Anda di halaman 1dari 1

Beberapa minggu yang lalu Singapore dihebohkan oleh berita seorang WN Nigeria yang terjangkit

cacar monyet (monkeypox). Hal ini sontak menjadi perhatian warganet di Indonesia dan
menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat.

Cacar monyet sendiri adalah sebuah virus langka yang ditularkan ke manusia lewat hewan dan
memiliki gejala serupa dengan penyakit cacar. Penyakit ini paling sering ditemukan di hutan hujan
Afrika Tengah dan Barat, pertama kali ditemukan pada manusia di tahun 1970 di DR Kongo lalu
mewabah pada pertengahan 90an.

Infeksi awal Monkeypox biasanya terjadi dari kontak langsung dengan darah, cairan tubuh atau luka
di tubuh hewan yang terinfeksi. Monyet dan hewan pengerat merupakan reservoir utama virus
tersebut. Penularan sekunder dari manusia ke manusia dapat terjadi melalui kontak dengan cairan
saluran pernapasan atau luka di tubuh manusia yang terinfeksi.

Setelah terinfeksi, virus akan melalui masa inkubasi selama 5 – 21 hari dan diikuti dengan demam,
nyeri kepala berat, pembesaran kelenjar getah bening, nyeri punggung dan otot serta rasa lemas.
Periode erupsi kulit terjadi pada hari ke 1 – 3 demam, paling sering (95% kasus) ditemukan di wajah,
lalu menyebar ke bagian tubuh lain seperti telapak tangan dan kaki dengan gambaran erupsi yang
menyerupai cacar.

Monkeypox merupakan self-limiting disease dengan gejala yang akan bertahan selama 14 – 21 hari,
lalu hilang dengan sendirinya, tidak ada terapi khusus yang diperlukan untuk mengobati penyakit ini.
Kasus infeksi berat yang menyebabkan kematian sangat jarang sekali ditemukan.

Pencegahan terjadinya penularan monkeypox dapat dilakukan dengan :

 Mengurangi risiko penularan dari hewan ke manusia; Menghindari kontak dan membatasi
kontak langsung dengan binatang pengerat dan monyet yang terinfeksi.
 Mengurangi risiko penularan dari manusia ke manusia; Menghindari kontak dengan
penderita monkeypox atau barang yang terkontaminasi

Anda mungkin juga menyukai