Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA OKSIGENASI

A. KONSEP OKSIGENASI
1.1. DEFINISI
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan fisiologis
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ
atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat
pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ
atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24
jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan
metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti
gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan
pembuangan CO² (hasil pembakaran sel). Terapi oksigen merupakan salah satu terapi
pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk
memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas
dan mengurangi stress pada miokardium.

1.2. FISIOLOGI OKSIGEN


Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
a. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran
pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih besar,
tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu
terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih
kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.
1) Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor:
- Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat, maka
tekanan udaranya semakin rendah.
- Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
- Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di sebut
dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan
CO² atau kontraksinya paru-paru.
2) Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru
dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
- Luasnya permukaan paru-paru.
- Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan.
- Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O² dari
alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam rongga
alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.
- Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
3) Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan
tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
- curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
- kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
1.3. ETIOLOGI
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi
menurut NANDA (2015),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding
dada, nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan
muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis
kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.
1.4. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas
bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan lain-
lain.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru.
b. Faktor Perkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
c. Faktor Perilaku
1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang
buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak
menimbulkan arterioklerosis.
2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi pusat
pernapasan.
5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
d. Faktor Lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.
1.5. PATOFISIOLOGI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila
pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan
sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses
ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddarth, 2008)
1.6. MANIFESTASI KLINIS
a. Suara napas tidak normal.
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru.
h. Takhipnea
1.7. TANDA DAN GEJALA
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi.
Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan
nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek,
nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi
nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang
tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2013).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,
kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, sianosis, warna kulit abnormal
(pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal
frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2013).
1.8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar dan
keadekuatan oksigenasi.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang
menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi paru.
h. CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
1.9. MASALAH KEBUTUHAN OKSIGEN
a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat
defisiensi oksigen.
b. Perubahan Pola Nafas
1) Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/ menit karena paru-
paru terjadi emboli.
2) Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/ menit.
3) Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme yang terlalu
tinggi dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi jumlah peningkatan
O2 dalam paru-paru.
4) Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
5) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup, serta
tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan O2.
6) Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
7) Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
8) Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran
nafas
c. Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang mengalami ancaman,
terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret
yang kental atau berlebihan akibat infeksi, imobilisasi, serta batuk tidak efektif karena
penyakit persarafan.
d. Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik O2 maupun
CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.
1.10. PENATALAKSANAAN
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1) Pembersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Suctioning
4) Jalan nafas buatan
b. Pola Nafas Tidak Efektif
1) Atur posisi pasien ( semi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan Pertukaran Gas
1) Atur posisi pasien ( posisi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Suctioning
B. KONSEP KEPERAWATAN
2.1. PENGKAJIAN
a. Identitas
b. Keluhan Utama
Kaji Alasan Masuk Rumah Sakit / Keluhan Yang Paling Dirasakan Dan Saat Dilakukan
Pengkajian.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji; Saat Kejadian, Sifat-Sifat Terjadinya, Lamanya, Gejalanya ( Dengan
Menggunakan Metode Pqrst), Faktor Yang Memperberat Timbulnya Gangguan , Faktor
Yang Meringankan Gangguan, Tindakan Yang Telah Dilakukan, Hasil Yang Dicapai,
Pelayanan Kesehatan.
Keterangan :
P: Provocatif/Paliatif
- Apa Penyebab Keluhan

- Apa Yang Dapat Membuatnya Bertambah Baik Atau Ringan

- Apa Yang Membuatnya Bertambah Buruk


Q : Quality ? Quantity
- Bagaimana Keluhan Yang Dirasakan Pasien

- Sejauh Mana Sakit Dirasakan


R : Region/ Radiation
- Dimana Letak Sakitnya
- Dimana Area Penyebarannya
S : Severity Scale
- Apakah Mempengaruhi Aktivitas

- Seberapa Jauh Skala Ringan Sampai Berat ( 1 – 10 )

T : Timing

- Kapan Mulai Terjadi

- Berapa Sering Terjadi

- Apakah Terjadinya Mendadak Atau Perlahan-Lahan


d. Riwayat Penyakit Yang Lalu
- Kaji Penyakit:
- Masa Kanak–Kanak
- Penyakit Yang Terjadi Secara Berulang Ulang
- Perawatan/Operasi Yang Pernah Dijalani
- Riwayant Alergi
- Kebiasaan–Kebiasaan (Merokok, Minum Kopi, Alcohol, Makan Obat Tidur).
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Kaji Penyakit
- Orang Tua,
- Saudara Kandung
- Anggota Keluarga Yang Lain Yang Mempunyai Resiko Kesehatan (Kanker, Hipertensi,
DM, Penyakit Jantung, Tbc, Epilepsi Dll).

2.2. PEMERIKSAAN FISIK


a. Mata
1) Konjungtiva pucat (karena anemia)
2) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
3) konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis)
b. Kulit
1) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
2) Penurunan turgor (dehidrasi)
3) Edema.
4) Edema periorbital.
c. Jari dan kuku
1) Sianosis
2) Clubbing finger.
d. Mulut dan bibir
1) membrane mukosa sianosis
2) bernapas dengan mengerutkan mulut.
e. Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung.
f. Vena leher
Adanya distensi / bendungan.
g. Dada
1) retraksi otot bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea,
obstruksi jalan pernapasan)
2) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
3) Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran/rongga
pernapasan
4) Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
5) Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction rub/pleural
friction)
6) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
h. Pola pernapasan
1) pernapasan normal (eupnea)
2) pernapasan cepat (tacypnea)
3) pernapasan lambat (bradypnea)

2.3.DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan Pertukaran Gas
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2.4. Kriteria hasil dan intervensi
1. NOC
a. Gangguan Pertukaran Gas
- Status pernapasan (0415)
Kode Indicator SA ST 1 = deviasi berat

041532 Kepatenan jalan napas 3 5 2 = deviasi cukup berat

3 5 3 = deviasi sedang
041501 Frekuensi pernapasan
4 = deviasi ringan
041508 Saturasi oksigen 3 5
5 = tidak ada

b.Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


- Status Pernafasan (0415)
Keterangan :
kode Indicator s.a s.t
1. deviasi berat dari kisaran normal
041504 Suara auskultasi 5
2. deviasi yang cukup berat dari kisaran
nafas
normal
041510 Penggunaan otot 5
3. deviasi sedang dari kisaran normal
bantu nafas
4. deviasi ringan dari kisaran normal
041514 Dispnue saat 5 5. tidak ada deviasi dari kisaran normal
istirahat
041528 Pernafasan 5
cuping hidung
041531 Batuk 5
2. NIC
a. Terapi oksigen (3320)
Aktivitas :
1) Monitor efektivitas terapi oksigen (misal, tekanan oksimetri, ABGs) dengan tepat
2) Monitor aliran oksigen
3) Monitor posisi perangkat pemberian oksigen
4) Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
5) Sediakan oksigen ketika pasien dibawa/dipindahkan
6) Atur dan ajarkan pasien mengenai penggunaan perangkat oksigen yang
memudahkan mobilitas
7) Konsultasikan dengan tenaga kesehatan yang lain mengenai penggunaan oksigen
tambahan selama kegiatan dan tidur

b. Manajemen jalan nafas (3140)


1) Monitor TTV
2) Identifikasi kebutuhan actual/potensial psien untuk memasukkan alat membuka
jalan nafas.
3) Posisikan px untuk memaksimalkan ventilasi
4) Kelola nebulizer sebagaimana mestinya
5) Buang secret dengan memotivasi px untuk melakukan batuk
6) Instruksikan px agar bisa batuk efektif
7) Auskultasi suara nafas, catat area ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya
suara tambahan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta

Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC

Tarwonto dan Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan Keperaweatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Bulechek, G. M. (2013). Nic. Yogyakarta: Elsevier.

Moorhead, S. (2013). Noc. Yogyakarta: Eleviier.

T. Heather Herdman, P. R. (2015-2017). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Egc.

Anda mungkin juga menyukai