Anda di halaman 1dari 8

Penyakit kanker leher Rahim (CA SERVIKS)

Penyakit kanker leher Rahim yang istilah kesehatannya adalah kanker serviks merupakan
kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk kearah Rahim yang terletak antara Rahim (uterus) dengan liang
senggama (vagina).

Penyakit kanker serviks ini disebabkan oleh beberapa jenis virus yang disebut human
papilloma virus (HPV). Viru sini menyebar melalui kontak sexual, HPV dapat menyerang semua
perempuan di setiap waktu tanpa melihat umur atau pun gaya hidup. Banyak wanita yang dengan
daya tahan tubuh yang baik mampu melawan infeksi HPV dengan sendirinya. Namun demikian,
terkadang virus ini berujung pada terjadinya penyakit kanker.

Di Indonesia kanker serviks adalah pembunuh perempuan no.1 tertinggi saat ini. Setiap
perempuan selama hidupnya berisiko terkena virus yang menyebabkan kanker serviks, terutama
berisiko tinggi bagi mereka yang merokok, melahirkan banyak anak, memakai alat kontrasepsi
pil dalam jangka waktu yang lama,serta mereka yang terinveksi HIV AIDS ( (Th. endang
purwoastuti, 2015).

Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel serviks, kanker serviks dapat
berasal dari sel-sel di leher Rahim tetapi dapat pula tumbuh dari sel-sel mulut Rahim atau
keduanya ( (nurwijaya, 2010).

EPIDEMOLOGI KANKER SERVIKS

Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapore sebesar 25,0 pada ras cina;
17,8 pada ras melayu; dan Thailand sebesar 23,7 per 100.000 penduduk insidens dan angka
kematian kanker serviks menurun selama beberapa decade terakhir di AS. Hal ini karena
skrining pap menjadi lebih populer dan lesi serviks pre-invasif lebih sering dideteksi dari pada
kanker invasive. Diperkirakan terdapat 3.700 kematian akibat kanker serviks pada tahun 2006.

Di Indonesia deperkirsksn ditemukan 40 ribu kasus baru kanker mulut Rahim setiap
tahunnya. Menurut data kanker berbasis patologi di 13 pusat laboratorium patologi, kanker
serviks merupakan penyakit kanker yang memiliki jumlah penderita terbanyak diindonesia, yaitu
kurang lebih 36% dari data 17 rumah sakit di Jakarta 1977. Kanker serviks menduduki urutan
pertama, yaitu 432 kasus di antara 918 kanker pada perempuan.

Di rumah sakit dr. cipto mangunkusumo, frekuensi kanker serviks sebesar 76,2% di
antara kanker ginekologi. Terbanyak pasien datang pada stadium lanjut, yaitu stadium IIB-IVB,
sebanyak 66,4%. Kasus dengan stadium IIIB, yaitu stadium dengan gangguan fungsi ginjal,
sebanyak 37,3% atau lebih dari sepertiga kasus.

Relative survival pada wanita dengan lesi pre-invasif hamper 100%. Relative 1 dan 5
years survival masing-maisng sebesar 88% dan 73%. Apabila dideteksi pada stadium awal,
kanker serviks invasive merupakan kanker yang paling berhasil diterapi, dengan 5 YSR sebesar
92%buntuk kanker local.

Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial
ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis
histopatologi, dan derajat pendidikan ikur serta dalam menetukan prognosis dari penderita (
(rasjidi, 2009).

ETIOLOGI

Penyebab utama timbuknya kanker serviks adalah infeksi HPV resiko tinggi atau HPV
onkogenik yaitu HPV yang mengandung protein yang menyebabkan terjadinya kanker
(onkoprotein). Telah diidentifikasi sebanyak 20 tipe yang menjadi penyebab kanker serviks,
tetapi paling banyak 70% kanker serviks disebabkan tipe 16 dan 18.

Virus human papilloma adalah kelompok virus yang terdiri dari 150 jenis virus yang
dapat menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit. Ada 30-40 jenis HPV yang menyebabkan
penyakit kelamin. Beberapa jenis HPV menyebabkan kutil pada kelamin. Jenis lain
menyebabkan kanker serviks.
Jenis HPV (16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59 dan 69) yang menyebabkan kanker
disebut HPV “risiko tinggi” yang ditularkan melalui hubungan sex. Tipe yang paling berbahaya
adalah jenis HPV 16 dan 18 yang menyebabkan 70% penyakit kanker serviks.

Sedangkan HPV yang tidak menyebabkan kanker disebut HPV “risiko rendah” ditularkan
dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual (kulit ke kulit) seperti vaginal, anal, atau
oral. Penularan HPV pada umumnya melalui seksual 90%, dan 10% penularan terjadi non
hubungan seksual.

Hubungan seksual yang tidak aman, terutama pada usia muda, membuat infeksi HPV
lebih memungkinkan. Selain itu, wanita yang memiliki banyak pasangan sex (yang berhubungan
sex dengan laki-laki yang telah memiliki banyak mitra) memiliki kesempatan lebih besar untuk
mendapatkan HPV.

Banyak wanita mungkin memiliki HPV dari berbagai tipe, tapi sangat sedikit 2% dari
wanita ini akan menderita kanker serviks. System kekebalan tubuh berperan besar untuk
melawan virus HPV, dan infeksi dapat hilang tanpa pengobatan. Tetapi ada beberapa wanita,
infeksi virus tetap berlangsung dan dapat menyebabkan kanker serviks. HPV terutama ditemukan
pada wanita usia muda. Kondom kurang membantu melindungi terhadap HPV sekalipun
digunakan dengan benar, tapi HPV masih dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain dengan
cara kontak kulit ke kulit yang terinfeksi HPV dan daerah tubuh yang tidak tertutup oleh
kondom.

Meskipun HPV adalah factor risiko penting kanker serviks, sebagian besar perempuan
dengan infeksi ini tidak mendapatkan kanker serviks. Dunia kedokteran percaya bahwa HPV
onkogenik sangat berperan terjadinya kanker serviks (hamper 100%). Ada factor lain yang
menigkatkan risiko terjadinya kanker serviks, antara lain :

Merokok : wanita yang merokok dua kali kemungkinan terkena kanker serviks dari pada
yang tidak merokok. Merokok sumber banyak bahan kimia beracun yang menyebabkan kanker
ke paru-paru. zat berbahaya ini dibawa dalam aliran darah ke sluruh tubuh ke organ lain juga.
Dalam suatu penelitian ditemukan zat tembakau dalam lendir serviks wanita yang merokok.
Infeksi HIV : HIV adalah virus penyebab AIDS – virus ini tidak sama dengan HPV. Ini
juga bisa menjadi factor risiko kanker serviks. Setelah terkena infeksi HIV dan menderita
penyakit AIDS, membuat system kekebalan tubuh wanita kurang mampu melawan infeksi HPV
dan kanker dini.

Infeksi chlamydia dan herpes simplex tipe 2 (keduanya adalah jenis penyakit kelamin
yang menular). Klamidia adalah jenis bakteri yang dapat menginfeksiorgan seks wanita.
Penyebarannya berlangsung ketika berhubungan seks. Seorang wanita mungkin tidak tahu bahwa
dia terinfeksi atau tidak sama sekali kecuali jika ia melakukan uji klamidia ketika melakukan
panggul. Beberapa studi menunjukan bahwa perempuan yang pernah terinfeksi atau sedang
terinfeksi klamidia saat ini berisiko tinggi terkena kanker serviks. Infeksi jangka panjang dapat
menyebabkan masalah serius lainnya.

Berpenghasilan rendah : wanita miskin berisiko tinggi terkena kanker serviks. Asupan
gizi dan nutrisi yang tidak memadai hingga kekebalan tubuhnya lemah melawan infeksi virus.
Juga karena mereka tidak mampu membayar perawatan kesehatan yang baik, seperti pap smear
secara teratur.

DES (dietilstilbestrol) : DES adalah obat hormone yang digunakan anatar tahun 1940 dan
1971 untuk beberapa wanita yang berada dalam bahaya keguguran. Anak-anak perempuan
wanita yang mengkonsumsi obat ini ketika mereka hamil mimiliki risiko lebih tinggi terkena
kanker vagina dan serviks.
MANIFESTASI KLINIS

Secara umum tanda dan gejalanya adalah terjadinya perdarahan vagina setelah aktivitas
seksual atau di antara masa menstruasi. Sementara itu, tanda lain yang mungkin timbul antara
lain :

a. Hilangnya nafsu makan dan berat badan


b. Nyeri tulang panggul dan tulang belakang
c. Nyeri pada anggota gerak (kaki)
d. Terjadi pembengkakan pada area kaki
e. Keluarnya feaces menyertai urin melalui vagina
f. Hingga terjadi patah tulang panggul

Pemeriksaan pap smear test yang teratur sangat diperlukan untuk mengetahui dan
mendeteksi adanya kanker serviks pada diri seorang wanita.

Lesi pra-kanker dan kanker stadium dini biasanya asimtomatik dan hanya dapat
terdeteksi dengan pemeriksaan sitology. Gejala yang timbul dapat berupa perdarahan pasca-
sanggama atau dapat juga terjadi perdarahan diluar masa haid dan pasca menopause. Jika
tumornya besar,dapat terjadi infeksi dan menimbulkan cairan berbau yang mengalir keluar dari
vagina. Bila penyakitnya sudah lanjut, akan timbul nyeri panggul, gejala yang berkaitan dengan
kandung kemih dan usus besar. Gejala lain yang timbul dapat berupa gangguan organ yang
terkena mislanya otak (nyeri kepala, gangguan kesadaran), paru (sesak atau batuk darah), tulang
(nyeri atau patah), hati (nyeri perut kanan atas, kuning, atau pembengkakan) dan lain-lain.

PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS

Karsinoma serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo-columnar junction (scj)
yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks,
dimana secara histologic terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis
dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid/kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ
dipengaruhi oleh factor usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita berusia diatas 35 tahun
SCJ berada didalam kanalis serviks. Oleh karena itu, pada wanita muda, SCJ yang berada diluar
ostium uteri eksternum ini rentan terhadap factor luar berupa mutagen yang akan memicu
dysplasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan kativitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium
eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks, epitel
kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan kolumnar.
Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi
akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada
masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2SCJ, yaitu SCJ
asli dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel
kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini diesebut daerah transformasi.

Penelitian akhir-akhir ini telah memfokuskan virus sebagai salah satu factor penyebab
yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus tersebut dapat
bersatu ke dalam gen dan DNA sel host sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel. Sel yang
mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik seingga terjadi kelainan
epitel yang disebut dysplasia. Dimulai dari dysplasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ
dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.

Dysplasia mencakup pengertian berbagai gangguan maturasi epitel skuamosa yang secara
sitologik dan histologic berbeda dari epitel normal, tetapi tidak memenuhi persyaratan sel
karsinoma. Perbedaan derajat dysplasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan
dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi
epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasive tetapi membran basalis masih utuh.

Kalsifikasi terbaru menggunakan istilah neoplasia intarepitel serviks (NIS) untuk kedua
bentuk dysplasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari : 1) NIS 1 untuk dysplasia ringan; 2) NIS
2 untuk dysplasia sedang; 3) NIS 3 untuk dysplasia berat dan karsinoma in-situ.

Pathogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spekrum penyakit yang dimulai dari
dysplasia ringan, dysplasia sedang, dysplasia berat dan karsinoma in-situ kemudian berkembang
menjadi karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 30-35% NIS mengalami
regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/ NIS 2. Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang
akan berkembang menjadi progesif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap
potensial menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai sebagaimana mestinya.

Bibliography
nurwijaya, D. H. (2010). cegah dan deteksi kanker serviks. jakarta: PT Elex Media komputindo.

rasjidi, d. i. (2009). epidemiologi kanker serviks. indonesian journal of cancer vol. III no.3, 104.

Th. endang purwoastuti, S. A. (2015). PANDUAN MATERI KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA
BERENCANA. yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.

Anda mungkin juga menyukai