Keganasan
pada
Kulit
Pembimbing : dr. Joko Purnomo, Sp.B(K) Onk
Gilang Teguh Pratama G99181034
Nabila Shaza G99172123
Ni Putu Dian Apriandary G991905047
Nopriyan Pujokusuma G991903045
Ratna Ningsih G99172139
Realita Sari G99181054
Sihsusetyaningtyas TS G99181061
Zuhud Nur Wibisono G99162018
TOPIK
01 Karsinoma Sel Skuamosa
03 Melanoma Maligna
KARSINOMA
1
SEL
SKUAMOSA
DEFINISI
• Tumor ganas timbul dari keratinosit epidermis yang
dapat mengenai kulit dan membran mukosa
• Tingkat keganasan bervariasi
• Lokal dan dapat bermetastasis
• Dapat berkembang dari ulkus atau radang kronik,
prakanker, karsinogen
• Berasal dari lapisan tengah epidermis
• Bentuk: intraepidermal dan invasive
• Sering pada orang tua kulit terang
EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI
EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI
• INVASIF
Mula-mula ini berupa nodus yang keras dengan batas-
batas yang tidak tegas, permukaannya mula-mula licin
seperti kulit normal yang akhirnya berkembang menjadi
verukosa atau menjadi papiloma. Pada keadaan ini
biasanya tampak skuamasi yang menonjol. Lebih lanjut
mengeras, tambah besar dan dalam
Infographic Style
ANAMNESIS
Riwayat sering melakukan tanning PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN PENUNJANG
Riwayat terpapar matahari dalam waktu lama
Hiperkeratinosit Histopatologi : Biopsi jaringan
Riwayat penggunaan obat foto sensitive
Tidak berbatas tegas dan keras saat palpasi
Riwayat konsumsi obat imunosupresan
Pada diferensiasi buruk : tidak ada keratinisasi,
Foto thoraks, hitung sel darah yang lengkap, tes
Riwayat terpapar karsinogen faal hepar dan pemeriksaan CT scan atau
granulomatous, lembut saat palpasi
Riwayat penyakit dengan kekebalan tubuh lemah
Lesi dapat berupa indurasi, plak, nodul skala radionukleida (curiga ada metastasis)
Riwayat transplantasi organ
tebal dengan hiperkeratosit tepi tinggi, warna
Riwayat kelainan kulit (penyakit bowen, sikatrik, ulkus
kulit kekuningan, eritem dan keras
kronis, inflamasi, xp, sindrom gorlin, sindrom bazex)
Riwayat keluarga dengan keluhan serupa
TATALAKSANA
• Keratoakantoma
• Ulkus atau granuloma kronik
• Melanoma yang amelanotik
• Karsinoma Sel Basal
KOMPLIKASI
Sinar UV yang secara kronik mengenai sel induk Akumulasi mutasi akibat fotokarsinogen
kulit menyebabkan photoaging, imunosupresi, termasuk penghapusan genetik
dan fotokarsinogen. Fotokarsinogen melibatkan menyebabkan tidak aktifnya gen
pembentukan foto produk yang merusak DNA. penghambat kanker yang menyandi
Jika perbaikan DNA gagal, maka akan terjadi pembentukan protein penghambat
mutasi protoonkogen menjadi onkogen atau proliferasi sel. Akumulasi mutasi gen inilah
inaktivasi gen penghambat kanker. yang berperan dalam memicu terjadinya
karsinoma sel basal.
GAMBARAN
Karsinoma sel basal morpheaform
Karsinoma Basoskuamosa
Fibroepithelioma of Pinkus
EPIDEMIOLOGI
Insiden melanoma maligna itu sendiri berbeda-beda di tiap
negara, dengan insiden tertinggi terjadi di Australia dan
Selandia Baru. Sebagai kanker kulit yang paling ganas, peada
penemuan kasus kanker yang baru terdiagnosis, melanoma
menduduki urutan ke 6 laki-laki dan urutan ke 7 perempuan di
Amerika. Diperkirakan jumlah kasus baru Melanoma maligna di
Amerika pada tahun 2008 sebesar 62.480 kasus, dengan
34.4950 kasus terjadi pada laki-laki dan 27.350 pada wanita. ,0
FAKTOR RISIKO
• Tahi Lalat
• Faktor Keluarga
• Fenotip
• Supresi Sistem Imun
• Pajanan sinar UV berlebihan
• Usia
• Xeroderma Pigmentosum
• Riwayat Melanoma
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya melanoma maligna belum diketahui
dengan jelas. Diperkirakan terjadinya perubahan melanosit Primary cutaneous melanoma dapat timbul dalam
normal menjadi sel melanoma (melanomagenesis) bentuk prekursor, yakni nevi mealnotik ( Tipe
melibatkan proses rumit yang secara progresif umum, kongeenital, atipikal/displastik), walaupun
mengakibatkan mutasi genetik melalui percepatan terhadap dipercaya bahwa lebih dari 60% kasus adalah
proliferasi, diferensiasi dan kematian serta pengaruh efek arise de novo ( tidak tumbuh dari lesi pigmen
karsinogenik radiasi ultraviolet. yang telah ada.)
Manifestasi Klinis
• Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan Radiografi
• Pemeriksaan Histopatologi
TATALAKSANA TATALAKSANA
PEMBEDAHAN ADJUVANT
• Metastasis dapat terjadi pada local (di dalam atau sekitar lesi primer), pada limfonodi, atau pada:
• Kulit yang jauh dari lesi primer
• Limfonodi yang jauh
• Organ-organ dalam
• Tulang
• CNS.
• Metastasis dapat berlangsung cepat secara hematogen maupun limfogen.
• Ulkus mudah berdarah.
Prognosis
• Prognosis melanoma tidak ditentukan oleh satu macam faktor saja, namun multifaktor dan utamanya bergantung pada: (1) ketebalan tumor, (2) ada tidaknya ulserasi
secara histologi, dan (3) adanya metastase pada kelenjar limfe.
• Pada Cutaneus Melanoma stage I dan II:
• Bila ketebalan tumor ≤ 1mm diasosiasikan dengan angka ketahanan hidup antara 91-95% tergantung ada tidaknya ulserasi secara histologi dan klasifikasi Clark lebih besar
dari tingkat III.
• Ketebalan tumor 1-4 mm, diasosiasikan dengan angka ketahan hidup antara 63-89% bergantung pada ulserasi dan ketebalan dari tumor primer.
• Tebal tumor >4 mm memiliki angka ketahanan hidup 67% tanpa ulserasi, dan 45% dengan adanya ulserasi primer.
• Adanya ulserasi akan menurunkan angka ketahanan hidup pada setiap tingkat tumor.
• Stage III
• Metastase pada kelenjar limfe regional diasosiasikan dengan angka ketahanan hidup 5 tahun sebesar 13-69%, tergantung pada jumlah kelenjar limfe yang telah terkena, secara
mikroskopik maupun makroskopik, dan adanya ulserasi pada tumor primer.
• Stage IV
• Prognosis untuk melanoma yang telah bermetastase jauh sangatlah buruk, dengan angka ketahanan hidup median hanya 6-9 bulan dan 5 tahun sebesar 7-19%, tergantung pada
tempat yang terkena metastase. Umumnya, metastase pada jaringan lunak, kelnjar, dan paru-paru memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan adanya metastase ke
organ-organ dalam, seperti hati.
Thank You