Anda di halaman 1dari 2

 Ibnu Taimiyah: bid’ah dalam agama adalah perkara yang dianggap wajib maupun

sunnah, namun yang Allah dan rasul-Nya tidak syariatkan.


 Imam Syathibi: bid’ah adalah satu jalan dalam agama yang diciptakan menyamai syariat
yang diniatkan dengan menempuhnya bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada
Allah.
 Ibnu Rajab: bid’ah adalah mengada-adakan suatu perkara yang tidak ada asalnya dalam
syariat. Jika perkara-perkara baru tersebut bukan pada syariat, maka bukanlah bidah,
walaupun bisa dikatakan bid’ah secara bahasa.
 Imam as-Suyuthi: bid’ah adalah sebuah ungkapan tentang perbuatan yang menentang
syariat dengan suatu perselisihan atau suatu perbuatan yang menyebabkan menambah dan
mengurangi ajaran syariat.

Istilah bid’ah yang baik (bid’ah hasanah) itu dari Imam Syafi’i. Ar-Rabbi rahimahullah: “Telah berkata as-
Syafi’ie rahimahullahu Ta’ala: perkara-perkara yang diadakan terbagi dua: yang pertama apa yang di
buat bertentangan dengan al-Kitab (al Qur’an), Sunnah, Ijma atau atsar, maka inilah bid’ah yang sesat.
Kedua apa yang di buat berupa kebaikan yang tidak bertentangan dengan salah satu dari perkara (al
Qur’ah, Sunnah, Ijma, dan atu atsar) maka itu perbuatan yang tidak tercela.”

Yang dimaksudkan Imam Syafi’i ialah bid’ah dari segi bahasa (lughah), bukan dari segi syara’ atau dalam
persoalan agama. Imam Syafi’i sendiri menegaskan: “Apabila kamu temui di dalam Kitabku apa yang
bertentangan dengan sunnah Rasulullah, maka berkatalah (ambil/peganglah) kamu dengan sunnah
tersebut dan hendaklah kamu tinggalkan apa yang telah aku katakan.”

Pendapat Imam Syafi’i soal bi’dah yang baik itu, berdalil dengan perkataan Umar bin Al-Khothob ketika
mengumpulkan orang-orang untuk melaksanakan shalat Tarawih berjamaah. Umar berkata, “Sebaik-
baik bid’ah adalah ini.” (HR. Bukhari).

Menurut para ulama, shalat tarawih ala Umar bukanlah bid’ah secara syariat, karena Rasulullah pun
pernah melakukan shalat tarawih secara berjama’ah pada awal Ramadhan selama dua atau tiga malam,
sehingga yang dimaksudkan “bid’ah yang baik” dari perkataan Umar itu secara bahasa, dan bukan bid’ah
secara syar’i.

Artinya, “Bid‘ah adalah suatu perbuatan yang tidak dijumpai di masa Rasulullah SAW. Bid‘ah itu sendiri
terbagi atas bid‘ah wajib, bid‘ah haram, bid‘ah sunah, bid‘ah makruh, dan bid‘ah mubah. Metode untuk
mengategorisasinya adalah dengan cara menghadapkan perbuatan bid‘ah yang hendak diidentifikasi
pada kaidah hukum syariah. Kalau masuk dalam kaidah yang menuntut kewajiban, maka bid‘ah itu
masuk kategori bid‘ah wajib. Kalau masuk dalam kaidah yang menuntut keharaman, maka bid‘ah itu
masuk kategori bid‘ah haram. Kalau masuk dalam kaidah yang menuntut kesunahan, maka bid‘ah itu
masuk kategori bid‘ah sunah. Kalau masuk dalam kaidah yang menuntut kemakruhan, maka bid‘ah itu
masuk kategori bid‘ah makruh. Kalau masuk dalam kaidah yang menuntut kebolehan, maka bid‘ah itu
masuk kategori bid‘ah mubah. Bid‘ah wajib memiliki sejumlah contoh,” (Lihat Izzuddin Abdul Aziz bin
Abdussalam As-Salami, Qawaidul Ahkam fi Mashalihil Anam, Darul Kutub Ilmiyah, Beirut, Cetakan
kedua, Tahun 2010, Juz II, Halaman 133-134).

Contoh bid‘ah wajib antara lain mempelajari ilmu nahwu (gramatika Arab) sebagai perangkat untuk
memahami Al-Quran dan Hadits, mendokumentasikan kata-kata asing dalam Al-Quran dan Hadits,
pembukuan Al-Quran dan Hadits, penulisan ilmu Ushul Fiqh. Sementara contoh bid‘ah haram adalah
hadirnya madzah Qadariyah, Jabariyah, Murjiah, atau Mujassimah. Contoh yang dianjurkan adalah
sembahyang tarawih berjamaah, membangun jembatan, membangun sekolah. Contoh bid’ah makruh
adalah menghias mushhaf dengan emas. Sedangkan contoh bid’ah mubah adalah jabat tangan usai
sembahyang subuh dan ashar, mengupayakan sandang, pangan, dan papan yang layak dan bagus.
Contoh bid‘ah di Indonesia antara lain peringatan tahlil berikut hitungan hari-harinya, peringatan Isra
dan Miraj dan lain sebagainya yang kesemuanya bahkan dianjurkan oleh agama. Contoh-contoh ini
dapat dikembangkan sesuai tuntutan kaidah hukumnya seperti diterangkan Izzuddin Abdul Aziz bin
Abdussalam.

Anda mungkin juga menyukai