Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Disusun oleh :

Lukman Hakim

16010122

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2019
1.1 Definisi
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan dan kelebihan air.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu.
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Kebutuhan cairan dan
elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam merespon terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan,
ketidakseimbangan yang terdiri sendiri jarang terjadi dalam kelebihan dan
kekurangan (Tarwoto dan Martonah, 2005:29).

1.2. Etiologi
Secara umum, faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain:
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Kebutuhan cairan pada bayi dan anak perharinya yaitu:
a. Untuk berat badan sampai 10 kg, kebutuhan cairan perhari
100ml/kgBB.
b. Berat badan 11-20 kg, kebutuhan cairan per hari 1000ml + 50ml/kgBB
c. Beratbadan >20kg, kebutuhan cairan per hari 1500ml + 20ml/kgBB
Kebutuhan cairan pada orang dewasa menggunakan rumus 30-
50ml/kgBB/hari
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udara rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga
hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan rentensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume
darah.
5. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat
haus dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari
kondisi dehidrasi intraseluler, Sekresi angiotensin II sebagai respon dari
penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan
volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan
sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan
segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus
gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui empat proses yaitu :
1) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam
kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml/24 jam, atau
sekitar 30-50 ml/jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat
kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila
aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam
tubuh.
2) IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan
tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL/hari, tapi bila
proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat
meningkat.
3) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang
panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan
impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
4) Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL/hari,
yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus
besar (kolon).
6. Tindakan medis
7. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik dan laksatif.
8. Pembedahan
Faktor yang menyebabkan adanya suatu peningkatan terhadap kebutuhan
cairan harian diantaranya:
 Demam, kebutuhan meningkat 12% setiap 10C.
 Hiperventilasi.
 Suhu lingkungan yang tinggi.
 Aktivitas yang ekstrim/berlebihan.
 Setiap kehilangan yang abnormal seperti diare atau poliuria

Faktor yang menyebabkan adanya penurunan terhadap kebutuhan cairan


harian, diantaranya:
 Hipotermi.
 Kelembaban lingkungan yang sangat tinggi.
 Oliguria atau anuria.
 Hampir tidak ada aktivitas.
 Retensi cairan misal gagal jantung.

1.3. Manifestasi Klinis


1. Hipovolemia
a. Pusing, kelemahan, keletihan
b. Sinkope
c. Anoreksia, mual, muntah, haus
d. Kekacauan mental
e. Konstipasi dan oliguria.
f. Peningkatan nadi, suhu.
g. Turgor kulit menurun.
h. Lidah kering, mukosa mulut kering.
i. Mata cekung.
2. Hipervolemia
a. Sesak nafas
b. Ortopnea.
c. Oedema.

1.4. Fisiologi
Cairan dan Elektrolit masuk melalui makanan, minuman dan cairan
intravena (IV) dan didistribusikan ke seluruh tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya. Jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh di bagi menjadi dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang
berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah
cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler. Cairan
interstitial adalah cairan yang terletak di antara sel. Sedangkan cairan
transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan intraokuler dan sekresi
saluran cerna. Intravaskuler 5% berat badan, interstitial 15% berat badan dan
transseluler 40% berat badan. Cairan intravaskuler dan interstitrial bersama-
sama disebut extrasel (ECF) . ECF adalah cairan tubuh dengan laju tinggi
dikeluarkan melalui urine kg/hari serta keringat dan uap panas (700/m²/hari)
(Tarwanto dan wartonah, 2003).

1.5. Pengatur Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


a. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi
ginjal yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dan darah,
pengatur keseimbangan cairan asam basa darah, dan pengatur ekskresi
bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal seperti glomerulus sebagai penyaing cairan.
Rata-rata setiap 1 liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir
melalui glomerulus, 10 % disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrar
glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuh renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi
ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1
ml/kg/bb/jam.
b. Kulit
Merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait
dalam proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur
panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriolakutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi.
Banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit
mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan. Proses pelepasan
panas kemudian dapat dilakukan dengan cara penguapan.
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat dibawah
pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat
diturunkan dengan melepaskan air yang jumlahnya kurang lebih setengah
liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat dapat diperoleh dari aktivitas
otot, suhu lingkungan, dan melalui kondisi tubuh yang panas. Proses
pelepasan panas lainnya dilakukan melalui cara pemancaran, yaitu
dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa cara
konduksi dan konveksi. Cara konduksi adalah pengalihan panas ke
benda-benda yang disentuh, sedangkan cara konveksi yaitu mengalirkan
udara yang telah panas ke permukaan yang lebih dingin.
c. Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan
menghasilkan insensible water loss ±400 ml/hari. Proses pengeluaran
cairan terkait dengan respons akibat perubahan-perubahan frekuensi dan
kedalaman pernafasan (kemampuan bernafas), misalnya orang yang
olahraga berat.
d. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-
200 ml/hari.
Selain itu, pengaturan keseimbangann cairan dapat melalui mekanisme
rasa haus yang dikontrol melalui sistem endokrin (hormonal) yaitu anti
diuretik hormon (ADH), sistem aldosteron, prostaglandin, dan
glukokortikoid.
a. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorbsi air
sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon
ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang
mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan
cairan ekstrasel.
b. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal dan
berfungsi pada absorbsi natrium. Proses pengeluaran aldosteron diatur
oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem
angiotensin renin.
c. Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorbsi natrium dan air
yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi
natrium.
( Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011)

1.6. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia


Kebutuhan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia secara
psikologis memiliki proporsi 90% dari total berat badan. Sisanya merupakan
zat padat dari tubuh. Secara keseluruhan, presentase cairan dalam tubuh
berbeda berdasarkan usia
a. Bayi baru lahir: 75%
b. Dewasa:
1) Pria 60%
2) Wanita 55%
3) Usia lanjut 45%
Intake cairan adalah selama aktivitas dan temperatur sedang seorang
dewasa minum kira-kira 1500ml/hari sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-
kira 2500ml/hari sehingga kekurangan 1000ml perhari diperoleh dari
makanan dan oksidasi selama proses metabolisme.
Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang di perlukan berdasarkan umur
dan berat badan.
KEBUTUHAN AIR
USIA
Jumlah Air Dalam 24 Jam Ml/kg Berat Badan

3 Hari 250-300 80-100

1 Tahun 1150-1300 120-135

2 Tahun 1350-1500 115-125

4 Tahun 1600-1800 100-110

10 Tahun 2000-2500 70-80

14 Tahun 2200-2700 50-60

18 Tahun 2200-2700 40-50

Dewasa 2400-2600 20-30

Cara menghitung kebutuhan cairan :


Dewasa : 50xBB
Anak : 10kg pertama x 100
10kg kedua x 50
Sisanya x 20 +

Cara menghitung IWL


Dewasa : 15cc x BB
Anak : (30-usia)xBB
Bayi : 30cc x BB
Jika ada kenaikan suhu IWL ditambah 200 cc

1.7. Pergerakan Cairan Tubuh


Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui 3 proses, yaitu :
a. Difusi
Merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan.
Cairan dan elektrolit didifusikan menembus membran sel. Kecepatan
difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan
temperatur.
b. Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran
semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke
konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
c. Transpor aktif
Merupakan proses partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi
karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.

1.8. Jenis-Jenis Cairan dan Elektrolit


a. Jenis Cairan
1) Cairan zat gizi (Nutrien)
Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 setiap
hari . Cairan nutrien dapat diberikan melalui intravena dalam bentuk
karbohidrat, nitrogen, dan vitamin untuk metabolisme. Kalori yang
terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500 kalori
per liter.
2) Blood volume expanders
Jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume darah sesudah
kehilangan darah atau plasma. Hal ini terjadi pada saat pasien
mengalami perdarahan berat, maka pemberian plasma akan
mempertahankan jumlah volume darah. Jenis blood volume expanders
antara lain: human serum albumin dan dextran dengan konsentrasi
yang berbeda.
b. Jenis Elektrolit
Terdiri dari : cairan isotonik, hipotonik, hipertonik
Contohnya:
1) Cairan ringers, terdiri atas : Na⁺,K⁺, C1 dan, Ca²⁺.
2) Cairan ringers laktat, terdiri atas: Na⁺,K⁺,Mg²⁺, C1⁻, Ca²⁺, dan
HCO₃⁻.
3) Cairan buffer, terdiri atas: Na⁺,K⁺,Mg²⁺, C1⁻,dan HCO₃⁻.
( Hidayat, AAA dan Uliyah, 2011)

1.9. Gangguan atau Masalah Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan


Elektrolit
a. Gangguan Cairan
1) Hipovolemi
Terjadi karena kekurangan pemasukan air atau pengeluaran
berlebihan. Penyebab:
a) Muntah, diare berlebihan
b) Perdarahan
c) Demam
2) Hipervolemi
Terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam proporsi isotonik
sindrom ruang ke tiga berefek kekurangan vulume cairan ekstrasel.
Disebabkan karena infeksi trauma.
3) Dehidrasi
Terjadi jika ada kehilangan cairan tanpa di sertai kehilangan elektrolit
yang proporsional faktor resiko terjadinya dehidrasi. Penyebab
Penurunan sekresi ADH dan Penurunan fungsi neurologis. Macam
dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya:
a) Dehidrasi berat
1) Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L.
2) Serum natrium 159-166 mEq/ML.
3) Turgor kulit buruk.
4) Nadi dan pernafasan meningkat.
5) Kehilangan cairan mencapai >10% berat badan.
b) Dehidrasi sedang
1) Kehilangan cairan 2-4 atau antara 5-10% berat badan .
2) Serum natrium 152-158 mEq/L.
3) Mata cekung.
c) Dehidrasi ringan
Dengan terjadinya kehilangan cairan mencapai 5% berat badan
atau 1,5-2L.
4) Edema
Akumulasi cairan abnormal di jaringan infertital atau rongga tubuh.
Penyebab:
a) Peningkatan tekanan hidostatik.
b) Penurunan tekanan asmotik plasma.
c) Sumbatan imfalik.
d) Refensi urine.
e) Kerusakan pembuluh darah kapiler.

b. Gangguan Elektrolit
1) Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma
darah yang di tandai dengan mual,muntah dan diare.
2) Hipernatremia
Merupakan suatu keadaan di mana kadar natrium dalam plasma tinggi
yang di tandai dengan mukosa kering. Oliguria/anuria, turgor kulir
buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah
kering dan kemerahan ,suhu badan naik.
3) Hipokalemia
Suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Di tandai
dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu
makan, muntah-muntah,perutnya kembung, denyut jantungnya tidak
beraturan.
4) Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi .
di tandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan,
aritmia kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya
kecemasan dan iritabilitas.
5) Hipokalsemia
Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah ditandai
dengan adanya kram otot, kram perut, kejang, bingung, kesemutan
pada jaridan sekitar mulut.
6) Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihab kadar kalsium dalam darah di
tandai dengan adanya nyeri pada tulang,relaksasi otot, batu
ginjal,mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari
4,3mEq/L.
7) Hipomagnesia
Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah ditandai
dengan adanya iritabilitas,tremor,kram pada kaki dan tangan,
lakikardi, hipertensi,kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3
mEq/L.
8) Hipermagnesia
Merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah ditandai
dengan adanya koma,gangguan pernafasan,dan kadar magnesium
lebih dari 2,5 mEq/L ( Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011 ).

1.10. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


a. Usia
Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas organ.
Sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
b. Temperatur
Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui
keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehiangan cairan.
c. Diet
Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan
makanan yang tersimpan dalam tubuh, sehingga terjadi pergerakan cairan
dari interstisial ke interseluler yang dapat berpengaruh pada jumlah
pemenuhan kebutuhan cairan.
d. Stres
Stres dapat berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, melalui proses peningkatan produksi ADH karena pada proses
ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya
glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi natrium dan air.
e. Sakit
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan
yang cukup.Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan sistem
dalam tubuh seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat
mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan ( Hidayat, AAA dan
Uliyah, 2011).
1.11. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,
klorida, ion bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb),
hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi
urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
1.12. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a. Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien-pasien
tertentu, misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF stadium
I.
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000cc/hari.
c. Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan minuman.
2. Pemberian therapy intravena
a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk
memenuhi cairan extrasel secara langsung.
b. Tujuan terapy intravena :
1). Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu
mengkonsumsi cairan peroral secara adekuat.
2). Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga
keseimbangan elektrolit.
c. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
1). Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air,
misalnya dextrosa dan glukosa. Yang digunakanyaitu 5% dextrosa
in water (DSW), amigen, dan aminovel.
2). Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik,
hypotonik, maupun hypertonik yang banyak digunakan yaitu
normal saline (isotonik) : NaCL 0,9%.
3). Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium
bicarbonat.
4). Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume
pembuluh darah atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan
tekanan osmotik darah.
3. Menghitung balance cairan.
a. Input
Input merupakan jumlah cairan yang berasal dari minuman,
makanan, ataupun cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, baik
secara oral maupun parenteral. Cairan yang termasuk input yaitu:
1.) Minuman dan makanan
2.) Terapi infus
3.) Terapi injeksi
4.) Air Metabolisme (5cc/kgBB/hari)
5.) NGT masuk
b. Output
Output merupakan jumlah cairan yang dikeluarkan selama 24 jam.
Cairan tersebut berupa:
1.) Muntah
2.) Feses, satu kali BAB kira-kira 100cc.
3.) Insensible Water Loss (IWL), menggunakan
rumus15cc/kgBB/hari
4.) Cairan NGT terbuka
5.) Urin
6.) Drainage dan perdarahan
4. Hipovolemia
a. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta
asam basa dan elektrolit.
b. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
c. Rehidrasi oral pada diare pediatrik.
5. Hipervolemia, tindakan:
1.1.Pembatasan natrium dan air.
1.2.Diuretik.
1.3.Dialisis atau hemofiltrasi arteriovena kontinue: pada gagal ginjal
atau kelebihan beban cairan yang mengancam hidup.
1.13. Komplikasi
1.1.Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
1) Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
2) Renjatan hipovolemik.
3) Kejang pada dehidrasi hipertonik.
1.2.Kelebihan volume ekstraselulser
Kebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air
kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira-kira sama. Dengan
terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ekstraseluler, maka
cairan akan berpindah ke kompartemen cairan interstitial sehingga
menyebabkan edema.
1.14. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
1) Keluhan utama
Yang biasa muncul pada pasien dengan gangguan kebutuhan cairan
dan elektrolit antara lain : nyeri abdomen, kram, bising usus
hiperaktif atau hipoaktif, anoreksia, distensi abdomen, mual,
muntah, atau konstipasi.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Ditanyakan / menjelaskan kronologi berjalannya penyakit pasien.

3) Riwayat kesehatan terdahulu


Ditanyakan pengobatan saat ini dan masa lalu, alergi terhadap obat
dan makanan, tempat tinggal/lingkungan.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Ditanyakan apa ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama dengan pasien, adakah riwayat penyakit keturunan
dalam keluarga.
5) Pemeriksaan fisik
a) Integumen, keadaan turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani,
dan sensasi rasa.
b) Kardiovaskuler, distensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobin, dan bunyi jantung.
c) Mata, cekung, air mata kering
d) Gastrointestinal, keadaan mukosa mulut, bibir dan lidah, mual
muntah dan bising usus.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko kekurangan volume cairan
2) Kerusakan integritas kulit
1.15. Kriteria Hasil dan Intervensi

Diagnosa NOC NIC


Risiko kekurangan Tujuan : Manajemen cairan (4120)
volume cairan Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 1. Monitor status hidrasi
2 x 24 jam, risiko kekurangan volume cairan 2. Tingkatkan asupan oral
teratasi 3. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam
Kriteria Hasil : pemberian makan dengan baik
Keseimbangan Cairan (0601) 4. Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan
Kode Indikator S.A S.T gejala kekurangan cairan menetap atau memburuk
060107 Keseimbangan 3 5
intake dan
output dalam
24 jam
060116 Turgor kulit 3 5
060117 Kelembaban 3 5
membran
mukosa
Keterangan :
1 : sangat terganggu
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu
Kerusakan integritas Tujuan : Manajemen hipervolemi (4170)
kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor intake dan output
2 x 24 jam gangguan integritas kulit teratasi 2. Tinggikan kepala tempat tidur untuk memperbaiki
Kriteria hasil : ventilasi sesuai kebutuhan
Keparahan cairan berlebihan (0603) 3. Instruksikan pasien dan keluarga penggunaan catatan
Kode Indikator S.A S.T asupan dan output sesuai kebutuhan
060306 Asites 3 5 4. Kolaborasikan dengan dokter terkait pemberian obat-
060307 Peningkatan obatan diuretik
lingkar perut 3 5
060308 Edema
menyeluruh 3 5
Keterangan :
1 : berat
2 : cukup berat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, AAA dan Uliyah. 2005. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta:
Salemba Medika
Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta:
Salemba Medika
Tarwanto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Arief mansjoer. 2000. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Salemba
Medika
Heather, Herdman T. 2015 . Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta : EGC

Bulechek, Gloria et all. 2016 . Nursing Interventions Classification ( NIC ).


Jakarta : Mocomedia

Moorhead, Sue et all. 2016 . Nursing Outcomes Classification ( NOC ). Jakarta :


Mocomedia

Anda mungkin juga menyukai