Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anemia merupakan suatu keadaan dimana sel darah merah dan hemoglobin jumlahnya
berada di bawah normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan darah
menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang optimal. Anemia
dapat terdeteksi atau dapat dipastikan dengan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar sel
darah merah, hematokrit dan hemoglobin.
Bahaya Anemia yang sangat parah bisa mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan
organ tubuh lain, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Penyebab anemia adalah kekurangan nutrisi, penyakit kronik dan kehilangan darah
yang berlebihan. Di Indonesia prevalensi masyarakat yang menderita anemia masi cukup
tinggi terutama anemia defisiensi zat besi. Hal ini disebabkan masyarakat Indonesia masih
belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi dan kurangnya kemampuan untuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi yang cukup.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk membahas masalah anemia ini karena
anemia merupakan masalah medis yang banyak dijumpai di klinik di samping berbagai
msalah kesehatan utama masyarakat. Maka dari itu penulis membuat makalah ini yang
membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit anemia, agar
memudahkan kita sebagai perawat nantinya dapat menjalankan peran kita yang meliputi
promotif, preventif dan kuratif dengan baik. Serta dapat melakukan tindakan keperawatan
yang benar kepada pasien dengan penyakit anemia.

B. BATASAN MASALAH
1. Definisi
2. Klasifikasi
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Klinis
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Pelaksanaan
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia.
b. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia.
c. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien
anemia.
d. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia.

D. MANFAAT
a. Agar pembaca dapat mengetahui dan mengenali apa itu anemia.
b. Agar pembaca dapat mengetahui penyebab terjadinya anemia
c. Agar pembaca khususnya wanita lebih waspada terhadap anemia dengan mengetahui
berbagai gejalanya dan dapat mengetahui dampakserta pencegahannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Anemia di definisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai
dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Behrman E Richard, IKA Nelson ;
1680).
Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal jumlah SDM, kualitas
hemoglobin, dan volume packed red blood cell (Hematokrit) per 100ml darah.(Syilvia
A.Price.2006).
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hematokrit dibawa normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia
terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan. Anemia tidak merupakan satu kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai
proses patologik yang mendasari (Smeltzer C Suzanne, Buku Ajar Keperawatan Medical-
Bedah, Brumer dan Suddarth:935).

B. KLASIFIKASI ANEMIA
Berdasarkan faktor morfologik SDM dan indeksnya :
a. Anemia makroskopik/normositik makrositik
Memiliki SDM lebih besar dari normal (MCV>100) tetapi normokromik karena
konsentrasi hemoglobin normal (MCHC normal). Keadaan ini disebabkan oleh
terganggunya atau terhentinya sintesis asam deoksibonukleat (DNA) seperti yang
ditemukan pada defisiensi B12, atau asam folat, dan bisa juga terjadi pada pasien yang
mengalami kemoterapi kanker karena agen-agen menggangu sintesis DNA.
 Anemia yang megaloblastic berkaitan dengan kekurangan dari vitamin B12 dan asam
folik (atau kedua-duanya tidak cukup atau penyerapan yang tidak cukup). Kekurangan
folate secara normal tidak menghasilkan gejala, selagi B12 cukup. Anemia yang
megaloblastic adalah paling umum penyebab anemia yang macrocytic.
 Anemia pernisiosa adalah suatu kondisi autoimmune yang melawan sel parietal dari
perut. Sel parietal menghasilkan faktor intrinsikyang diperlukan dalam menyerap
vitamin B12 dari makanan. Oleh karena itu, penghacuran dari sel parietal
menyebabkan suatu ketiadaan faktor intrinsik, mendorong penyerapanyang buruk dari
vitamin B12.
 Yang sakit karena banyak minum
 Methotrexate, zidovudine, dan lain obat yang mengalami repliksi DNA. Ini adalah
etiologi yang paling umum pada pasien yang tanpa alkohol.

b. Anemia mikrositik
Anemia hipokromik mikrositik, mikrositik : sel kecil, hipokronik : pewarnaan yang
berkurang, karena darah berasal dari Hb, sel-sel ini mengandung hemoglobin dalam
jumlah yang kurang dari jumlah normal. Keadaan ini umunya mencerminkan isufisiensi
sintesis heme/kekurangan zat besi, seperti anemia pada defisiensi besi, keadaan
sideroblastik dan kehilangan darah kronis, dan gangguan sintesis globin.
 Anemia kekurangan besi adalah jenis anemia paling umum dari keseluruhan, dan
yang paling sering adalah microcytic hypochromic. Anemia kekurangan besi
disebabkan karena ketika penyerapan atau masukan dari besi tidak cukup. Besi adalah
suatu bahan penting dari hemoglobin, dan kekurangan besi mengakibatkan
berkurangnya hemoglobin kedalam sel darah merah. Di amerika serikat, 20% dari
semua wanita-wanita dari umur yang mampu melahirkan mempunyai anemia
kekurangan besi, bandingkan dengan hanya 2% dari orang-orang tua. Penyebab dari
anemia kekurangan besi pada wanita-wanita premenopausal adalah darah hilang
selama haid. Studi sudah menunjukkan bahwa kekurangan besi menyebabkan prestasi
lemah dan menurun IQ pada gadis remaja. Pada pasien yang lebih tua, anemia
kekurangan besi disebabkan karena perdarahan saluran pencernaan ; tes darah pada
BAB, endoskopi atas dan endoskopi bawah, sering dilakukan untuk mengidentifikasi
lesi dan perdarahan yang malignan.
 Hemoglobinopathies- lebih jarang terlepas dari masyarakat dimana kondisi-kondisi ini
adalah lazim
o Anemia sel sabit, Thalassemia

c. Anemia normositik
SDM memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung jumlah hemoglobin
normal. Kekurangan darah merah normocytic adalah ketika cadangan Hb dikurangi, tetapi
ukuran sel darah yang merah (MCV) sisa yang normal. Penyebab meliputi : Perdarahan
yang akut. Anemia dari penyakit yang kronis. Anemia Aplastic (kegagalan sumsum
tulang).

C. ETIOLOGI
Ada beberapa jenis anemia sesuai dengan penyebabnya :
a. Anemia Pasca Perdarahan
Terjadi sebagai akibat perdarahan masif seperti kecelakaan, oprasi dan persalinan dengan
perdarahan atau yang menahun seperti pada penyakit cacingan.
b. Anemia Defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah.
c. Anemia Hemolitik
Terjadi penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan karena;
1) Faktor intrasel
Misalnya talasemia, hemoglobnopatia (talasemia HbE, sickle cell anemia),
sferositas, defisiensi enzim eritrosit ( G-6PD, piruvatkinase, glutation reduktase)
2) Faktor ekstrasel
Karena intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompatibilitas golongan
darah, reaksi hemolitik pada tranfusi darah).
d. Anemia Aplastik
Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah sumsum tulang ( kerusakan sumsung
tulang).

D. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal
ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah
yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl,
kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah
mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran
sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh
dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah
muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan
ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang anak-anak.
Bayi cukup builan yang lahir dari ibu nonanemik dan bergizi baik, memiliki cukup
persediaan zat besi sampai berat badan lahirnya menjadi dua kali lipat umumnya saat berusia
4-6 bulan. Sesudah itu zat besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan
anak. Jika asupan zat besi dari makanan tidak mencukupi terjadi anemia defisiensi zat besi .
Hal ini paling sering terjadi karena pengenalan makanan padat yang terlalu dini ( sebelum
usia 4-6 bulan) dihentikannya susu formula bayi yang mengandung zat besi atau ASI sebelum
usia 1 tahun dan minum susu sapi berlebihan tanpa tambahan makanan padat kaya besi. Bayi
yang tidak cukup bulan, bayi dengan perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang
kurang gizi dan kurang zat besi juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini
berisiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang kronik. Pada
Bayi hal ini terjadi karena perdarahan usus kronik yang disebabkan oleh protein dalam susu
sapi yang tidak tahan panas. Pada anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml
dari saluran cerna setiap hari dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Pada remaja
putri anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan.
Anemia aplastik diakibatkan oleh karena rusaknya sumsum tulang. Gangguan berupa
berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhentinya pembentukan sel
hemopoetik dalam sumsum tulang. Aplasia dapat terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga
sistem hemopoetik (eritropoetik, granulopoetik dan trombopoetik).
Aplasia yang hanya mengenai sistem eritropoetik disebut eritroblastopenia (anemia
hipoplastik); yang mengenai sistem granulopoetik disebut agranulosistosis (Penyakit
Schultz), dan yang mengenai sistem trombopoetik disebut amegakariositik trombositopenik
purpura (ATP). Bila mengenai ketiga-tiga sistem disebut panmieloptisis atau lazimnya
disebut anemia aplastik.
Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik. Asam folat
merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA (Desoxyribonucleic acid) dan RNA
(Ribonucleid acid), yang penting sekali untuk metabolisme inti sel dan pematangan sel.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

WOC
E. MANIFESTASI KLINIS
Penyebab Anemia yang paling sering adalah karena perdarahan yang berlebihan,
rusaknya sel darah merah secara berlebihan atau yang sering disebut dengan Hemolisis atau
pembentukan sel darah merah / hematopoiesis yang tidak efektif, kekurangan zat besi,
pendarahan usus, kekurangan vitamin B12, kekarangan asam folat, gangguan fungsi sumsum
tulang, Penyakit kronis tertentu, contohnya kanker dan HIV/AIDS. Dapat mempengaruhi
produksi sel darah merah.
Adapun Penyebab umum dari anemia, seperti:
1. Perdarahan Hebat
Akut (mendadak) :
 Kecelakaan
 Pembedahan
 Persalinan
 Pecah pembuluh darah
Kronik (menahun) :
 Perdarahan hidung
 Wasir (hemoroid)
 Ulkus peptikum
 Kanker atau polip di saluran pencernaan
 Tumor ginjal atau kandung kemih
 Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
2. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
 Kekurangan zat besi
 Kekurangan vitamin B12
 Kekurangan asam folat
 Kekurangan vitamin C
 Penyakit kronik
3. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
 Pembesaran limpa
 Kerusakan mekanik pada sel darah merah
 Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
 Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
 Sferositosis herediter
 Elliptositosis herediter
 Kekurangan G6PD
 Penyakit sel sabit
Selain itu terdapat gejala anemia ( kurang darah )yang paling sering di tunjukkan antara
lain sebagai berikut :
1. Kulit Wajah terlihat Pucat
Penderita anemia biasanya jelas terlihat pada wajah dan kulit yang terlihat pucat.
2. Kelopak Mata Pucat
Selain wajah kelopak mata pasien yang mengalami kurang darah juga terlihat pucat. ini
merupakan salah satu gejala umum anemia. pemeriksaan biasanya dilakukan dengan cara
meregangkan kelopak mata. dan melihat warna kelopak mata bagian bawah.
3. Ujung Jari Pucat
Pemeriksaan bisa kita lakukan dengan cara menekan ujung jari, normal nya setelah di
tekan daerah tersebut akan berubah jadi merah. Tetapi, pada orang yang mengalami
anemia, ujung jari akan menjadi putih atau pucat.
4. Terlalu Sering dan mudah lelah
Terlalu mudah lelah, padahal aktivitas yang dilakukan tidaklah berat, jika anda merasa
mudah lelah sepanjang waktu dan berlangsung lama kemungkinan anda mengalami
penyakit anemia. hal ini terjadi karena pasokan energi tubuh yang tidak maksimal akibat
kekurangan sel-sel darah merah yang berfungsi sebagai alat transportasi alami didalam
tubuh.
5. Denyut Jantung menjadi tidak teratur
Denyut jantung yang tidak teratur, terlalu kuat dan memiliki kecepatan irama denyut
jantung yang tidak normal. hal ini terjadi sebagai akibat tubuh kekurangan oksigen.
sehingga jantung berdebar secara tidak teratur. pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan
oleh petugas kesehatan.
6. Sering merasa Mual
Biasanya penderita anemia sering mengalami Mual pada pagi hari. hampir sama seperti
tanda-tanda kehamilan. mual pada pagi hari biasa disebut dengan Morning sickness.
7. Sakit kepala
Salah satu dampak kekurangan sel darah merah yaitu otak menjadi kekurangan Oksigen.
sehingga menyebabkan nyeri pada kepala. karena inilah penderita Anemia sering
mengeluh sakit kepala.
8. Kekebalan tubuh menurun
Kekebalan tubuh / sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun dan biasanya
penderita anemia sangat mudah terkena penyakit lain sebagai akibat melemahnya imun
tubuh.
9. Sesak napas
Penderita Anemia sering kali merasa sesak nafas dan merasa terengah-engah ketika
melakukan aktivitas, hal ini terjadi karena kurangnya oksigen didalam dalam tubuh,
akibat kurangnya sel darah merah.
Selain dari faktor penyebab anemia, penyakit kurang darah juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor resiko lain seperti :
 Faktor dari keturunan
 Kurangnya asupan zat gizi
 Penyakit dan gangguan usus serta operasi yang berkaitan dengan usus kecil.
 Pendarahan Menstruasi yang berlebihan.
 Kehamilan.
 Penyakit kronis seperti penyakit kanker , dan gagal ginjal

F. KOMPLIKASI
a. perkembangan otot buruk
b. daya konsentrasi menurun
c. hasil uji perkembangan menurun
d. kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
e. sepsis
f. sensitisasi terhadap anti gen donor yang bereaksi-silang menyebabkan perdarahan yang
tidak terkendali
g. cangkokan vs penyakit hospes (timbul setelah pencangkokan tulang).
h. Kegagalan cangkok sumsum
i. Leukimia mielogen akut berhubungan dengan anemia fanconi

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doenges (2000) pemeriksaan diagnostik untuk diagnosa anemia antara lain :
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : Hemoglobin dan Hematokrit menurun
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (apiastik) :
MCV (Volume Korpuskular Renatal) dan (MCH) Hemaglobin korpuskuler rerata)
menurun dan mikrositik dengan erit rosit hiopoktomik (DB), peningkatan (AP) ponsi to
pleura (aplastik).
3. Jumlah retikulosit : bervariasi misal menurun (AP) meningkat (respon sum-sum tulang
terkadang kehilangan darah (hemolisis).
4. Pewarnaan SDM : Mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengidentifikasi tipe
khusus anemia).
5. LD : Peningkatan kerusakan SDM atau penyakit malignasi
6. Masa hidup SDM : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe
anemia tertentu, SDM mempunyai waktu hidup lebih pendek,
7. Tes perapuhan eritrosit : menurun (DB)
8. SDP : Jumlah sel total sama dengan SDM (deferensial) mungkin meningkat
(hemolitik/atau menurun (aplastik)
9. Jumlah trombosit : menurun (aprastik), meningkat (DB) normal atau tinggi (hemolitik)
10. Hemoglobin elektro foresis : mengidertifikasi tipe struktur HB.
11. Bilirubin serum (tidak terkonjungasi) : meningkat (AP Hemolitik)
12. Folat serum dan vitamin B12 : membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
diferensi masukan/absorbsi.
13. Besi serum : tak ada (DB), tinggi (hemalitik)
14. TIBC serum : meningkat (DB)
15. Feritin serum : menurun (DB)
16. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
17. LDH serum : mungkin meningkat (AP)
18. Tes schilling : penurunan ekstresi vitamin B12 urine (AP)
19. Gualak : mungkin positif untuk darah pada urine, feces, dan isi gaster, menunjukan
perdarahan akut (menit (DB).
20. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan PH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP)
21. Aspirasi sum sum tulang / pemeriksaan biopsi : Sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah ukuran dan bentuk membentuk membedakan tipe anemia, misal : peningkatan
megaloblas (AP) lemak sum-sum dengan penurunan sel darah (Aplastik).
22. Pemeriksaan endoskopik dan radio grafik : memeriksa sisi perdarahan ; perdarahan GI.
H. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan medis
1. Anemia Mikrositik Hipokrom
a. Anemia Defisiensi Besi
· Mengatasi penyebab pendarahan kronik, misalnya pada ankilostomicis diberikan
artelmintik yang sesuai.
· Pemberian preparat Fe :
a) Fero sulfat 3 x 3,25 mg secara oral dalam keadaan perut kosong dapat dimulai
dengan dosis yang rendah dan dinaikkan bertahap pada pasien yang tidak kuat
dapat diberikan bersama makanan.
b) Fero Glukonah 3 x 200 mg secara oral sehabis makan. Bila terdapat intogransi
terhadap pemberian praparat Fe oral atau gangguan pencernaan sehingga tidak
dapat diberikan oral, dapat diberikan secara parental dengan dosis 250 mg Fe
(3 mg/kg BB). Untuk tiap gram % penurun kadar Hb di bawah normal.
c) Iron Dextran mengandung Fe 50 mg/l, diberikan secara infra muskular mula-
mula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai
perhitungan dapat pula diberikan intravena, mula-mula 0,5 ml sebagai dosis
percobaan. Bila dalam 3-5 menit menimbukan reaksi boleh diberikan 250-500
mg.
b. Anemia Penyakit Kronik
Terapi terutama ditunjukkan pada penyakit dasarnya. Pada anemia yang
mengancam nyawa, dapat diberikan transfusi darah merah seperlunya. Pengobatan
dengan suplementasi besi tidak diindikasikan kecuali untuk mengatasi anemia pada
artrifis rheomatoid. Pemberian Kobalt dan eritprotein dikatakan dapat memperbaiki
anemia pada penyakit kronik.
2. Anemia Makrositik
a. Defisiensi Vitamin B12 / Pernisiosa
Pemberian Vitamin B12 1000 mg/hari IM selama 5-7 hari 1 x / buan.
b. Defisiensi asam folat
Meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat dilakukan pula dengan
pemberian/suplementasi asam folat oral 1 mg / hari.
3. Anemia karena Perdarahan
a. Perdarahan Akut
· Mengatasi perdarahan
· Mengatasi renjatan dengan transfusi darah atau pemberian cairan perinfus
b. Perdarahan Kronik
· Mengoati sebab perdarahan
· Pemberian preparat Fe
4. Anemia Hemolitik
Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya. Bila karena
reaksi toksik imunologik yang dapat doberikan adalah : Kortika steroid (predmison,
predmisolon), kalau perlu dilakukan splenektomi apabila keduanya tidak berhasil dapat
diberikan obat-obat glostatik, seperti klorobusil dan siklophosfamit.
5. Anemia Aplastik
Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan dengan etiologi dari
anemianya.
Berbagai teknik pengobatan dapat dilakukanm seperti :
 Transfusi darah, sebaiknya diberikan Packed red cell. Bila diperlukan trombosit,
berikan darah segar / platet concencrate.
 Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik higiene yang baik perlu untuk
mencegah timbulnya infeksi.
 Kortikostreoid, dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan akibat
trombositopenia berat.
 Androgen, seperti pluokrimesteron, testoteron, metandrostenolon dan non
drolon. Efek samping yang mungkin terjadi virilisasi, retensi air dan garam,
perubahan hati dan amenore.
 Imunosupresif, seperti siklosporin, globulin antitimosit. Champlin dkk
menyarankan penggunaannya pada pasien lebih dari 40 tahun yang tidak dapat
menjalani transplantasi sumsum tulang dan pada pasien yang telah mendapat
transfusi berulang.
 Transplantasi sumsum tulang.

I. KOMPLIKASI
a. perkembangan otot buruk
b. daya konsentrasi menurun
c. hasil uji perkembangan menurun
d. kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
e. sepsis
f. sensitisasi terhadap anti gen donor yang bereaksi-silang menyebabkan perdarahan yang
tidak terkendali
g. cangkokan vs penyakit hospes (timbul setelah pencangkokan tulang).
h. Kegagalan cangkok sumsum
i. Leukimia mielogen akut berhubungan dengan anemia fanconi
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Anemia adalah suatu gejala kondisi yang mendasari seperti, kehilangan komponen
darah, kurangnya nutrisi yang dibutuhkan, elemen tak adekuat untuk pemebntukan sel darah
merah sehingga kadar sel darah merah dan hemoglobin kurang dari normal.
Penyebab Umum dari Anemia Yaitu: Kehilangan darah atau Perdarahan hebat, Berkurangnya
pembentukan sel darah merah, dan Gangguan produksi sel darah merah . Gejala umum yang
muncul yaitu lemah, lelah, letih, lesu dan lunglai. Anemia dapat terdeteksi dengan
pemeriksaan darah lengkap.
Komplikasi yang mungkin terjadi dari anemia adalah gagal jantung, kejang, gastritis. Bahaya
anemia yang sangat parah dapat mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan organ tubuh
lain. Bahkan dapat menyebabkan kematian.

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang anemia dan
bagaimana proses perjalanan penyakitnya. Serta mampu mengaplikasikan bagaimana
tindakan keparawatan yang seharusnya diberikan pada penderita anemia dalam menjalankan
profesinya. Serta saran kepada penderita anemia untuk dapat banyak beristirahat, membatasi
aktivitas, serta memenuhi asupan nutrisi yang mengandung zat besi/fe, protein dan asam
folat.

Anda mungkin juga menyukai