Anda di halaman 1dari 25

SUMBER HUKUM ISLAM

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Hari/Tanggal : 28 Maret 2019
Pukul: 08.00 – 10.30 WIB

Dosen Pengampu :

Suprima, S.Pd.I, M.Pd.I

Disusun Oleh
Kelompok IV
1. Ezzah Najlalya (1810711075)
2. Zahra Amanda Nurhaliza (1810711092)
3. Karina Oktaviyadi (1810711101)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Sumber Hukum Agama Islam” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini berisikan tentang informasi Sumber Hukum Agama Islam atau yang
lebih khususnya membahas tentang ajaran-ajaran yang ada dalam Islam. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat sebagai penambah ilmu dan pengetahuan pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah yang kaami susun masih jauh dalam
kesempurnaannya, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Terutama untuk dosen kami Bapak Suprima,
S.Pd.I., M.Pd.I. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 13 Maret 2019

Kelompok IV

i
ii

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH ................................................................................ 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 1
1.3 MANFAAT DAN TUJUAN ........................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN.................................................................................................................... 2
2.1 SUMBER HUKUM ISLAM ........................................................................................... 2
2.2 AL-QUR’AN ................................................................................................................... 2
2.3 AL-HADIS .................................................................................................................... 15
2.4. IJTIHAD ....................................................................................................................... 16
BAB III ................................................................................................................................ 17
PENUTUP ........................................................................................................................... 17
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................. 17
3.2 KRITIK DAN SARAN ................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 18

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Agama Islam tentunya memiliki sumber-sumber ilmu pengetahuan, diantaranya
Al-Qur’an, Al-Hadis, dan Ijtihad. Al Qur’an berisi wahyu-wahyu dari Allah SWT
yang diturunkan secara berangsur-angsur (mutawattir) kepada Nabi Muhammad
SAW melalui malaikat Jibril. Hadis secara bahasa mempunyai 3 arti; pertama berarti
baru (jadid), kedua berarti dekat (qarib), dan ketiga berarti berita (khabar). Adapun
pengertian hadis menurut ahli hadis adalah semua yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad saw baik berupa ucapan, perbuatan, persetujuan, dan sifat Kedudukan
hadis sebagai sumber hukum islam adalah sebagai penjelas terhadap al-Qur’an.
Penegas terhadap ayat-ayat al-Qur’an, menentukan hukum baru yang tidak ada pada
al-Qur’an dan menghapus ketentuan hukum dalam al-Qur’an. Sedangkan Ijtihad
adalahberusaha dengan sungguh-sungguh untuk memecahkan suatu masalah yang
tidak ada ketetapannya, baik dalam Al Qur’an maupun Hadits, dengan menggunkan
akal pikiran yang sehat dan jernih. Banyak umat beragama Islam yang belum
mengetahui apa saja sumber hukum Islam selain dari Al-Qur’an.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu Sumber Hukum Islam?
2. Bagaimana penjelasan mengenai Al-Qur’an sebagai Sumber Hukum Islam?
3. Bagaimana penjelasan mengenai Al-Hadist sebagai Sumber Hukum Islam?
4. Bagaimana penjelasan mengenai Sumber Hukum Islam?

1.3 MANFAAT DAN TUJUAN


Adapun tujuan makalah ini dibuat ialah untuk mengetahui tentang ajaran-ajaran
yang ada di agama islam, serta untuk menyelesaikan tugas Agama Islam yang telah
diberikan.
2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SUMBER HUKUM ISLAM


Kata-kata sumber dalam hukum Islam merupakan terjemah dari kata
mashadir yang berarti wadah ditemukannya dan ditimbanya norma hukum. Sumber
hukum Islam yang utama adalah Al Qur’an dan Hadist. Selain menggunakan kata
sumber, juga digunakan kata dalil yang berarti keterangan yang dijadikan bukti atau
alasan suatu kebenaran. Selain itu, ijtihad, ijma’, dan qiyas juga merupakan sumber
hukum karena sebagai alat bantu untuk sampai kepada hukum-hukum yang
dikandung oleh Al Qur’an dan sunah Rasulullah SAW.1

2.2 AL-QUR’AN
2.2.1 Definisi Al-Qur’an
Para ulama sependapat dalam memberikan pengertian Al-Qur’an. Berikut
beberapa pengertian Al-Qur’an menurut istilah yaitu:
a. Al-Qur’an adalah Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada NabiMuhammad
SAW, dan membacanya dinilai ibadah.
b. Al-Qur’an adalah Kalam Allah SWT yang qadim yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dengan lafaz dan makna, serta merupakan ibadah bagi yang
membacanya.
c. Al-Qur’an adalah lafaz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, mulai
dari surah Al-Fatihah sampai akhir surah An-Nas.
d. Al-Qur’an adalah Kalam Allah SWT yang bersifat mukjizat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, dan ditulis dalam mushaf, yang dinukilkan secara
mutawatir, serta membacanya merupakan ibadah.
Dari definisi-definisi tersebut di atas, dapat diambil beberapa pengertian
pokok Al-Qur’an, yaitu:
1. Al-Qur’an adalah Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, bilamana dibaca merupakan suatu ibadah.
2. Al-Qur’an adalah Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, dengan lafaz dan makna, serta bersifat qadim.

1
Referensi : https://www.academia.edu/4963599/SUMBER-SUMBER_HUKUM_ISLAM
3

3. Al-Qur’an adalah Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW tertulis dalam mushaf yang dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan
surah An-Nas, yang dinukil secara mutawatir dan mengandung unsur mukjizat.
Membaca Al-Qur’an adalah bagian dari ibadah. Membaca Al-Qur’an dapat
medatangkan pahala, ketenangan jiwa, diangkat derajatnya oleh Allah SWT, dan
akan menjadi syafaat/penolong bagi yang membacanya di hari akhir nanti.

2.2.2 Makkiyah dan Madaniyyah


Secara garis besar, Al-Qur’an yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu:
a. Pertama, surah-surah yang diturunkan di Mekkah sehingga disebut Makkiyah yang
meliputi 86 surah, yaitu: surah Al Fatihah (1), Al-Anam (6), Al-Araf (7), Yunus (10),
Hud (11), Yusuf (12), Ibrahim (14), Al-Hijr (15), An-Nahl (16), Al-Isra (17), Al-
Kahfi (18), Maryam (19), Thaha (20), Al-Anbiya (21), Al-Mu’minun (23), Al-
Furqan (25), Asy-Syu’ara (26), An-Naml (27), Al-Qashash (28), Al-Ankabut (29),
Ar-Rum (30), Luqman (31), As-Sajadah (32), Saba’ (34), Fathir (35), Yasin (36),
As-Shaffat (37), Shad (38), Az-Zumar (39), Ghafir (40), Fushilat (41), Asyura’ (42),
Az-Zukhruf (43), Ad-Dukhan (44), Al-Jatsiyah (45), Al-Ahqaf (46), Qaf (50), Adz-
Zariyat (51), Ath-Thur (52), An-Najm (53), Al-Qamar (54), Al-Waqi’ah (56), Al-
Mulk (67), Al-Qalam (68), Al-Haqqah (69), Al-Ma’arij (70), Nuh (71), Al-Jinn (72),
Al-Muzzammil (73), Al-Muddatstsir (74), Al-Qiyamah (75), Al-Mursalat (77), An-
Naba’ (78), An-Naziat (79), Abasa (80), At-Takwir (81), Al-Infithar (82), Al-
Muthaffifin (83), Al-Insyiqaq (84), Al-Buruj (85), Ath-Thariq (86), Al-A’la (87), Al-
Ghasyiyah (88), Al-Fajr (89), Al-Balad (90), Asy-Syams (91), Al-Lail (92), Adh-
Dhuha (93), Asy-Syarh (94), At-Tin (95), Al-Alaq (96), Al-Qadar (97), Al-Adiyat
(100), Al-Qariah (101), At-Takatsur (102), Al-Ashr (103), Al-Humazah (104), Al-
Fil (105), Al-Quraisy (106), Al-Maun (107), Al-Kautsar (108), Al-Kafirun (109), Al-
Masad (111), Al-Ikhlas (112), Al-Falaq (113), An-Nas (114).
b. Kedua, surah-surah yang diturunkan di Madinah sejumlah 28 surah, yaitu: Al-
Baqarah (2), Al-Imran (3), An-Nisa (4), Al-Maidah (5), Al-Anfaal (8), At-Taubah
(9), Ar-Rad (13), An-Nur (24), Muhammad (47), Al-Fath (48), Al-Hujurat (49), Ar-
Rahman (55), Al-Hadid (57), Al-Mujadalah (58), Al-Hasyr (59), Al-Mumtahinah
(60), Ash-Shaf (61), Al-Jumu’ah (62), Al-Munafiqun (63), At-Taghabun (64), Ath
Thalaq (65), At-Tahrim (66), Al-Insan (76), Al-Bayyinah (98), Al-Zalzalah (99), An-
Nashr (110).
2.2.3 Isi Kandungan Al-Qur’an
4

Al-Qur’an ibarat lautan yang sangat dalam, sehingga memerlukan


“penyelam” untuk mengambil mutiara dan permata dari dasarnya.2 Hal ini
memberikan gambaran betapa sangat luas isi kandungan Al-Qur’an. Paling tidak ada
8 pokok isi kandungan Al-Qur’an yaitu:
a. Akidah
Akidah berkaitan erat dengan keyakinan atau keimanan kepada Allah SWT, yang
mengikat diri manusia agar hanya beribadah dan menyembah kepada Allah SWT,
tidak boleh menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dalam konteks akidah ini,
manusia diarahkan agar menempuh jalan yang lurus menuju ridha Allah SWT,yatu
dengan melaksanakan segala yang diperntahkan Allah SWT dan berupaya dengan
sekuat kemampuannya untuk menjauhi terhadap apa yang dilarang-Nya.
Al-Qur’an menyebutkan banyak informasi yang bertujuan agar manusia benar-
benar hanya beribadah dan menyembah Allah SWT. Di antaranya adalah:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang


yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 21)

“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah
kamu beribadah kecuali kepada Allah, dan kepada kedua orang tuamu berbuat
ihsanlah, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta
2
Otong Surasman, Pendidikan agama Islam (Jakarta: PT Erlangga, 2016) hal 3
5

ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah
zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada
kamu, dan kamu selalu berpaling.” (Q.S Al-Baqarah [2]: 83)
Beberapa ayat diatas memberikan informasi bahwa seluruh makhluk Allah
SWT yang ada di langit dan bumi wajib beribadah kepada Allah SWT, dan tidak
boleh menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Secara khusus, pada surah Ad-
Dzariyat ayat 56 di atas memerintahkan agar anusia dan jin hanya beribadah dan
menyembah Allah SWT.
Kemudian pada surah Al-Baqarah ayat 2, seluruh umat manusia
diperintahkan menyembah dan beribadah kepada Allah SWT, baik manusia yang
hidup pada masa lampau, sekarang, maupun yang akan dating. Selain itu, manusia
juga diarahkan agar menjadi orang-orang yang bertakwa, yaitu manusia yang
berupaya dengan sekuat tenaganya melaksanakan segala perintah Allah SWT dan
berusaha untuk menjauhi segala larangan-Nya. Bertakwa dapat dimulai dari diri
sendiri untuk melakukan segala macam perbuatan yang akan memberikan manfaat
bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Selanjutnya berupaya untuk
menjauhkan diri dari perbuatan yang akan merugikan dirinya, apalagi merugikan
orang lain.
Kemudian pada surah Al-Baqarah ayat 83, manusia diperintahkan agar hanya
menyembah dan beribadah kepada Allah SWT. Dari hasil ibadah dan menyembah
kepada Allah SWT, terbentuklah manusia yang mampu berbuat baik kepada ibu
bapaknya, saudara dekatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan mampu
bertutur kata yang baik dan bermanfat. Selanjutnya, mampu membentuk pribadi
yang tekun melaksanakan shalat, baik yang wajib maupun yang Sunnah. Sehingga
membentuk pribadi yang dermawan. Ketika ia diberikan kelebihan harta, tak lupa ia
menyisihkan sebagian hartanya untuk menolong orang-orang yang kurang mampu.
b. Syari’ah
Dalam beribadah kepada Allah SWT, manusia diberikan tuntunan yang
bernama syariat. Syariat mengatur secara rinci tata cara beribadah kepada Allah
SWT, yang dikenal dengan nama rukun islam, yaitu: mengucapkan dua kalimat
syahadat, melaksanakan shalat lima waktu ditambah dengan shalat Sunnah lainnya,
mengeluarkan zakat, melaksanakan Shaum (puasa) pada bulan Ramadhan, dan
menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.
Lebih luas lagi, semua bentuk kebaikan, dinilai ibadah kepada Allah SWT ada
yang berbentuk ibadah mahdhah (murni) yang berkaitan dengan rukun Islam, dan
ada pula yang berbentuk ghairu mahdhah yang berkaitan dengan interaksi sesama
manusia yang dihitung ibadah.
c. Akhlak
6

Akhlak adalah hasil dari buah beribadah kepada Allah SWT yang
membentuk tingkah laku manusia menjadi lebih baik lagi. Dalam arti lain, bahwa
pada dasarnya beribadah kepada Allah SWT itu tidak bisa dipisahkan dengan
pembentukkan akhlak. Bilamana seseorang tekun dan rajin beribadah kepada Allah
SWT, maka sangat diharapkan membentuk pribadi atau akhlak yang baik dan mulia.
Sebagai contoh yang nyata adalah dalam pelaksanaan shalat, baik shalat
wajib maupun shalat Sunnah, yang akan melindungi manusia dari perbuatan keji dan
mungkar, bilamana nilai-nilai shalatnya dipahami dan dihayati dengan baik. Hal ini
dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Ankabut [29]: 45)
Ayat diatas memberikan penjelasan yang kentara bahwa shalat yang
dilaksanakan dengan baik dan benar, akan menghindarkan kita dari perbuatan yang
keji dan munkar. Dengan istilah lain orang yang melaksanakan shalat sesuai dengan
syarat, rukun, dan kekhusyukan akan membentuk pribadi yang berakhlak mulia.
Demikian pula ketika diberikan hart yang lebih, maka kita punya kewajiban
untuk mengeluarkan zakat dan sedekah. Hal ini berarti ketika seseorang diberikan
harta yang lebih, kemudian ia berzakat dan bersedekah, maka orang tersebut
mempunyai akhlak yang baik dan mulia, karena pada satu sisi ia taat kepada Allah
SWT dan pada sisi lain ia mempunyai kepedulian terhadap kehidupan orang lain,
yang sangat membutuhkan bantuannya dan uluran tangannya.
d. Kisah-Kisah Manusia di Masa Lampau
Isi kandungan Al-Qur’an di samping mengandung akidah, syariat, dan
akhlak, juga memberikan informasi yang sangat luas dan rinci mengenai kisah-kisah
umat terdahulu. Tanpa uraian dari ayat-ayat Al-Qur’an, maka manusia tidak
mungkin mengetahui sejarah masa lampau. Kisah-kisah masa lampau yang
dituturkan Al-Qur’an, merupakan pelajaran yang sangat penting bagi kehidupan
manusia yang hidup di zaman sekarang dan masa yang akan datang.
7

Dari kisah-kisah manusia yang hidup pada masa lampau yang diuraikan Al-
Qur’an, memberikan penjelasan dan sekaligus pelajaran agar manusia mengambil
i’tibar atau contoh dari kisah-kisah tersebut. Kita harus mengambil nilai-nilai positif
yang dilakukan oleh para kekasih Allah SWT, yaitu para nabi dan rasul yang selalu
taat terhadap perintah Allah SWT, serta berusaha menjauhkan diri dari sifat-sifat
negatif yang dilakukan oleh para musuh Allah SWT dan rasul-Nya. Itulah gambaran
umum mengetahui kisah-kisah masa lampau, sebagai sebuah pelajaran yang sangat
berharga bagi kehidupan manusia, yaitu meneladani para kekasih Allah SWT, para
nabi dan rasul, juga para sahabat yang mengikuti jejak langkah Nabi Muhammad
SAW, sebagai penutup para nabi dan rasul. Sebagaimana dijelaskan dalam firman
Allah SWT berikut:

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara


orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-
surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. at-Taubah [9]: 100)
Dari ayat diatas, diberikan informasi bahwa ada tiga golongan besar manusia
setelah generasi para nabi dan rasul yang mendapatkan keridhaan Allah SWT.
Mereka adalah golongan Al-Muhajirin, golongan Anshar, dan golongan orang-orang
yang mengikuti jejak Al-Muhajirin dan Anshar dengan baik. Dengan kata lain,
bahwa setiap muslim mempunyai kewajiban, agar mempelajari sejarah hidup para
nabi dan rasul, juga para sahabat Nabi Muhammad SAW yang mendapatkan
anugerah keridhaan dari Allah SWT.
e. Berita Mengenai Masa yang Akan Datang
Berita masa yang akan datang secara rinci dijelaskan dalam Al-Qur’an,
terutama menyangkut balasan atas segala perbuatan yang dilakukan oleh manusai
ketika hidup di dunia ini. Demikian pula tentang peristiwa dahsyatnya hari Kiamat
yang banyak disebut dalam Al-Qur’an, yang intinya adalah memberikan pelajaran
bagi manusia agar dalam menempuh hidup yang singkat ini, dapat memanfaatkan
waktu yang diberikan Allah SWT dengan sebaik-baiknya, yakni digunakan untuk
beribadah kepada Allah SWT dengan pengertian yang luas.
8

Sebagai contoh kejadian masa yang akan datang yang dipaparkan dalam Al-
Qur’an adalah sebagai berikut :

“Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya


kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kampu pada kali yang
pertama: bahkan kamu mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan
bagi kamu waktu (memenuhi) perjanjian. Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan
melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) didalamnya,
dan mereka berkata : “Aduhai celaka kami, kitabapakah ini yang tidak
meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat
semuanya: dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan
Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun.” (QS. Al-Kahfi [18] : 48-49)
f. Benih-Benih dan Prinsip Dasar Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih saat ini, ternyata belum mampu
menandingi tantangan Allah SWT berikut :
9

“Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menebus (melintasi) penjuru langit
dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menebusnya kecuali dengan kekuatan.”
(Q.S. Ar-Rahman [55] : 33)
Dalam konteks ayat di atas. Sehebat apa pun kemampuan manusia, tidak akan
mampu mengahdapi tanatangan Allah SWT. Hal ini penting untuk direnungkan, agar
manusia selalu tunduk dan patuh kepada Allah SWT dengan memanfaatkan segala
kemampuannya untuk kemaslahatan kehidupan manusia, bukan untuk berbuat
kerusakan dan kehancuran.3 Sebagaimana fenomena yang terjadi saat ini, yang
dianggap sebagai zaman modern atau zaman peradaban, justru semakin banyak
ekspoitasi sumber daya alam dan manusia yang merugikan. Fenomena tersebut
menunjukan semakin merosotnya moral manusia di era global yang terperdaya oleh
harta, kekuasaan, dan ambisi untuk menguasai satu negara dengan berbagai macam
kepentingan lainnya.
Bentuk lain dan isi kandungan Al-Qur’an merupakan benih-benih dan dasar ilmu
pengetahuan adalah uraian mengenai kejadian penciptaan manusia. Tidak ada yang
mampu menguraikan kejadian penciptaan manusia secara utuh, sekalipun ilmu
kedokteran telah mengalami kemajuan yang pesat, tanpa ada bantuan dari informasi
Al-Qur’an. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut :

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkita (dari kubur).
Maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami
jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di
antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di anatar kamu yang dipanjangkan
3
Otong Surasman, Pendidikan agama Islam (Jakarta: PT Erlangga, 2016) hal 7
10

umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang
dahulunya telah diketahui. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah
Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (Q.S. Al-Hajj [22] : 5)
Dari ayat di atas begitu sangat jelas informasi yang diberikan Al-Qur’an
mengenai proses kejadian manusia, bahkan sampai saat ini pembahasan tentang
manusia masih diliputi misteri yang sangat luar biasa, begitu tampak keterbatasan
kemampuan manusia. Hal ini bisa dilihat dari pembahasan tentang manusia,
berkembangnya berbagai macam ilmu pengetahuan, sebut saja ilmu kedokteran
dengan berbagai macam spesialisnya, kemudian ilmu lainnya seperti internis,
psikologi, ekonomi, antroplogi, dan sosiologi, semua dasarnya adalah kajian tentang
manusia.
Contoh lain adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penerbangan dan
pelayaran, Al-Qur’an memberikan uraian sebagai berikut :

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan
apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan
bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan,
dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan anatar langit dan bumi ; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 164)
Demikian pula mengenai bilangan, tahun dan perhitungan waktu, Al-Qur’an
memberikan penegasan yang diabadikan dalam surah Yunus Berikut :
11

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan


ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-
tanda (kebesaran-Nya_ kepada orang-orang yang mengetahui (Q.S. Yunus [10] : 5)
g. Sunatullah atau Hukum Allah yang Berlaku di Alam semesta
Pergantian waktu malam dan siang hingga penciptaan hewan jiga
dipaparkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut :

“Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang


demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai
penglihatan. Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka
sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan
dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Mahakuasa atas
segala sesuatu.” (Q.S. An-Nur [24] : 44-45)
Selain itu, Al-Qur’an juga menguak penciptaan matahari, bulan, siang, malam,
langit dan bumi. Selanjutnya, kemampuan manusia agar membedakan yang baik dan
buruk juga dipaparkan di dalam kita suci yang diturunkan melalui Nabi Muhammad
SAW ini :
12

“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari. Dan bulan apabila


mengiringinya. Dan siang apabila menampakkannya. Dan malam apabila
menutupinya. Dan langit serta pembinaannya. Dan bumi serta penghamparannya.
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada
jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang
yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.” (Q.S. Asy-Syams [91] :1-10)
h. Gambaran Kehidupan Manusia Sebagai Sebuah Pilihan
Kehidupan di dunia ini sejatinya adalah sebuah pilihan. Pilihan antara yang baik
dan buruk. Keduanya akan ditimbang di akhirat kelak. Al-Qur’an memberikan
gambaran timbangan yang berat dan sebagaimana firman Allah SWT berikut :

“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat
timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan
siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang orang-orang yang
merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.”
(Q.S Al-‘Araf [7] : 8-9)
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa barang siapa berat timbangan
amal kebajikannya berdasarkan keiman kepada Allah SWT, maka ia termasuk orang-
orang yang beruntung, karena mendpatkan balasan yang terbaik yaitu Surga.
13

Sebaliknya, bilamana timbangan amal kebajikannya ringa, maka termasuklah orang-


orang yang merugi, disebabkan karena mengingkari ayat-ayat Allah SWT, baik
berupa ayat kitabiyah (Al-Qur’an) maupun kauniyah terhamparnya jagat raya.
Oleh sebab itu, agar termasuk orang-orang yang beruntung, maka kita harus berat
timbangan amal kebaikannya. Pergunakanlah waktu kehidupan di dunia ini dengan
melakukan amal-amal kebajikan yang dilandasi dengan keimanan kepada Allah Swt,
seperti melaksanakan shalat lima waktu dan shalat sunah lainnya dengan penuh
kekhusyukan.4 Dengan mengerjakan hal tersebut, maka akan membentuk
kepribadian yang baik. Saat kita diberikan nikmat berupa kelebihan harta, maka kita
harus menjadi orang yang deramwan dan menolong orang-orang yang kurang
mampu. Ketika datang bulan Ramadhan, kita harus bisa memanfaatkan bulan yang
penuh berkah tersebut dengan beribadah secara maksimal. Sehingga kita bisa meraih
pahala yang besar dan rahmat Allah SWT, serta meraih hadiah malam Lailatul Qadr.
Ketika mendapatkan kelebihan harta, tunaikanlah ibadah haji dengan sungguh-
sungguh agar dapat meriah mabrur, yang balasannya adalah surga. Kemudian rajin
membaca Al-Qur’an. Berzkir kepada Allah SWT, dan mengembangkan nilai-nilai
kebajikan dalam interaksi sosial.
Al-Qur’an juga menggambarkan balasan amal kebaikan dan keburukan yang
kita lakukan selama hidup di dunia. Berikut ayatnya :

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia


akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Q.S. Al-Zalzalah [99] :
7-8)
Ayat ini memberikan peringatan kepada seluruh umat manusia, bahwa semua
amal yang dilakukan oleh manusia akan mendapatlan balasan sesuai dnegan
amalnya. Oleh sebab itu, perbanyaklah amal kebaikan, dan tinggalkan segala macam
amal buruk, agar meraih kesuksesan dalam menghadapi hidup di dunia menuju
kehidupan akhirat yang kekal abadi.5
1. Manfaat Mempelajari Al-Qur’an

4
Otong Surasman, Pendidikan agama Islam (Jakarta: PT Erlangga, 2016) hal 10
5
Otong Surasman, Pendidikan agama Islam (Jakarta: PT Erlangga, 2016)
14

a. Meraih pahal yang sangat banyak, satu ayat Al-Qur’an yang dibaca
mendapatkan sepuluh kebaikan.
b. Ditinggikan derajat seseorang.
c. Mendapat predikat sebagai manusia terbaik.
d. Menjadi obat segala macam penyakit rohaniah.
e. Menjadi syafaat/penolong bagi para pembacanya di hari kiamat .

2. Fungsi Diturunkannya Al-Qur’an


a. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa (QS. Al-Baqarah [2] : 2)
b. Pelajaran yang sangat berhraga (QS. Yunus [10] : 57)
c. Cahaya menuju jalan yang lurus (QS. An-Nisa’[4] : 174)
d. Pembeda antara yang hak dan yang bati, (QS. Al-Furqan [25] : 1)
e. Obat penawar hati (QS. Al-Isra’[17] : 82).

3. Ancaman Bagi orang yang Berpaling dari Al-Qur’an

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya


baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannyapada hari
kiamat dalam keadaan buta”.Berkatalah ia : “Ya Tuhanku, mengapa Engkau
menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang
yang melihat ? Allah berfirman : “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat
Kami, makan kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun
dilupakan”. Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan
tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu
lebih berat dan lebih kekak”. (QS.Thaha [20] : 124-127)
15

“Berkatalah Rasul : “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-


Qur’an itu sesuatu yang tidak diacuhkan.” (QS. Al-Furqan [25] : 30)
Ayat ini memberikan penjelasan kepada seluruh umat manusia, bahwa pada
saat dikumpulkan di Padang Mahsyar setelah terjadinya hari Kiamat nanti, ada
beberapa golongan manusia yang akan diadukan oleh Rasulullah SAW di hadapan
Allah SWT. 6Mereka adalah orang-orang yang berpaling dari Al-Qur’an, tidak mau
membacanya dan mempelajari isi kandungannya, dan juga tidak mau
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari/
Oleh karena itu, pergunakanlah waktu untuk memperbanyak membaca Al-
Qur’an, mempelajari isi kandungannya, dan berupaya mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Karena pada dasarnya hidup tanpa Al-Qur’an dalam
kegelapan yang berlapis-lapis, kegelapan dalam kesesatan, kegelapan dalam murka
Allah SWT, dan kegelapan dalam sisksa neraka kelak di akhirat.

2.3 AL-HADIS
2.3.1 Definisi Al-Hadis
Al-Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW.
Al-Hadis dibagi menjadi dua bagian, yaitu hadis Qudsiy dan hadis Nabawiy.
Di mana hadis Qudsiy adalah setiap hadis yang mengandung penyandaran Nabi
Muhammad SAW kepada Allah SWT. Sedangkan hadis Nabawiy adalah
dinisbatkannya kepada Nabi Muhammad SAW, meskipun semuanya bersumber dari
wahyu Allah Azza Wa Jalla.7 Karena Nabi Muhammad SAW, tidak pernah
menyabdakan selain yang benar, dalam arti lain bahwa apa yang disampaikan Nabi
Muhammad SAW berdasarkan petunjuk dari Allah SWT. Hal ini sebagimana
dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut:

ٌ ‫ع ِن ْال َه َوى إِ ْن ُه َو إِال َو ْح‬


‫ي يُو َحى‬ َ ‫َو َما يَ ْن ِط ُق‬

6
Otong Surasman, Pendidikan agama Islam (Jakarta: PT Erlangga, 2016)
7
Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung
16

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa


nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).” (QS. An-Najm [53]: 3-4)

2.3.2 Fungsi Al-Hadis


Fungsi Al-Hadis adalah sebagai penjelas atau penerang terhadap kitab suci
Al-Qur’an. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT:
8
َ‫اس َما نُ ِز َل ِإلَ ْي ِه ْم َولَعَلَّ ُه ْم يَتَفَ َّك ُرون‬ ِ َ‫الزب ُِر ۗ َوأ َ ْنزَ ْلنَا ِإلَيْك‬
ِ َّ‫الذ ْك َر ِلتُبَيِنَ ِللن‬ ِ ‫بِ ْالبَيِنَا‬
ُّ ‫ت َو‬

“Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan


kepadamu Al-Quran, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (QS. An-Nahl [16]:
44)
Ayat di atas memberikan informasi bahwa fungsi Al-Hadis adalah
memberikan penjelasan terhadap isi kandungan Al-Qur’an. Dengan kata lain, bahwa
tidak mungkin manusia dapat memahami isi kandungan Al-Qur’an tanpa ada
penjelasan dari Al-Hadis. Salah satu contohnya adalah praktik ibadah shalat, di
dalam Al-Qur’an hanya dijelaskan kewajiban melaksanakan ibadah sholat,
sedangkan praktek sholat melalui contoh langsung dari Nabi Muhammad SAW.

2.3.3 Manfaat Mempelajari Al-Hadis


Belajar Al-Hadis tentunya banyak sekali manfaatnya, sama halnya dengan
belajar Al-Qur’an, karena prinsip dasarnya antara Al-Qur’an dan Al-Hadis tidak bisa
dipisahkan. Dengan kata lain, bahwa diwajibkan bagi seluruh umat Islam agar
mempelajari kitab suci Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW.

2.4. IJTIHAD
2.4.1 Definisi Ijtihad
Ijtihad adalah mengerahkan segala kemampuan dalam menggali hukum-
hukum syariat atau pengerahan segenap kemampuan yang dilakukan oleh seorang
ahli fikih untuk mendapatkan suatu tahap dugaan kuat terhadap adanya sebuah
ketetapan syariat.
Yang dimaksud dengan Al-Faqih (ahli fikih) adalah orang yang mengetahui
hukum-hukum syariat yang bersifat cabang langsung dari dalil-dalilnya yang terinci,
dan ahli fikih seperti inilah yang disebut mujtahid. Pengerahan kemampuan yang
dilakukan bukan oleh ahli fikih tidak termasuk dalam pengertian definisi, dan oleh
karena itu pula usaha kerasnya tidak disebut ijtihad.

8
Referensi: https://tafsirweb.com/4392-surat-an-nahl-ayat-44.html
17

2.4.2 Syarat-syarat Ijtihad


Sahnya ijtihad itu terletak pada diketahuinya dasar-dasar syariat serta enam
syarat lainnya, yaitu:
a. Mujtahid harus mengetahui Bahasa Arab.
b. Mujtahid harus mengetahui dari kitab Allah.
c. Mujtahid harus mengetahui kandung sunah berupaa ketentuan-ketentuan hukum.
d. Mujtahid harus mengetahui perkataan-perkataan sahabat dan tabi’in9 tentang
berbagai hukum, serta sebagian besar fatwa fukaha agar kepatutan hukumnya tidak
berlawanan dengan pendapat-pendapat mereka, sehingga ia terpelihara dari tindakan
yang melawan ijmak.
e. Mujtahid harus mengetahui qiyas , dasar-dasar yang boleh dicari illatnya, yang
tidak boleh dicari illatnya, serta sifat-sifat yang boleh dijadikan illat dan yang tidak
boleh dijadikan illat, juga urusan dalil yang satu dengan yang lainnya dan kaidah-
kaidah pertarjihan antara sesamanya.
f. Mujtahid harus seorang yang stiqah (sangat kuat ingatannya) dan dipercaya, serta
tidak memandang mudah terdahap masalah-masalah agama.
Apabila syarat-syarat ini lengkap pada diri mujtahid, maka ijtihadnya dalam
segala hukum dianggap sah, keadilan tidak menentukan kesahihan ijtihad seorang
mujtahid, ia dipandang ketika menetapkan hukum dan fatwa, karena itu tidak
dibenarkan meminta fatwa kepada orang yang fasik.

BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa, sumber ajaran Islam ada
tiga macam, yaitu Al-qur’an, hadits dan ijtihad. Al-qur’an sebagai sumber hukum
Islam yang pertama yaitu berisi tentang semua kehidupan yang ada di alam, perintah,

9
Tabi’in adalah umat Islam yang hidup setelah para Nabi
18

akidah dan kepercayaan, akhlak yang murni, mengenai syari’at dan hukum dan
sebagai petunjuk umat Islam. Sedangkan Hadits itu sebagai sumber ajaran islam
karena dalam Dalil al-qur’an mengajarkan kita untuk mempercayai dan menerima
apa yang telah disampaikan oleh Rasul untu dijadikan sebagai pedoman hidup.
Selain itu dalam hadits juga terdapat pertnyataan bahwa berpedoman pada hadits itu
wajib, bahkan juga terdapat dalam salah satu pesan Rasulullah berkenaan
menjadikan hadist sebagai pedoman hidup setelah Al qur’an sebagai sumber yang
pertama. Ijtihad sebagai sumber ajaran karena melalui konsep ijtihad, setiap
peristiwa baru akan didapatkan ketentuan hukumnya Dari pemaparan makalah kami
tersebut kita tahu bahwa sumber ajaran Islam sangat penting sebagai pedoman hidup,
untuk itu hendaknya apabila kita melenceng dari salah satu sumber ajaran tersebut,
maka akan menjadikan hal yang fatal.

3.2 KRITIK DAN SARAN


Pembaca maupun penulis sebaiknya bisa berpikir menggunakan akal dan budi
mengenai sumber ajaran-ajaran agama islam karena kami masih perlu untuk
memahami makna dari ajaran-ajaran yang ada di islam.
Maka dari itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan dapat membantu
kami memperbaiki pokok pembahasan di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA
Surasman, Otong. 2016. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Erlangga.
https://www.academia.edu/4963599/SUMBER-SUMBER_HUKUM_ISLAM
19

100% Unique
Total 30988 chars (2000 limit exceeded) , 275 words, 15 unique sentence(s).
Essay Writing Service - Paper writing service you can trust. Your assignment is our
priority! Papers ready in 3 hours! Proficient writing: top academic writers at your
service 24/7! Receive a premium level paper!
Domains (original
Results Query
links)
20

Unique Hadis secara bahasa mempunyai 3 arti -

pertama berarti baru (jadid), kedua berarti dekat (qarib),


Unique -
dan ketiga berarti berita (khabar)

Bagaimana penjelasan mengenai Al-Qur’an sebagai


Unique -
Sumber Hukum Islam

Bagaimana penjelasan mengenai Al-Hadist sebagai


Unique -
Sumber Hukum Islam

Sumber hukum Islam yang utama adalah Al Qur’an dan


Unique -
Hadist

Selain itu, ijtihad, ijma’, dan qiyas juga merupakan


Unique -
sumber hukum karena sebagai alat

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Agama Islam


Unique tentunya memiliki sumber-sumber ilmu pengetahuan, -
diantaranya Al-Qur’an, Al-Hadis, dan

Al Qur’an berisi wahyu-wahyu dari Allah SWT yang


Unique diturunkan secara berangsur-angsur (mutawattir) -
kepada Nabi

baik berupa ucapan, perbuatan, persetujuan, dan sifat


Unique Kedudukan hadis sebagai sumber hukum islam adalah -
sebagai

Penegas terhadap ayat-ayat al-Qur’an, menentukan


Unique hukum baru yang tidak ada pada al-Qur’an dan -
menghapus

Sedangkan Ijtihad adalahberusaha dengan sungguh-


Unique sungguh untuk memecahkan suatu masalah yang tidak -
ada ketetapannya, baik
21

Banyak umat beragama Islam yang belum mengetahui


Unique -
apa saja sumber hukum Islam selain dari

ialah untuk mengetahui tentang ajaran-ajaran yang ada


Unique di agama islam, serta untuk menyelesaikan tugas -
Agama

BAB II PEMBAHASAN 2.1 SUMBER HUKUM ISLAM


Unique Kata-kata sumber dalam hukum Islam merupakan -
terjemah

Selain menggunakan kata sumber, juga digunakan kata


Unique -
dalil yang berarti keterangan yang dijadikan bukti

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Agama Islam tentunya memiliki sumber-sumber ilmu
pengetahuan, diantaranya Al-Qur’an, Al-Hadis, dan Ijtihad. Al Qur’an berisi wahyu-
wahyu dari Allah SWT yang diturunkan secara berangsur-angsur (mutawattir) kepada
Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Hadis secara bahasa mempunyai 3 arti;
pertama berarti baru (jadid), kedua berarti dekat (qarib), dan ketiga berarti berita
(khabar). Adapun pengertian hadis menurut ahli hadis adalah semua yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad saw baik berupa ucapan, perbuatan, persetujuan, dan sifat
Kedudukan hadis sebagai sumber hukum islam adalah sebagai penjelas terhadap al-
Qur’an. Penegas terhadap ayat-ayat al-Qur’an, menentukan hukum baru yang tidak
ada pada al-Qur’an dan menghapus ketentuan hukum dalam al-Qur’an. Sedangkan
Ijtihad adalahberusaha dengan sungguh-sungguh untuk memecahkan suatu masalah
yang tidak ada ketetapannya, baik dalam Al Qur’an maupun Hadits, dengan
menggunkan akal pikiran yang sehat dan jernih. Banyak umat beragama Islam yang
belum mengetahui apa saja sumber hukum Islam selain dari Al-Qur’an.1.2 RUMUSAN
MASALAH 1. Apa itu Sumber Hukum Islam? 2. Bagaimana penjelasan mengenai Al-
Qur’an sebagai Sumber Hukum Islam? 3. Bagaimana penjelasan mengenai Al-Hadist
sebagai Sumber Hukum Islam? 4. Bagaimana penjelasan mengenai Sumber Hukum
Islam?1.3 MANFAAT DAN TUJUAN Adapun tujuan makalah ini dibuat ialah untuk
mengetahui tentang ajaran-ajaran yang ada di agama islam, serta untuk
menyelesaikan tugas Agama Islam yang telah diberikan. BAB II PEMBAHASAN 2.1
SUMBER HUKUM ISLAM Kata-kata sumber dalam hukum Islam merupakan terjemah
dari kata mashadir yang berarti wadah ditemukannya dan ditimbanya norma hukum.
Sumber hukum Islam yang utama adalah Al Qur’an dan Hadist. Selain menggunakan
kata sumber, juga digunakan kata dalil yang berarti keterangan yang dijadikan bukti
22

atau alasan suatu kebenaran. Selain itu, ijtihad, ijma’, dan qiyas juga merupakan
sumber hukum karena sebagai alat b

Anda mungkin juga menyukai