbuat dari karet, dan pondasi beton berbentuk plat beton sebagai dudukan
tabung karet, serta dilengkapi satu ruang kontrol dengan beberapa perlengkapan
(mesin) untuk mengontrol mengembang dan mengempisnya tabung karet.
Bendung ini berfungsi meninggikan muka air dengan cara mengembungkan
tubuh bendung dan menurunkan muka air dengan cara mengempiskannya.
Tubuh bendung yang terbuat dari tabung karet dapat diisi dengan udara atau air.
Proses pengisian udara atau air dari pompa udara atau air dilengkapi dengan
instrumen pengontrol udara atau air (manometer).
b. Bendung Saringan Bawah
Bendung ini berupa bendung pelimpah yang dilengkapi dengan saluran
penangkap dan saringan. Bendung ini meloloskan air lewat saringan dengan
membuat bak penampung air berupa saluran penangkap melintang sungai dan
mengalirkan airnya ke tepi sungai untuk dibawa ke jaringan irigasi. Operasional
di lapangan dilakukan dengan membiarkan sedimen dan batuan meloncat
melewati bendung, sedang air diharapkan masuk ke saluran penangkap. Sedimen
yang tinggi diendapkan pada saluran penangkap pasir yang secara periodik
dibilas masuk sungai kembali.

Berdasarkan struktur Ambang Pelimpahnya


Ada 2 tipe atau jenis bendung tetap dilihat dari bentuk struktur ambang

pelimpahannya, yaitu:

1) Ambang tetap yang lurus dari tepi ke tepi kanan sungai artinya as
ambang tersebut berupa garis lurus yang menghubungkan dua titik tepi
sungai.
2) Ambang tetap yang berbelok-belok seperti gigi gergaji. Tipe seperti ini
diperlukan bila panjang ambang tidak mencukupi dan biasanya untuk
sungai dengan lebar yang kecil tetapi debit airnya besar. Maka dengan
menggunakan tipe ini akan didapat panjang ambang utama yang lebih
besar, dengan demikian akan didapatkan kapasitas pelimpahan debit
yang besar. Mengingat bentuk fisik ambang dan karakter hidrolisnya,
disarankan bendung tipe gergaji ini dipakai pada saluran.
Dalam hal diterapkan di sungai harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Debit relatif stabil, tidak membawa material terapung berupa batang-batang
pohon, efektivitas panjang bendung gergaji terbatas pada kedalaman air
pelimpasan tertentu.

Berdasarkan cara pembendungannya


Pembendungan air dapat tidak hanya dengan puncak pelimpah yang

permanen saja, tetapi dapat juga dilengkapi dengan pintu pengatur yang
bekerja di atas puncak ambang bendung. Berdasarkan hal tersebut, maka
bendung dapat dibagi, yaitu
a. Bendung
Bila seluruh atau sebagian besar dari pembendungannya
dilakukan oleh sebuah puncak pelimpah yang permanen. Meskipun
bendung juga dilengkapi dengan pintu, tetapi bagian dari pintu ini lebih
kecil dalam pelaksanaan pembendungan air.
b. Baragge
Jika seluruh pembendungan atau
pembendungan

dilakukan

oleh

pintu.

sebagian
Pada

besar

barrage

dari
yang

pembendungannya dilakukan seluruhnya oleh pintu, maka pada waktu


banjir pintu tersebut dibuka sehingga peluapannya akan menjadi
minimum atau berkurang.

Berdasarkan Fungsinya
a. Bendung Pengarah ( Diversion Weir )

Diversion Weir adalah suatu bangunan pelimpah dengan atau


tanpa pintu penutup dan terletak melintang atau memotong kedalaman
dasar sungai. Fungsinya adalah untuk membelokkan air sungai ke
saluran primer.
b. Bendung Penahan
Fungsinya adalah untuk menyimpan air banjir atau manahan air
banjir pada saat banjir datang sebagai penahan atau pengontrol banjir.

Berdasarkan Bentuk dan Material Konstruksi


a. Masonary Weir With Vertical Drops
Bendung tipe ini terdiri dari sebuah lantai horisontal dan sebuah
puncak ambang dari pasangan batu tembok dengan permukaan air
hampir tegak. Bendung tipe ini cocok untuk tanah dasar lempung keras.
b. Rock Dry Stone Weir.
Bendung tipe ini adalah tipe yang sederhana, tipe ini cocok untuk
tanah dasar berpasir halus seperti tanah alluvial. Bendung tipe ini juga
membutuhkan jumlah batu yang sangat banyak, jadi bendung tipe ini

tidak banyak dipakai.


Berdasarkan Mercu Bendung
a. Tipe Mercu Bulat
Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien
debit yang jauh lebih tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung
ambang lebar. Pada sungai-sungai tipe ini banya memberikan
keuntungan karena akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir.
Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengung strean line
dan tekanan negatif pada mercu.
b. Tipe Mercu Ogee
Bentuk mercu ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung
ambang tajam aerasi. Sehingga mercu tidak akan memberikan tekanan
subatmosfer pada mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit
rencananya. Untuk bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan
kemiringan permukaan hilir. Salah satu alasan dalam perencanaan
digunakan tipe ogee ini adalah karena tanah di sepanjang kolam olak,
tanah berada dalam keadaan baik, maka tipe mercu yang cocok adalah
tipe merc ogee karena memerlukan lantai muka untuk menahan

penggerusan, digunakan tmpukan batu sepanjang kolam olak sehingga


dapat lebih hemat.
c. Tipe Mercu Vlughter
Tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak
membawa-bawa batuan-batuan besar. Tipe ini banyak dipakai di
Indonesia.
d. Tipe Mercu Schoklitsch
Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe Vlughter terlalu besar yang
mengakibatkan galian atau koperan yang sangat besar.

2.2 a. Definisi Kala Ulang Bendung


Kala ulang merupakan salah satu terminologi dalam ilmu hidrologi
untuk menggambarkan probabilitas suatu kejadian hidrologi, seperti debit, hujan
dsb. Pengertian kala ulang dalam statistik hidrologi adalah rerata selang waktu
terjadinya suatu kejadian dengan suatu besaran tertentu disamai atau dilampaui.
Debit banjir dengan kala ulang 25 tahun mempunyai pengertian bahwa debit
tersebut mempunyai peluang (probabilitas) akan disamai atau dilampaui secara
rerata sekali dalam kurun waktu 25 tahun. Ini bukan berarti bahwa kejadian
tersebut berulang setiap 25 tahun sekali, namun rerata selang waktu terjadinya
25 tahun dan bisa terjadi kapan pun selama kurun waktu tersebut.
Debit banjir kala ulang 25 tahun mempunyai pengertian bahwa
kemungkinan kejadian tersebut disamai atau dilampaui pada suatu tahun adalah
sebesar 1/25 atau 4%. Jika probabilitas diberi simbol p (dalam %) dan kala ulang
adalah T (dalam tahun), maka hubungan antara kala ulang dan probabilitas
terlampaui adalah : T = 1/p
Misalnya suatu sungai dibangun tanggul

berdasarkan debit banjir

rencana kala ulang 25 tahun, berdasarkan analisis statistik hidrologi misalnya


diperoleh hasil sebesar 1.000 m3/dt. Berdasarkan pengertian sebelumnya, debit
sebesar 1.000 m3/dt itu akan disamai atau dilampaui di sungai tersebut secara
rerata sekali dalam 25 tahun, atau dengan pengertian lain kemungkinan akan
disamai atau dilampaui sebesar 4%. Tanggul tersebut dibangun dengan debit
banjir rencana sebesar 1.000 m3/dt, maka selama 25 tahun akan terlindungi
terhadap debit banjir yang besarnya tidak lebih 1.000 m 3/dt. Atau resiko untuk
disamai atau dilampaui adalah sebesar 4%. Bagaimana jika terjadi banjir dengan

debit lebih besar dari 1.000 m3/dt, misalnya 1100 m3/dt dan menimbulkan
luapan, maka debit sebesar itu adalah bagian dari 4%, debit tersebut tidak selalu
terjadi 25 tahun sekali tetapi bisa terjadi kapanpun juga.
Misalnya lagi pada suatu sungai dibangun bendung berdasarkan debit
banjir rencana kala ulang 25 tahun, misalnya diperoleh hasil sebesar 1500 m3/dt,
maka selama 25 tahun bendung tersebut tidak akan tenggelam terhadap debit
sungai yang besarnya tidak lebih dari 1500 m3/dt. Namun jika terjadi banjir
dengan debit yang melebihi 1500 m3/dt, maka kemungkinan besar bendung
tersebut akan tenggelam.
2.2 b. Definisi Umur Rencana Bendung
Umur rencana bendung adalah jangka waktu sejak bendung itu mulai
digunakan hingga saat diperlukan perbaikan berat atau telah dianggap perlu
untuk ditinjau ulang ataupun sampai saat bendung tersebut tidak dapat
digunakan lagi untuk meninggikan muka air.
2.2 c. Perbedaan antara Kala Ulang dan Umur Rencana Bendung
Perbedaan kala ulang dan umur adalah :
kala ulang untuk bendung digunakan ketika perencaan bendung
berlangsung. Misalnya : debit banjir yang digunakan untuk bendung ini
adalah dalam kala ulang 25 tahun. Kala ulang ini juga menjadi salah satu
patokan untuk kemungkinan besar yang terjadi pada bendung tersebut.
Misalnya : Misalnya dari kala ulang 25 tahun didapat debit sebesar 1000
m3/dt , maka jika bendung tersebut airnya melampaui debit sebesar 1000
m3/dt

bendung tersebut kemungkinan besar akan tenggelam dantidak

berfungsi atau berjalan sebagaimana mestinya. Dalam hal ini sudah terlihat

jelas bahwa kala ulang berbeda dengan umur rencana, dimana


Umur rencana adalah umur bangunan bendung tersebut dari ketika bendung
mulai digunakan sampai bendung tidak berfungsi lagi atau pun sampai
bendung mengalami kerusakan yang sangat parah.

DAFTAR PUSTAKA

Maryono, A., 2005. Eko-Hidraulik Pembangunan Sungai. Yogyakarta : Magister


Sistem

Teknik

Program

Pasca

Sarjana

Universitas

Gadjah

Mada

Erman Mawardi, Drs. Dipl. AIT. Dan Moch. Memed, Ir Dipl. HE. APU. 2010
Desain Hidraulik Bendung Tetap. Bandung:CV. Alfabeta
Anonim1, 2009, Tipe tipe Bendung [online]
http://serbaserbitekniksipil.html ( diakses tanggal 30 Oktober 2015 )
Anonim1, 2009, Perencanaan Bendung [online]
http://perencanaanbendungtekniksipil.html ( diakses tanggal 30 Oktober 2015 )

Anda mungkin juga menyukai