Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit gastritis atau yang dikenal oleh masyarakat secara
umum dengan sebutan penyakit maag merupakan penyakit saluran
pencernaan yang paling sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang
seluruh lapisan masyarakat mulai dari berbagai tingkat usia, jenis
kelamin dan sering terjadi pada usia produktif. Hal ini dapat terjadi pada
usia produktif karena gaya hidup yang kurang sehat, kurang
memperhatikan kesehatan, stress dan dapat juga disebabkan oleh pengaruh
faktor lingkungan (Indayani, 2018).
Secara internasional kasus gastritis meningkat setiap tahunnya.
World Health Organization (WHO) melaporkan persentase angka kejadian
di dunia yaitu diantaranya Inggris (22%), China (31%), Jepang (14,5%),
Kanada (35%), Perancis (29,5%), dan 40,8% di Indonesia (Kurnia, 2011).
Bahkan dilaporkan kematian akibat gastritis didunia pada tahun 2010
sebesar 43.817 kasus dan meningkat menjadi 47.269 kasus pada tahun
2015.
Angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO tahun 2014
yaitu 45,9%. Sedangkan berdasarkan profil Kesehatan Indonesia tahun
2013 penyakit gastritis merupakan salah satu penyakit dari sepuluh besar
penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia.
Jumlah penderita penyakit gastritis yang dilaporkan sebanyak 45,154
kasus (5,6%) (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan data yang didapat angka
penderita gastritis banyak di alami masyarakat indonesia.
Tingginya kasus gastritis yang dialami masyarakat Indonesia dapat
disebabkan oleh berbagai macam penyebab dan faktor risiko. Faktor
risiko penyebab gastritis diantaranya adalah penggunaan obat aspirin atau
anti radang non steroid, konsumsi alkohol yang tinggi, aktif merokok,
stress, pola makan tidak teratur, sering mengkonsumsi makanan pedas
serta disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter Pylory (Rahmi kurnia,
2011).
Penyakit gastritis sering dijumpai timbul secara mendadak dan
berulang. Keluhan yang sering disampaikan oleh pasien gastritis antara
lain rasa mual dan muntah, nyeri pada ulu hati, ketidaknyamanan
abdomen, lemah, nafsu makan menurun, anoreksia dan sakit kepala
(Smeltzer & bare, 2014).
Penyakit gastritis yang tidak ditangani dengan baik maka akan
menimbulkan berbagai macam komplikasi. Adapun komplikasi dari
gastritis dapat terjadi dalam kondisi gastritis akut atau pun gastritis kronis.
Komplikasi yang ditimbulkan pada gastritis akut yaitu adanya perdahan
saluran cerna bagian atas (PSCA) ditandai dengan haematomesis dan
melena. Bahkan PSCA tersebut dapat berakhir dengan shok hemoragik.
Sedangkan pada gastritis kronis komplikasi yang bias terjadi selain
perdarahan pada saluran cerna bagian atas adalah ulkus, perporasi, dan
anemia karena ganggguan absorpi vitamin B12 (Hardi & Huda Amin,
2015).
Gastritis akut dan gastritis kronis perlu mendapatkan
penatalaksanaan yang tepat. Penatalaksanaan gastritis dapat diberikan
secara farmakologi yaitu dengan pemberian antiemetik, antagonis H2
seperti simetidin yang bertujuan untuk menurunkan sekresi asam lambung,
jika terjadi perdarahan dapat diberikan antikoagulan, pada gastritis yang
parah juga diperlukan pemberian antasid, jika disebabkan oleh
Helicobactery Pylory dapat diberikan antibiotik, dan untuk melindungi
mukosa lambung diberikan sucralfate. Pentalaksanaan secara
nonfarmakologi yang bias dilakukan adalah memodifikasi diet pasien
dengan makanan yang lunak diberikan sedikit tapi sering, menganjurkan
pasien untuk mengurangi stress, kompres hangat pada abdomen, dan untuk
mengurangi nyeri pada pasien dapat dianjarkan nafas dalam (Dermawan,
2010).
Seiring dengan peningkatan kebutuhan keperawatan pasien maka
diperlukan suatu inovasi untuk menuragi nyeri pada gastritis pada pasien.
Beberapa penelitian menyebutkan inovasi yang dapat diberikan yaitu jus
papaya. Salah satu kandungan buah pepaya yang berperan dalam
memperbaiki masalah lambung adalah enzim papain (sejenis enzim
proteolitik) dan mineral basa lemah. Enzim papain mampu mempercepat
perombakan protein yang akan mempercepat regenerasi kerusakan sel-sel
lambung. Sedangkan mineral basa lemah berupa magnesium, kalium dan
kalsium mampu menetralkan asam lambung yang meningkat (Khakim,
2011).
Menurut beberapa penelitian terkait tentang manfaat pemberian jus
buah papaya dalam mengurangi nyeri pada lambung antara lain menurut
Idiyani dkk, dengan metode penelitian kuantitatif dan responden sebanyak
54 di kecamatan Mungkid,Magelang,Jawa tengah mengunakan rancangan
quasy eksperiment hasil yang didapatkan terdapat pengaruh pemberian jus
pepaya terhadap tingkat nyeri kronis pada penderita gastritis.
Berdasarkan data dan uraian pada latar belakang diatas maka
peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus tentang Penerapan
Pemberian Jus Pepaya (Carica Papaya) Sebagai Terapi Pendamping Nyeri
Gastritis di ruangan Melati RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2020.

B. Batasan Masalah
Agar karya tulis ilmiah lebih terarah dan terfokus pada tujuan
penelitian, maka penulis memberikan batasan masalah studi kasus ini yaitu
Penerapan Pemberian Jus Pepaya (Carica Papaya) Sebagai Terapi
Pendamping Nyeri Gastritis di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan Penerapan Pemberian Jus Pepaya (Carica
Papaya) Sebagai Terapi Pendamping Nyeri Gastritis di RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu Tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik pasien nyeri gastritis
(Carica Papaya)Sebagai Terapi Pendamping Nyeri Gastritis secara
holistik di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
b. Mendeskripsikan fase pra interaksi Pemberian Jus Pepaya (Carica
Papaya) Sebagai Terapi Pendamping Nyeri Gastritis sesuai
prioritas di di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
c. Mendeskripsikan fase orientasi Pemberian Jus Pepaya (Carica
Papaya) Sebagai Terapi Pendamping Nyeri Gastritis secara
komprehensif.
d. Mendeskripsikan fase interaksi Pemberian Jus Pepaya (Carica
Papaya) Sebagai Terapi Pendamping Nyeri pada pasien Gastritis
secara tepat.
e. Mendeskripsikan fase terminasiPemberian Jus Pepaya (Carica
Papaya) Sebagai Terapi Pendamping Nyeri pada pasien Gastritis.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pelayanan kesehatan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
mengenai Terapi Pendamping Nyeri Gastritis dengan Pemberian Jus
Pepaya agar dapat dilakukanya dengan baik dan benar.
2. Bagi instansi pendidikan
Merupakan bentuk sumbangsih kepada mahasiswa keperawatan
sebagai referensi untuk menambah wawasan dan bahan masukan
dalam Terapi Pendamping Nyeri Gastritis dengan Pemberian Jus
Pepaya.
3. Bagi peneliti lain
Di harapkan hasil penelitian ini dapat di jadikan sumber data dan
informasi bagi pengembangan penelitian selanjutnya tentang Terapi
Pendamping Nyeri Gastritis dengan Pemberian Jus Pepaya.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Anatomi Fisiologi Gaster


Gambar 1.1 Anatomi gaster (sabotta, 2006)

1. Anatomi Gaster
Lambung adalah satu organ dalam sistem pencernaan pada manusia
yang berfungsi untuk mencerna makanan dan menyerap sari-sari
makanan.Lambung terletak diantara esofagus dan usus halus menyilang
dari kiri ke kanan. Jika dalam keadaan kosong, lambung akan
menyerupai bentuk huruf J dan apabila penuh akan menyerupai buah
pir.
Kapasitas normal pada lambung sekitar1-2 liter. Lambung
melakukan beberapa fungsi, fungsi terpenting adalah menyimpan
makanan yang masuk sampai disalurkan ke usus halus dengan
kecepatan yang sesuai untuk pencernaan yang penyerapan yang
optimal. Makanan yang dikonsumsi hanya beberapa menit memerlukan
memerlukan waktu berapa jam untuk dicerna dan diserap (Sobotta,
2013). Secara anatomis lambung terdiri dari :
1. Esophagus
Adalah untuk mengangkut makanan, cairan dan air dari mulut
ke lambung, lapisan otot esopagus yang terjepit bersama-sama di
bagian atas dan bawah esofagus. Bagian-bagian dari esopagus
dikenal sebagai spingter. Ketika seseorang yang menelan, spingter
ini secara otomatis relaksasi dan memungkinkan makanan dan
cairan untuk melewati esopagus. Spingter kemudian menutup
dengan cepat untuk mencegah isi lambung tidak bocor ke
kerongkongan.
2. Fundus gastricum
Merupakan bagian kranial yang melebar dan berbatasan pada
kubah diaphragma kiri. Pada bagian ini makanan akan tersimpan
selama kurang lebih 1 jam didalam fundus dan biasanya penuh
berisi gas.
3. Korpus gastricum
Merupakan bagian utama yang terletak antara fundus dan
antrum pyloricum pars pylorica yang menjadi tempat keluar dari
gaster menyerupai corong dan bagian lebar yakni antrum pyloricum
4. Antrum,
Bagian yang berfungsi untuk menampung bubur makanan yang
sudah menjadi kimus.
5. Pilorus
Merupakan daerah sfingter yang menebal di sebelah distal.
sphincter pyloricus yang berfungsi mengatur pengosongan isi
gaster melalui ostium pyloricum ke dalam duodenum bagian
lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal membentuk
spinter pylorus (Sobotta, 2013).

Berdasarkan histologi lambung, lambung terdiri atas empat bagian


yaitu :
1. Tunika serosa atau lapisan luar Merupakan bagian dari peritonium
viseralis. Dua lapisan peritonium viseralis menyatu pada kurvatura
minor lambung dan duodenum dan terus memanjang kearah hati,
membentuk omentum minus. Lipatan peritonium yang keluar dari
satu organ menuju ke organ lain disebut sebagai ligamentum.
Omentum minor terdiri atas ligamentum hepatogastrikum dan
hepatoduodenalis , menyokong lambung sepanjang kurvatura
minor sampai ke hati. Pada kurvatura mayor, peritonium terus ke
bawah membentuk omentum mayus, yang menutupi usus halus dari
depan seperti apron besar. Sakus omentum minus adalah tempat
yang sering terjadi penimbunan cairan ( pseudokista pankreatikum)
akibat komplikasi pankreatitis akut.
2. Lapisan berotot ( Muskularis ) Tersusun dari tiga lapis otot polos
yaitu :
1) Lapisan longitudinal
Yang paling luar terbentang dari esofagus ke bawah dan
terutama melewati kurvatura minor dan mayor.
2) Lapisan otot sirkuler
Yang ditengah merupakan lapisan yang paling tebal dan
terletak di pilorus serta membentuk otot sfingter dan berada
dibawah lapisan pertama.
3) Lapisan oblik
Lapisan yang paling dalam merupakan lanjutan lapisan otot
sirkuler esofagus dan paling tebal pada daerah fundus dan
terbentang sampai pilorus.
3. Lapisan submukosa Terdiri dari jaringan areolar jarang yang
menghubungkan lapisan mukosa dan lapisan muskularis. Jaringan
ini memungkinkan mukosa bergerak bersama gerakan peristaltik.
Lapisan ini mengandung pleksus saraf dan saluran limfe.
4. Lapisan mukosa Lapisan dalam lambung tersusun dari lipatan-
lipatan longitudinal yang disebut rugae. Ada beberapa tipe kelenjar
pada lapisan ini yaitu :
1) Kelenjar kardia, berada dekat orifisium kardia. Kelenjar ini
mensekresikan mukus.
2) Kelenjar fundus atau gastrik, terletak di fundus dan pada hampir
seluruh korpus lambung. Kelenjar gastrik memiliki tiga tipe
utama sel yaitu :
a) Sel-sel zimogenik atau chief cell, mensekresikan pepsinogen
diubah menjadi pepsin dalam suasana asam.
b) Sel-sel parietal, mensekresikan asam hidroklorida dan faktor
instrinsik. Faktor instrinsik diperlukan untuk absorbsi vitamin
B12 di dalam usus halus. Kekurangan faktor instrinsik akan
mengakibatkan anemia pernisiosa.
c) Sel-sel mukus ( leher ), di temukan di leher fundus atau
kelenjar-kelenjar gastrik. Sel-sel ini mensekresikan mukus.
Hormon gastrin diproduksi oleh sel G yang terletak pada
daerah pilorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar gastrik
untuk menghasilkan asam hidroklorida dan pepsinogen.
Substansi lain yang di sekresikan oleh lambung enzim dan
berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium, kalium, dan
klorida( Mescher, 2014).

Lambung memiliki beberapa enzim antara lain:


a) Enzim pepsin, mengubah protein menjadi pepton
b) Enzim renin, mengubah protein menjadi kasein (protein susu)
dan mengendapkan kasein susu
c) Enzim lipase gastrik, mengubah lemak menjadi asam lemak
d) Asam klorida, membunuh bakteri atau kuman yang masuk
melalui makanan dan mengaktifkan pepsinogen menjadi
pepsin.
2. Fisiologi
Secara fisiologi, lambung memiliki fungsi motorik dan fungsi
sekresi. Fungsi motorik lambung ada tiga, yaitu:
1) penyimpanan makanan sampai dapat diproses di dalam lambung;
2) pencampuran makanan dengan sekresi dari lambung sehingga
membentuk kimus dan
3) pengosongan kimus dengan lambat dari lambung pada kecepatan
sesuai untuk pencernaah dan absorpsi usus halus (Guyton, 2014).

Makanan masuk ke dalam lambung membentuk lingkaran


konsentris dibagian orad lambung. Makanan akan ditampung di dalam
lambung sampai batas berelaksasi sempurna yaitu 0,8-1,5 L. Bila
makanan meregangkan lambung, makarefleks vasovagal dari lambung
ke batang otak akan mengurangi tonus di dalam otot dinding lambung
untuk menampung makanan (Guyton, 2014).
Saat makanan berkontak dengan permukaan mukosa lambung
maka akanterjadi sekresi dari kelenjar gastrik. Setelah bercampur
dengan hasil sekresi lambung maka makanan akan berubah menjadi
bubur yang disebut kimus. Derajat keenceran kimus bergantung pada
jumlah relatif makanan, air dan sekresi lambung serta pada derajat
pencernaan yang telah terjadi.Ciri-ciri kimus adalah cairan keruh
setengah cair atau seperti pasta.
Kemudian pengosongan lambung akan ditimbulkan oleh kontraksi
peristaltik yang kuat di dalam antrum lambung. Kecepatan
pengosongan lambung diatur oleh sinyal dari lambung dan duodenum
(Guyton, 2014).

B. Konsep Dasar Penyakit Gastritis


1. Pengertian Gastritis
Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan peradangan
(pembengkakan) dari mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor
iritasi dan infeksi. Bahaya penyakit gastritis jika dibiarkan terus
menerus akan merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan risiko
untuk terkena kanker lambung hingga menyebabkan kematian
(Saydam, 2011).
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yangdapat bersifat akut,kronis dan difus (local). Dua jenis
gastritis yang sering terjadiadalah gastritis superficial akut dan
gastritis atropik kronis (Hardi & Huda Amin, 2015).
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa
lambung.Peradanganini dapat menyebabkan pembengkakan lambung
sampai terlepasnya epitel mukosasuferpisial yang menjadi penyebab
terpenting dalam gangguan saluran pencernaan.Pelepasan epitel dapat
merangsang timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin,2011).

2. Klasifikasi
Klasifikasi Gastritis menurut Muttaqin, (2011), yaitu :
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung padasebagian
besar merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna.Salah
satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya adalah:
a) Gastritis akut erosif
Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
daripada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).
b) Gastritis akut hemoragik
Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpaiperdarahan
mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosiyang berarti
hilangnya kontunuitas mukosa lambung pada beberapatempat,
menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut.

2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradanganpermukaan mukosa
lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronikdiklasifikasikan
dengan tiga perbedaan sebagai berikut :
a) Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ; edema ,
sertaperdarahan dan erosi mukosa.
b) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh
lapisanmukosa pada perkembanganya dihubungkan dengan ulkus
dankanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini
merupakankarakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel
chief.
c) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-
nodul pada mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis,
danhemoragik.

3. Etiologi
Menurut Muttaqin dan Sari (2011), etiologi gastritis adalah sebagai
berikut:
a. Obat-obatan seperti obat antiinflamasi nonsteroid/ OAINS seperti
indometasin, ibuprofen, dan asam salisilat, sulfonamide, steroid,
kokain, dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
b. Infeksi bakteri Helicobacteri pylori
c. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, kerusakan sususan saraf
pusat, dan refluks usus-lambung.
d. Stress Psikis
Stress psikis dapat menstimulus system saraf pusat dan
meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi hormone adrenaline
yang memicu produksi asam lambung.
e. Makanan dan minuman yang bersifat iritan
makanan berbumbu dan minuman denggan kandungan kafein dan
alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosa lambung.
f. Garam empedu
terjadi pada kondisi refleks garam empedu (komponen penting
alkali untuk aktivitasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus
kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respon
peradangan mukosa.
g. Iskemia
hal ini berhubung dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung.
h. Trauma
Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan
antara agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas
mukosa, yang dapat menimbulkan respons peradangan pada
mukosa lambung.

4. Patofisologi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat
merusak dinding mukosa lambung (gastritis erosif). Mukosa lambung
berperan penting dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh HCl
dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCl ke
mukosa dan HCl akan merusak mukosa. Kehadiran HCl di mukosa
lambung menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi pepsin.Pepsin
merangsang pelepasan histamin dari sel mast. Histaminakan
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi
perpindahan cairan dari intrasel ke ekstrasel dan menyebabkan edema
dan kerusakan kapiler sehingga timbul pendarahan pada lambung.
Biasanya lambung melakukan regenerasi mukosa oleh karen itu
gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya.
Gastritis akut merupakan respons mukosa lambung terhadap
berbagai iritan lokal yang biasanya bersifat jinak dan
swasirna.Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan
terkontaminasi), kafein, alkohol, dan aspirin merupakan agen pencetus
yang lazim. Obat lain juga terlibat, misalnya anti inflamasi nonsteroid
(NSAID: misalnya indomestasin, ibuprofen, naproksen), sulfonamida,
dan digitalis. Asam empedu, enzim pankreas, dan etanol juga diketahui
mengganggu sawar mukosa lambung.Infeksi H. pylori lebih sering
dianggap sebagai penyebab gastritis kronis, organisme tersebut
melekat pada epitel lambung dan menghancurkan lapisan mukosa
pelindung, meninggalkan daerah epitel yang gundul.(Price & Wilson,
2006).

C. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Nyeri


1. Pengkajian Umum
Menurut Doengoes (2014), pengkajian merupakan tahap awal dari
proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu mengumpulkan data,
mengelompokkan data dan menganalisa data. Hal-hal yang perlu dikaji
dalam penanganan asuhan keperawatan penderita gangguan sistem
gastrointestinal ”gastritis” antara lain adalah :
a. Identitas pasien
Meliputi Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, tanggal masuk rumah
sakit, diagnosa medis, nama penanggung jawab, catatan kesehatan,
No registrasi rekam medic
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang biasanya muncul pada pasien gastritis adalah
nyeri epigastrium sebelah kiri bawah, perut kembung,
mual,muntah dan tidak nafsu makan.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pasien masih merasakan nyeri
diepigastrium, mual, muntah, dan dapat juga ditemukan erosi dan
perdarahan aktif.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Dilakukan pengkajian yang berhubungan penyakit sekarang, hal
yang perlu dikaji pola makan,stress, dan apakah ada riwayat
penyakit lambung sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
adalah penyakit yang diderita anggota keluarga lainnya. Apakah
dikeluarga ada yang menderita penyakit gastritis, pengkonsumsi
alkohol dan pengguna obat-obatan seperti NSAID (obat untuk
mengurangi nyeri serta mengurangi peradangan).
5) Riwayat psikososial
Perasaan yang dirasakan oleh klien terhadap penyakit yang
dirasakan pasien dan bagaimana hubungan klien dengan orang
lain maupun orang terdekat klien.

2. Pengkajian Nyeri
Pengkajian pada masalah nyeri (gangguan rasa nyaman) yang dapat
dilakukan adalah adanya riwayat nyeri; keluhan nyeri seperti lokasi
nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan waktu serangan. Pengkajian dapat
dilakukan dengan cara PQRST :
a. P (pemacu) : Nyeri akibat inflamasi lambung
b. Q (quality) : Nyeri digambarkan seperti tajam,dangkal, rasa
terbakar, dan perih.
c. R (region) : Nyeri diepigastrium
d. S (skala) : Skala nyeri 6-7
e. T (time) : ± 10-15 menit, nyeri bertambah hebat jika pasien
terlambat makan.

Pengukuran nyeri dapat menggunakan skala numerik , yang


digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Pada alat ukur ini,
diurutkan dari tidak ada nyeri sampai nyeri paling hebat. Perawat
meminta pada klien menunjukkan intensitas nyeri yang ia rasakan
dengan menunjukkan skala tersebut. Dalam pengukuran ini, diberikan
skala 0-10 untuk menggambarkan keparahan nyeri. Angka 0 berati
klien tidak merasakan nyeri, sedangkan angka 10 mengindikasikan
nyeri paling hebat. Skala ini efektif digunakan sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi terapeutik (Prasetyo, 2010).

3. Diagnosa keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis Gejala dan
Tanda Mayor
a. Objektif
Tampak meringis, bersikap protektif ( misalnya waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat.
b. Subjektif
Klien mengatakan sulit tidur.
Gejala dan Tanda Minor
1) Objektif
Tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan
berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada
diri sendiri, diaforesis.
2) Subjektif
Klien mengatakan nafsu makan berkurang
6. Peneliti terkait
Tabel 2.2
NO SITASI JENIS SAMPLE/TEMPAT INTERVENSI/ HASIL
PENELITIAN PENGAMBILAN DATA
1. (Indayani, Sigit Artikel penelitian/ 54 responden klien Rancangan quasy eksperiment Terdapat pengaruh pemberian
& Enik, 2018) Kuantitatif gastritis di kecamatan dengan menggunakan jus buah papaya (carica papaya)
Mungkid, Magelang, rancangan two group pre and terhadap tingkat nyeri kronis
Jawa Tengah post test with control design pada penderita gastritis.
2. (Rahmi Kurnia, Artikel penelitian/ 100 responden di Desain cross sectional study Berdasarkan hasil penelitian
2011) Kuantitatif puskesmas Gulai dapat disimpulkan bahwa
Bancah Kota dibutuhkan promosi kesehatan
Bukittinggi mengenai gastritis.
3. (Widiya Artikel penelitian/ 90 responden di Deskriptif Terdapat hubungan yang
Tussakinah, Kuantitatif Puskesmas Tarok analitik dengan pendekatan signifikan antara pola makan
Masrul2, Ida Kota Payakumbuh cross-sectional study dengan kekambuhan gastritis.
Rahmah Terdapat hubungan yang
Burhan2017) signifikan antara tingkat stres
dengan kekambuhan gastritis.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN

A. Rancangan Studi Kasus


Penelitian ini menggunakan desain studi kasus deskriptif. Studi
kasus ini merupakan studi kasus untuk mendeskripsikan secara sistematis
dan akurat yang bersifat faktual.
Studi kasus yang dimaksudkan adalah untuk mendeskripsikan
secara sistematis dan akurat suatu situasi atau area populasi tertentu yang
bersifat faktual. Studi kasus ini juga dimaksudkan untuk memotret
fenomena individual, situasi, atau kelompok tertentu yang terjadi (Danim,
2003).
Studi kasus deskriptif yang akan dilakukan pada pada studi kasus
ini adalah menggambarkan tentang penerapan Pemberian Jus Pepaya
(Carica Papaya) Sebagai Terapi Pendamping Nyeri Gastritis.

B. Subyek Studi Kasus


Subyek studi kasus ini yaitu pasien gastritis dengan nyeri yang
menjalani perawatan di RSUD Dr. M Yunus Bengkulu.Jumlah subyek
penelitian yang direncanakan yaitu 2 orang pasien dengan minimal
perawatan selama 3 hari. Kriteria inklusi dan ekslusi yang ditetapkan pada
subjek penelitian yaitu :
1. Kriteria inklusi
a. Penderita gastritis yang rawat inap di ruangan Melati RSUD M.
Yunus Bengkulu
b. Penderita gastritis yang mengalami nyeri dengan dirawat minimal
tiga hari
c. Penderita bersedia menjadi responden
2. Kriteria eksklusi
a. Penderita tidak bersedia menjadi responden
b. Penderita yang mengalami komplikasi berat seperti Diabetes Melitus
c. Penderita yang mengalami komplikasi perdarahan pada lambung
(PSCA)

C. Fokus Studi
Fokus studi kasus ini yaitu upaya perawat dalam pemenuhan
kebutuhan rasa aman dan nyaman pasien gastritis dengan inovasi
penerapan prosedur Pemberian Jus Pepaya (Carica Papaya) Sebagai
Terapi Pendamping Nyeri Gastritis.

D. Definisi Operasional
Jus pepaya dalam studi kasus ini didefinisikan sebagai tindakan
pemberian buah pepaya yang dijadikan jus dengan dosis 200 gram yang
dihaluskan menggunakan blender dan akan diberikan sebelum makan pada
jam 12:00 sampai dengan 20:00 sebanyak 1x pemberian pada pasien yabg
mengalami nyeri gastritis.
Nyeri epigastrium adalah suatu kondisi perasaan yang tidak
menyenangkan yang di rasakan pasien pada perut bagian atas akibat
gastritis yang di alaminya.
Gastritis adalah suatu penyakit peradangan pada lambung yang
didiagnosis oleh dokter dengan tanda dan gejala seperti nyeri pada ulu
hati, mual, muntah, dan kembung serta didapatkan dengan pemeriksan
fisik pada pasien.

E. Tempat dan Waktu


Studi kasus ini akan dilakukan di Ruang Melati RSUD dr. M Yunus
Bengkulu. Studi kasus ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan
Januari 2020.
F. Pengumpulan Data
Studi kasus ini mengunakan sumber data primer dan sumber data
skunder. Sumber data primer di dapat langsung dari pasien dan keluarga
sedangkan data skunder diperoleh dari rekam medis pasien untuk melihat
diagnosis dengan riwayat perjalanan penyakit pasien. Metode yang di
gunakan pada studi kasus ini adalah:
a. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mendapatkan data identitas pasien,
keluhan utama, riwayat penyakit, skala nyeri pasien, penyebab pasien
masuk RS dan mengkaji nyeri pasien dengan Numeric Rating Scale
(NRS). Data ini di peroleh dengan menggunakan lembar pertayaan atau
kuesioner.
b. Obsevasi dan pemeriksaan fisik
Obeservasi ini digunakan untuk memperoleh data kemampuan
pasien dalam meminum jus pepaya, mengobservasi espon pasien
terhadap nyeri akan dilakukan kepada pasien dengan mengobservasi
kondisi fisik, saat pasien meminum jus pepaya, dan status nyeri pasien
setelah meminum jus pepaya

G. Penyajian Data
Pada studi kasus data akan disajikan secara narasi dan tekstular mulai
dari gambaran karakteristik pasien dan prosedur tindakan dari fase
prainteraksi, orientasi, interaksi, dan fase terminasi pemberian jus pepaya
pada pasein nyeri gastritis.
H. Etika Studi Kasus
Peneliti akan mempertimbangkan etik dan legal penelitian untuk
melindungi responden agar terhindar dari segala bahaya serta
ketidaknyamanan fisik dan psikologis. Ethical clearance
mempertimbangkan hal-hal dibawah ini:

1. Self determinan
Pada studi kasus ini, responden diberi kebebasan untuk berpartisipasi
atau tidak dalam penelitian ini tanpa ada paksaan.
2. Tanpa nama (anonimity)
Peneliti menjaga kerahasiaan responden dengan cara tidak
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data,
peneliti hanya akan memberi inisial sebagai pengganti identitas
responden.
3. Kerahasiaan (confidentialy)
Semua semua informasi yang didapat dari responden tidak akan
disebarluaskan ke orang lain dan hanya peneliti yang mengetahuinya.
Dan 3 bulan setelah hasil penelitian di presentasikan, data yang diolah
akan dimusnahkan demi kerashasiaan responden.
4. Keadilan (justice)
Penelitian akan memperlakukan semua responden secara adil selama
pengumpulan data tanpa adanya diskriminasi, baik yang bersedia
mengikuti penelitian maupun yang menolak untuk menjadi responden
penelitian.
5. Asas kemanfaatan (beneficiency)
Asas kemanfaatan harus memiliki tiga prinsip yaitu bebas penderitaan,
bebas eksploitasi dan bebas risiko. Bebas penderitaan yaitu peneliti
menjamin responden tidak akan mengalami cidera, mengurangi rasa
sakit, dan tidak akan memberikan penderitaan pada responden. Bebas
eksploitasi dimana pemberian informasi dari responden akan digunakan
sebaik mungkin dan tidak akan digunakan secara sewenang-wenang
demi keutungan peneliti. Bebas risiko yaitu responden terhindar dari
risiko bahaya kedepannya.Tujuan dari penelitian adalah untuk
menambah pengetahuan, menerapkan pengkajian nyeri pada pasien
gastritis serta berperan dalam mengurangi hari lama rawat.

6. Maleficience
Peneliti menjamin tidak akan menyakiti, membahayakan, atau
memberikan ketidaknyamanan baik secara fisik maupun psikologis.
7. Prosedur tindakan
SOP PEMBERIAN JUS PEPAYA
Definisi Pengobatan secara nonfarmakologi yang dapat
mengurangi rasa nyeri
Tujuan Mengurangi rasa nyeri akibat gastritis
Prosedur a. Fase Prainteraksi
Perawat melakukan persiapan terlebih
dahulu sebelum bertemu pasien seperti
membaca status pasien terlebih dahalu dan
mempersiapkan jus pepaya
b. Fase orientasi
1) Salam terapeutik
Mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri
2) Evaluasi dan validasi
Menanyakan kabar pasien dan nyeri
yang dirasakan
3) Informed consent
Menjelaskan tindakan pemberian jus
pepaya, tujuan, manfaat, waktu dan
persetujuan pasien
c. Fase interaksi
1) Persiapan alat
a) Jus pepaya
b) Tisu jika dibutuhkan
2) Persiapan pasien
Mengatur posisi pasien senyaman
mungkin bagi pasien
3) Persiapan lingkungan
Mengatur lingkungan cukup cahaya dan
terjaga privacy

4) Persiapan perawat
Perawat cuci tangan dan jika diperlukan
menggunakan handscoon
5) Prosedur tindakan
a) Pertama lakukan pengkajian nyeri
sebelum diberikan jus pepaya
b) Berikan jus pepaya kepada pasien,
bantu pasien untuk meminum jus
jika pasien membutuhkan bantuan.
c) Anjurkan pasien untuk
menghabiskan jus
d) lakukan pengkajian nyeri setelah
diberikan jus pepaya
6) Fase terminasi
a) Evaluasi subjektif dan objektif
menanyakan bagaimana perasaan
pasien setelah meminum jus pepaya
b) Rencana tindakan lanjut
Akan diberikan jus pepaya pada hari
selanjutnya
c) Kontrak yang akan datang
Mengkontrak waktu kapan akan
diberikan jus papaya.

Anda mungkin juga menyukai