Anda di halaman 1dari 2

Data Diri : 1402040-Dwi Yulia H-PS611-AC-P-6-27April-Wiwin Ayu-1402876

1. Judul Bab : Science as a Religion, the World as a Country (Sains sebagai Agama, Dunia sebagai
Negara)
2. Asumsi Dasar (Pemberian Judul) : Asumsi dasar dalam pemberian judul adalah perkembangan
science mencerminkan dari sebuah kesempurnaan tuhan atau dapat dikatakan sesuai dengan
kesempurnaan Tuhan, seperti halnya planet yang bergerak sesuai dengan orbitnya, bisa
dibayangkan apabila planet dan benda lainnya bergerak secara acak maka akan menimbulkan
saling bertabrakannya benda-benda langit. Dari kata World as a country menyiratkan bahwa
dimanapun tempatnya ilmu alam yang telah berhasil dimatematiskan akan berlaku, seperti
halnya gravitas universalnya newton, dimanapun tempatnya hukum tersebut akan berlaku,
sehingga dunia dapat diibarkan suatu negara, selain itu berdasarkan penemuan-penemuan dalam
Sains, salah satu contohnya penemuan Kepler tentang gerakan planet yang teratur dalam
mengelilingi matahari, semakin memperkuat gagasan bahwa semua alam semesta ini dapat
berlangsung secara stabil karena ada yang mengaturnya dan keteraturan yang ada hampir terjadi
di seluruh alam semesta. Hal ini dapat dibuktikan dari konsep gravitasi yang berlaku di semua
benda langit yang ada dalam alam semesta ini, sehingga alam semesta ini bagaikan sebuah
negara yang mengikuti aturan yang sama. Dan aturan-aturan tersebut tetap berlaku karena ada
yang mengontrolnya yaitu Tuhan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Sains merupakan
agama karena sains dapat membuat manusia lebih percaya dan beriman akan keberadaan Tuhan,
dan dunia ini sebagai sebuah negara yang taat pada aturan tertentu.
3. Uraian Ringkas : Penyelesaian revolusi Copernicus dengan teori Newton gravitasi universal
tidak hanya membuat penemuan luar biasa, tapi juga menghasilkan pandangan dunia antara
kosmologi Aristoteles-Ptolemaic abad kedua puluh. Alam semesta aristoteles-ptolemeus
menagsumsikan bahwa alam semesta ini diarahkan pada suatu tujuan. Seperti halnya gerakan
planet yang dipahami memiliki tujuan alami. Apabila kita pikirkan gerakan yang sempurna
tersebut adalah gerakan alami dan dialam semesta ini Tuhan memainkan peran yang intim.
Pergeseran pusat gerak dari Bumi ke Matahari, dan membuat planet berputar di elips daripada
melingkar orbit, menghasilkan implikasi mengejutkan untuk memahami tempat manusia di alam
semesta dan hubungan Allah dengan ciptaan-Nya. Konsep-konsep ilmiah, filosofis, dan agama
baru diperlukan untuk menempatkan implikasi tersebut dalam konteks yang dapat mengerti. Jika
tidak ada gerakan khusus , maka teori diperlukan untuk menjelaskan mengapa planet tidak
tertarik ke matahari dan tidak terbang ke angkasa; jika alam semesta itu harus dipahami sebagai
mesin fisik matematis, maka diperlukan pemahaman dan pemikiran yang dapat mendukung hal
tersebut ; jika campur tangan tuhan tidak banyak di alam semesta ini maka diperlukan konsepsi
baru mengenai peran Tuhan. Dengan bantuan dari kebangkitan atomisme dan konsepsi Tuhan
yang lebih besar atau dapat dikatakan peran tuhan lebih besar maka Galileo, Descartes, dan
Newton dapat bekerja menyelesaikan revolusi Copernicus. Hal ini dapat dibuktikan dengan
rincian ilmiah (gerak inersia, gravitasi universal, dan mathematization alam) yang dihasilkan
dan dapat dibuktikan mengenai peran Tuhan yang besar dialam semesta. Hal ini menyebabkan
dibangunnya pandangan dunia mengenai religus atau ketuhanan dan tentunya menyebabkan
pergantian pemahaman aristoteles-ptolemeus dengan kosmologi Newtonian-Copernicus. Pada
akhirnya, bagaimanapun, keberhasilan Newtonianism tersirat penekanan kuat pada pentingnya
dunia material eksternal. Seperti melihat melalui jendela kaca tebal, dunia material tidak
tergantung pada kita, dan pikiran dan nilai-nilai kita tidak mempengaruhi kenyataan ini.
Pendapat yang Mendukung : Berdasarkan chapter ini dibahas bagaimana gambaran Tuhan dan
Sains, apakah sains dan konsep ketuhanan saling mendukung ataukah ketika semua misteri
dimuka bumi ini dapat dijelaskan secara ilmiah maka tuhan akan dilupakan? Dalam hal ini sains
dapat dikatakan sebagai bukti dari kekuasaan Tuhan dan tentunya ilmu sains dapat dibuktikan
secara empiris mengenai apa yang terjadi dimuka bumi ini.
Pendapat menentang : Bab ini membahas bahwa sains dapat disebut juga sebagai agama. Hal
ini karena dengan belajar sains maka manusia akan semakin sadar bahwa ada sesuatu yang
mengatur alam semesta ini yaitu Tuhan. Akan tetapi, mengingat pengertian Sains yang
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam semesta ini berdasarkan
pengamatan dan penelitian, maka dirasa tidaklah pantas sains disebut sebagai agama. Hal ini
dikarenakan manusia sampai saat ini belum dapat membuktikan atau mengamati secara langsung
keberadaan Tuhan di dunia ini. Manusia hanya bisa mengasumsikan keberadaan Tuhan
berdasarkan fenomena-fenomena alam yang terjadi yang belum dapat diketahui penyebabnya.
4. Orang/ahli yang dibahas: Isaac Newton, Nicolaus Copernicus
5. Domisili ahli: westminster Abbey, Toruń
6. Riwayat Hidup dan Meninggal Ahli
 Lahir di Inggris pada tanggal 4 Januari 1643. Isaac Newton tutup usia pada tanggal
32 Maret 1727 pada usia 84 tahun.
 Lahir di Torun pada tanggal 19 Februari 1473. Copernicus tutup usia pada tanggal 24
Mei 1543 pada usia 70 tahun.
7. Masukan dari Teman Sekelas :
Sains bukanlah agama, sains hanyalah suatu alat manusia untuk memahami keteraturan alam,
dengan sains sudah sepatutnyamanusa semakin memahami agama dan keberadaan tuhan. (Iin
Suminar, 1402221)
8. Masukan kedua dari Teman Sekelas:
Ketika kali pertama membaca judul, terkesan ada yang janggal dengan kalimat sains sebagai
agama, namun setelah membaca intisari, ternyata yang dimaksud adalah dengan adanya sains
dan ilmu pengetahuan, diharapkan manusia semakin ingat dengan tuhannya, saya sependapat
dengan ini. Dengan adanya sains tidak lantas membuat manusia menjadi sombong atau merasa
pintar, namun seyogyanya menjadi tawaddhu dan sadar diri serta mengakui kebesaran Tuhan
(Silka Abyadati)
9. Hasil refleksi tentang makna bahasan
Dengan mempelajari bab ini kami dapat mengambil makna bahwa sesuatu yang belum dapat
dibuktikan keberadaannya belum tentu tidak benar, mungkin hal itu dikarenakan keterbatasan
manusia itu sendiri yang belum mampu membuktikannya. Dengan demikian ada beberapa hal
yang memang tidak perlu dibuktikan, tetapi hanya perlu diyakini.
10. Hasil refleksi tentang manfaat bahasan
Bab ini memberikan pengetahuan lebih pada kami bahwasanya ilmu pengetahuan dan agama
bukan merupakan hal yang terkadang dapat disatukan, namun juga bukan merupakan hal yang
bertentangan. Akan tetapi merupakan dua hal yang berjalan beriringan dan saling melengkapi.
11. Hasil refleksi tentang risiko/segi negatif bahasan
Dalam membaca bab ini seseorang perlu memiliki prinsip dan keyakinan yang kuat agar tidak
mudah terpengaruh oleh beberapa penjelasan dalam bab ini.
12. Niat kecil konkret untuk kebaikan diri sendiri
Akan terus berusaha bersungguh-sungguh dalam belajar dengan tujuan mendekatkan diri dengan
Tuhan.
13. Niat kecil konkret untuk kebaikan umum
Berbagi ilmu yang telah didapatkan agar ilmu tersebut lebih bermanfaat lagi bagi banyak orang.
14. Masukan yang sempat diberikan kepada rekan sekelas
15. Daftar pustaka
http://www.nontondunia.net/2013/12/13/sains-dan-tuhan/

Anda mungkin juga menyukai