SINDROM PARANEOPLASTIK
DISUSUN OLEH :
PEMBIMBING :
dr. Joko Purnomo, Sp.B(K) Onk
Referensi artikel ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Referensi artikel dengan judul:
Sindrom Paraneoplastik
Oleh:
A. Definisi
Sindrom paraneoplastik adalah penyakit atau gejala yang merupakan konsekuensi dari
kehadiran kanker di dalam tubuh, tetapi bukan karena keberadaan setempat dari sel-sel
kanker. Fenomena ini dimediasi oleh faktor humoral (oleh hormon atau sitokin)
diekskresikan oleh sel tumor atau oleh respon imun terhadap tumor. Sindrom
paraneoplastik tipikal pada pasien usia menengah ke atas, dan mereka paling sering datang
dengan kanker paru-paru, payudara, ovarium atau sistem limfatik (limfoma). Kadang-
kadang gejala sindrom paraneoplastic tampak sebelum diagnosis keganasan, yang telah
dihipotesiskan berhubungan dengan patogenesis penyakit. Dalam paradigma ini, sel-sel
tumor mengekspresikan antigen yang dibatasi jaringan (seperti protein neuronal), memicu
respon imun anti-tumor yang mungkin sebagian atau, jarang, benar-benar efektif dalam
menekan pertumbuhan dan gejala tumor. Pasien kemudian datang memeriksakan diri
ketika respon kekebalan tumor ini memecah toleransi kekebalan tubuh dan mulai
menyerang jaringan normal yang mengekspresikan protein (misalnya neuronal).
B. Patofisiologi
Ketika tumor muncul, tubuh dapat menghasilkan antibodi untuk melawannya dengan
mengikat dan menghancurkan sel-sel tumor. Sayangnya, pada beberapa kasus, antibodi ini
bereaksi silang dengan jaringan normal dan menghancurkannya, yang dapat menyebabkan
gangguan paraneoplastik. Sebagai contoh, antibodi atau sel T yang diarahkan melawan
tumor dapat keliru menyerang sel-sel saraf normal. Deteksi antibodi anti-saraf
paraneoplastic pertama kali dilaporkan pada tahun 1965.
Dalam kasus lain, sindrom paraneoplastic dihasilkan dari produksi dan pelepasan zat
aktif secara fisiologis oleh tumor. Tumor dapat menghasilkan hormon, prekursor hormon,
berbagai enzim, atau sitokin. Beberapa kanker menghasilkan protein yang diekspresikan
secara fisiologis dalam rahim oleh sel embrio dan janin tetapi tidak diekspresikan oleh sel
dewasa normal. Zat ini dapat berfungsi sebagai penanda tumor (misalnya,
carcinoembryonic antigen [CEA], alpha-fetoprotein [AFP], antigen karbohidrat 19-9 [CA
19-9]). Lebih jarang, tumor dapat mengganggu jalur metabolisme normal atau metabolisme
steroid. Akhirnya, beberapa sindrom paraneoplastic adalah idiopatik.
C. Klasifikasi
Endokrinologi Hematologi
PCD terjadi karena reaksi autoimun yang ditargetkan terhadap komponen dari
sistem saraf pusat (khususnya sel Purkinje). Hal tersebut dipicu ketika sel-sel tumor
(paling sering ovarium atau kanker payudara) memproduksi protein yang
diekspresikan di otak (protein neuronal Purkinje disebut cdr2). Hal tersebut memicu
respon kekebalan anti-tumor yang dapat signifikan secara klinis, juga memicu respon
imun anti-neuronal. Pasien biasanya mengeluh kesulitan berjalan, yang berlangsung
selama berminggu-minggu hingga bulan. Gejala awalnya dapat meliputi diplopia dan
vertigo. Kehilangan ketangkasan, tidak dapat berjalan, dysarthria, dan oscillopsia yang
terkait dengan nystagmus muncul. Gangguan biasanya dapat membuat pasien lumpuh.
Keluhan juga dapat disertai dengan disfungsi sistem motorik halus atau kognitif.
Lebih dari 50% dari pasien myasthenia gravis datang dengan keluhan-keluhan
yang berkaitan dengan mata sebagai gejala awal mereka. Gejala yang muncul meliputi
ptosis (penurunan kelopak mata) dan diplopia (penglihatan ganda). Sekitar 15% dari
pasien myasthenia gravis datang dengan gejala yang melibatkan otot-otot wajah dan
tenggorokan yang dapat mengakibatkan perubahan suara, kesulitan menelan terdapat
masalah saat mengunyah, kehilangan ekspresi wajah. Pada miastenia gravis,
kelemahan dari otot proksimal terjadi sebelum menyebar ke otot distal.
b. SIADH
Etiologi: ADH
Sering terjadi pada: small-cell lung cancer, keganasan CNS
Manifestasi klinis: hiponatremia, pusing, mual, muntah, kejang, koma
DD: -
Patofisiologi: hormone ADH berfungsi membuka aquaporin sehingga air pada
duktus kolektivus ginjal dapat diserap. Kekurangan hormone ADH menyebabkan
banyak air yang dieksresikan tubuh
c. Hiperkalsemi
Etiologi: PTHrP, TGF-α, TNF, IL-1
Sering terjadi pada: kanker paru (skuamous sel), kanker payudara, karsinoma
renal, multiple myeloma, T-cell leukimia, karsinoma ovarian
Manifestasi klinis: Iritabilitas neuromuscular, perubahan kardiovaskular, parestesi
perifer, kram, tetanus, kejang, bronkospasm, ansietas, aritmia, CHF
DD: -
Patofisiologi: tumor ganas yang seringkali berakibat pada defisiensi vitamin D,
kekurangan magnesium karena kurangnya kinerja ginjal, tumor yang
menghasilkan kalsitonin dan ketidakseimbangan hormone paratiroid
menyebabkan adanya hipokalsemia.
d. Hipoglikemi
Etiologi: insulin atau produk seperti insulin, IGF-II
Sering terjadi pada: fibrosarkoma, karsinoma mesenkimal lain, karsinoma
hepatoseluler
Manifestasi klinis: disforia ringan, kejang, penurunan kesadaran, kerusakan otak
permanen, kematian (jarang)
DD: -
Patofisiologi: produksi dan sekresi berlebih dari IGF-II mengakibatkan
hipoglikemi rekurens
e. sindroma karsinoid
Etiologi: Serotonin, Bradikinin
Sering terjadi pada: adenoma bronkial, karsinoma pancreas, karsinoma gaster
Manifestasi klinis: diare, kemerahan pada wajah, lesi pada endocardium
DD: -
Patofisiologi: tumor karsinoid menghasilkan subtans vasoaktif seperti serotonin
dan bradikinin. Serotonin mengakibatkan diare sementara bradikinin
mengakibatkan flushing.
2. Kelainan hematologic
a. Granulositosis
Etiologi: G-CSF
Sering terjadi pada: limfoma
Manifestasi klinis: WBC > 15x109/L
DD: -
Patofisiologi: dihasilkan oleh growth factor yang diproduksi oleh tumor
b. Polisitemia
Etiologi: Eritopoietin
Sering terjadi pada: Karsinoma renal, hemangioma cerebellar, karsinoma
hepatoseluler
Manifestasi klinis: EPO > 109/L, Hb 200g/L
DD: -
Patofisiologi: ekspresi EPO berlebih yang merupakan target HIF mendasari
adanya polisitemia
c. Tanda trousseau
Etiologi: Musin
Sering terjadi pada: Karsinoma Pankreas, Karsinoma Bronkogenik
Manifestasi klinis: hiperkoagulability, terbentuknya blood clot, vaskulitis
DD: -
Patofisiologi: -
d. Endocarditis non-bakterial
Etiologi: Hiperkoagulability
Sering terjadi pada: Kanker tingkat akhir, adenoma paru dan pankreas
Manifestasi klinis: Iskemik emboli, murmur jantung (-),
DD: -
Patofisiologi: adanya koagulopati, mikroskopik edema, degenerasi dari kolagen
dan efek local dari musin yg dihasilkan oleh karsinoma
e. Anemia
Etiologi: -
Sering terjadi pada: Neoplasma thymik
Manifestasi klinis: Hb < 7gr, pucat, lemas
DD:
Patofisiologi: terjadinya anemia hemolitik
3. Kelainan musculoskeletal
a. Akantosis
Etiologi: imunologis, EGF
Sering terjadi pada: karsinoma gaster, karsinoma paru, karsinoma uterus
Manifestasi klinis: plak hiperpegmentasi bewarna abu-coklat di leher, area lipatan
dan anogenital. Pruritus, hiperkeratosis pada telapak tangan
DD: -
Patofisiologi: -
b. Dermatomiositis
Etiologi: Imunologis
Sering terjadi pada: karsinoma bronkogenik, karsinoma mammae
Manifestasi klinis: kelemahan proksimal yang progresif, nyeri otot, rumah
heliotrope, eritem, teleangiektasis, papula eritematous
DD: -
Patofisiologi: -
c. Tanda leser-trelat
Etiologi: Reaksi inflamasi
Sering terjadi pada: adenokarsinoma gaster, limfoma, karsinoma sel skuamosa,
kanker kolon
Manifestasi klinis: keratosis seboroik dengan dasar inflamasi
DD: -
Patofisiologi: -
d. Nekrolitik eritem
Etiologi: -
Sering terjadi pada: glukagonoma
Manifestasi klinis: eritem, papula, vesikel dan pustule yang berkembang menjadi
lepuh dan neksrosis epidermis
DD: -
Patofisiologi: -
e. Sweet’s syndrome
Etiologi: -
Sering terjadi pada: leukimia
Manifestasi klinis: dermatosis neutrofilik, demam, leukositosis, papula
eritematouos
DD: -
Patofisiologi: -
g. Pyoderma gangrenosum
Etiologi: imunologik
Sering terjadi pada: myelositik leukimia
Manifestasi klinis: jaringan nekrotik dan ulkus dalam pada kaki. Papula nyeri
dengan eksudat hemoragik dan dasar nekrotik
DD: -
Patofisiologi: -
h. Hipertrikosis
Etiologi: -
Sering terjadi pada: -
Manifestasi klinis: abnormalitas pertumbuhan rambut (sindroma serigala)
DD: -
Patofisiologi: -
4. Others
a. Glomerulonephritis
Etiologi: Tumor antigen, kompleks imun
Sering terjadi pada: tumor padat pada paru dan kolon, keganasan hematologik
Manifestasi klinis: sindroma nefrotik,
DD: -
Patofisiologi: -
b. Osteomalasia
Etiologi: FGF-23
Sering terjadi pada: hemangioperisitoma, fosfaturick mesenkimal tumor
Manifestasi klinis: hipofosfatemia, hiperfosfaturia, nyeri tulang, glikosuria,
normokalkasemia
DD: -
Patofisiologi: -
c. Sindroma stauffer
Etiologi: -
Sering terjadi pada: karsinoma sel renal
Manifestasi klinis: disfungsi liver
DD: -
Patofisiologi: -
F. Pemeriksaan Penunjang
3. Pemeriksaan Radiologi
Dapat digunakan untuk mencari tumor primer pada pasien dengan sindrom
paraneoplastic. Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan antara lain:
- CT-Scan dan MRI whole body untuk mendeteksi tumor primer dan
metastasisnya
- PET dan Single-photon emission computed tomography (SPECT) scan
dapat digunakan untuk mengevaluasi pasien dengan kelainan neurologi
dan membedakan sebabnya apakah sindrom paraneoplastik atau bukan
- FDG-PET scan dapat mengevaluasi tumor sebesar 6-8 mm dimanapun
pada tubuh dan mungkin positif walaupun X-Ray dan CT-Scan
memberikan hasil negatif
G. Penatalaksanaan
A. Simpulan
1. Sindrom paraneoplastik adalah penyakit atau gejala yang merupakan konsekuensi dari
kehadiran kanker yang dimediasi oleh faktor humoral (oleh hormon atau sitokin) yang
diekskresikan oleh sel tumor atau oleh respon imun terhadap tumor.
2. Tanda dan gejala sindrom paraneoplastik sering muncul bahkan sebelum tumor atau
kanker yang mendasarinya terdeteksi.
3. Penatalaksanaan sindrom paraneoplastik tidak hanya mengobati gejala yang muncul
saja, tapi target utamanya adalah mengobati tumor yang mendasarinya.
B. Saran
Sindrom paraneoplastik dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis banding pada
gejala-gejala umum seperti demam, mual-muntah, tidak nafsu makan dan lain-lain apabila
terdapat faktor-faktor yang mendukung kearah adanya tumor maupun kanker. Terlebih lagi
apabila gejala-gejala yang muncul khas untuk sindrom paraneoplastik, maka harus dilakukan
pemeriksaan terhadap adanya tumor yang mendasari.
DAFTAR PUSTAKA
Pelosof, L., & Gerber, D. (n.d.). Paraneoplastic Syndromes: An Approach to Diagnosis and
Treatment. Retrieved April 24, 2015, from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2931619/
Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion (n.d.). Retrieved April 24, 2015,
from http://emedicine.medscape.com/article/246650-overview#aw2aab6b2b3
Yoo, M., Bediako, E., & Akca, O. (n.d.). Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone
(SIADH) Secretion Caused by Squamous Cell Carcinoma of the Nasopharynx: Case
Report. Retrieved April 24, 2015, from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2671796/